Dosen Pengampu:
Haslinda Yasti Agustina, S.Si. M.Pd.
SEPTEMBER 2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, terlebih lagi pada kehidupan akhirat
kelak, sehingga semua cita-cita dan harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah
dan penuh manfaat.
Sebagai rasa hormat atas bantuan dan bimbingan serta dorongan dari semua pihak,
kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberikan kontribusi berupa fasilitas-fasilitas yang
ada sehingga makalah ini bisa selesai dengan lancar.
2. Ibu Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan FTIK UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung.
3. Ibu Dr. Eni Setyowati, S.Pd.,M.M. selaku Ketua Jurusan Tadris Biologi UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Ibu Haslinda Yasti Agustina, S.Si. M.Pd. selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Perkembangan Hewan yang telah memberikan pengarahan kepada penulis
sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
5. Teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah mudah-mudahan apa
yang penulis susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain
yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari
makalah ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Penyusun
i
Daftar Isi
BAB 1PENDAHULUAN
Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................................. 1
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan ..................................................................................................... 57
Saran ............................................................................................................... 58
ii
Daftar Gambar
Gambar 2.1 Sistem Kardiovaskular yang belum sempurna dari embrio mamalia yang
menunjukkan pembuluh darah intra embrionik dan ekstra embrionik di sisi kiri. ........... 4
Gambar 2.2 Perkembagan Tabung Jantung dan Coelemic rongga pada tahap cakram
Embrionik ......................................................................................................................... 4
Gambar 2.3 Tahap berurutan dalam lipatan kranial ekor embrio yang meunjukkan
hubugan yang berubah dari jantung yang sedang berkembang ke struktur embrio
lainnya panah llipatan kranial dan kaudal. ....................................................................... 5
Gambar 2.4 Tahapan pembentukan jatung dari tahap tabung jantung hingga
perkembangan struktur yang berbentuk S ( A sampai I) ................................................. 6
Gambar 2.5 Tampilan Ventral dari tabung jantung dan selom yang sedang berkembang
dengan penampang yang sesuai. ....................................................................................... 7
Gambar 2.6 Tampak dorso ventral dan lateral kiri dari tahapan berurutan dalam
diferensiasi tabung jantung , dari tahap loop bulbo- ventrikular ke ekspansi loop bulbo-
ventrikular di bagian ventral dan antrium umum bagian punggung. .............................. 10
Gambar 2.7 Tahapan dalam pembagian kanal atrio-ventrikular umum ke kiri dan bukaan
atrio-ventrikular kanan ................................................................................................... 12
Gambar 2.8 Tahapan dalam pembagian atrium dan ventrikel yang sedang berkembang.
........................................................................................................................................ 13
Gambar 2.9 Penggabungan sinus venosus ke janin kanan atrium dan penggabungan
vena pulmonalis ke janin kiri atrium...............................................................................14
iii
Gambar 2.14 Ilustrasi yang menunjukkan pandangan ventral, A, dan kiri pandangan
lateral, B, dari enam pasang arteri arkus aorta. .............................................................. 21
Gambar 2.15 Tampak ventral dan lateral kiri arteri arkus aorta pada tahap awal
perkembangan. A. pada tahap akhir perkembangan perkembangan, B. Garis putus-putus
mewakili pembuluh yang mengalami atrofi. .................................................................. 23
Gambar 2.18 Tahap awal dan akhir dalam pembentukan arteri vertebral, toraks interna,
subklavia, dan intercostal. .............................................................................................. 26
Gambar 2.19 Peran interaksi reseptor-ligan dalam fusi sel endotel arteri dan vena. ..... 28
Gambar 2.20 Tahapan berurutan dalam diferensiasi vitellin dan vena umbilikalis. ...... 29
Gambar 2.22 Garis besar sirkulasi janin dalam kandungan. Panah menunjukkan arah
aliran darah. .................................................................................................................... 33
Gambar 2.24 Garis Besar Pengembangan sistem limfatik dan drainasenya ke sistem
vena................................................................................................................................. 36
Gambar 2.25 Fitur struktural komparatif dari kelenjar getah bening mamalia yang khas.
