SISTEM SARAF
Dosen Pengampu:
dr. Deinike Wanita Marwan, M.Kes, ALFO-K
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Makalah Sistem Saraf. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah dengan dokter Deinike Wanita
Marwan, M.Kes, ALFO-K. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Konsep Hemoglobin bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang
kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang ............................................................................................................4
1.3
Tujuan .......................................................................................................................4
2.4. Mekanisme
hidrosefalus ..........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Pada waktu embrio sistem saraf pusat berkembang dari neural tube (tabung neural)
yang dalam perkembangannya, neural tube bagian cranial akan membentuk tiga gelembung
primer (vesicle primer), a.l: prosencephalon, mesencephalon, dan rhombencephalon.
Gelembung ini terbentuk pada bagian cranial sedangkan bagian caudalnya tidak membentuk
gelembung tetapi tetap dalam bentuk tabung panjang ke arah caudal. Bagian yang tetap ini
akan menjadi medulla spinalis. Neural tube memiliki dinding yang disusun oleh sel-sel dan
bagian tengah yang berlubang. Dinding neural tube akan berkembang menjadi parenkim SSP
sedangkan saluran (lubang) ditengahnya akan berkembang menjadi sistem saluran cairan otak
(sistem ventrikel).
b. Ventrikel III
Terletak dibagian garis tengah dari diensefalon dan dikelilingi oleh kedua
talamus dan hipotalamus. Kelenjar pineale berhubungan dengan atap ventrikel
III.
Di dalam ventrikel III juga dijumpai pleksus khoroideus yang memproduksi
LSS dan bersama likwor dari ventrikel lateral, mengalir ke akuaduktus serebri.
c. Akuaduktus serebri
Terletak di mesenfalon, merupakan bagian sistem ventrikular berupa saluran
sempit yang menjadi penghubung ventrikel III dan ventrikel IV
d. Ventrikel IV
Ruang berbentuk piramid, dikelilingi oleh serebelum, pons dan medula. LSS
yang mengalir ke ventrikel IV selanjutnya akan masuk ke ruang sub-arakhnoid
melalui 3 pintu, yaitu dua buah foramen Luschka di kanan-kiri, dan satu buah
foramen Magendi di tengah.
Di dalam ventrikel IV juga dijumpai pleksus khoroideus yang memproduksi
LSS, sebagaimana yang dijumpai dalam ventrikel lateral dan ventrikel III.
e. Ruang Subarakhnoid
Aliran likwor dalam ruang subarakhnoid disebabkan oleh adanya pergerakan
kolumna vertebralis maupun pulsasi pembuluh darah. Dari ruang subarakhnoid,
masuk ke pembuluh darah melalui sinus sagitalis superior. Likwor masuk ke
sinus melalui bangunan yang disebut Granula Arakhnoid/ Badan Pachioni.
Proses masuknya likwor darah dimungkinkan karena :
Tekanan hidrostatik likwor lebih tinggi daripada dalam sinus sagitalis
superior.
Tekanan koloid osmotik darah lebih tinggi daripada likwor.
Transport aktif oleh sel dinding granula.
Granula Arakhnoidalis
Bekerja sebagai katup satu arah, dengan arah dari ruang subarakhnoid ke sinus
sagitalis
Sel endotelnya utuh dan tak mempunyai lubang/ fenestrasi, berkelanjutan
dengan endotel sinus.
Dalam keadaan perbedaan tekanan normal, maka fungsi memiliki mekanisme
semiaktif melalui Proses Vesikel, sehingga tidak ada hubungan langsung
antara CSF dengan vena.
Dalam tekanan tinggi, berjalan mekanisme melalui Tubulus Transelular.
B. LCS
a. Produksi
c. Fungsi
Menopang dan bantalan bagi otak, batang otak maupun medulla spinalis
Menjadi batalan pada trauma yang menimbulkan gaya aselerasi/deselerasi.
Mengangkut bahan-bahan sisa metabolisme sel saraf.
Mengangkut bahan-bahan toksik yang kemungkinan lolos dari sawar darah
otak dan masuk ke otak.
Mengekskresikan bahan-bahan sisa ini ke pembuluh darah.
(Padmosantjojo:2000)
Prinsip TIK diuraikan pertama kali oleh Profesor Munroe dan Kellie pada tahun 1820.
