BAB 1 ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
BAB 2 ...................................................................................................................... 3
2.2 Anatomi......................................................................................................... 4
i
2.9.4 Granulasi arachnoid .............................................................................. 28
BAB 3 .................................................................................................................... 31
RINGKASAN ....................................................................................................... 33
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
cerebral merupakan kasus cerebrovaskuler yang jarang terjadi dengan gejala klinis
dan gambaran radiologis yang bervariasi serta sangat sulit untuk di diagnosis.
Vena cerebral mengandung sekitar 70 % dari total volume darah otak. CVST
terjadi sekitar seribu kali lebih sedikit daripada stroke arteri. Stroke arteri dan
kelompok umur. Sekitar setengah dari pasien stroke arteri ditemukan pada usia
lebih dari 75 tahun, sedangkan CVST paling banyak pada usia kurang dari 40
tahun (dewasa muda dan anak- anak). Diperkirakan insiden CVST sekitar dua
sampai tujuh kasus per satu juta orang tiap tahunnya, 3 dari 4 orang CVST adalah
perempuan dengan 61% perempuan berusia antara 20-35 tahun. Perbandingan ini
serius, dan menjadi reversibel jika terdiagnosis secara tepat dan mendapat
pengobatan yang tepat. Diagnosis yang tepat untuk mengenali CVST sangatlah
1
2
faktor penyebab dan manifestasi klinis dari gangguan ini bervariasi. Pasien akan
Saat ini telah banyak modalitas radiologi yang dapat digunakan untuk
venography dan MR Venography yang jelas memperlihatkan vena pada otak dan
Untuk dapat mendiagnosis CVST dengan tepat, maka sangatlah penting untuk
memiliki pengetahuan yang detail mengenai anatomi sistem vena yang berbeda-
beda, gambaran khas pada pemeriksaan radiologi, dan perangkap yang dapat
terjadi pada interpretasi gambaran radiologis. Oleh sebab itu, pada referat ini akan
membahas mengenai CVST dan intervensi radiologi dari CVST sehingga bisa
2
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
cerebral adalah oklusi atau sumbatan pada saluran vena di dalam rongga kranial,
termasuk thrombosis pada vena dural, thrombosis pada vena kortikal dan
thrombosis pada vena cerebral. CVST merupakan suatu penyakit neurologis yang
relatif jarang terjadi namun serius, dapat berpotensi reversibel jika didiagnosis dan
ditangani dengan tepat dan cepat. Sinus dura atau sinus venosus merupakan aliran
Sinus dura tersebut terdiri dari : Sinus venosus kranialis, sinus sagitalis
Dalam sepertiga kasus lebih dari satu sinus yang terlibat namun juga dapat
melibatkan lebih dari satu sinus dan pada kasus yang lebih lanjut lagi disertai
Nama lain yang juga sering digunakan untuk menyebutkan cerebral sinus
3
4
2.2 Anatomi
Vena cerebral memiliki dinding tipis tanpa jaringan otot dan tidak memiliki
katup. Mereka keluar dari otak dan berjalan di ruang subarachnoid, diatas
permukaan otak, agregating ke saluran yang lebih besar sampai menembus lapisan
Sistema vena cerebral dibagi menjadi dua komponen dasar, yaitu sistema vena
cerebral superfisial dan sistema profunda. Sistema superfisial terdiri dari sinus
hemispher cerebri. Sistema profunda terdiri dari sinus transversus, sinus straight,
dan sinus sigmoid dan berlanjut hingga mendrainase vena kortikal yang lebih
dalam pada deep white matter dan grey matter . Kedua sistem ini paling banyak
Aliran darah vena di otak tidak sama seperti aliran darah arteri. Umumnya
darah vena mengalir ke sinus venous terdekat, kecuali jika alirannya berasal dari
struktur yang paling dalam, yang mengalir ke vena dalam. Aliran ini berjalan
menuju sinus venous. Vena cerebral superfisialis dibagi menjadi tiga collecting
superior dan sinus straight; kedua, kelompok lateroventral mengalir kedalam sinus
vena ini dihubungkan oleh anastomosis vein of trolard dan menghubungkan sinus
sagitalis superior dengan vena cerebral media. Dan dihubungkan dengan sinus
4
5
transversus oleh vein of labbe. Vena fossa posterior dibagi lagi menjadi tiga
B B.
