ICH akut akan tampak sebagai lesi hiperdens oval atau bulat pada CT scan kepala
tanpa kontras. ICH sering mengalami ekstensi ke intraventrikel, terutama jika berasal dari
ganglia basalis dan batang otak. Pada fase hiperakut, densitas lesi akan berkisar antara
40-60 Hounsfield Unit (HU). Pada fase ini, ICH mungkin sulit dibedakan dengan
parenkim otak normal. Beberapa lesi mungkin tampak heterogen, memberi gambaran
swirl sign, dan menandakan perdarahan aktif masih berlangsung. Setelah hematoma
terbentuk dengan sempurna dalam hitungan jam hingga hari, densitas akan naik menjadi
60-80 HU. Dalam beberapa hari kemudian, lesi akan memiliki densitas 80-100 HU dan
dikelilingi oleh edema peri-hematoma. Hal ini disebabkan oleh ekstrusi plasma dan
retraksi bekuan darah. Edema perihematoma sendiri dapat bertahan hingga 14 hari.
Gambaran hiperdens ICH disebabkan oleh kandungan proteinnya yang tinggi dan massa
jenisnya yang berat. Namun terkadang ICH akut dapat tampak isodens atau bahkan
hipodens. Hal ini disebabkan oleh anemia atau gangguan koagulasi. Tanda lain ICH
akibat gangguan koagulasi adalah adanya fluid-fluid level. Akan tetapi, tanda ini dapat
ditemukan pula pada ICH yang disebabkan oleh hipertensi, tumor, trauma, dan AVM.
Gambar 14.2 CT scan kepala tanpa kontras serial menunjukkan ICH pada thalamus kanan pada
fase akut (A) dengan atenuasi 65 HU (A), 8 hari kemudian (B) dengan atenuasi 45 HU, 13 hari
kemudian (C) dan 5 bulan kemudian (D).
Setelah itu, seiring berjalannya waktu densitas ICH akan menurun, rata-rata 0,7–1,5
HU/hari. Dalam 1–6 minggu, ICH akan menjadi isodens terhadap parenkim otak. Hal ini
disebabkan oleh aktivitas makrofag yang melakukan fagositosis terhadap produk darah,
dimulai dari bagian perifer hingga ke sentral. Dalam 4-9 hari, atenuasi ICH akan turun
menjadi sama dengan korteks normal dan dalam 2-3 minggu menjadi sama dengan
substansia alba normal. Terkadang ICH-nya sendiri tidak terlihat, namun efek massa yang
prominen menjadi petunjuk akan adanya ICH di sekitar. Gambaran ini berpotensi untuk
dikacaukan dengan abses pada pemeriksaan CT scan dengan kontras akibat kerusakan
BBB. Hal ini disebabkan bahwa pada ICH subakut, memang terdapat penyangatan pada
perifernya. Pada akhirnya, yang tersisa dari sebuah ICH adalah fokus hipodens (37%), slit-
like lesion (25%), kalsifikasi (10%), atau terserap sempurna (27%).
Gambar 14.3 CT scan kepala tanpa kontras menunjukkan ICH akut pada pasien tanpa riwayat
koagulopati.
1
Volume ICH dapat diperkirakan menggunakan rumur Broderick yaitu ABC/2 (cc),
di mana A adalah diameter terbesar hematoma, B adalah diameter tegak lurus terhadap
A, dan C adalah jumlah 10-mm-thickness CT slice. Jika hematoma pada suatu slice CT
> 75% hematoma terluas, slice CT tersebut ikut dihitung dalam C. Namun, jika
hematoma pada suatu slice CT berukuran 25–75% hematoma terluas, slice CT
tersebut dihitung setengah. Slice CT dengan hematoma < 25% hematoma terluas tidak
diikutkan dalam perhitungan.
ICH yang mengalami resolusi umumnya akan memberikan penyangatan cincin (ring
enhancement) paska pemberian kontras pada 1–6 minggu sejak kejadian stroke dan akan
menghilang setelah 2–6 minggu. Hal ini terjadi akibat hipervaskularisasi dan disrupsi
BBB. Pada CT perfusi, area yang mengalami ICH akan menunjukkan hipoperfusi
(tampak sebagai area dengan warna biru).
b
Gambar 14.4 CT scan kepala tanpa kontras. Pencitraan pada Stroke
Jika kita perhatikan Gambar 14.4, terlihat bagian (a) yang menunjukkan ICH
(panah) pada thalamus kanan. Pada CT perfusi (CTP) (b), tampak area yang terkena
ICH hipoperfusi (panah).
A B C D
Gambar 14.5 CT scan dengan kontras.
Berdasarkan gambar di atas, bagian (a) menunjukkan ICH pada ganglia basalis kiri.
