Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

“Limfadenopati Colli”

Disusun oleh :

Pembimbing:
dr. ----------, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEKASI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
PERIODE 10 OKTOBER 2016-11 NOVEMBER 2016

1
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan judul “Limfadenopati Colli” ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam
mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT
Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi
Periode 10 Oktober – 12 November 2016

Oleh:

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing,


Bekasi, Oktober 2016

dr. Satria Nugraha, Sp.THT-KL

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat,
rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Limfadenopati Colli” dengan baik dan tepat waktu.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Penyakit THT
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi periode 10
Oktober – 12 November 2016. Di samping itu, referat ini ditujukan untuk menambah

2
pengetahuan bagi kita semua tentang penyakit karsinoma nasofaring.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada dr. Satria Nugraha, Sp.THT-KL selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini,
serta kepada dokter–dokter pembimbing lain yang telah membimbing penulis selama di
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada rekan–rekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
THT Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi serta berbagai pihak yang telah memberi dukungan
dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun saran
yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang sebesar–besarnya, semoga
tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.

Bekasi, Oktober 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ………………………………………………………………….. 1


Kata Pengantar ……………………………………………………………………….. 2
Daftar Isi …………………………………………………………………………….. 3
BAB I Pendahuluan …………………………………………………………………. 4
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………… 4
BAB II Tinjauan Pustaka ……………………………………………………………. 5
2.1 Definisi Limfadenopati …………………………………………………………... 5
2.2 Kelenjar Getah Bening Normal …………………………………………………... 5
2.2.1 Anatomi Kelenjar Limfa pada Leher ………………………………………. 5
2.2.2 Fungsi Kelenjar Getah Bening ……………………………………………... 7
2.3 Epidemiologi ……………………………………………………………………... 7
2.4 Klasifikasi Limfadenopati ……………………………………………………….. 8
2.5 Level Kelenjar Getah Bening Leher ……………………………………………... 8
2.6 Etiologi …………………………………………………………………………… 9

3
2.7 Diagnosis …………………………………………………………………………. 12
2.7.1 Anamnesis ………………………………………………………………….. 13
2.7.2 Pemeriksaan Fisik ………………………………………………………….. 14
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………………. 17
2.8 Terapi …………………………………………………………………………….. 19
2.9 Prognosis …………………………………………………………………………. 19
BAB III Penutup ……………………………………………………………………... 21
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………. 21
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………... 22

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita
dan terdapat di beberapa tempat di tubuh kita. Tubuh memiliki kurang lebih 600
kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang normal hanya teraba di daerah
submandibula, aksila, atau inguinal. Seringkali timbul benjolan-benjolan di daerah
tempat kelenjar getah bening berada dan seringkali pula hal itu menimbulkan
kecemasan baik pada pasien, ataupun orang tua pasien apakah pembesaran ini
merupakan hal yang normal, penyakit yang berbahaya ataukah merupakan suatu
gejala dari keganasan. Sekitar 55% pembesaran kelenjar getah bening terjadi pada
daerah kepala dan leher. Organ ini sangat penting untuk fungsi sistem kekebalan
tubuh, dimana tugasnya adalah menyerang infeksi dan menyaring cairan getah
bening.1,2
Angka kejadian limfadenopati di Amerika Serikat belum diketahui, tetapi
diperkirakan limfadenopati pada anak-anak berkisar 38-45%. Dari studi di Belanda
terdapat 2.556 kasus limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan dan 10% dirujuk
kepada subspesialis, 3,2% membutuhkan biopsi dan 1,1% mengalami keganasan.
Studi kedokteran keluarga di Amerika Serikat tidak ada dari 80 pasien dengan
limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan yang mengalami keganasan dan tiga dari
238 pasien yang mengalami keganasan dari limadenopati yang tidak dapat dijelaskan.
Pasien usia >40tahun dengan limfadenopati yang tidak dapat dijelaskan memiliki
risiko keganasan 4% dibanding risiko keganasan 0,4% bila ditemukan pada pasien
<40tahun.1,2

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Limfadenopati


Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran
lebih besar dari 1 cm.2 Kepustakaan lain mendefinisikan limfadenopati sebagai
abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar getah bening.1

2.2 Kelenjar Getah Bening Normal


2.2.1 Anatomi Kelenjar Limfa pada Leher
Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB local
(limfadenopati lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata).
Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu
daerah saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua
atau lebih daerah yang berjauhan dan simetris. Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala
dan leher, gambaran lokasi terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah
sebagai berikut:3

Gambar 1. Lokasi kelenjar getah bening (KGB) di daerah kepala dan leher.