A B.
Gambar 2.1 Anatomi sistem vena cerebral: (A) lateral, (B) potongan axial 5
5
6
superior] [4]; dan vena parietal anterior [5]) dan vena terbesar pada
lateral cerebrum (vena Sylvian superior [vena cerebri media superior]
[6], yang mengalir menuju sinus sphenoparietal atau sinus cavernosus,
dan vena Labbé [7], yang mengalir menuju sinus tranversus).5
Darah dari deep white matter hemispher cerebral dan dari ganglia basalis
dialiri oleh vena basal dan cerebral interna, yang bergabung membentuk great
variasi luas dari vena basalis, sistema dalam lebih konstan dibandingkan sistema
vena superfisial1,5.
Gambar 2.3 MRI aksial dengan berbagai warna area drainase vena kortikal
superfisialis. Hampir seluruh cerebrum superior (hijau) mengalir
menuju sinus sagittalis superior, yang juga menerima drainase dari
area korteks parasagittal pada tingkat bawah. Vena Sylvian
mengaliri darah dari regio peri-insular (kuning) menuju sinus dura
basal. Sinus tranversus menerima darah dari lobus temporal,
parietal, dan oksipital (biru). Vena Labbé, jika dominan, akan
mengaliri hampir seluruh area ini. Kelainan parenkim seperti
perdarahan atau edema pada area ini menunjukkan adanya
thrombosis pada sinus tranversus atau vena Labbé.6
6
7
2.3. Epidemiologi
CVST merupakan bentuk stroke yang jarang terjadi dan sering tidak dikenali,
yang diperkirakan memiliki insiden sekitar dua sampai tujuh kasus per juta
populasi umum tiap tahunnya , 3 dari 4 orang CVST adalah perempuan dengan
61% perempuan berusia antara 20-35 tahun, 1 dari 8 pasien akan meninggal atau
berkaitan dengan usia tertentu seperti kehamilan, masa nifas dan penggunaan
kontrasepsi oral. CVST lebih banyak terjadi pada individu muda. Pada berbagai
CVST pertama kali dilaporkan lebih dari 100 tahun yang lalu. CVST lebih
sering ditemukan pada sinus sagitalis superior (62%) dan bertanggung jawab atas
1-2% dari semua stroke pada orang dewasa dan mempengaruhi semua kelompok
7
8
umur. CVST paling banyak pada usia kurang dari 40 tahun (dewasa muda dan
anak-anak). 5,6
2.4 Etiologi
Faktor penyebab dari CVST ini sangatlah banyak dan luas. Lebih dari 100
a. Lokal
Berkaitan dengan faktor intrinsik atau kondisi mekanis dari vena cerebralis dan
sinus dura. Proses lokal yang dapat mengubah aliran vena (antara lain trauma pada
sinus, infeksi regional seperti mastoiditis dan invasi dari keganasan atau
b. Sistemik
8
9
Faktor penyebab dari CVST secara general juga dapat dikaitkan dengan
komposisi darah. Faktor penyebab dapat dibagi menjadi faktor yang didapat
2.5 Patofisiologi
Keterlibatan parenkim otak pada oklusi vena berbeda dengan oklusi pada
arteri. Perubahan parenkim dapat disebabkan oleh faktor sekunder seperti edema
yang mendasari adalah adanya peningkatan tekanan pada vena. Jika jalur kolateral
dari drainase vena tidak cukup, terutama jika ada keterlibatan korteks vena, maka
akan mengakibatkan terjadi perubahan pada parenkim otak. Jika tekanan pada
arteri, maka akan terjadi kematian sel. Apabila terbentuk jalur kolateral yang
peningkatan tekanan vena pada regio vena yang terlibat. Kejadian CVST pada
9
10
klinis CVST . Pertama, thrombosis pada vena atau sinus cerebral dapat
meningkatkan tekanan kapiler dan venula. Tekanan vena lokal yang meningkat
vasogenik, dan ruptur kapiler dan vena berujung pada perdarahan parenkim.9,10
10
11
pada lokasi, luas dan proses terjadinya oklusi serta tingkat drainase kolateral yang
tersedia. Pada satu pasien, oklusi yang relatif terbatas dapat menimbulkan
perdarahan intraparenkimal luas, sedangkan pada pasien lain, oklusi yang luas
dapat hampir tidak menimbulkan gejala. Tanda dan gejala yang paling sering
adalah sakit kepala dan papilledema akibat hipertensi intrakranial, sakit kepala,
Gejala yang paling sering akibat hipertensi intrakranial pada CVST adalah sakit
hampir 90% pasien dan pada awalnya didiagnosis sebagai migraine, akan tetapi
gejala ini biasanya progresif, terus menerus dan tidak membaik dengan terapi.
