Anda di halaman 1dari 25

CTREFERAT

SCAN
NASOFARING
HALIMATUSAKDIAH (110 2012 104)
PEMBIMBING: DR. PHERENA AMALIA, SP.RAD
ANATOMI

Gambaran aksial nasofaring menunjukkan tanda penting. Tepat di belakang torus tubarius tinggi terletak reses mukosa
yang penuh lemak yang dikenal sebagai fossa Rosenmüller

Nasopharynx. David C., ShonkaJr., Max Wintermark and Prashant Raghavan. https://radiologykey.com/nasopharynx/
CT SCAN NASOFARING AXIAL
NORMAL
CT nasofaring aksial yang normal.
Menunjukkan anatomi yang relevan, yang
terdiri dari torus tubarius (bintang putih)
dan fossa Rosenmüller (panah putih) di
belakangnya. Penipisan lemak di wilayah
ini dengan pengisian asimetris terlihat
pada karsinoma nasofaring awal.

Nasopharynx. David C., ShonkaJr., Max Wintermark and Prashant Raghavan. https://radiologykey.com/nasopharynx/
PATOLOGI
•Lesi jinak nasofaring yaitu papiloma skuamosa, polip antrokoanal, dan hemangioma
•Perubahan infeksi dan inflamasi nasofaring terjadi akibat keterlibatan adenoid.
Perluasan infeksi juga bisa terjadi dari sinus atau dari osteomielitis dari dasar tengkorak
sentral.
•Karsinoma nasofaring merupakan keganasan dominan di nasofaring, sebesar 80% dari
lesi ganas yang diketahui diikuti dengan limfoma menjadi yang paling umum berikutnya.
•Keganasan yang lebih jarang yaitu melanoma nasofaring, rhabdomyosarcomas, dan
keganasan kelenjar saliva minor.
•Tumor jinak yang dominan dari nasofaring adalah juvenile nasopharyngeal
angiofibroma (JNA)

Nasopharynx. David C., ShonkaJr., Max Wintermark and Prashant Raghavan. https://radiologykey.com/nasopharynx/
EVALUASI PENCITRAAN
•Lesi nasofaring biasanya dievaluasi menggunakan kombinasi CT scan kontras dan
MRI dengan tampilan aksial dan koronal.
•Pada CT scan, bagian tipis (0,5-1 mm) biasanya diperoleh dan diformat ulang di
beberapa bidang untuk memberikan jaringan lunak yang diperlukan dan detail
tulang.
•MRI lebih unggul untuk mengevaluasi luasnya tumor secara locoregional,
termasuk dasar tengkorak dan perluasan intrakranial.
•CT memberikan definisi yang lebih baik tentang kerusakan tulang lokal. FDG-PET
dapat membantu untuk mendeteksi metastasis jauh dan dalam evaluasi
posttreatment respon terapeutik. 

Nasopharynx. David C., ShonkaJr., Max Wintermark and Prashant Raghavan. https://radiologykey.com/nasopharynx/
LESI NASOFARING
KARSINOMA NASOFARING
•Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan karsinoma yang muncul pada daerah
nasofaring (area di atas tenggorok dan di belakang hidung), yang menunjukkan
bukti adanya diferensiasi skuamosa mikroskopik ringan atau ultrastruktur
•Gejala: telinga terasa penuh, tinnitus, otalgia, hidung tersumbat, lendir
bercampur darah.
•Pada stadium lanjut dapat ditemukan benjolan pada leher, terjadi gangguan
saraf, diplopa, dan neuralgia trigeminal (saraf III, IV, V, VI).
•KNF memiliki kecenderungan tinggi untuk menyerang struktur sekitarnya;
tingkat invasi lokal secara signifikan mempengaruhi stadium dan prognosis. Jalur
penting untuk ekspansi adalah melalui sinus Morgagni.

Adham M KAMAea. Nasopharyngeal carcinoma in Indonesia: epidemiology, incidence, signs, and symptoms at presentation. Chin J Cancer. 2012; 31(4).
CT-Scan pada Karsinoma Nasofaring
Pemeriksaan radiologik berupa CT scan nasofaring mulai setinggi
sinus frontalis sampai dengan klavikula, potongan koronal, aksial, dan
sagital, tanpa dan dengan kontras. Teknik pemberian kontras dengan
injector 1-2cc/kgBB, delay time 1 menit. CT berguna untuk melihat
tumor primer dan penyebaran ke jaringan sekitarnya serta
penyebaran kelenjar getah bening regional.