CTP menunjukkan cerebral blood volume (CBV, gambar b), cerebral blood flow (CBF,
gambar c), dan mean transit time (MTT, gambar d). Tampak penurunan jumlah pada
ketiga parameter (ditandai dengan warna semakin biru/hitam) dari bagian perifer ICH ke
bagian sentral ICH.
Hipertensi adalah penyebab ICH tersering. ICH supratentorial dapat dibagi menjadi
lobar ICH (pusat area perdarahan terdapat pada white- grey matter junction) dan deep
ICH (pusat area perdarahan pada ganglia basalis dan thalamus). Jika area yang terlibat
dalam ICH luas, meliputi lobar dan deep, kemungkinan besar berasal dari deep.
Beberapa tanda yang mendukung hipertensi sebagai penyebab ICH antara lain sebagai
berikut.
2
1. Terdapat di area yang divaskularisasi oleh r. perforantes MCA atau a. basilaris. Sekitar
2/3 terletak di basal nuklei dan sekitar 50% berkaitan dengan IVH.
2. Terdapat di pons atau serebellum.
3. Disertai dengan infark lakuner atau white matter disease.
Apabila pasien berusia di bawah 70 tahun dan/atau memiliki ICH bukan di tempat
predileksi di atas, angiografi mungkin dibutuhkan untuk menyingkirkan aneurisma.
Ruptur aneurisma dapat menyebabkan ICH, meski SAH lebih sering terjadi. Ekstensi ke
IVH sering terjadi meskipun volume ICH asal sangat kecil sehingga jika menemui IVH
saja, seseorang harus benar-benar yakin tidak terdapat deep ICH. IVH primer dapat
muncul pada pasien dengan hipertensi, aneurisma AcomA, malformasi vaskular,
penyakit moya-moya, dan tumor intraventrikel.
A B C
Gambar 14.7 Area khas untuk ICH yang disebabkan oleh hipertensi: thalamus (A), batang otak (B), dan
nukleus lentiformis (C).
Sekitar 10% ICH bersifat sekunder, dalam arti memiliki kelainan yang mendasari
terjadinya ICH. Hal ini penting diingat karena stroke hemoragik sekunder ini berpotensi
terulang dan berpotensi disembuhkan. Penelitian membuktikan bahwa mortalitas terapi
konservatif pada pasien dengan ICH yang didasari oleh ruptur aneurisma (salah satu
penyebab ICH sekunder) mencapai 80%. Karena pentingnya hal ini untuk dikenali maka
sebuah sistem skoring telah dikembangkan, yaitu sistem skoring secondary ICH (SICH).
3
Tabel 14.1 Sistem skoring SICH
Parameter Poin
Kategori NCCT
Probabilitas tinggi 2
Tak tentu 1
Probabilitas rendah 0
Kelompok umur (tahun)
18-45 2
46-70 1
≥ 71 0
Jenis kelamin
Perempuan 1
Laki-laki 0
Tidak seorang pun mengetahui HTN maupun
gangguan koagulasi
Ya 1
Tidak 0
5
Gambar 14.8 CT scan kepala tanpa kontras dari seorang wanita berumur 59 tahun
Bagian (A) pada gambar di atas merupakan CT scan kepala tanpa kontras dari seorang
wanita berumur 59 tahun dengan riwayat hipertensi dan pemakaian aspirin harian
menunjukkan ICH pada lobus temporo- parieto-occipital kanan (skor SICH = 3). Potongan
aksial (B) dari maximum intensity projection CTA menunjukkan adanya AVM pada regio
temporo-parieto-occipital kanan (mata panah) dengan feeding artery berasal dari PCA kanan
(panah putih) dan draining vein ke sinus transversus kanan (panah hitam).
A B
Gambar 14.9 CT scan kepala tanpa kontras dari seorang pria berumur 27 tahun
Bagian (A) pada gambar di atas merupakan CT scan kepala tanpa kontras dari seorang
pria berumur 27 tahun tanpa riwayat hipertensi maupun pemakaian antiplatelet yang
menunjukkan ICH pada lobus occipital kiri (skor SICH = 4). Potongan aksial (B) CTA
menunjukkan sebuah additional shadow pada segmen distal MCA kiri, sesuai dengan
pseudo-aneurisma. Pasien diketahui memakai narkoba intravena.
A B C
Gambar 14.10 CT scan kepala tanpa kontras dr seorang wanita berumur 59 tahun.
Bagian (A) pada gambar di atas merupakan CT scan kepala tanpa kontras dari
seorang wanita berusia 59 tahun tanpa riwayat hipertensi dan gangguan koagulasi yang
menunjukkan ICH pada ganglia basalis kanan disertai pelebaran vaskular medial lesi
(mata panah) (skor SICH = 5). CTA (B) menegaskan bahwa itu adalah vaskular.