Kejang fokal atau umum, termasuk status epileptikum ditemukan pada 30% -
40% pasien. Karena kejang jarang didapatkan pada stroke tipe lain, CVST
seharusnya dipertimbangkan pada pasien dengan kejang dan temuan fokal lain
yang muncul pada stroke. Kejang lebih sering ditemukan pada thrombosis di sinus
11
12
hampir 50% selama perjalanan sakitnya. Gejala fokal yang paling sering adalah
hemiparesis atau hemiplegia pada 34 - 43% pasien. Aphasia dan defisit sensorik
merupakan gejala yang jarang sekitar 18% dan 11%. Aphasia dapat ditemukan
pada kasus thrombosis pada sinus transversus kiri. Pasien dengan defisit sensorik
dan motorik dikaitkan dengan lesi parenkimal yang melibatkan thrombosis sinus
Ganguan kesadaran sebagai tanda awal CVST adalah jarang. Meskipun hal ini
juga bisa ditemukan pada kasus thrombosis yang melibatkan sistema vena dalam.
Pasien dapat koma ketika infark atau perdarahan unilateral luas menekan
diencephalon dan brainstem, ketika melibatkan deep grey matter thalamus dan
dan bagian atas cerebellum. Palsie nervus kranialis dilaporkan pada 12% kasus.
Nervus kranial yang terlibat adalah III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X dan XI, bisa
sigmoid/transversus.1,9
Sinus Straigt:
Defisit motoris
Perubahan status mental
V.Jugularis interna:
Nyeri leher
Tinnitus
Lemah nervus kranialis
12
13
Gambar 2.7 Diagram manifestasi klinis CVST sesuai dengan lokasi thrombus 9
Pada kasus-kasus thrombosis sinus venosus, perburukan klinis yang nyata
dapat terjadi pada waktu yang sangat singkat, kemungkinan dalam beberapa jam.
Pemeriksaan pada pasien yang dicurigai adanya CVST antara lain pemeriksaan
darah lengkap, kimia darah, laju endap darah, dan pengukuran PT dan aPTT.
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan yang mendasari seperti
b. Pungsi lumbal
Pemeriksaan ini tidak banyak membantu pada kasus yang disertai kelainan
Pasien yang datang ke Instalasi Gawat Darurat dengan keluhan nyeri kepala
mendiagnosis CVST. Jika tidak ditemukan adanya peningkatan jumlah sel dan
disingkirkan. Tidak ada kelainan pada cairan cerebrospinal yang spesifik pada
CVST.11
c. D-dimer
emboli paru. Pada studi well-designed prospective yang dilakukan tehadap 343
13
14
pasien dengan hasil level D-dimer positif (>500 µg/L) ditemukan hanya pada 34
dari 35 pasien yang memiliki CVST dan 27 dari 308 pasien tanpa CVST sehingga
didapatkan hasil dimana nilai sensitivitas 97,1%, spesifisitas 91,2%, nilai prediktif
waktu sejak onset gejala, dimana pasien dengan gejala subakut atau kronis
memberikan hasil D-dimer negatif. Kedua, adanya perluasan lokasi anatomi sinus
thrombosis pada pasien dengan clot yang luas dapat menunjukkan hasil D-dimer
false negatif 8, 10
Pencitraan sebagai alat diagnostik telah berperan sangat besar dalam diagnosis
kedalam dua kategpri modalitas yaitu invasive dan non invasive. Tujuannya
adalah untuk menentukan perubahan vaskuler dan parenkim otak yang berkaitan
tersebar luas, waktu scan lebih pendek, biaya relatif lebih murah dan tidak invasif.