5
Gambar 2. Lokasi kelenjar getah bening leher dan daerah drainasenya

Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui
simpai (kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran
getah bening eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening masuk
kedalam kelenjar melalui lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar, cairan getah
bening mengalir dibawah simpai di dalam ruangan yang disebut sinus perifer yang
dilapisi oleh sel endotel.2
Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang menghubungkan
simpai dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan merupakan alur
untuk pembuluh darah dan syaraf.2,3
Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus penetrating
yang juga dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam sinus
penetrating melalui hilus, sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan disebut
sinus meduleri. Dari hilus cairan ini selanjutnya menuju aliran getah bening eferen.2,3
Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T
(thymus) dan sel B (bursa) atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel
turunanya seperti sel plasma, imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral
immunity, sedangkan T limfosit berperan terutama pada cell-mediated immunity.2,3

6
Terdapat tiga daerah pada KGB yang berbeda: korteks, medula, parakorteks,
ketiganya berlokasinya antara kapsul dan hilus. Korteks dan medulla merupakan
daerah yang mengandung sel B, sedangkan daerah parakorteks mengandung sel T.2,3
Dalam korteks banyak mengandung nodul limfatik (folikel), pada masa
postnatal, biasanya berisi germinal center. Akibatnya terjadi stimulasi antigen, sel B
didalam germinal centers berubah menjadi sel yang besar, inti bulat dan anak inti
menonjol. Yang sebelumnya dikenal sebagai sel retikulum, sel-selnya besar yang
ditunjukan oleh Lukes dan Collins (1974) sebagai sel noncleaved besar, dan sel
noncleaved kecil. Sel noncleaved yang besar berperan pada limphopoiesis atau
berubah menjadi immunoblas, diluar germinal center, dan berkembang didalam sel
plasma.2,3

2.2.2 Fungsi Kelenjar Getah Bening


Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari berbagai
mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau
metabolism.2

2.3 Epidemiologi
Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38% sampai 45%
pada anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah
salah satu masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak
dapat hilang dengan sendirinya apabila disebabkan infeksi virus.1
Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun
bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan
cytomegalovirus (CMV) merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan
disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih
banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus.1
Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati
yang tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 10% kasus diantaranya dirujuk ke
subspesialis, 3,2% kasus membutuhkan biopsi dan 1.1% merupakan suatu keganasan.
Penderita limfadenopati usia >40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4%
dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia <40 tahun yang memiliki risiko
keganasan hanya sekitar 0,4%.1

2.4 Klasifikasi Limfadenopati


Berdasarkan luas limfadenopati dibagi menjadi 2 yaitu:1
7
1. Generalisata: limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda.
2. Lokalisata: limfadenopati pada 1 regio.
Dari semua kasus pasien yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer,
sekitar ¾ penderita datang dengan limfadenopati lokalisata dan 1/4 sisanya datang
dengan limfadenopati generalisata.2
Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius,
penyakit autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata.
Penyebab jinak pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata
dapat disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium
lanjut. Limfadenopati generalisata pada penderita luluh imun (immunocompromised)
dan AIDS dapat terjadi karena tahap awal infeksi HIV, tuberkulosis, kriptokokosis,
sitomegalovirus, toksoplasmosis, dan sarkoma Kaposi. Sarkoma Kaposi dapat
bermanifestasi sebagai limfadenopati generalisata sebelum timbulnya lesi kulit.2

2.5 Level Kelenjar Getah Bening Leher


Lokasi kelenjar getah bening daerah leher dapat dibagi menjadi 6 level.
Pembagian ini berguna untuk memperkirakan sumber keganasan primer yang
mungkin bermetastasis ke kelenjar getah bening tersebut dan tindakan diseksi leher.
Pembagian level kelenjar getah bening dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar 3.4

