Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

GAMBARAN PEMERIKSAAN RADIOLOGI

PADA CEREBRAL VENOUS SINUS THROMBOSIS

Pembimbing:

dr. Vina Devi Wijaya Sp.Rad

Disusun oleh:

Inry Kristiani Purba

1965050068

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI

PERIODE 24 AGUSTUS – 5 SEPTEMBER 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Inry Kristiani Purba

Bagian : Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi

Periode : 24 Agustus – 5 September 2020

Judul Referat : Gambaran Pemeriksaan Radiologi Pada Cerebral venous sinus


thrombosis

Pembimbing : dr. Vina Devi Wijaya, Sp.Rad

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal:

Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.

Jakarta,2 September 2020

dr. Vina Devi Wijaya, Sp.Rad

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab atas hikmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan refarat yang berjudul “Gambaran Pemeriksaan
Radiologi Pada Cerebral Venous Sinus Thrombosis ”. Referat ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Indonesia di RSU UKI Periode 24 Agustus – 5 September 2020.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Vina Devi Wijaya, Sp.Rad selaku dokter pembimbing referat yang telah meluangkan
waktu, serta tenaga untuk membimbing penulis sehingga referat ini bisa tersusun dengan
baik.

1. Kepada yang saya hormati, para dokter serta staf Departemen Ilmu Radiologi atas

bimbingan yang diberikan kepada penulis.

2. Kepada orang tua, keluarga dan rekan-rekan tercinta atas dukungan dan doa.

Dalam penulisan referat ini, penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas segala kekurangan serta penulis juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan penulisan referat
berikutnya.

Jakarta, 2 September 2020

Inry Kristiani Purba.

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2

DAFTAR ISI........................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….., 4

Pendahuluan.......................................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 6

2.1 Definisi ……………………………………....... ………………………….. 6


2.2 Epidemilogi..................................................................................................... 6

2.3.1 Modalitas Invasive ……… ……………………………………………… 8


2.3.1.1 CT – Scan ……………………………………………………………… 8
2.3.1.2 CT- Venography …. …………………………………………………… 13
2.3.1.3 MR Venography………………………………………………………... 14
2.3.2. Modalitas Non Invasive ……….………………………………………... 16
2.3.2.1 DSA .......................................................................................................... 16

2.4 Potensi Kesalahan Interpretasi Gambar .......................................................... 17

2.4.1 Sinus Hipoplasia dan Atresia ………………………………....................... 17

2.4.2 Flow Gap Pada TOF MR Venography ..……………………………….... 18


2.4.3 Varian Anatomi Confluence Sinus ………..…………………………….. 19
2.4.4 Garnulasi Arachnoid …………………………………………………….. 20
BAB III PENUTUP............................................................................................. 21

Kesimpulan ........................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 22

3
BAB I
PENDAHULUAN

Cerebral venous sinus thrombosis (CVST) adalah kelainan pembuluh darah otak yang
jarang dan mempunyai gejala klinis yang sangat bervariasi. Vena cerebral mengandung sekitar
70 % dari total volume darah otak.CVST  terjadi sekitar seribu kali lebih sedikit daripada stroke
arteri.

Stroke arteri dan vena menyebabkan defisit neurologis yang berbeda dan menyerang
semua kelompok umur. Sekitar setengah dari pasien stroke arteri ditemukan pada usia lebih dari
75 tahun, sedangkan CVST  paling banyak pada usia kurang dari 40tahun (dewasa muda dan
anak- anak). Diperkirakan insiden CVST sekitar duasampai tujuh kasus per satu juta orang tiap
tahunnya, 3 dari 4 orang CVST  adalah perempuan dengan 61% perempuan berusia antara 20-35
tahun. Perbandingan inimungkin berhubungan dengan kehamilan atau penggunaan kontrasepsi
oral 1 dari8 pasien akan meninggal atau mengalami kecacatan.