........................................................................................................................................ 37
Gambar 2.27 Tahap yang diperlukan dalam maturasi sel B dan sel T ........................... 51
iv
BAB 1
Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
1
1.1.10 Memahami aspek molekuler perkembangan cardiac
1.1.11 Memahami formasi cardiac chambers
1.1.12 Memahami sistem konduksi jantung
1.1.13 Memahami anomali perkembangan sistem cardiovaskular
1.1.14 Memahami hematopoisis secara embriological
1.1.15 Memahami pematangan dan diferensiasi sel selama hematopoisis
1.1.16 Memahami immunodefisiensi dan natural immunity
2
BAB 2
Pembahasan
1
Putra, Kadek Agus Heryana.dkk. 2016. Sistem kardiovaskular pada bayi baru lahir. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar. hlm 3-4
3
Gambar 2.1 Sistem Kardiovaskular yang belum sempurna dari embrio mamalia yang
menunjukkan pembuluh darah intra embrionik dan ekstra embrionik di sisi kiri.
Gambar 2.2 Perkembagan Tabung Jantung dan Coelemic rongga pada tahap cakram
Embrionik
4
Gambar 2.3 Tahap berurutan dalam lipatan kranial ekor embrio yang meunjukkan
hubugan yang berubah dari jantung yang sedang berkembang ke struktur embrio
lainnya panah llipatan kranial dan kaudal.
Bagian samping anggota badan kapal berbentuk tapal kuda membentuk kiri
dan tabung endokardium kanan. Sel mesodermalsplanknik,yang bermigrasi
menuju dan mengelilingi endokardium tabung, membentuk mantel
mioepikardial. Pada awalnya, ini mantel tidak menempel pada endotelium
tabung. Ruang intervensi berisi reagen longgar, agar-agar Tikulum disebut
sebagai jeli jantung. Banyak dari yang utama Pembuluh darah intra-embrionik,
termasuk bagian dorsal Aortae, yang berkembang di mesenkim dorsal Cakram
embrionik, dibentuk bersamaan dengan Tabung endokardium dan pembuluh
darah ekstra-embrionik. Sel mesodermalberproliferasi pada posisi anterior
Lempeng kardiogenik dan membentuk septum transversum. Diskus embrionik
yang sedang berkembang mengalami cranial-caudal Dan pelipatan lateral.
Sebagai konsekuensi dari pelipatan Bagian kranial embrio, tuba endokardium,
dan Coelom dan septum transversum berputar melalui Sudut 180° pada sumbu
lateral. Dengan demikian, endokardium Tabung berada di bagian dorsal dari
coelom, di bagian ventral dari usus depan Dan kaudal ke membran orofaringeal
seperti pada gambar di atas.
5
Rotasi caudal dari jantung yang sedang berkembang disertai batas oleh
pertumbuhan otak yang cepat ke arah anterior Sehingga meluas ke area jantung.
Sebagai akibatnya Rotasi, segmen cembung dari ujung yang menyatu Tabung
jantung, yang awalnya menempati posisi di Margin anterior dari cakram
embrionik, menjadi posisi Kaudal ke otak. Pada posisi ini, cembung Segmen
tabung endokardium yang menyatu beranastomosis Dengan vena vitelline dari
kantung kuning telur.
Gambar 2.4 Tahapan pembentukan jatung dari tahap tabung jantung hingga
perkembangan struktur yang berbentuk S ( A sampai I)
Hasil dari lipatan bagian kranial dari embrio , septum transversum menepati posisi ekor
ke jantung di mana, pada tahap selanjutnya itu menimbulkan bagian tendon diafrangma.
6
Sebelum bergabung dengan segmen cembung dari tabung endokardium , vitelline dan
vena umbilikalis melewati septum transvertum. Bagian kranial dari aorta dorsal yang di
tarik secara ventral membentuk loop dorso-vetral. Loop arteri lengkung aorta pertama
menyatu dengan endo-tabung seperti pada gambar 4. Dengan lipatan leteral embrio ,
tabung endokardium kiri dan kana di bulatkan oleh lapisan otot mereka secara bertahap
mendekat satu sama lain. Fusion dinding medial endokardia tabung pertama kali terjadi
di tengah-tengah fusion. Sehingga fusion meluas ke kranial dan kaudal sampai satu
tabung terbentuk.