Adham M KAMAea. Nasopharyngeal carcinoma in Indonesia: epidemiology, incidence, signs, and symptoms at presentation. Chin J Cancer. 2012; 31(4).
Karsinoma nasofaring dini. Penipisan halus dengan pengisian sepanjang dinding nasofaring lateral kiri
(panah dalam a), bersama dengan nodus retropharyngeal kiri patologis (panah dalam b), dan efusi
mastoid kiri (panah dalam c), karena disfungsi tuba Eustachius pada pasien dengan karsinoma nasofaring
terbukti biopsy.

Nasopharynx. David C., ShonkaJr., Max Wintermark and Prashant Raghavan. https://radiologykey.com/nasopharynx/
CT Scan dengan kontras menunjukkan CT scan tanpa kontras (potongan koronal)
keterlibatan nasal dari karsinoma menunjukkan penebalan dinding
nasofaring. parafaringeal kanan
https://emedicine.medscape.com/article/384425-overview#a3
CT scan Pretreatment (A, B)
menunjukkan tumor nasofaring
besar dengan invasi intrakranial
pada pasien yang mengalami
beberapa kelumpuhan saraf kranial.
Tumor mengalami regresi
sepenuhnya dengan regenerasi
tulang dari dasar tengkorak yang
hancur setelah 10 minggu
kemoterapi neoadjuvant (C, D)

https://www.researchgate.net/publication/10878615_Outpatient_weekly_neoadjuvant_chemotherapy_followed_by_radiotherapy_for_advanced_nasopharyngeal_carc
inoma_High_complete_response_and_low_toxicity_rates
Karsinoma nasofaring pada CT scan kepala dengan kontras potongan coronal

http://www.health.auckland.ac.nz/webpath/radiol/hnerad/hne005.htm
POLIP ANTROKOANAL
•Polip antrokoanal adalah suatu lesi polipoid jinak, berasal dari mukosa antrum
maksilaris yang inflamasi dan udematus, terdiri dari bagian kistik di intra-antrum
dan solid polipoid di intra nasal.
•Polip antrokoanal meliputi 4-6% dari seluruh polip nasal.
•Polip antrokoanal melewati ostium maksilaris menuju meatus medial dan
meluas kearah koana, sampai nasofaring.
•Sinusitis kronis dan alergi dianggap berhubungan dengan patogenesis polip
antrokoanal.
•Gejala: keluhan hidung tersumbat unilateral yang progresif dan rinore.

Budiman B & Roza Y. 2010. Penatalaksanaan polip antrokoanal pada anak. Bagian Ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
CT Scan pada Polip Antrokoanal
•Standar kriteria untuk mengevaluasi lesi hidung, terutama polip hidung atau
sinusitis, adalah scan computed tomografi (CT) thin-cut 1-3 mm dari area
maksilofasial, sinus secara aksial, dan bidang koronal.
•Pada Tomografi komputer sinus paranasal, akan tampak gambaran massa
jaringan lunak yang memenuhi sinus maksila dan meluas melalui ostium sinus
maksila ke kavum nasi diantara konka media dengan dinding nasi lateral, tanpa
erosi atau ekspansi pada tulang, dan dapat meluas menuju koana dan
nasofaring di posterior.

Budiman B & Roza Y. 2010. Penatalaksanaan polip antrokoanal pada anak. Bagian Ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
CT Scan nasal potongan axial (a, b, dan c)
dan potongan sagittal meatus nasal kiri
(d); tampak 1 menunjukkan polip
antrokoanal, muncul dari sinus maxillaris
sinistra, bintang menunjukkan sekresi
cairan , panah menunjukkan penebalan
mukosa irregular

http://radiologydiary.com/index.php/ct-cases/34-large-antrochoanal-polyp-obstructing-upper-airways-in-male-patient-54-y-o
CT Scan Coronal polip antrokoanal pada
sisi kanan

https://www.researchgate.net/figure/Coronal-CT-image-of-an-antrochoanal-polyp-on-the-right-side_fig1_249321881
CT Scan axial antrokoanal dengan ekstensi
polip ke nasofaring

https://www.researchgate.net/figure/Axial-CT-image-of-an-antrochoanal-with-extension-of-the-polyp-to-the-nasopharynx_fig2_249321881
RABDOMIOSARKOMA
Rabdomiosarkoma (RMS) adalah kanker jaringan lunak yang sering
terjadi pada anak dengan derajat keganasan tinggi dan timbul dari
sel-sel mesenkimal primitif yang akan menjadi otot lurik. Angka
kejadian RMS kurang lebih 5% dari semua keganasan pada anak