Hubungan vaskular yang melebar dengan ICH tampak jelas pada potongan koronal
(C) dengan draining vein ke sinus rektus kanan dan vena serebri interna kanan.
Jika seorang pasien dengan stroke hemoragik memiliki skor SICH tinggi,
6
kemungkinan kelainan vaskular yang menjadi dasar etiologi perlu dipikirkan dan perlu
dilakukan pemeriksaan CTA. Namun jika skor SICH rendah, yang perlu dipertimbangkan
adalah risiko radiasi dari CTA. Adanya fokus penyangatan berarti risiko 91% untuk
ekspansi hematoma yang berarti prognosis yang lebih buruk. Fokus penyangatan ini
diberi nama ‘spot sign’. Tanda yang baru dilukiskan dalam waktu dekat ini memiliki
spesifisitas 85- 89%, nilai duga negatif 76-96%, dan ratio kemungkinan positif 2,7-8,5.
Tidak ada ketentuan pasti kapan CTA ini harus dilakukan, tapi beberapa peneliti berpikir
jeda waktu 3 jam setelah onset stroke hemoragik sebagai waktu terbaik untuk melakukan
CTA.
A B C D
Penelitian lain menunjukkan pasien dengan spot sign memiliki masa tinggal di
rumah sakit (length of stay) 10 hari lebih lama dibandingkan mereka yang tidak
menunjukkan spot sign. Pasien dengan spot sign ini juga memiliki angka mortalitas
dalam 90 hari (90-day mortality rate) yang lebih tinggi (40,5%) dibandingkan
mereka yang tidak memiliki spot sign (13.4%).
Beberapa peneliti lain menetapkan kriteria batasan yang lebih kaku untuk spot sign.
Dua kriteria pertama (Tabel 14.3) membantu memisahkan spot sign sesungguhnya dari
kalsifikasi pleksus khoroid, AVM atau aneurisma. Pada pasien dengan skor SICH
tinggi, kriteria spot sign yang kaku ini harus benar-benar dipegang dan sebuah titik
hiperdens harus dipastikan dengan benar apakah merupakan sebuah spot sign karena
dampak terapi dan prognostik yang berbeda. Kriteria ketiga (Tabel 14.3) membantu
memisahkan spot sign dari komponen hematoma dan image noise. Setelah itu, para
peneliti ini membentuk sistem skoring yang dapat digunakan untuk menentukan nilai
duga terhadap ekspansi hematoma pada ICH primer. Pasien dengan risiko tinggi untuk
ekspansi hematoma perlu mendapatkan terapi hemostatik secepatnya.
7
Tabel 14.3 Kriteria yang lebih kaku untuk spot sign (A). Kemudian dapat dihitung skor spot sign (B)
yang akan dipakai untuk menentukan risiko ekspansi hematoma (C)
A
B
A B C
Gambar 14.12 CT scan kepala tanpa kontras dari seorang pria berusia 85 tahun.
Berdasarkan gambar di atas terlihat bagian (A) merupakan hasil CT scan kepala
tanpa kontras dari seorang pasien pria berusia 85 tahun dengan riwayat hipertensi dan
pemakaian aspirin harian menunjukkan ICH pada thalamus kanan dengan ekstensi ke
8
intraventrikel (skor SICH = 0). Setelah pemberian kontras (B), tampak adanya koleksi
tunggal kontras intra-hematoma sesuai dengan spot sign, berdiameter terbesar 2 mm
dengan attenuasi 128 HU (skor spot sign = 1, nilai duga untuk ekspansi hematoma
2%). CT scan kontrol (C) 18 jam kemudian menunjukkan tidak ada ekspansi
hematoma. Pasien diizinkan pulang setelah perawatan 7 hari.
A B C
Gambar 14.13 CT scan kepala tanpa kontras dari seorang pria berumur 44 tahun.
Berdasarkan Gambar 14.13 menunjukkan bagian (A) yaitu hasil CT scan kepala
tanpa kontras dari seorang pasien pria berumur 44 tahun dengan riwayat hipertensi
dan pemakaian aspirin harian menunjukkan ICH pada thalamus kanan (skor SICH
= 2). Paska pemberian kontras
(B) tampak 4 fokus koleksi kontras intra hematoma (mata panah) sesuai dengan spot
sign, dengan dimater terbesar spot sign terbesar 7 mm dan atenuasi 218 HU (skor
spot sign = 4, nilai duga untuk ekspansi hematoma 100%). CT scan kontrol (C)
menunjukkan ekspansi hematoma. Pasien diizinkan pulang setelah perawatan 23
hari.