CVST  merupakan gangguan neurologis yang relatif jarang tetapi berdampak serius, dan
menjadi reversible jika terdiagnosis secara tepat dan mendapat pengobatan yang tepat. Diagnosis
yang tepat untuk mengenali CVST sangatlah diperlukan. Pencitraan sangat berperan penting
dalam diagnosis CVST  karena aktor penyebab dan manifestasi klinis dari gangguan ini
bervariasi. Pasien akan memperoleh penanganan segera secara efektif apabila CVST  dapat
didiagnosis sejak awal. Diagnosis yang terlambat akan menimbulkan morbiditas dan mortalitas
yang tinggi.

Saat ini telah banyak modalitas radiologi yang dapat digunakan untukmembantu
penegakan diagnosis

CVST, mulai dari Computed Tomography Scan (CT Scan), Magnetic Resonance Imaging
(MRI) sampai pada taraf CTvenography dan MR Venography yang jelas memperlihatkan vena
pada otak dan perubahan parenkim otak yang berkaitan dengan thrombosis

4
 Untuk dapat mendiagnosis CVST   dengan tepat, maka sangatlah penting untuk memiliki
pengetahuan yang detail mengenai anatomi sistem vena yang berbeda-beda, gambaran khas pada
pemeriksaan radiologi, dan perangkap yang dapatterjadi pada interpretasi gambaran radiologis.
Oleh sebab itu, pada referat ini akanmembahas mengenai CVST dan intervensi radiologi dari
CVST sehingga bisamembantu radiolog dalam mendiagnosa CVST.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Cerebral Venous Sinus Thrombosis (CVST) atau thrombosis vena sinus cerebral adalah
oklusi atau sumbatan pada saluran vena di dalam rongga kranial,termasuk thrombosis pada vena
dural, thrombosis pada vena kortikal dan thrombosis pada vena cerebral. CVST merupakan suatu
penyakit neurologis yang relatif jarang terjadi namun serius, dapat berpotensi reversibel jika
didiagnosis dan ditangani dengan tepat dan cepat. Sinus dura atau sinus venosus merupakan
aliran dari vena-vena superfisialis dan profunda cerebri.

Sinus dura tersebut terdiri dari : Sinus venosus kranialis, sinus sagitalis superior, sinus
rectus, sinus transverses, sinus sigmoideus, sinus kavernosus.Dalam sepertiga kasus lebih dari
satu sinus yang terlibat namun juga dapatmelibatkan lebih dari satu sinus dan pada kasus yang
lebih lanjut lagi disertaidengan keterlibatan vena-vena cerebri.

Nama lain yang juga sering digunakan untuk menyebutkan cerebral sinus venosus
thrombosis yaitu :

- Cerebral Venous Thrombosis (CVT)

- Cerebral Vein Thrombosis

- Cerebral Venous and Sinus Thrombosis

- Cerebral Venous Sinus Thrombosis (CVST)

- Cerebral Sinovenous Thrombosis (CSVT)

2.2. Epidemiologi

CVST merupakan bentuk stroke yang jarang terjadi dan sering tidak dikenali,yang
diperkirakan memiliki insiden sekitar dua sampai tujuh kasus per juta populasi umum tiap

6
tahunnya , 3 dari 4 orang CVST adalah perempuan dengan61% perempuan berusia antara 20-35
tahun, 1 dari 8 pasien akan meninggal atau mengalami kecacatan. Prevalensi perempuan
mungkin karena kondisi yang berkaitan dengan usia tertentu seperti kehamilan, masa nifas dan
penggunaankontrasepsi oral.

CVST lebih banyak terjadi pada individu muda. Pada berbagai macam kasus perdarahan
intracerebral pada individu muda, CVST merupakan 5% dari semua kasus yang ada. CVST
pertama kali dilaporkan lebih dari 100 tahun yang lalu. CVST lebih sering ditemukan pada sinus
sagitalis superior (62%) dan bertanggung jawab atas 1-2% dari semua stroke pada orang dewasa
dan mempengaruhi semua kelompok umur. CVST paling banyak pada usia kurang dari 40 tahun
(dewasa muda dananak-anak).

Gambar 2.1 Frekuensi thrombosis vena dan sinus cerebral.

2.3 Pemeriksaan Radiologi

Pencitraan sebagai alat diagnostik telah berperan sangat besar dalam diagnosis dan
penatalaksanaan CVST. Pencitraan diagnostik untuk CVST dapat dibagi kedalam dua kategori

7
modalitas yaitu invasive dan non invasive. Tujuannyaadalah untuk menentukan perubahan
vaskuler dan parenkim otak yang berkaitandengan kondisi penyakit

2.3.1. Modalitas Invasive

2.3.1.1Computed Tomography Scan (CT Scan)

CT scan merupakan modalitas pencitraan primer karena modalitas ini banyak tersebar
luas, waktu scan lebih pendek, biaya relatif lebih murah dan tidak invasif. Sensitivitas dan
spesifisitas CT scan dalam mendiagnosis CVST masing-masingadalah 68 % dan 52 %.

CVST dibagi menjadi direct sign dan indirect sign, direct sign menggambarkan thrombus
sinus dural atau kortikal dan indirect sign berdampak pada perubahan vaskuler atau iskemik
akibat gangguan aliran vena. Indirect sign ini tidak spesifik dan seharusnya mendapatkan
perhatian karena dapat mempercepat pencarian direct sign thrombus sinus atau kortikal

A.Direct Sign

Direct sign pada CVST dapat terlihat pada CT scan tanpa dan dengan kontras.Pada CT
scan tanpa kontras temuannya adalah dense cord sign, dense clot sign dan dense delta (filled
triangle) sign. Peningkatan densitas pada sinus dural yang teroklusi thrombus dikenal dengan
dense clot sign. Pada vena korteks terlihatsebagai garis linier hiperdense atau cord like density,
yang dikenal sebagai densecord sign.

Dense cord sign dan dense clot sign dapat terlihat pada 2-25 % pasien sebagai lesi
atenuasi tinggi di dalam sinus yang tersumbat dan paling sering dilihat pada sinus sagitalis
superior. Gambaran ini memiliki spesifisitas yang rendah karenaaliran lambat dapat
menghasilkan temuan serupa. Dense delta (filled triangle) sign merupakan lesi dengan densitas
bentuk segitiga (dari hiperdense thrombus) dalam sinus sagital superior, yang terlihat pada
hampir 60% pasien. Temuan ini juga tidak spesifik dan terkadang dapat ditemukan pada pasien
dengan hematokrit yang meningkat. Tanda-tanda ini biasanya hanya ditemukan dalam dua
minggu pertama dimana darah thrombus biasanya lebih hiperdense dibandingkan dengan
parenkimotak. Setelah dua minggu thrombus akan menjadi isodense dan hanya akan terlihat
pada CT scan dengan kontras.

8
Gambar 2.2 Pasien dengan infark hemoragik di lobus temporalis sinistra dengan
dense sinus transversus sinistra (dense clot sign) akibat adanyathrombosis

Yang sering ditemukan pada CT scan dengan kontras adalah empty delta sign yaitu filing
defect sentral intralumen menggambarkan thrombus dikelilingi kontras enhance saluran vena
kolateral dural dan cavernous spaces dalam pembungkus dural. Tanda ini ditemukan pada 25-
52% kasus thrombosis sinus sagitalis superior, sinus transversus dan sinus straight, dimana lokasi
yang paling sering adalah di sepertiga posterior sinus sagitalis superior. Keberadaan empty delta
sign meningkatkan kemungkinan diagnosis CVST

Gambar 2.3 Dense Cord Sign pada perempuan muda dengan thrombosis venakortikal. A
dan B, CT Scan tanpa kontras menunjukkan densecortical vein (tanda panah putih, A)
sebagai direct sign pada CVST dikenal sebagai cord sign. Didapatkan infark subkortikal
hemoragik (tanda panah hitam), pembengkakan otak difus dan ukuranventrikel kecil
sebagai indirect sign

9
Gambar 2.4 CT Scan kepala axial tanpa kontras menunjukan infark venahemoragik
(tanda panah hijau) di regio parietal kanan dengan dense triangle atau delta sign (tanda
panah hitam)

Gambar 2.5 Gambaran empty delta sign pada thrombosis di sinus sagitalis superior

10
B. Indirect Sign

Pada CVST yang termasuk indirect sign adalah perubahan parenkim termasuk infark
vena, edema otak lokal atau difus, penyempitan sulci, enhancement falx dan tentorium. Indirect
sign ini tidak spesifik. Thrombosis vena menyebabkan peningkatan tekanan vena dan dampak
pertama kali yang muncul adalah edema vasogenik pada area white matter yang terlibat.
Kemudian proses berlanjut hingga menimbulkan infark dan timbul edema sitotoksik. Tidak
seperti infark arteri yang hanya timbul edema sitotoksik dan tanpa edema vasogenik.

Gambar 2.6.CT scan kepala axial tanpa kontras pada pasien dengan CVST menunjukkan
infark hemoragik di caudatus (a) dan parietal (b)kiri, edema luas di regio parieeto-
occipital kiri (a) dan penyempitan sulci di hemisfer kiri (c)

Infark vena merupakan temuan yang paling sering pada CT Scan tanpa kontras dan
ditemukan pada hampir 40% pasien. Lokasi infark berkaitan dengan drainase vena diharapkan
dapat memberikan petunjuk struktur vena yang terlibat.Thrombosis pada sinus sagital sering
menyebabkan gangguan drainase vena dan perubahan parenkim di daerah parasagital.
Thrombosis labbe's vein mengakibatkan infark di lobus temporal. Infark talamus, ganglia basal,
dan kapsul internal bilateral atau unilateral biasanya terlihat pada thrombosis vena dalam.
Perdarahan parenkim dapat terlihat pada sepertiga kasus CVST . Zona tidak beraturan berbentuk
flame pada perdarahan lobar di lobus frontal dan parietal parasagittal merupakan temuan khas
pada pasien dengan thrombosis sinus sagittal superior. Perdarahan di lobus temporal atau
oksipital lebih khas akibat oklusisinus transversus. Perdarahan pada thrombosis vena cerebral
biasanya kortikal dengan perluasan subkortikal. Zona yang lebih kecil dari perdarahan
subkortikal yang terisolasi juga dapat dilihat dan bisa disertai dengan edema minimal. Edema
otak digambarkan sebagai area hipodens eksentrik di perifer dari perdarahan, ditemukan segera
setelah onset gejala neurologis dan berkembang secara bertahap selama 24- 72 jam. Gambaran
edema otak ini biasanya simetris sekitar perdarahan. Penyempitan Sulci, visibilitas sisstern

11
berkurang dan pengurangan ukuran ventrikel dapat terjadi. Ventrikel kadang-kadang kecil dan
seperti celah (slit-like) sebagai akibat dari peningkatan tekanan intrakranial dan dikaitkan edema.

Erosi struktur telinga tengah dan perubahan daerah mastoid merupakan temuantidak
langsung lainnya yang dapat terlihat terutama pada pasien dengan thrombosis sinus lateral septik.
Selain itu pada infark vena dan thrombosis sinuscerebelum dapat ditemukan adanya hidrosefalus
dan penekanan ventrikel empat.

Indirect sign yang paling sering setelah pemberian kontras adalah enhancement
parenkim dan enhancement tentorium dan / atau falx. Enhancement parenkim didapatkan pada
1%- 29% kasus, biasanya di lokasi girus dan dapat meluas kedalam white matter menandakan
gangguan sawar darah-otak, dapat dilihat didaerah edema dan adanya kelainan otak baik
ireversibel atau reversibel. Peningkatan enhancemen tentorium dan atau falx, enhancement
leptomeningealdisekitarnya, dan enhancement vena kortikal yang prominent mungkin
menandakan adanya kolateral vena dural atau stasis vena. Kadang-kadang, enhancement girus
atau linier yang terisolasi terlihat, dan dapat disalah artikan sebagai perdarahan sub arachnoid.