14
15
Temuan CVST dibagi menjadi direct sign dan indirect sign, direct sign
menggambarkan thrombus sinus dural atau kortikal dan indirect sign berdampak
pada perubahan vaskuler atau iskemik akibat gangguan aliran vena. Indirect sign
A. Direct Sign
Direct sign pada CVST dapat terlihat pada CT scan tanpa dan dengan kontras.
Pada CT scan tanpa kontras temuannya adalah dense cord sign, dense clot sign
dan dense delta (filled triangle) sign. Peningkatan densitas pada sinus dural yang
teroklusi thrombus dikenal dengan dense clot sign. Pada vena korteks terlihat
sebagai garis linier hiperdense atau cord like density, yang dikenal sebagai dense
Dense cord sign dan dense clot sign dapat terlihat pada 2-25 % pasien sebagai
lesi atenuasi tinggi di dalam sinus yang tersumbat dan paling sering dilihat pada
sinus sagitalis superior. Gambaran ini memiliki spesifisitas yang rendah karena
aliran lambat dapat menghasilkan temuan serupa. Dense delta (filled triangle) sign
merupakan lesi dengan densitas bentuk segitiga (dari hiperdense thrombus) dalam
sinus sagital superior, yang terlihat pada hampir 60% pasien. Temuan ini juga
tidak spesifik dan terkadang dapat ditemukan pada pasien dengan hematokrit yang
meningkat. Tanda-tanda ini biasanya hanya ditemukan dalam dua minggu pertama
otak. Setelah dua minggu thrombus akan menjadi isodense dan hanya akan terlihat
15
16
Gambar 2.8 Pasien dengan infark hemoragik di lobus temporalis sinistra dengan
dense sinus transversus sinistra (dense clot sign) akibat adanya
thrombosis1
Yang sering ditemukan pada CT scan dengan kontras adalah empty delta sign,
enhance saluran vena kolateral dural dan cavernous spaces dalam pembungkus
dural . Tanda ini ditemukan pada 25-52% kasus thrombosis sinus sagitalis
superior, sinus transversus dan sinus straight, dimana lokasi yang paling sering
adalah di sepertiga posterior sinus sagitalis superior. Keberadaan empty delta sign
Gambar 2.9 Dense Cord Sign pada perempuan muda dengan thrombosis vena
kortikal. A dan B, CT Scan tanpa kontras menunjukkan dense
cortical vein (tanda panah putih, A) sebagai direct sign pada CVST
dikenal sebagai cord sign. Didapatkan infark subkortikal hemoragik
16
17
Gambar 2.10 CT Scan kepala axial tanpa kontras menunjukan infark vena
hemoragik (tanda panah hijau) di regio parietal kanan dengan
dense triangle atau delta sign (tanda panah hitam)4
Gambar 2.11 Gambaran empty delta sign pada thrombosis di sinus sagitalis
superior 7
B. Indirect Sign
Pada CVST yang termasuk indirect sign adalah perubahan parenkim termasuk
infark vena, edema otak lokal atau difus, penyempitan sulci , enhancement falx
dan tentorium. Indirect sign ini tidak spesifik. Thrombosis vena menyebabkan
17
18
peningkatan tekanan vena dan dampak pertama kali yang muncul adalah edema
vasogenik pada area white matter yang terlibat. Kemudian proses berlanjut hingga
menimbulkan infark dan timbul edema sitotoksik. Tidak seperti infark arteri yang
A B. C.