Gambar 2.5 Tampilan Ventral dari tabung jantung dan selom yang sedang berkembang
dengan penampang yang sesuai.
Karena fusion tidak meluas di sepanjang tabung endokardium, ujung kranial dan
kaudal tetap ada Dipisahkan. Lapisan endotel jantung tunggal tabung menjadi
7
endokardium, lapisan mioepikardial Membentuk miokardium, dan dari lapisan lapisan
viseral Di rongga perikardium, epikardium terbentuk.
Ujung kaudal Sinus venosus tetap bercabang. Bagian perut Mesokardium bertahan
untuk waktu yang singkat saja, tidak seperti Mesokardium dorsal yang bertahan lebih
lama.Mesokardium punggung secara bertahap rusak meninggalkan Hati primitif dan
tidak terikat, terlepas dari titik-titiknya Perlekatan perikardium pada trunkus arteriosus
Dan ventrikel. Pada awalnya, atrium dan sinus venosus Terletak di luar rongga
perikardial di septum Transversum. Karena jantung primitif meningkat dalam Ukuran
lebih cepat dari rongga perikardial, terutama di Daerah bulbo-ventrikular, tikungan
berbentuk U, bulbo-Loop ventrikel yang berbertuk Sebagai konsekuensi dari
perkembangan ini atrium dan sinus venosus menjadi tertarik ke dalam rongga.
Sejumlah faktor transkripsi telah terlibat dalam proses pembentukan loop bulbo-
ventrikular.Ini termasuk faktor transkripsi Tangan-1 dan Tangan-2 Yang diatur oleh
Nkx-2.5.Sebagai perkembangan jantung berlanjut, ekspresi Tangan-1 menjadi terbatas
pada mengembangkan ventrikel kiri dan Tangan-2 untuk mengembangkan Ventrikel
kanan. Penghapusan gen yang mengkodekan Hand-1 Atau faktor Hand-2 menyebabkan
hipoplasia ventrikel yang di mana mereka biasanya diekspresikan. Faktor kotak T,Tbf-5
8
dan Tbf-20, bersama dengan Bmp-4, juga mempengaruhi Pembentukan loop bulbo-
ventrikular. Berbeda Kontraksi akhir sitoskeleton aktin telah Diusulkan sebagai faktor
penentu dalam pembentukan Lingkaran bulbo-ventrikular.
Terkait Dengan lipatan lateral embrio, aortae dorsal Kaudal ke sekering jantung
yang sedang berkembang, membentuk common Aorta. Pada mesenkim yang berdekatan
dengan arteri trunkus Riosus, serangkaian tambahan dari arteri lengkung aorta
berpasangan Berkembang yang bergabung dengan ujung truncus yang melebar
Arteriosus dengan aortae dorsal (Gbr.11.8). Cabang-cabang dari Aorta dorsalis, arteri
intersegmental, mensuplai Somit berkembang. Cabang tambahan memasok Kantung
kuning telur melalui arteri vitelline, dan umbilical Arteri memasok allantois. Mengikuti
pembentukan Vena vitelline yang mengalirkan yolk sac, umbilical Vena yang
mengalirkan allantois, vena kardinal kranial Menguras kepala dan vena kardinal caudal
menyampaikan darah dari dinding tubuh, darah vena dikembalikan Ke ujung kaudal
jantung primitif, sinus venosus(pada gambar 6). Di setiap sisi embrio yang sedang
berkembang,Vena kardinal kranial dan kaudal menyatu, membentuk Vena kardinal
komunis yang masuk ke sinus venosus. Pada tahap morfogenesis yang tepat ini,
perkembangan sistem kardiovaskular mamalia beruang kuat Kemiripannya, baik secara
morfologis maupun fungsional,Dari sistem peredaran darah ikan yang terbentuk
sepenuhnya.2
2
McGeady,T.A.,Quin,P.J., Ryan M.T.2006. Veterinary Embriologi Blackwell Publishing USA. 105-106
9
Gambar 2.6 Tampak dorso ventral dan lateral kiri dari tahapan berurutan dalam
diferensiasi tabung jantung , dari tahap loop bulbo- ventrikular ke ekspansi loop bulbo-
ventrikular di bagian ventral dan antrium umum bagian punggung.