8
Gambar 3. Level kelenjar getah bening leher
Tabel 1. Kelompok kelenjar getah bening leher berdasarkan level

2.6 Etiologi

9
Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:
A. Infeksi
1. Infeksi virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian
atas seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory
Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus. Virus
lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela,
Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan
Human Immunodeficiency Virus (HIV).1
Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang
merupakan salah satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau
akut adalah penyakit yang dialami oleh sebagian orang pada beberapa hari
atau minggu setelah tertular HIV. Gejala lain termasuk demam dan sakit
kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap penyakit flu (influenza like
illness).3
Segera setelah seseorang terinfeksi HIV, kebanyakan virus keluar dari
darah. Sebagian melarikan diri ke sistem limfatik untuk bersembunyi dan
menggandakan diri dalam sel di KGB, diperkirakan hanya sekitar 2% virus
HIV ada dalam darah. Sisanya ada pada sistem limfatik, termasuk limpa,
lapisan usus dan otak.3
Pada penderita HIV positif, aspirat KGB dapat mengandung
immunoblas yang sangat banyak. Pada beberapa kasus juga tampak sel-sel
imatur yang banyak. Pada fase deplesi, pada aspirat sedikit dijumpai sel
folikel, immunoblas dan tingible body macrophage, tetapi banyak dijumpai
sel-sel plasma.5
Limfadenopati generalisata yang persisten (persistent generalized
lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada lebih dari dua tempat KGB
yang berjauhan, simetris dan bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi
HIV yang timbul pada lebih dari 50% Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dan
PGL ini sering disebabkan oleh infeksi HIV-nya itu sendiri.3
PGL biasanya dialami waktu tahap infeksi HIV tanpa gejala, dengan
jumlah CD4 di atas 500, dan sering hilang bila kadar CD4 menurun hingga
kadar CD4 200. Kurang lebih 30% orang dengan PGL juga mengalami
splenomegaly.3

10
Batasan limfadenopati pada infeksi HIV adalah sebagai berikut:
a. Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening
b. Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1 cm dalam
setiap kelompok
c. Berlangsung lebih dari satu bulan
d. Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya
Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan
kebanyakan terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang
bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya
kulit pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak berwarna
merah. Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit dilihat, dan lebih mudah
ditemukan dengan cara menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini berukuran
sebesar kacang polong sampai sebesar buah anggur.3
2. Infeksi bakteri
Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta
hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila
berhubungan dengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau
abses tubo-ovarian.2,3

Tabel 2. Penyebab Infeksi pada Limfadenopati Servikalis


Bacteria Viruses
Gram-positive cocci DNA enveloped viruses
—Staphylococcus aureus —Cytomegalovirus
—Streptococcus pyogenes (group A) —Epstein-Barr virus
—Streptococcus agalactiae (group B) —Herpes simplex virus types 1 and 2
—Anaerobic organisms —Human herpesvirus 6
Peptococcus sp —Varicella-zoster virus
Peptostreptococcus sp DNA nonenveloped viruses
Gram-positive rods —Adenovirus
—Bacillus anthracis RNA enveloped viruses
—Corynebacterium diphtheriae —Human immunodeficiency virus
Gram-negative rods —Influenza virus
—Bartonella henselae —Measles virus
—Calymmatobacterium granulomatis —Mumps virus
—Haemophilus influenzae —Parainfluenza virus
—Serratia marcescens —Respiratory syncytial virus
—Associated with the enteric tract —Rubella virus
Acinetobacter sp RNA nonenveloped viruses

11
Escherichia coli —Coxsackieviruses
Proteus sp —Rhinoviruses
Pseudomonas aeruginosa Fungi
Salmonella typhi Aspergillus fumigatus
Shigella sp Candida sp
—Associated with zoonoses Cryptococcus neoformans
Brucella sp Dermatophytes
Francisella tularensis Histoplasma capsulatum
Yersinia pestis Paracoccidioides brasiliensis
Yersinia enterocolitica Sporothrix schenckii
Yersinia pseudotuberculosis Protozoa
—Anaerobic Leishmania sp
Bacteroides sp Toxoplasma gondii
Mycobacteria and Actinomycetes Trypanosoma brucei gambiense
Actinomyces israelii Trypanosoma brucei rhodesiense
Mycobacterium tuberculosis Spirochetes
Mycobacterium avium-intracellulare Leptospira interrogans
Mycobacterium scrofulaceum Treponema pallidum
Nocardia asteroids Rickettsiae
Rickettsia tsutsugamushi

B. Penyebab Lain
Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah
penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen,
penyakit Cat-scratch, penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan
Sisestemic lupus erithematosus (SLE).2,3
Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati
dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-
obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin,
emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac).
Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher,
seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid. Meskipun demikian, masing-
masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran KGB saja,
melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran KGB tersebut.2,3
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan
tersebut dapat diingat dengan mnemonik MIAMI: malignancies (keganasan),
infections (infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous

12
and unusual conditions (lain-lain dan kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes
(sebab-sebab iatrogenik).1

2.7 Diagnosis
Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang apabila diperlukan.1,2

2.7.1 Anamnesis
Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta,
riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.1,2
a. Lokasi
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya
disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh
penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila
berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh Mikobakterium,
Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus.
b. Gejala penyerta
Gejala infeksi selain demam, dicari kemungkinan adanya faringitis (nyeri
menelan batuk), konjungtivitis (keluar secret, mata merah), ulserasi kulit, tinea
(gatal pada daerah lipatan), nyeri lokal, luka genital, keluar cairan dari genital,
dan berkeringat di malam hari menandakan kemungkinan tuberkulosis.
 Gejala keganasan metastasis: gejala konstitusional keganasan seperti
penurunan berat badan dan keringat malam.
 Gejala konstitusional : demam keringat malam, dan / atau penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan lebih besar dari 10% dari berat
badan selama 6 bulan mengenai untuk limfoma, arthralgias, ruam, dan
mialgia menunjukkan adanya penyakit vaskular kolagen.

c. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil
sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada
wajah atau leher atau tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi
Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan kepada
infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada
Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.

13
d. Riwayat pemakaian obat
Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-
obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol,
atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin,
pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat
umumnya seluruh tubuh (limfadenopati generalisata).
e. Riwayat pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan
infeksi saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut
membantu mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau
pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan
penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena
Tularemia.

2.7.2 Pemeriksaan Fisik


Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan
kepada penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan sistem
kekebalan tubuh.
Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB harus
diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan,
kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat
digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.
Lokasi
Ketika limfadenopati lokalisata , maka kita harus memeriksa infeksi, lesi kulit
atau tumor di daerah yang dilewati aliran drainase kelenjar getah bening tersebut.

14
Ukuran
Ukuran dari KGB bervariasi tergantung lokasinya. Kelenjar getah bening yang
memiliki garis tengah terpanjang > 10 mm dikategorikan sebagai suatu limfadenopati,
dengan pengecualian untuk kelenjar getah bening epitroklear (bila garis tengah
terpanjang > 5 mm) dan inguinal (bila garis tengah terpanjang > 15 mm). Apabila
kelenjar getah bening supraklavikula, ilaka maupun poplitea dapat teraba juga sudah
dikategorikan sebagai suatu yang abnormal. Pada anak-anak, limfadenopati yang
diameternya > 2cm (disertai dengan foto toraks abnormal dan tidak ada kelainan pada
teling, hidung tenggorok) dapat dicurigai penyakit granulamotosa ( Tuberkulosis) atau
kanker.1,6