Gambar 2.7. CT Scan kepala tanpa kontras pada pasien dengan thrombosis sinuslateral
kanan menunjukkan erosi pada telinga media kanan dan aircelullae mastoid kanan

12
2.3.1.2 CT (Computed Tomography) Venography

CT Venography merupakan modalitas yang cepat, dapat dipercaya, dan akurat dalam
mendeteksi CVST. CT venography lebih bermanfaat pada kondisi sub akut atau kronis
disebabkan karena densitas yang bervariasi pada sinus thrombosis.Karena densitas tulang
kortikal yang berdekatan dengan sinus dura, artefak tulang dapat mengganggu visualisasi sinus
dura dengan penyangatan.

CT Venography memberikan gambaran sistem vena cerebri yang sangat detail disbanding
Time of flight (TOF) Magnetic Resonance (MR) venography. Kekurangan CT venography
meliputi paparan radiasi, penggunaan bahan kontrasyang berpotensi menimbulkan alergi, dan
pada pasien dengan kerusakan fungsiginjal.

CT Venography dibuat dengan pemberian kontras media (iodine, 300 mg/mL),kecepatan


3 mL/detik. Pengambilan gambar dilakukan pada 45 detik delay setelah pemberian kontras.
Temuan langsung thrombus adalah gambaran filling defect atau thrombus non enhancement
disekitarnya (empty delta sign)

Gambar 2.8 a. Gambar CT MIP tampilan axial, b. Gambar 3D volume dari CT


venography (oblique anterosuperior view) menunjukkan vena cerebralinterna (ICV), basal
vein of rosenthal (BVR), vein of galen (VOG), sinusstraight (StrS) dan torcular herophili
(TH), c. Gambar CT MIPtampilan sagital menunjukkan Sinus sagitalis inferior (ISS), ICV,
SSS,StrS, dan VOG d. Gambar 3D integral CT venography menunjukkananastomosis vein
of trolad (AVOT) mengalir ke SS, anastomosis vein ofLabbe (AVOL) mengalir ke sinus
transversus (TS) dan vena cerebralmedia superfisial (SMCV)

13
Gambar 2.9 Perempuan, 20 tahun dengan thrombosis di sinus sagitalis superior.(a,b)
Gambar CT Scan axial tanpa kontras menunjukkan dense triangle sign (ujung panah) dan
clot sign (tanda panah). (c) Gambar3D dari CT Venography (posterosuperior view)
menunjukkan filling defect di sinus sagitalis superior dan vena-vena parieto-occipital,
sebagai gambaran yang mengindikasikan thrombosis

CT Venography tidak dipengaruhi oleh artefak yang terkait aliran dan dipertimbangkan
sedikit lebih unggul dari MR venography (MRV) dalam mengidentifikasi sinus dan vena
cerebral. Modalitas ini juga mempunyai keuntungan yang dapat dipakai pada pasien tidak
kooperatif, waktu tambahan jauhlebih singkat dari pada dengan MR Venography dan tekhnik ini
jelas berguna bagi pasien dimana MRI sebagai kontraindikasi.

Kekurangan CT venography meliputi paparan radiasi, penggunaan bahan kotras yang


berpotensi menimbulkan alergi, dan pada pasien dengan kerusakan fungsi ginjal

2.3.1.3 MR (Magnetic Resonance) Venography

MR venography yang paling banyak digunakan adalah time-of-flight (TOF) MR


venography dan MR kontras dengan penyangatan. TOF MR venography adalah metode yang
paling sering digunakan untuk mendiagnosis CVST. TOF 2 dimensi yang paling sering
digunakan untuk mengevaluasi sistem vena intrakranial disebabkan karena sensitivitasnya yang
sangat baik dalam menilai aliran yang lambat dan sedikit sensitivitas terhadap kehilangan sinyal
dari efeksaturasi jika dibandingkan dengan sensitivitas TOF 3 dimensi. TOF 2 dimensi inisangat
sensitif pada aliran yang tegak lurus terhadap bidang tambahan( acquisition), koronal, axial, atau
oblik. Pada TOF MR venography , aliran vena pada bidang image acquisition dapat
menghasilkan saturasi dan resultan nol padasinyal vena, yang dapat berpotensi sebagai
perangkap dalam interpretasi foto dan diagnosis.