10
asimetri, ciri pembentukan jantung Faktor transkripsi Pitx-2, yang diatur oleh
Nodal, sangat penting untuk morfogenesis jantung normal.3
3
Ibid. Hlm 112
4
Ibid. Hlm. 113
11
Gambar 2.7 Tahapan dalam pembagian kanal atrio-ventrikular umum ke kiri dan bukaan
atrio-ventrikular kanan
12
Gambar 2.8 Tahapan dalam pembagian atrium dan ventrikel yang sedang berkembang.
Pada tahap awal morfogenesis jantung, darah kembali dari sisi kiri
embrio memasuki tanduk kiri sinus venosus. Darah dari kanan sisi embrio
memasuki tanduk kanan sinus. Darah vena yang masuk ke sinus venosus masuk
ke atrium embrionik melalui lubang sino-atrium, yang diatur oleh katup sino-
atrial yang tersusun dari komponen kiri dan kanan. Perkembangan vena shunt
antara vena sistemik kiri dan kanan sistem mengarah ke arah preferensial aliran
ke sisi kanan yang mengakibatkan pembesaran tanduk kanan sinus venosus,
sedangkan kornu kiri mengecil. Saat partisi atrium berlangsung, sino-atrial
pembukaan menempati posisi di bagian kanan janin atrium. Secara bertahap,
tanduk kanan sinus venosus dimasukkan ke dalam atrium kanan janin. Pada
bentuk akhir, atrium kanan terdiri dari janin kanan atrium yang menjadi aurikula
kanan yang berotot, sedangkan tanduk kanan sinus venosus menjadi tipis sinus
venarum berdinding tempat aliran balik vena dari tubuh memasuki jantung.
Selama adaptasi morfologi, bagian kiri sino-atrial katup sekering dengan septum
sekundum, sementara bagian dari bagian kanan membentuk punggungan internal
dibatasi antara daun telinga dan sinus venarum disebut krista terminalis.
13
Gambar 2.9 Penggabungan sinus venosus ke janin kanan atrium dan
penggabungan vena pulmonalis ke janin kiri atrium.
14
Setelah pertumbuhan diferensialnya, bulbus cordis terdiri dari bagian
melebar yang berdekatan dengan ventrikel dan bagian yang tidak melebar
disebut sebagai conus cordis, yang bersambung dengan trunkus arteriosus. Pada
bagian yang melebar dari bulbus cordis dan embrionik ventrikel membentuk
ruang bersama. Secara eksternal, pembagian antara bulbus cordis dan ventrikel
ditandai oleh alur, sulkus interventrikular, dan bagian dalam oleh lipatan otot,
interventrikular primordial septum. Sebagai dinding ventrikel dan bulbus cordis
bertambah tebal, divertikulasi permukaan bagian dalamnya memberikan
penampilan trabekular untuk miokardium. Pada tahap ini, ventrikel embrionik
dapat dianggap sebagai ventrikel kiri primitif dan dilatasi bulbus cordis sebagai
ventrikel kanan primitif. Ventrikel membesar oleh pertumbuhan perifer yang
diikuti oleh peningkatan divertikulasi dan trabekulasi dinding bagian dalam.
Sebagai interventrikular sulkus semakin dalam dan dinding ventrikel yang
mengembang bertemu secara medial di sulkus, dinding menjadi saling
berhadapan dan sekering berkontribusi pada perpanjangan antar septum
ventrikel. Pertumbuhan perifer lanjutan dari jaringan miokard dari masing-
masing ventrikel menyumbang peningkatan progresif panjang interventrikular
sekat. Pada tahap ini, septum tidak sepenuhnya memisahkan dua ventrikel yang
berkomunikasi melalui foramen interventrikular. karena sebagai proliferasi
seluler diferensial, interventrikular foramen menutup.
15
Gambar 2.10 Pembagian Conus cordis dan Trunkus arteriosus
16
pulmonal batang membawa darah dari ventrikel kanan dan batang aorta
membawa darah dari ventrikel kiri.5
5
Ibid. Hlm.117
17
Pembentukan katup jantung
18
disebut sebagai bicuspid, sedangkan kanan Katup atrio-ventrikular terdiri dari
tiga katup dan disebut trikuspid. Jaringan mesenkim berkembang biak di sekitar
tepi setiap lubang. Kavitasi otot lapisan tepat di bawah penebalan mesenkim,
dan pemodelan ulang jaringan terkait, berkontribusi pada pembentukan cusp dari
katup atrio-ventrikular.Karena katup sebagian diturunkan dari jaringan
mesenkim yang awalnya melekat langsung ke miokardium di lubang, katup
tetap berada pada untaian otot ke ventrikel dinding. Dengan pengalihan dan
penipisan yang dihasilkan dari dinding ventrikel, untaian otot tetap melekat
sepanjang permukaan ventrikel dari cusp katup. Struktur otot tipis secara
bertahap digantikan oleh padat jaringan ikat, korda tendinea, yang
menghubungkan katup cusp ke tonjolan otot dinding ventrikel yang disebut
sebagai otot papiler.
19
4. Sistem Konduksi Jantung
Pada tahap awal perkembangan jantung, sebelum pembentukan ruang
jantung yang terpisah, miokardium mengelilingi seluruh tabung jantung
berkontraksi sebagai satu kesatuan. Saat bilik jantung berkembang, pita
penghubung jaringan tive, yang berasal dari epikardium, memisahkan otot-otot
atrium dari otot-otot ventrikel. Serat otot atipikal khusus, serat purkinje
membentuk berkas atrio-ventrikular yang menghantarkan impuls dari otot-otot
atrium ke otot-otot letak ventrikel. Serat-serat ini, yang memanjang dari nodus
sel otot khusus, nodus atrio-ventrikular terletak di septum intermedium,
lanjutkan melalui pita jaringan ikat ke dinding ventrikel.
Perkembangan sistem arteri
Pembuluh darah intra-embrionik berkembang dengan cara mirip dengan
yang dijelaskan untuk pembuluh ekstra-embrionik. Aorta dorsal, yang
merupakan pembuluh darah besar pertama yang berkembang, menyatu dengan
tabung endokardium. Sebagai hasil dari lipatan tubuh kranial-kaudal, bagian
kranial dari Aorta dorsal membentuk lengkung yang berada di lateral usus depan
dan dikelilingi oleh mesenkim yang membentuk lengkung faring pertama.
Segmen-segmen ini Aorta dorsal disebut sebagai arkus aorta pertama arteri.
Persimpangan arteri arkus aorta dengan trunkus arteriosus yang menjadi melebar
disebut kantung aorta. Saat lengkung faring berikutnya berkembang, pasang
arteri lengkung, yang muncul dari kantung aorta, melewati lengkungan sebelum
bergabung dengan aortae dorsal. Sebanyak enam pasang arteri lengkung aorta
terbentuk, dan dari mereka struktur vaskular utama lainnya muncul
20
Gambar 2.14 Ilustrasi yang menunjukkan pandangan ventral, A, dan kiri pandangan
lateral, B, dari enam pasang arteri arkus aorta.
6
Ibid. Hlm. 119-120
21
pertama arteri lengkung aorta atrofi. Sisa-sisa kecil dari pasangan kedua aorta
Arteri lengkung tetap sebagai cabang ke kiri dan kanan telinga tengah, arteri
stapedialis. Kiri dan kanan Arteri arkus aorta ketiga membentuk karotis
komunis arteri dan berkontribusi pada pembentukan internal arteri karotis.
Bagian kranial dari aorta dorsal membentuk sisa dari arteri karotis interna.
Bagian dari aorta dorsal antara ketiga dan atrofi arteri lengkung keempat. Arteri
karotis terbentuk sebagai pertumbuhan keluar dari aorta ketiga arteri lengkung.
Nasib pasangan keempat lengkung aorta arteri berbeda di sisi kanan dan
kiri.Arteri arkus aorta keempat kiri merupakan bagian dari arkus aorta. Sisa dari
lengkungan aorta berasal sebagian dari kantung aorta dan aorta dorsal kiri. Arteri
arkus aorta keempat kanan membentuk segmen proksimal arteri subklavia kanan.
Sisa dari Arteri subklavia berasal dari aorta dorsalis kanan dan arteri
intersegmental punggung ketujuh kanan. Segmen aorta dorsal kanan antara asal
arteri subklavia kanan dan caudal komunis aorta atrofi. Sama dengan faring
kelima lengkung, pasangan kelima dari arteri lengkung aorta biasanya
rudimenter dan kemudian menjadi atrofi. Pasangan keenam arteri arkus aorta
mensuplai cabang-cabang ke paru-paru. Di sisi kiri, segmen proksimal dari
keenam Arteri arkus aorta, antara cabang pulmonal dan kantung aorta, bertahan
sebagai bagian proksimal kiri arteri pulmonalis. Segmen distal bertahan sebagai
shunt, duktus arteriosus, yang menghubungkan arteri dengan aorta dorsal.
Bagian proksimal dari Arteri lengkung aorta keenam kanan menjadi bagian
proksimal arteri pulmonalis kanan, sedangkan segmen distal atrofi.
22
Gambar 2.15 Tampak ventral dan lateral kiri arteri arkus aorta pada tahap awal
perkembangan. A. pada tahap akhir perkembangan perkembangan, B. Garis putus-putus
mewakili pembuluh yang mengalami atrofi.
23
dari posisi kaudal ke duktus arteriosus ke lokasinya dekat dengan arkus aorta.
Pada babi dan anjing, Arteri subklavia kiri muncul langsung dari aorta lengkung,
distal dari pangkal batang brakiosefalika, sedangkan pada kuda dan sapi arteri
subklavia kiri, yang bermigrasi ke posisi yang lebih kranial, muncul secara
langsung dari batang brakiosefalika.
Gambar 2.16 Susunan pembuluh darah utama pascakelahiran yang muncul dari
arkus aorta dan truncus pulmonalis karnivora domestic A, dan kuda dan
ruminansia B.
Cabang laringeal rekuren dari saraf vagus pada kedua sisi, yang melewati
ekor ke keenam yang berkembang Arteri lengkung aorta, mempersarafi otot-otot
lengkung faring keenam. Ketika hati dan terkait pembuluh darah bergerak ke
dalam rongga toraks, rekuren saraf laring ditarik ke kaudal. Karena distal bagian
dari arteri lengkung aorta keenam kanan dan seluruh atrofi arteri lengkung aorta
kelima, rekuren kanan saraf laring menjadi terhubung di sekitar arteri subklavia
kanan yang menyumbang posisi lebih kranial dibandingkan dengan laring
rekuren kiri. saraf.. Di sisi kiri, saraf laringeus rekuren tetap terikat di sekitar
arteri lengkung aorta keenam, pembuluh darah yang kemudian menimbulkan
duktus arteriosus. Setelah lahir, sebagai duktus arteriosus menetap sebagai
ligamentum arteriosum, saraf laring rekuren kiri tetap terhubung ligamentum
arteriosum dan arkus aorta.
24
Gambar 2.17 Hubungan awal nervus laringeus rekurens dengan arteri arkus aorta dan
hubungan selanjutnya ke pembuluh darah yang berasal dari arteri arkus aorta.
Cabang-cabang aorta
Cabang dorsal, lateral dan ventral muncul dari aorta dorsal berpasangan.
Setelah fusi aorta, sepasang arteri intersegmental dorsal yang melewati antara
somit muncul di sepanjang leburan kapal. Arteri intersegmental ini
mengeluarkan dorsal cabang ke sumsum tulang belakang yang sedang
berkembang dan epaksial otot, dan cabang ventral ke otot hipoksial. budaya.