Mereka menyatakan bahwa pada orang dewasa, otak berada dalam tengkorak yang
volumenya selalu konstan. Ruang intrakranial terdiri atas parenkim otak sekitar 83%,
darah 6%, dan cairan serebrospinal (LCS) 11% . 2 Peningkatan volume salah satu
komponen akan dikompensasi oleh penurunan volume komponen lainnya untuk
mempertahankan tekanan yang konstan. Jaringan otak pada dasarnya tidak dapat
dimampatkan, jadi peningkatan TIK karena pembengkakan otak akan mengakibatkan
ekstrusi LCS dan darah (terutama vena) dari ruang intrakranial, fenomena ini disebut
kompensasi spasial. Peningkatan TIK pada cedera kepala dapat berkaitan dengan lesi
massa intrakranial, cedera kontusio, pembengkakan pembuluh darah, dan edema otak.
TIK normal bervariasi menurut umur, posisi tubuh, dan kondisi klinis. TIK normal
adalah 7-15 mm Hg pada dewasa yang berbaring, 3-7 mm Hg pada anak-anak, dan 1,5-6
mm Hg pada bayi cukup umur. Definisi hipertensi intracranial tergantung pada patologi
spesifik dan usia, walaupun TIK>15 mmHg umumnya abnormal. Contohnya TIK>15
mmHg umumnya abnormal, akan tetapi penanganan diberikan pada tingkat berbeda
tergantung patologinya. TIK>15 mmHg memerlukan penanganan pada pasien
hidrosefalus, sedangkan setelah cedera kepala, penanganan diindikasikan bila TIK>20
mmHg. Ambang TIK bervariasi pada anak-anak dan telah direkomendasikan bahwa
penanganan sebaiknya dimulai selama penanganan cedera kepala ketika TIK >15 mmHg
pada bayi, 18 mmHg pada anak.
Etiologi peningkatan TIK
Klinis yang paling umum di mana peningkatan TIK ditemui dan dipantau adalah pada
cedera kepala, dimana beberapa mekanisme menyebabkan perubahan volume
intrakranial. Hematoma traumatik dapat terkumpul dalam intraserebral, ruang
subarakhnoid, ruang subdural, atau ekstradural, menciptakan tekanan gradien dalam
tengkorak dan mengakibatkan pergeseran otak. Edema serebral baik sitotoksik (karena
kegagalan pompa membran sel) atau vasogenik (karena cedera pembuluh darah)
menambah volume ekstra dalam bentuk air. Perubahan CBV menyebabkan gangguan
autoregulasi aliran darah otak (Cerebral Blood Flow/CBF) dan metabolisme yang dapat
menyebabkan kongesti vaskular (hiperemi), namun meningkatnya CBV menambah
peningkatan TIK setelah cedera kepala pada orang dewasa tampaknya kecil, bila
dibandingkan dengan edema.
Gejala Peningkatan TIK
Gejala yang umum dijumpai pada peningkatan TIK
1. Sakit kepala merupakan gejala umum pada peningkatan TIK. Sakit kepala terjadi
karena traksi atau distorsi arteri dan vena dan duramater akan memberikan gejala
yang berat pada pagi hari dan diperberat oleh aktivitas, batuk, mengangkat, bersin.
2. Muntah proyektil dapat menyertai gejala pada peningkatan TIK.
3. Edema papil disebabkan transmisi tekanan melalui selubung nervus optikus yang
berhubungan dengan rongga subarakhnoid di otak. Hal ini merupakan indikator klinis
yang baik untuk hipertensi intrakranial.
4. Defisit neurologis seperti didapatkan gejala perubahan tingkat kesadaran; gelisah,
iritabilitas, letargi; dan penurunan fungsi motorik.
5. Bila peningkatan TIK berlanjut dan progresif berhubungan dengan penggeseran
jaringan otak maka akan terjadi sindroma herniasi dan tanda-tanda umum Cushing’s
triad (hipertensi, bradikardi, respirasi ireguler) muncul. Pola nafas akan dapat
membantu melokalisasi level cedera.
Onset terjadinya juga harus diperhatikan seperti onset yang cepat biasanya karena
perdarahan, hidrosefalus akut, atau trauma; onset yang bertahap karena tumor,
hidrosefalus yang sudah lama, atau abses. Riwayat kanker sebelumnya, berkurangnya
berat badan, merokok, penggunaan obat-obatan, koagulopati, trauma, atau penyakit
iskemik dapat berguna dalam mencari etiologi. (Padmosantjojo:2000)
2.4 HIDROSEFALUS
Definisi
Hidrosefalus merupakan suatu kondisi yang terjadi akibat peningkatan tekanan
pada sistem ventrikel di dalam otak akibat penumpukan cairan serebrospinal (CSS).