MR venography kontras dengan penyangatan dengan pusat elips (Ellipticcentric)


merupakan metode yang sedang berkembang saat ini dimana efek paramagnetik gadolinium

14
intravena digunakan untuk menyingkat T1 dan memberikan hasil penyangatan kontras
intravaskuler yang positif. Visualisasi pembuluh darah kecil lebih baik pada MR venography
kontras dengan penyangatan. Gambaran sinus dura juga menunjukkan hasil yang baik
disebabkan karena berkurangnya efek aliran turbulen pada kontras pembuluh darah.

Kelainan sinyal T1 dan atau T2 dalam sinus vena bersamaan dengan tidak adanya aliran
normal pada MRV menegaskan diagnosis thrombosis vena. Usia thrombus

menentukan karakteristik sinyal T1 dan T2. Pada fase akut (0-5 hari) thrombus biasanya
isointense pada T1WI dan hipointense pada T2WI. Pada fase subakut (6-15 hari), pada T1WI
dan T2WI thrombus akan terlihat hiperintense Pada fase kronis (>15 hari) akan tampak
isointense pada T1WI dan hiperintense pada T2WI.

Gambar 2. 10 Thrombus sub akut sinus sagitalis superior. (a,b) Gambar MR axial T1-
weighted (a) dan T2-weighted (b) menunjukan area abnormal dengan hiperintensitas
signal di sinus sagitalis superior (tanda panah)

Gambar 2.11. Coronal TOF MR Venography tampilan coronal menunjukkan tidak


ada signal pada sinus transversus kanan, sinus sigmoid dan vena jugularis interna.

15
2.3.2.Modalitas Non invasive

2.3.2.1 Digital Susbtraction Angiography (DSA)

Penemuan arteriografi termasuk diantaranya tidak terlihatnya sinus karena oklusi,


kongesti vena dengan dilatasi vena korteks, skalp atau vena fasial, pembesaran vena kecil dari
kolateralisasi, dan pembalikan aliran vena. Fase vena pada angiografi cerebral akan terlihat
filling defect pada thrombosis. Oleh karena sangat bervariasinya struktur vena cerebral dan
resolusi yang inadekuat, CT scan atau MRI bisa tidak memberikan gambaran yang adekuat dari
vena yang dimaksud terutama vena korteks dan pada beberapa keadaan struktur vena profunda.

Hipoplasi atau atresia vena cerebri sinus dural bisa memberikan hasil yang tidak
meyakinkan pada MRV atau CTV dan diperjelas dengan angiografi cerebralfase vena.
Thrombosis vena korteks dan sinus dural akut secara khas menyebabkan kelambatan sirkulasi
vena cerebral dan angiografi cerebral akan memperlihatkan lambatnya visualisasi struktur vena
cerebral. Normalnya, awal vena menjadi opak adalah 4-5 detik setelah injeksi bahan kontras
melalui arteri karotis dan opasitas komplet sistem vena cerebral adalah 7-8 detik. Apabila vena
cerebral atau sinus dural tidak tervisualisasi pada urutan normal angio graficerebral, dicurigai
kemungkinan adanya thrombosis akut.

Angiografi juga memperlihatkan vena berdilatasi dan tortous (“corkscrew”), apabila


kejadian thrombosis menuju ke sinus. Interpretasi angiogram bisa sulit karena variasi anatomi
seperti hipoplasi atau absennya sinus transversus unilateral

Namun, pada pasien dengan perdarahan subarachnoid dan thrombosis vena cerebral,
DSA sebaiknya dipertimbangkan untuk menyingkirkan penyebab lain dari perdarahan ulang,
seperti aneurisma distal dan fistula arteriovenous dural,sebelum terapi antikoagulan diberikan.
Teknik meliputi kateter arteri angiography standar, thrombosis di dalam sistem vena didiagnosis
dari fase vena angiogram cerebral yang langsung dapat menunjukkan tidak adanya pengisian
vena yang terlibat baik parsial atau komplit dan bertambahnya collateral tortuous sekitarvena
thrombosis (pseudophlebitic pattern).

