PENDAHULUAN
Tidur merupakan proses fisiologis yang kompleks dan dinamis, hampir sepertiga masa
hidup kita dihabiskan dengan kondisi ini. Tidur merupakan salah satu cara untukmelepaskan
kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan
akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu
dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama
sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hipothalamus.
(Japardi, 2002). Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada
substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian
susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral
medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state. Akan tetapi, kondisi
fisiologis ini dapat terganggu dengan adanya gangguan tidur. (Japardi, 2002).
Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada care giver
pasien penderita kanker. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya,
miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering
hormon adrenocorticotrophic hormone (ACTH) (Guyton and Hall, 1996). Stres fisik juga
meningkatkan respon imun, terjadi peningkatan Interleukin 1 (IL-1) yang juga berpotensi
menstimulasi aksis HPA. Beberapa sitokin lain yang juga dapat mengaktivasi aksis HPA antara
lain IL-6, IL-10 dan tumor necrosis faktor-a (TNF-a), namun potensinya masih kurang efektif
Peningkatan hormon ACTH akan berdampak pada stimulasi korteks adrenal untuk
mensintesis dan mensekresi glukokortikoid ke sirkulasi darah (Adriana et al, 2008). Kortisol
merupakan glukokortikoid yang utama, dan 90% aktivitas substansi ini (Rodrigo et al, 2012).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ghaderi et al (2011), ditemukan bahwa kadar serum kortisol
meningkat secara signifikan pada care giver laki-laki dan perempuan (Amanda, 2014)
Peningkatan kadar kortisol dalam darah pada seseorang, termasuk care giver akan
memberikan dampak buruk seperti penekanan sistem imun, insomnia, perubahan suasana hati
dan depresi (Kandhalu P, 2013). Kortisol juga akan berpengaruh terhadap sistem saraf pusat
yaitu merubah gelombang elektrik di sistem limbik dan hipokampus sehingga mempengaruhi
siklus tidur. Tidur akan menjadi terputus-putus, berkurangnya gelombang lambat, memendeknya
Produksi hormon ACTH akan meningkat sehingga meningkatkan kadar hormon kortisol.
Berbagai dampak dari peningkatan kadar kortisol dalam darah dapat menurunkan kondisi dan
penampilan care giver, terutama saat mereka berhadapan dengan pasien kanker (Patrick, 2019).
Salah satu dampak peningkatan kadar kortisol yang dapat terlihat adalah pada kualitas tidur yang
sebagai faktor risiko kualitas tidur buruk pada care giver pada pasien kanker.
Apakah kadar kortisol tinggi dapat digunakan sebagai faktor risiko kualitas tidur buruk pada
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kortisol tinggi sebagai faktor risiko kualitas tidur
Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa peranan neuroendokrin dalam hal ini
kadar kortisol pada care giver pasien kanker meningkat dan kadar kortisol tinggi sebagai
faktor risiko kualitas tidur buruk pada care giver sehingga dapat memperkuat pemahaman
tentang neuroendokrin dalam gangguan tidur pada care giver. Penelitian ini merupakan sarana
proses pendidikan, khususnya dalam hal melakukan penelitian dan meningkatkan pengetahuan
di bidang neurologi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan care giver sehingga dapat
menghindari kejadian gangguan tidur, dasar pertimbangan pemeriksaan kortisol care giver
Catatan :
Epidemiologi kanker – berapa banyak yang membutuhkan care giver? – siapa itu
care giver? – apa peranan care giver – problem yang dihadapi care giver dalam
peningkatan hormon stress (masukkan penelitian2 yang sudah dibaca dan usahakan
yang UPDATE) – terjadinya gangguan tidur (apa jenis yang tersering gangguan
tidur pada care giver?/gangguan kualitas tidur atau insomnia? ini penting untuk
menentukan tools dan Bab selanjutnya) – apakah kadar kortisol tinggi yang
gangguan tidur yang dialami oleh care giver – dapat dikatakan kortisol sbg faktor
risiko gangguan tidur.... (lebih baik lagi kalau jelas jenisnya, missal insomnia
(tergantung jurnal mengatakan jenis yang mana) pada care giver pasien kanker.