Gambar 2.12. CT scan kepala axial tanpa kontras pada pasien dengan CVST
menunjukkan infark hemoragik di caudatus (a) dan parietal (b)
kiri, edema luas di regio parieeto-occipital kiri (a) dan
penyempitan sulci di hemisfer kiri (c) 11
Infark vena merupakan temuan yang paling sering pada CT Scan tanpa kontras
dan ditemukan pada hampir 40% pasien. Lokasi infark berkaitan dengan drainase
Thrombosis pada sinus sagital sering menyebabkan gangguan drainase vena dan
mengakibatkan infark di lobus temporal. Infark talamus, ganglia basal, dan kapsul
internal bilateral atau unilateral biasanya terlihat pada thrombosis vena dalam. 1,15
Perdarahan parenkim dapat terlihat pada sepertiga kasus CVST. Zona tidak
beraturan berbentuk flame pada perdarahan lobar di lobus frontal dan parietal
parasagittal merupakan temuan khas pada pasien dengan thrombosis sinus sagital
superior. Perdarahan di lobus temporal atau oksipital lebih khas akibat oklusi
18
19
dengan perluasan subkortikal. Zona yang lebih kecil dari perdarahan subkortikal
yang terisolasi juga dapat dilihat dan bisa disertai dengan edema minimal. Edema
ditemukan segera setelah onset gejala neurologis dan berkembang secara bertahap
selama 24- 72 jam. Gambaran oedema otak ini biasanya simetris sekitar
ukuran ventrikel dapat terjadi. Ventrikel kadang-kadang kecil dan seperti celah
edema.1,4 ,16
Erosi struktur telinga tengah dan perubahan daerah mastoid merupakan temuan
tidak langsung lainnya yang dapat terlihat terutama pada pasien dengan
thrombosis sinus lateral septik. Selain itu pada infark vena dan thrombosis sinus
Indirect sign yang paling sering setelah pemberian kontras adalah enhancement
didapatkan pada 1%- 29% kasus, biasanya di lokasi girus dan dapat meluas ke
daerah edema dan adanya kelainan otak baik ireversibel atau reversibel.
enhancement girus atau linier yang terisolasi terlihat, dan dapat disalah artikan
19
20
Gambar 2.13. CT Scan kepala tanpa kontras pada pasien dengan thrombosis sinus
lateral kanan menunjukkan erosi pada telinga media kanan dan air
celullae mastoid kanan11
atau kronis disebabkan karena densitas yang bervariasi pada sinus thrombosis.
Karena densitas tulang kortikal yang berdekatan dengan sinus dura, artefak tulang
yang berpotensi menimbulkan alergi, dan pada pasien dengan kerusakan fungsi
ginjal.14,16
20
21
keuntungan yang dapat dipakai pada pasien tidak kooperatif, waktu tambahan jauh
lebih singkat dari pada dengan MR Venography dan tekhnik ini jelas berguna bagi
21
22
adalah metode yang paling sering digunakan untuk mendiagnosis CVST. TOF 2
aliran yang lambat dan sedikit sensitivitas terhadap kehilangan sinyal dari efek
saturasi jika dibandingkan dengan sensitivitas TOF 3 dimensi. TOF 2 dimensi ini
sangat sensitif pada aliran yang tegak lurus terhadap bidang tambahan
(acquisition), koronal, axial, atau oblik. Pada TOF MR venography , aliran vena
pada bidang image acquisition dapat menghasilkan saturasi dan resultan nol pada
sinyal vena, yang dapat berpotensi sebagai perangkap dalam interpretasi foto dan
diagnosis 3,18
centric) merupakan metode yang sedang berkembang saat ini dimana efek
penyangatan. Gambaran sinus dura juga menunjukkan hasil yang baik disebabkan
22
23
Kelainan sinyal T1 dan atau T2 dalam sinus vena bersamaan dengan tidak
adanya aliran normal pada MRV menegaskan diagnosis thrombosis vena. Usia
thrombus menentukan karakteristik sinyal T1 dan T2. Pada fase akut (0-5 hari)
thrombus biasanya isointense pada T1WI dan hipointense pada T2WI. Pada fase
subakut (6-15 hari), pada T1WI dan T2WI thrombus akan terlihat hiperintense .