15
Nyeri tekan
Pembesaran KGB menyebabkan kapsul meregang dan mengakibatkan adanya
nyeri. Nyeri biasanya disebabkan dari proses inflamasi atau supurasi, tetapi nyeri juga
dapat disebabkan oleh perdarahan di jaringan nekrotik karena keganasan, sehingga
ada atau tidaknya nyeri tidak dapat di jadikan indikasi adanya keganasan.7
Konsistensi
Secara umum konsistensi tidak dapat menentukan etiologi. keras seperti batu
mengarahkan kepada keganasan, padat seperti karet mengarahkan kepada limfoma;
lunak mengarahkan kepada proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah terjadinya
abses/pernanahan.8
Mobilitas
KGB yang terfiksasi menunjukkan karsinoma metastatik, sedangkan KGB
yang mobile dapat terjadi pada infeksi, penyakit kolagen vaskular dan limfoma.
Evaluasi mobilitas KGB supraklavikula dapat dibantu dengan pasien cara melakukan
manuver Valsava.
Pembesaran KGB leher bagian posterior biasanya terdapat pada infeksi rubela
dan mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian belakang memiliki risiko
keganasan lebih besar daripada pembesaran KGB bagian anterior.
Pembesaran KGB leher yang disertai daerah lainnya juga sering disebabkan
oleh infeksi virus. Keganasan, obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan
degnan pembesaran KGB generalisata.
Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan dapat
digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan,
baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya
kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan
adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses. Bila limfadenopati disebabkan
keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak dapat digerakkan
oleh karena terikat dengan jaringan di bawahnya.
Pada infeksi oleh mikobakterium, pembesaran kelenjar berjalan berminggu-
minggu sampai berbulan-bulan, walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif
dan kulit diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah dan terbentuk jembatan-jembatan
kulit di atasnya.
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil, bintikbintik
merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptokokus. Adanya
16
selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang sulit dilepas dan bila dilepas
berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan kepada
infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa mengarahkan
kepada infeksi Epstein Barr Virus (EBV).
Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada
campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang
dengan penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan
limpa mengarahkan kepada leukemia. Demam panjang yang tidak berespon dengan
obat demam, kemerahan pada mata, peradangan pada tenggorok, strawberry tongue,
perubahan pada tangan dan kaki (bengkak, kemerahan pada telapak tangan dan kaki)
dan limfadenopati satu sisi (unilateral) mengarahkan kepada penyakit Kawasaki.

2.7.3 Pemeriksaan Penunjang


a. Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis
limfadenopati servikalis. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk,
echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya
kalsifikasi.
USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum halus untuk
mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan, dengan nilai
sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%. 9
b. CT Scan
CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm
atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati
supraklavikula pada penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada
perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG
atau CT scan.9
c. Biopsi Kelenjar
Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya dilakukan pada kelenjar yang paling
besar, paling dicurigai, dan paling mudah diakses dengan pertimbangan nilai
diagnostiknya. Kelenjar getah bening inguinal mempunyai nilai diagnostik paling
rendah. Kelenjar getah bening supraklavikular mempunyai nilai diagnostik paling
tinggi. Meskipun teknik pewarnaan imunohistokimia dapat meningkatkan
sensitivitas dan spesifi sitas biopsi aspirasi jarum halus, biopsi eksisi tetap

17
merupakan prosedur diagnostik terpilih. Adanya gambaran arsitektur kelenjar pada
biopsi merupakan hal yang penting untuk diagnostik yang tepat, terutama untuk
membedakan limfoma dengan hyperplasia reaktif yang jinak.
d. Darah Tepi Lengkap, Apusan Darah, LED (Laju Endap Darah)

Darah lengkap dan apusan untuk melihat kemungkinan infeksi atau


keganasanan darah. LED untuk melihat adanya tanda inflamasi akut, infeksi akut
dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid,
malignansi.9
e. Biakan Darah
Untuk melihat adanya penyebab infeksi dengan bakteri yang spesifik.
f. Serologi (Toxoplasma, EBV, CMV, HIV dll)

Biasanya untuk limfadenopati generalisata.


g. Tes mantoux

Jika pada anamnesis dan PF dicurigai adanya infeksi tuberculosis.


h. Rongent toraks

Rongent toraks diperlukan pada kecurigaan adanya kelainan dari paru seperti
pada tuberculosis, lymphoma dan neuroblastoma, untuk melihat adanya
limfadenopati mediastinal.

18
Skema 1. Alur Diagnosis (Royal Children Hospital)10

2.8 Terapi
Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya.
Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak
membutuhkan pengobatan apapun selain observasi.1
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala
yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar
walau dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum
tepat.1
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa
disebabkan oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A).
Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon
positif dalam 72 jam. Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali
diagnosis dan penanganannya.1