Wexler L H, Crist W M, Helman L J : Rhabdomyosarcoma and the undifferentiated sarcomas dalam Pizzo P A and Poplack D G, penyunting. Principle and Practice of Pediatric Oncology,
Edisi ke-4, Philadelphia : Lippicot Wiliams & Wilkins, 2002 h. 939-963
(A) CT Scan kepala yang menunjukkan lesi
masa jaringan lunak melibatkan sinus
paranasal kiri, kavitas nasalis, dan kavitas
orbital dengan melewati garis tengah ke sinus
paranasal kanan dan kavitas nasalis. (B) MRI
otak dengan potongan axial, koronal dan
sagittal menunjukkan ekstensi kranial yang
jelas.

Chen S et al. 2011. Extensive alveolar-type paranasal sinus and orbit rhabdomyosarcoma with intracranial invasion treated successfully. Journal of the Chinese Medical
Association Vol 74 (3): 140-143.
JUVENILE NASOPHARYNGEAL
ANGIOFIBROMA (JNA)
•Angiofibroma nasofaring belia adalah sebuah tumor jinak nasofaring yang cenderung
menimbulkan perdarahan yang sulit dihentikan dan terjadi pada laki-laki prepubertas dan
remaja.
•Secara histopatologi tumor ini termasuk jinak tetapi secara klinis ganas karena bersifat ekspansif
dan mempunyai kemampuan mendestruksi tulang.
•Angiofibroma kaya dengan jaringan fibrosa yang timbul dari atap nasofaring atau bagian dalam
dari fossa pterigoid. Setelah mengisi nasofaring, tumor ini meluas ke dalam sinus paranasal,
rahang atas, pipi dan orbita serta dapat meluas ke intra kranial setelah mengerosi dasar
tengkorak.
•Gejala: hidung tersumbat (80-90%); merupakan gejala yang paling sering, diikuti epistaksis (45-
60%); kebanyakan unilateral dan rekuren.

Averdi R, Umar SD. Angiofibroma Nasofaring Belia. Dalam : Efiaty AS, Nurbaiti I. Buku ajar ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke 5, Jakarta : Balai Penerbit FK UI, 2001. 151-2.
Becker W, et al. Ear, Nose and Throat Diseases – A Pocket Reference. 2nd ed. New York : Thieme Med Publisher Inc., 1994. 385-6.
Adams GL, et al. Boies – Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1997. 324.
JNA stadium I: CT Scan Axial post
kontras menunjukkan angiofibroma
pada cavitas nasalis.

Shamim AA, Ghias K & Khan MJ. 2013. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma: Experience at a Tertiary Care in Pakistan. JPMA 63:134. Available from:
http://www.jpma.org.pk/full_article_text.php?article_id=3956
JNA stadium III: CT Scan post kontras
menunjukkan tumor menginfiltrasi struktur
sekitar.

Shamim AA, Ghias K & Khan MJ. 2013. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma: Experience at a Tertiary Care in Pakistan. JPMA 63:134. Available from:
http://www.jpma.org.pk/full_article_text.php?article_id=3956
HEMANGIOMA NASOFARING
•Hemangioma nasofaring merupakan tumor jinak nasofaring yang jarang.
•Pada orang dewasa, hemangioma tidak berubah secara spontan, tetapi
berlanjut.
•Modalitas pencitraan berguna untuk menyingkirkan keganasan lain dan lesi
vaskular dan untuk mengevaluasi lesi.
•Kebanyakan hemangioma tidak memerlukan terapi, tetapi faktor-faktor tertentu
seperti usia pasien dan lokasi dan ukuran lesi dapat membuat pengobatan
diperlukan.

Khil EK, et al. 2013. Nasopharyngeal Hemangioma in Adult: A Case Report. J Korean Soc Radiol 2013;68(5):391-395. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/274001893_Nasopharyngeal_Hemangioma_in_Adult_A_Case_Report
CT Scan dengan kontras (a= axial, b= koronal, c= sagittal) yang menunjukkan massa oval yang
heterogen (panah) di nasofaring yang meluas ke orofaring

Khil EK, et al. 2013. Nasopharyngeal Hemangioma in Adult: A Case Report. J Korean Soc Radiol 2013;68(5):391-395. Available from:
https://www.researchgate.net/publication/274001893_Nasopharyngeal_Hemangioma_in_Adult_A_Case_Report
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai