Anda di halaman 1dari 4

KADAR KORTISOL TINGGI SEBAGAI FAKTOR RISIKO KUALITAS TIDUR

BURUK PADA CARE GIVER PASIEN KANKER

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidur merupakan proses fisiologis yang kompleks dan dinamis, hampir sepertiga masa

hidup kita dihabiskan dengan kondisi ini. Tidur merupakan salah satu cara untukmelepaskan

kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan

akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

(Sacchetti dan Di Mascio, 2013)

Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya waktu

dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai irama

sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior hipothalamus.

(Japardi, 2002). Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada

substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat tidur. Bagian

susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat pada bagian rostral

medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal state. Akan tetapi, kondisi

fisiologis ini dapat terganggu dengan adanya gangguan tidur. (Japardi, 2002).

Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada care giver

pasien penderita kanker. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya,

miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering

ditemukan pada usia lanjut. (Japardi, 2002).


Berbagai jenis stres fisik maupun stres mental akan menyebabkan ketidakseimbangan

Hipotalamus-Pituitary-Adrenal cortex axis (aksis HPA) sehingga terjadi peningkatan sekresi

hormon adrenocorticotrophic hormone (ACTH) (Guyton and Hall, 1996). Stres fisik juga

meningkatkan respon imun, terjadi peningkatan Interleukin 1 (IL-1) yang juga berpotensi

menstimulasi aksis HPA. Beberapa sitokin lain yang juga dapat mengaktivasi aksis HPA antara

lain IL-6, IL-10 dan tumor necrosis faktor-a (TNF-a), namun potensinya masih kurang efektif

dibandingkan IL-1 (Adrian et al, 2008).

Peningkatan hormon ACTH akan berdampak pada stimulasi korteks adrenal untuk

mensintesis dan mensekresi glukokortikoid ke sirkulasi darah (Adriana et al, 2008). Kortisol

merupakan glukokortikoid yang utama, dan 90% aktivitas substansi ini (Rodrigo et al, 2012).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ghaderi et al (2011), ditemukan bahwa kadar serum kortisol

meningkat secara signifikan pada care giver laki-laki dan perempuan (Amanda, 2014)

Peningkatan kadar kortisol dalam darah pada seseorang, termasuk care giver akan

memberikan dampak buruk seperti penekanan sistem imun, insomnia, perubahan suasana hati

dan depresi (Kandhalu P, 2013). Kortisol juga akan berpengaruh terhadap sistem saraf pusat

yaitu merubah gelombang elektrik di sistem limbik dan hipokampus sehingga mempengaruhi

siklus tidur. Tidur akan menjadi terputus-putus, berkurangnya gelombang lambat, memendeknya

waktu tidur serta insomnia (Hudson et al, 2010).

Produksi hormon ACTH akan meningkat sehingga meningkatkan kadar hormon kortisol.

Berbagai dampak dari peningkatan kadar kortisol dalam darah dapat menurunkan kondisi dan

penampilan care giver, terutama saat mereka berhadapan dengan pasien kanker (Patrick, 2019).

Salah satu dampak peningkatan kadar kortisol yang dapat terlihat adalah pada kualitas tidur yang

buruk (Kandhalu, 2013).


Berdasarkan uraian tersebut, maka diusulkan penelitian tentang kadar kortisol tinggi dalam

sebagai faktor risiko kualitas tidur buruk pada care giver pada pasien kanker.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah kadar kortisol tinggi dapat digunakan sebagai faktor risiko kualitas tidur buruk pada

care giver pasien kanker?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kortisol tinggi sebagai faktor risiko kualitas tidur

buruk pada care giver pasien kanker.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa peranan neuroendokrin dalam hal ini

kadar kortisol pada care giver pasien kanker meningkat dan kadar kortisol tinggi sebagai

faktor risiko kualitas tidur buruk pada care giver sehingga dapat memperkuat pemahaman

tentang neuroendokrin dalam gangguan tidur pada care giver. Penelitian ini merupakan sarana

proses pendidikan, khususnya dalam hal melakukan penelitian dan meningkatkan pengetahuan

di bidang neurologi.

1.4.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan care giver sehingga dapat

menghindari kejadian gangguan tidur, dasar pertimbangan pemeriksaan kortisol care giver

dapat mengoptimalkan dalam membantu penderita kanker.

Catatan :

Latar belakang ini masih kurang berisi.

Tolong disusun kembali ya.


Pemaparan dapat disusun sekuennya seperti di bawah ini, sehingga alur pikirnya jelas, tampak benang merahnya,

dan mudah dipahami maksudnya.

Epidemiologi kanker – berapa banyak yang membutuhkan care giver? – siapa itu

care giver? – apa peranan care giver – problem yang dihadapi care giver dalam

membantu pasien kanker – timbulnya stress pada care giver – terjadinya

peningkatan hormon stress (masukkan penelitian2 yang sudah dibaca dan usahakan

yang UPDATE) – terjadinya gangguan tidur (apa jenis yang tersering gangguan

tidur pada care giver?/gangguan kualitas tidur atau insomnia?  ini penting untuk

menentukan tools dan Bab selanjutnya) – apakah kadar kortisol tinggi yang

menimbulkan gangguan tidur atau gangguan tidur yang meningkatkan kadar

kortisol ? – baru kemudian dinyatakan bahwa kortisol memiliki peranan dalam

gangguan tidur yang dialami oleh care giver – dapat dikatakan kortisol sbg faktor

risiko gangguan tidur.... (lebih baik lagi kalau jelas jenisnya, missal insomnia

(tergantung jurnal mengatakan jenis yang mana) pada care giver pasien kanker.

Anda mungkin juga menyukai