16
Gambar 2.12 Pada gambar pasien dengan trombosis vena yang tidaksadar dan tidak
respon terhadap antikoagulan terapi.Tampak trombosis pada sinus sagitalis superior
( panahmerah), sinus straight( panah biru) dan sigmoid dan sinustransversus. ( panah
kuning).

2.4 Potensi Kesalahan Interpretasi Gambar

2.4.1 Sinus hipoplasia dan Atresia

Hipoplasia dan atresia dari sinus melintang sering terjadi. Dalam satu studi anatomi yang
dilakukan dengan angiografi konvensional, sinus melintang asimetris terlihat pada 49 % kasus,
dengan tidak adanya sebagian atau seluruh dari salah satu sinus melintang dalam 20 % kasus.
Dalam kebanyakan kasus, sinus melintang kanan lebih besar dari kiri.

Gambar 2.13. Hipoplasia sinus transversus sinistra

17
Gambar 2.14. Thrombosis sinus transversus kiri. Tanda panah biru menunjukan tidak
ada hipoplasi sinus transversus

2.4.2 Flow gap pada TOF MR Venography

Selisih arus biasanya muncul pada TOF gambar MR venography dan dapat menyebabkan
kesulitan dalam penentuan diagnosis. Arus kesenjangan paling sering muncul dalam sinus
melintang non dominant dan berkorelasi dengan sinus normal tapi kecil seperti yang
digambarkan di angiografi konvensional.Kombinasi dari ukuran kecil sinus, pola aliran lambat
atau kompleks, dan sebuah instrumen akuisisi citra yang tidak tegak lurus dengan sinus
kemungkinan menyebabkan hasil temuan ini. Kurangnya sinyal thrombus dalam sinus pada
gambar MR adalah petunjuk yang membantu untuk menghindari perangkap ini.

Gambar 2.15 Lokasi anomali bifurkasio sinus sagital superior .(a) gambar MIP
anteroposterior dari TOF MR Venography menunjukkan bifurkasi tinggi dari sinus
sagital superior ( panah). (b) Padaaksial kontras gambaran CT scan, bifurkasi awal sinus
menghasilkan gambaran tanda delta kosong yang semu (panah), yang mirip sinus
thrombosis.

18
2.4.3 Varian Anatomi Confluence Sinus

Varian anatomi herophili torcular adalah umum dan dapat menyebabkan kesalahan
diagnostik , terutama dalam penafsiran citra CT scan . Sebuah bifurkasio tinggi atau asimetris
mungkin menyerupai intrasinus thrombus.

Pada suatu penelitian , penyimpangan bifurkasio tinggi atau asimetris dari sinus
confluence menghasilkan gambaran pseudo empty delta sign pada 18 % pasien yang diperiksan
dengan CT scan kontras

Gambar 2.16 Varian anatomi sinus confluenc

2.4.4 Granulasi arachnoid

Granulasi arachnoid adalah struktur normal yang menonjol ke dalam lumen sinus dural
atau lakuna lateral. Ketika granulasi menonjol, granulasi ini mungkin mensimulasikan sinus
thrombosis. Terjadinya granulasi sepanjang sinus dural telah dijelaskan, tetapi inilah yang paling
sering dilihat dalam potongan melintang dan unggul sinus sagital pada gambar anatomi. Dengan
digunakan protokol pencitraan klinis, granulasi arachnoid biasanya dapat diidentifikasi dalam
sinus melintang, khususnya di bagian lateral sinus melintang, dekat situs masuk vena Labbe dan
sinus tentorial lateral. Sebagai resolusi kontras teknik pencitraan crosssectional yang telah
membaik, maka dapat melihat cacat konsisten pada granulasi arachnoid dengan menganalisa
peningkatan frekuensi.