Beberapa penelitian terakhir menunjukkan adanya spot sign yang hanya muncul pada
delayed CT scan. Prevalensi delayed spot sign ini sekitar 8–23% dari seluruh spot sign
yang ditemukan dalam suatu penelitian. Selain berguna dalam membantu memisahkan
spot sign (morfologi berubah namun attenuasi tetap, tidak terpengaruh akan fase
pengambilan citra) sebenarnya dari aneurisma/AVM (morfologi tetap namun atenuasi
berubah sesuai fase pengambilan citra dan vaskular besar anatomis terdekat). Penelitian
lain menunjukkan bahwa delayed spot sign ini juga memiliki nilai duga yang akurat dan
jika digabungkan dengan early spot sign akan menaikkan sensitifitas dan nilai duga
negatif sistem skor spot sign. Keuntungan ini harus dipertimbangkan dengan risiko
yang ditimbulkan oleh delayed CT scan yang berarti tambahan radiasi (sekitar 2,5 mSv,
bandingkan dengan rerata paparan radiasi background tahunan sebesar 3 mSv). Saat ini,
belum ada bukti yang mendukung perlunya pelaksanaan delayed CT scan untuk
mendeteksi delayed spot sign.
9
Gambar 14.14 CT scan kepala tanpa kontras dari seorang wanita berumur 98 tahun.
Meskipun dahulu dipercaya bahwa spot sign hanya dimiliki oleh ICH primer,
penelitian terbaru menunjukkan spot sign (menggunakan kriteria kaku) juga ditemukan
pada ICH sekunder dengan insiden lebih rendah. Meskipun dapat memperkirakan
mortalitas yang lebih tinggi, kegunaan spot sign dalam memperkirakan ekspansi
hematoma pada pasien dengan ICH sekunder masih perlu diteliti.
A B C
Gambar 14.15 CT scan kepala tanpa kontras dari seorang pasien pria berumur 16 tahun.
Berdasarkan gambar di atas bagian (A) merupakan hasil CT scan kepala tanpa
kontras dari seorang pasien pria berumur 16 tahun menunjukkan ICH pada lobus
frontal kiri dengan ekstensi intraventrikel (skor SICH = 4). Paska pemberian kontras
(B) tampak koleksi kontras tunggal bulat sesuai dengan aneurisma MCA kiri (mata
panah). Pada potongan superior (C) masih tampak aneurisma tersebut (mata panah)
dan tampak adanya dua koleksi kontras yang tidak berhubungan dengan vaskular
mana pun sesuai spot sign (panah), diameter terbesar spot sign terbesar 13 mm
dengan atenuasi 184 Hu (skor spot sign = 3). Pasien menjalani clipping dan
10
diizinkan pulang setelah perawatan 13 hari.
Gambar di atas menunjukkan pencitraan PET pada pasien dengan ICH pada
putamen (gambar kiri atas) yang menunjukkan penurunan CBF, OEF, dan CMRO2,
dibandingkan kontralateral sesuai dengan disfungsi metabolik primer.
11
Gambar 14.17 18F-fluorodeoxyglucose PET dari seorang pasien dengan ICH.
12
Akut Jam sampai Deoksihemoglobin Fe2+ Utuh iso,
hari
Subakut Hari Methemoglobin Fe3+ Utuh
awal sampai 1
minggu
Subakut 1 minggu Methemoglobin Fe3+ Terdegradasi
akhir sampai bulan
Kronik ≥ bulan Hemosiderin Fe3+ Terdegradasi iso,
Singkatan: Fe, besi; iso, isointens relatif sampai otak normal; , hiperintens relatif sampai otak,
, hipointens relatif sampai otak
Gambar 14.18 Perbandingan ICH akut pada MRI sekuens T1 (A), T2 (B) dan Gradient Recalled
Echo (GRE) (C).
Gambar 14.19 Pencitraan menyajikan ICH dengan IVE dan DSA yang menunjukkan MMD
bilateral.
(a) Computed tomography (CT) kepala menyajikan ICH dengan IVE.
(b) CT angiografi menunjukkan prominent basal collaterals bilateral.
(c) DSA (kanan ICA injeksi) menunjukkan kepulan asap yang terlihat di ICA distal
13
dan MCA proksimal. ICH = intraserebral hematoma, IVE = intraventricular
extension, DSA = digital subtraction angiography, ICA = internal carotid artery,
MCA = middle cerebral artery.
Berdasarkan gambar di atas terlihat bagian (A) cerebral angiography (CAG) sebelum gamma
knife surgery (GKS), menunjukkan AVM pada MCA. (B) Follow-up CAG 2 tahun setelah
GKS menunjukkan residual arteriovenous malformation. (C) Profil ipsilateral transcranial
Doppler (TCD) sebelum GKS. (D dan E) Profil ipsilateral dan kontralateral TCD 2 tahun
setelah GKS.
14