Arteri intersegmental ketujuh memasok tunas kaki depan yang sedang
berkembang. Serangkaian memanjang anastomosis berkembang antara arteri
inter-segmental yaitu. Di wilayah serviks, enam segmen pertama arteri antara
7
Ibid. Hlm 120-122
25
anastomosis longitudinal dan atrofi aorta dorsal. Arteri yang terbentuk dari ini
anastomosis, arteri vertebralis, muncul dari sevent arteri intersegmental. Di
daerah toraks, anastomosis membentuk arteri toraks interna, dan arteri
intersegmental bertahan sebagai arteri interkostalis. Arteri intersegmental di
lumbal daerah membentuk arteri lumbal. Lumbar paling ekor Arteri
intersegmental mensuplai tunas tungkai panggul dan membentuk arteri iliaka
eksterna. Arteri umbilikalis, yang muncul langsung dari pasangan aorta dorsal,
suplai allantois.Dengan pembentukan aorta umum dan arteri intersegmental,
arteri umbilikalis muncul sebagai cabang dari arteri iliaka interna.
Gambar 2.18 Tahap awal dan akhir dalam pembentukan arteri vertebral, toraks interna,
subklavia, dan intercostal.
26
splanchnopleure dari rongga dada dan perut, menimbulkan bronko-esofageal,
seliaka, mesenterika kranial dan arteri mesenterika kaudal. Kecambah endotel,
yang timbul di dekat pangkal aorta dan beranastomosis dengan pleksus
pembuluh darah di lapisan sub-epikardial jantung yang sedang berkembang,
membentuk pembuluh koroner, suplai darah utama ke jantung.
27
Gambar 2.19 Peran interaksi reseptor-ligan dalam fusi sel endotel arteri dan vena.
Vena Vitelline
28
Gambar 2.20 Tahapan berurutan dalam diferensiasi vitellin dan vena
umbilikalis.
Vena umbilikalis
29
mengembang kemudian, bagian tengah vena umbilikalis dimasukkan ke dalam
jaringan hati dan berkontribusi terhadap pembentukan sinusoid hati. Pada
umbilikus, peleburan pusar kiri dan kanan vena terjadi. Selanjutnya, segmen
kaudal vena umbilikalis kanan atrofi dan, sebagai akibatnya, segmen kaudal
vena umbilikalis kiri membesar dan membawa darah teroksigenasi dari plasenta
ke hati embrio. Awalnya, darah mengalir melalui sinusoid hati untuk mencapai
tanduk kanan sinus pembuluh darah. Sebagian besar darah mengikuti jalur yang
lebih langsung dengan perkembangan pirau vena antara vena umbilikalis kiri
dan segmen kranial kanan vena vitelina. Vena shunt ini disebut sebagai duktus
venosus. Duktus venosus bertahan sampai lahir pada karnivora dan ruminansia
tetapi mengalami atrofi selama kehamilan pada kuda dan babi. Akibatnya, di
keduanya janin kuda dan babi, darah dari pusar vena melewati sinusoid hati.
Vena kardinal
8
Ibid. Hlm. 122-127
30
Gambar 2.21 Perubahan susunan vena kardinal
31
melewatinya sinusoid hepatik melalui duktus venosus dan memasuki vena cava
kaudal. Volume kecil darah dari vena umbilikalis kiri melewati sinusoid hati
dan bercampur dengan de-oksigen darah dari vena porta. Darah ini juga masuk
ke vena kava. Darah di vena cava caudal dan hepar vena atik mengalami
penurunan konsentrasi oksigen, bercampur dengan darah dari duktus venosus.
Dengan demikian, derajat oksigenasi darah yang masuk ke atrium kanan
berkurang relatif terhadap tekanan oksigen di pusar pembuluh darah. Batas
bawah septum sekundum, crista dividen, mengarahkan sebagian besar darah
memasuki atrium kanan melalui foramen ovale ke kiri atrium di mana ia
bercampur dengan sejumlah kecil darah konsentrasi oksigen yang lebih rendah,
kembali dari non- paru janin yang berfungsi melalui vena pulmonalis. Darah ini
memasuki ventrikel kiri dan dipompa ke seluruh tubuh melalui arkus aorta.