Penyebabnya dapat beragam, seperti kelainan bawaan, infeksi, atau tumor. Kondisi ini
dapat menimbulkan berbagai gejala, seperti sakit kepala, muntah, kejang, dan
gangguan kognitif. Diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, tes
diagnostik seperti MRI atau CT scan, serta pemeriksaan cairan serebrospinal.
Pengobatan hidrosefalus tergantung pada penyebabnya, namun umumnya meliputi
pemasangan shunt untuk mengalirkan cairan atau operasi bedah untuk mengatasi
penyebab dasarnya.
Klasifikasi
Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS)
pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan
tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan
CSS diatasnya. Teoritis pembentukan CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan
absorbsi yang abnormal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik
sangat jarang terjadi. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi
dan anak ialah :
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat
ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS. Gejala-gejala yang menonjol
merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus
pada anak dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu :
Gejala hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar
dibandingkan dengan bayi. Gejalanya mencakup: nyeri kepala, muntah, gangguan
kesadaran, gangguan okulomotor, dan pada kasus yang telah lanjut ada gejala
gangguan batang otak akibat herniasi tonsiler (bradikardia, aritmia respirasi). Kepala
bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan menjadi
besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi
ventrikel lateral dan anterior-posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis
dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh. Uji radiologis: terlihat tengkorak
mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah-pisah dan pelebaran vontanela.
Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel.
1. Pada bayi :
a. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
b. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi
tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial antara lain: muntah, gelisah,
menangis dengan suara ringgi, peningkatan sistole pada tekanan darah,
penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil,
lethargi-stupor.
d. Peningkatan tonus otot ekstrimitas
e. Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh-pembuluh darah
terlihat jelas.
f. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah-olah di atas
Iris
g. Bayi tidak dapat melihat ke atas, “sunset eyes”
h. Strabismus, nystagmus, atropi optic
i. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.
2. Anak yang telah menutup suturanya: Tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial:
a. Nyeri kepala
b. Muntah
c. Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
d. Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
e. Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
f. Strabismus
g. Perubahan pupil
Sirkulasi LCS :
Hubungan :
Diagnosis Banding
c. Atrofi Sekunder
Atrofi sekunder ini biasanya terjadi pada penyakit autoimun, HIV, post-
kemoterapi, penyakit neurodegeneratif, atau setelah mengkonsumsi obat tertentu.
Dehidrasi juga dapat menyebabkan dilatasi ventrikel temporer. Dilatasi ventrikel
dapat terjadi simetris baik pada ruang internal dan eksternal. Keadaan ini dapat
dibedakan dengan penyakit lainnya dengan menghubungkan hasil pencitraan, gejala,
serta anamnesa.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pada waktu embrio sistem saraf pusat berkembang dari neural tube (tabung neural)
yang dalam perkembangannya, neural tube bagian cranial akan membentuk tiga gelembung
primer (vesicle primer) : prosencephalon, mesencephalon, dan rhombencephalon. Sistem
ventrikulus berdasarkan anatomi dan aliran LCS secara berurutan terdiri dari ; Ventrikel
Lateral, Ventrikel III, Akuaduktus Serebri, Ventrikel IV, dan ruang Subarakhnoid.
Ruang intrakranial terdiri atas parenkim otak sekitar 83%, darah 6%, dan cairan
serebrospinal 11% . Jaringan otak pada dasarnya tidak dapat dimampatkan, jadi peningkatan
TIK karena pembengkakan otak akan mengakibatkan ekstrusi LCS dan darah dari ruang
intrakranial, fenomena ini disebut kompensasi spasial.
Pada mekanisme Hidrosefalus, CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus
khoroidalis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piamater dan arakhnoid
yang meliputi seluruh susunan saraf pusat . Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu
sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Aliran CSS normal ialah dari ventrikel
lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit
akuaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luschka dan Magendie ke dalam
ruang subarakhnoid. Apabila bagian dari ventrikulus tersumbat oleh eksudat inflamasi atau
tumor maka akan terjadi pembengkakan pada ventrikel otak karena plexus choroideus
memproduksi LCS secara terus menerus. Jika pada fonticulus maka tidak menimbulkan TIK
karena dibantu oleh fonticulus tersebut. Tetapi jika yang sudah menjadi sutura maka akan
meningkatkan TIK karena kepala tidak membesar.
DAFTAR PUSTAKA
Ernita. S. 2018. Hidrosefalus. Jurnal Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama.
Suarniti. N. W,. 2020. Jurnal Ilmiah Kebidanan : Hidrosefalus dalam Biologi Molekuler. Vol
8 No. 2
Valzon. M. 2023. Buku ajar anatomi sistem saraf. Pekanbaru Universitas Abdurrab