19
Sedangkan pembesaran KGB pada anak-anak biasanya disebabkan oleh virus
dan sembuh sendiri, walaupun pembesaran KGB dapat berlangsung mingguan.
Pengobatan pada infeksi KGB oleh bakteri (limfadenitis) adalah antibiotik oral 10
hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin 25mg/kgBB empat kali
sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotik golongan penisilin dapat diberikan
cephalexin 25mg/kg (sampai dengan 500mg) tiga kali sehari atau eritromisin 15mg/kg
(sampai 500mg) tiga kali sehari.
Bila penyebab limfadenopati adalah mikobakterium tuberkulosis maka
diberikan obat anti tuberkulosis selama 9-12 bulan. Bila disebabkan mikobakterium
selain tuberkulosis maka memerlukan pengangkatan KGB yang terinfeksi atau bila
pembedahan tidak memungkinkan atau tidak maksimal diberikan antibiotik golongan
makrolida dan antimikobakterium. Pemeriksaan penunjang bila limfadenopati akut
tidak diperlukan, namun bila berlangsung >2minggu dapat diperiksakan serologi
darah untuk epstein barr virus, citomegalovirus, hiv, toxoplasma; tes mantoux,
rontgen dada, biopsi dimana semuanya disesuaikan dengan tanda dan gejala yang ada
dan yang paling mengarahkan diagnosis.10
Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi
dengan menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.1

2.9 Prognosis
Pada individu dengan limfadenopati, prognosis tergantung pada penyakit yang
mendasari. Pada individu dengan infeksi bakteri, pemulihan lengkap dapat diharapkan
dengan pengobatan antibiotik. Waktu pemulihan akan bervariasi, tergantung pada
penyebabnya. Ini mungkin memerlukan jangka waktu untuk pembengkakan
sepenuhnya menghilang.

BAB III
PENUTUP
20
3.1 Kesimpulan
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran
lebih besar dari 1 cm. Limfadenopati dapat disebabkan oleh infeksi dan penyebab lain
seperti keganasan, penyakit autoimun, dan iatrogenik (obat-obatan). Berdasarkan luasnya
limfadenopati dibagi menjadi 2 yaitu lokalisata dan generalisata, dan lokasi kelenjar
getah bening di daerah leher dapat dibagi menjadi 6 level. Limfadenopati lokalisata
didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan
limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang
berjauhan dan simetris. Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari
berbagai mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel
atau metabolisme.
Pembesaran kelenjar getah bening daerah leher biasa ditemukan dan umumnya
tidak berbahaya. Observasi merupakan hal utama. Diagnosis limfadenopati dapat
ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis penting untuk mengevaluasi usia penderita, lokasi, karakteristik, dan lamanya
limfadenopati, serta gejala lain yang menyertai untuk mengarahkan pada penyebab
limfadenopati. Pemeriksaan fisik penting untuk mengevaluasi ukuran, bentuk,
konsistensi dan penempelannya. Serta untuk pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
melalui USG, CT-Scan dan biopsi, biopsi eksisi merupakan prosedur diagnostik terpilih
bila dicurigai keganasan.
Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya dan
pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses.

DAFTAR PUSTAKA

21
1. Bazemore AW. Smucker DR. Lymphadenopathy and malignancy. Am Fam Physician.
2002;66:2103-10.
2. Ferrer R. Lymphadenopathy: Differential diagnosis and evaluation. Am Fam
Physician. 1998;58:1315.
3. Fletcher RH. Evaluation of peripheral lymphadenopathy in adults. Available from:
URL : www.uptodate.com. Accessed on March 23 2016.
4. Robbins KT, Clayman G, Levine PA, Medina J, Sessions R. Neck dissetion
clasification update. Revision proposed by the American Head and Neck Society and
the American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Arch Otolaryngol
Head Neck Surg. 2002;128:751-8.
5. Spelman D. Tuberculous lymphadenitis. Available from : URL : www.uptodate.com.
Accessed on March 23 2016.
6. Djajadiman, G. Pendekatan Diagnostik Limfadenopati pada Anak. Available from :
URL : http://www.idai.or.id/buletinidai/view.asp?ID=799&IDEdisi=73. Accessed on
March 22 2016
7. Roezin, E. Sistem Aliran Limfe. In: Djaafar ZA, Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala
& Leher. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004. p.174-7
8. Vikramjit SK, Richard HS, Gary JS. Lymphadenopathy. Available from : URL :
http://emedicine.medscape.com/article/956340-overview. Accessed on March 22
2016
9. Moore SW, Schneider JW, Schaaf HS. Diagnostic aspects of cervical
lymphadenopathy in children in the developing world: a study of 1,877 surgical
specimens. Pediatr Surg Int. Jun 2003;19(4):240-4.
10. Royal Children Hospital. Cervical Lymhadenopathy. Available from : URL :
http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=5166. Accessed on March 24
2016

22

Anda mungkin juga menyukai