19
Gambar 2.16 Tampilan klasik dari granulasi arakhnoid. (A) Foto dari diseksianatomi sinus
melintang tepat menunjukkan tonjolan focus konsisten dengan granulasi arachnoid
(panah). Intrasinus septa (korda willisii) (panah) juga digambarkan. (B, c) Axialkontras
CT gambar (b) dan gambar MIP superoinferior dari kontras MR Venography (c)
menunjukkan kecacatan mengisifokus konsisten dengan granulasi arachnoid di bagian
lateral sinus melintang (panah), situs yang paling umum dari temuan tersebut

Gambar 2.17 CT venography (a) dan CT scan kepala (b) menunjukkan


lokasigranulasio arakhnoid di sinus straight.

20
BAB 3

KESIMPULAN

Cerebral venous thrombosis atau thrombosis vena cerebri adalah suatu penyakit
neurologis yang relatif jarang terjadi namun serius, yang dapat berpotensi reversibel jika
didiagnosis dan ditangani dengan tepat dan cepat .Penyakit ini biasanya menyerang individu
muda terutama anak-anak dan remaja.

Diagnosis Cerebral venous thrombosis secara khas didasarkan pada kecurigaan klinis dan
konfirmasi pencitraan. Manifestasi klinis Cerebral venous thrombosis dapat dimasukkan ke
dalam 2 kategori, tergantung pada mekanisme disfungsi neurologis: (1) berkaitan dengan tekanan
intrakranial yang meningkat yang berakibat kerusakan drainase vena dan (2) yang berkaitan
dengan kerusakan otaksecara fokal dari iskemik/infark atau perdarahan pada vena

Pencitraan sebagai alat diagnostik telah berperan sangat besar dalam diagnosis dan
penatalaksanaan CVST. Pencitraan diagnostik untuk CVST dapat dibagi kedalam dua kategori
modalitas, yaitu non invasif dan invasif. Tujuannya adalah untuk menentukan perubahan
vaskuler dan parenkim otak yang berkaitan dengan kondisi penyakit ini

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Simons B, Nijeholt LG, Smithuis R. Cerebral Venous Thrombosis ,diunduh tanggal 30


agustus 2020).www.radiologyassistant.
2. Piazza G. Cerebral Venous Thrombosis. Circulation AHA Journal. 2012;125: 1704-
1709.18.
3. Rodallec H, Krainik A, Feydy A, Helias A et al. Cerebral VenousThrombosis and
Multidetector CT Angiography : Tips and Tricks. RSNA.2006: 26: 5-18.
4. Syahputra D. Cerebral Venous Thrombosis ,diunduh tanggal 30 agustus 2020).
https://www.academia.edu/36215099/Cerebral_Venous_Sinus_Thrombosis
5. Caso V, Agnelli G, Paciaroni M. Handbook on Cerebral VenousThrombosis. Front
Neurol neurosci, Karger. 2008; 23:1-1112.
6. Penka AA, Massaldjieva IR, Chalakova TN, Dimitrov DB. Cerebral VenousSinus
Thrombosis-Diagnostik Strategies and Prognostic Models: AReview.
www.intechopen.com. 2012 Jan; 129-1563.
7. Leach, James L.,MD, Fortuna, Robert B., MD, Jones, Blaise V., MD,Gaskill-Shipley,
Mary F.,MD. 2006. Imaging of Cerebral VenousThrombosis: Current Techniques,
Spectrum of Findings, and Diagnostic Pitfalls. Radiographics. 2007 ;26: S19-S43.4.
8. McElveen, W Alvin MD. 2012. Cerebral Venous
Thrombosis.http://emedicine.medscape.com/article/1162804-overview#a0156
9. Saposniket al.2011.Diagnosis and Management of Cerebral VenousThrombosis : A
Statement for Healthcare Professionals From the American Heart Association/American
Stroke Association. Stroke. 2011;42:1158-1192. 363611.
10. Stam J. 2003. Cerebral venous and sinus thrombosis: incidence andcauses in ischemic
stroke. Adv Neurol 2009;92:225–232.

22

Anda mungkin juga menyukai