Pada fase kronis (>15 hari) akan tampak isointense pada T1WI dan hiperintense
pada T2WI.1,13,18
Gambar 2. 16 Thrombus sub akut sinus sagitalis superior. (a,b) Gambar MR axial
T1-weighted (a) dan T2-weighted (b) menunjukan area abnormal
dengan hiperintensitas signal di sinus sagitalis superior (tanda
panah).3
23
24
2.8.2.Modalitas Noninvasive
oklusi, kongesti vena dengan dilatasi vena korteks, skalp atau vena fasial,
pembesaran vena kecil dari kolateralisasi, dan pembalikan aliran vena. Fase vena
pada angiografi cerebral akan terlihat filling defect pada thrombosis. Oleh karena
sangat bervariasinya struktur vena cerebral dan resolusi yang inadekuat, CT scan
atau MRI bisa tidak memberikan gambaran yang adekuat dari vena yang
dimaksud terutama vena korteks dan pada beberapa keadaan struktur vena
profunda.1,2
Hipoplasi atau atresia vena cerebri sinus dural bisa memberikan hasil yang
tidak meyakinkan pada MRV atau CTV dan diperjelas dengan angiografi cerebral
fase vena. Thrombosis vena korteks dan sinus dural akut secara khas
vena menjadi opak adalah 4-5 detik setelah injeksi bahan kontras melalui arteri
karotis dan opasitas komplet sistem vena cerebral adalah 7-8 detik. Apabila vena
cerebral atau sinus dural tidak tervisualisasi pada urutan normal angiografi
1,2,3
cerebral, dicurigai kemungkinan adanya thrombosis akut.
unilateral.1,3
24
25
dari perdarahan ulang, seperti aneurisma distal dan fistula arteriovenous dural,
standar, thrombosis di dalam sistem vena didiagnosis dari fase vena angiogram
cerebral yang langsung dapat menunjukkan tidak adanya pengisian vena yang
terlibat baik parsial atau komplit dan bertambahnya collateral tortuous sekitar
1,3
vena thrombosis (pseudophlebitic pattern)
Gambar 2.18 Pada gambar pasien dengan trombosis vena yang tidak
sadar dan tidak respon terhadap antikoagulan terapi.
Tampak trombosis pada sinus sagitalis superior ( panah
merah), sinus straight( panah biru) dan sigmoid dan sinus
transversus. ( panah kuning).3
25
26
Hipoplasia dan atresia dari sinus melintang sering terjadi. Dalam satu studi
asimetris terlihat pada 49 % kasus, dengan tidak adanya sebagian atau seluruh dari
salah satu sinus melintang dalam 20 % kasus. Dalam kebanyakan kasus, sinus
Gambar 2.20. Thrombosis sinus transversus kiri. Tanda panah biru menunjukan
tidak ada hipoplasi sinus transversus17
Selisih arus biasanya muncul pada TOF gambar MR venography dan dapat
sering muncul dalam sinus melintang nondominant dan berkorelasi dengan sinus
26
27
Kombinasi dari ukuran kecil sinus, pola aliran lambat atau kompleks, dan sebuah
instrumen akuisisi citra yang tidak tegak lurus dengan sinus kemungkinan
menyebabkan hasil temuan ini. Kurangnya sinyal thrombus dalam sinus pada
Gambar 2.21 Lokasi anomali bifurkasio sinus sagital superior .(a) gambar
MIP anteroposterior dari TOF MR Venography menunjukkan
bifurkasi tinggi dari sinus sagital superior ( panah). (b) Pada
aksial kontras gambaran CT scan, bifurkasi awal sinus
menghasilkan gambaran tanda delta kosong yang semu
(panah), yang mirip sinus thrombosis.18
27
28
lumen sinus dural atau lakuna lateral. Ketika granulasi menonjol, granulasi ini
dural telah dijelaskan, tetapi inilah yang paling sering dilihat dalam potongan
melintang dan unggul sinus sagital pada gambar anatomi. Dengan digunakan
sinus melintang, khususnya di bagian lateral sinus melintang, dekat situs masuk
vena Labbe dan sinus tentorial lateral. Sebagai resolusi kontras teknik pencitraan
crosssectional yang telah membaik, maka dapat melihat cacat konsisten pada
28
29
Gambar 2.23 Tampilan klasik dari granulasi arakhnoid. (A) Foto dari diseksi
anatomi sinus melintang tepat menunjukkan tonjolan fokus
konsisten dengan granulasi arachnoid (panah). Intrasinus septa
(korda willisii) (panah) juga digambarkan. (B, c) Axial
kontras CT gambar (b) dan gambar MIP superoinferior dari
kontras MR Venography (c) menunjukkan kecacatan mengisi
fokus konsisten dengan granulasi arachnoid di bagian lateral
sinus melintang (panah), situs yang paling umum dari temuan
tersebut.17
Gambar 2.24 CT venography (a) dan CT scan kepala (b) menunjukkan lokasi
granulasio arakhnoid di sinus straight 17
29
30
meluas, dan keadaan klinis pasien sendiri bisa memburuk selama pengobatan
dapat menjadi lebih tinggi pada pasien yang menerima terapi trombolitik 10,15
15
Gambar 2.25 Bagan Manajemen dan Pengobatan CVST
30
31
Saat ini telah dikembangkan tindakan Intra Arterial Heparin Flushing (IAHF)
yang merupakan salah satu prosedur DSA modifikasi yang dikembangkan oleh dr
Terawan Agus Putranto, Sp.Rad (K), yaitu prosedur Angiografi otak dengan
menjadi alternative yang lebih menguntungkan bagi pasien karena tindakan yang
minimal invasive dan tepat sasaran dengan sedikit less risk, lesspain, dan less
terjadi pada stroke akut non perdarahan sehingga bagian otak yang tidak mendapat
aliran darah bisa kembali mendapat aliran darah yang cukup. 19,20
secara bersamaan diberikan oleh dokter saat kondisi khusus, biasanya pada kasus
dilakukan. Dosis Heparin yang biasa dipergunakan antara 3000-5000 Unit (40-60
dan Tirofiban, dan memang banyak dilaporkan sering dipakai dalam kasus stroke
akut. 19,20
31
32
iskemik. 19,20
adanya peningkatan Cerebral Flow (CBF) yang signifikan (41, 20 %), lebih tinggi
rekanalisasi.19,20
32
33
BAB 3
RINGKASAN
penyakit neurologis yang relatif jarang terjadi namun serius, yang dapat
berpotensi reversibel jika didiagnosis dan ditangani dengan tepat dan cepat .
Penyakit ini biasanya menyerang individu muda terutama anak-anak dan remaja.
Walaupun thrombosis vena cerebri telah dikenal baru-baru ini, penyakit ini
memiliki gejala yang terkadang tidak spesifik dan sulit untuk didiagnosis dan
diterapi disebabkan karena etiologinya yang sangat luas dan tidak adanya
berakibat kerusakan drainase vena dan (2) yang berkaitan dengan kerusakan otak
Pencitraan sebagai alat diagnostik telah berperan sangat besar dalam diagnosis
dalam dua kategori modalitas, yaitu noninvasif dan invasif. Tujuannya adalah
untuk menentukan perubahan vaskuler dan parenkim otak yang berkaitan dengan
33
34
34
35
DAFTAR PUSTAKA
3. Leach, James L.,MD, Fortuna, Robert B., MD, Jones, Blaise V., MD,
Gaskill-Shipley, Mary F.,MD. 2006. Imaging of Cerebral Venous
Thrombosis: Current Techniques, Spectrum of Findings, and Diagnostic
Pitfalls. Radiographics. 2007 ;26: S19-S43.
6. Poon, Colin S., Chang, Ja-Kwei, Swarnkar, Amar, Johnson, Michele H.,
Wasenko, John. 2007. Radiologic Diagnosis of Cerebral Venous
Thrombosis: Pictorial Review. AJR 2007;189:S64–S75.
35
36
11. Stam J. 2003. Cerebral venous and sinus thrombosis: incidence and
causes in ischemic stroke. Adv Neurol 2009;92:225–232.
15. Penka AA, Massaldjieva IR, Chalakova TN, Dimitrov DB. Cerebral
Venous Sinus Thrombosis-Diagnostic Strategies and Prognostic Models:
A Review. www.intechopen.com. 2012 Jan; 129-156.
19. Putranto A.Terawan, Yususf Irawan, Murtala Bachtiar, Wijaya Andi, Intra
arterial flushing increases Manual Muscle-Medical Research Councils
(MMT-MRC) score in chronic ischemic stroke patient, 2016,Bali Medical
Journal
20. Putranto A.Terawan, Yususf Irawan, Murtala Bachtiar, Wijaya Andi, Intra
arterial Heparin Flushing Increases Cerecbral Blood Flow in Chronic
Ischemic Stroke Patients , 31 May 2016, Research Article Hasanudin
University
36
37
37