Beberapa darah dari vena cava caudal, yang masuk ke atrium kanan, diarahkan
ke ventrikel kanan dan bercampur dengan darah terdeoksigenasi yang kembali
dari kepala melalui vena cava kranial dan dari miokardium melalui vena koroner.
Darah dari kanan ventrikel dipompa ke batang paru, karena pada resistensi
pembuluh darah paru semakin besar volume melewati duktus arteriosus ke aorta
kaudal sebagian besar darah di aorta dikembalikan ke plasenta untuk oksigenasi
melalui umbilical arteri.
32
Gambar 2.22 Garis besar sirkulasi janin dalam kandungan. Panah menunjukkan arah
aliran darah.
33
Gambar 2.23 Perubahan sirkulasi yang terjadi setelah melahirkan.
34
3) Setelah lahir, kontraksi otot-otot Dinding duktus arteriosus menutup ini
pirau janin. Sebagai konsekuensi fisiologis ini penutupan, semua darah
di arteri pulmonalis diarahkan ke paru-paru yang berfungsi. Dengan
pemutupan fisiologis, aliran balik sementara dapat terjadi, menimbulkan
murmur jantung sementara pada anak kuda, anak sapi dan babi.
Penutupan anatomis lengkap, yang memakan waktu hingga 2 bulan,
diproduksi oleh lipatan endotelium dan proliferasi lapisan jaringan ikat
subintimal. Faktor yang mungkin berkontribusi pada penutupan
fisiologis duktus arteriosus termasuk peningkatan kandungan oksigen
darah yang melewatinya dan produksinya dari amina vasoaktif,
bradikinin, yang menyebabkan kontraksi otot polos.
4) Sebelum lahir, sebagian besar darah dari ekor vena cava diarahkan oleh
crista dividen melalui foramen ovale ke atrium kiri. Katup seperti
struktur septum primum tetap terbuka oleh tekanan darah di atrium
kanan lebih tinggi daripada di atrium kiri. Saat lahir tekanan darah di
atrium kanan menurun sebagian karena penghentian aliran darah dari
plasenta, sedangkan tekanan di dalam atrium kiri meningkat, karena
peningkatan pulmonal mengalir. Akibatnya, penutup septum yang
seperti katup primum menekan penutupan septum sekundum pada
foramen ovale. Meskipun penutupan fungsional terjadi dengan cepat,
penutupan anatomis terjadi secara bertahap selama tahun pertama
kehidupan di sebagian besar spesies hewan domestik.
Sama dengan arteri dan vena, pembuluh limfatik timbul dari mesoderm
melalui vaskulogenesis dan angiogenesis.Tak lama setelah pembentukan
kardiovaskular sistem, pembuluh limfatik berkembang dengan cara yang mirip
dengan yang dijelaskan untuk pembuluh darah. Awalnya, enam utama kantung
limfa berkembang pada periode embrionik akhir berpasangan dengan kantung
jugularis berkembang di lateral vena jugularis interna, diikuti oleh satu kantung
retroperitoneal dekat dengan akar dari mesenterium. Kantung tambahan,
sisterna chyli, berkembang di bagian dorsal ke sakus retroperitoneal. Sepasang
35
kantung iliaka juga berkembang di persimpangan vena iliaka. Pembuluh limfatik
mengalirkan darah ke kepala, leher, dan anggota badan muncul dari kantung
jugularis. Drainase getah bening dari daerah panggul dan tungkai belakang
melalui iliaka kantung, Setiap kantung jugularis terhubung ke cysterna chyli oleh
pembuluh limfatik besar. Pada tahap selanjutnya dari perkembangan limfatik,
kantung limfatik menjadi saling berhubungan oleh serangkaian pembuluh
limfatik dan sistem drainase limfatik.
Gambar 2.24 Garis Besar Pengembangan sistem limfatik dan drainasenya ke sistem
vena.
36
yang mengelilingi kantung menyusup ke struktur ini dan mengubah mereka ke
dalam jaringan saluran getah bening. Kemudian dalam perkembangannya,
kelenjar getah bening tambahan berkembang di sepanjang perjalanan pembuluh
limfa ke seluruh tubuh. Kelenjar getah bening adalah struktur yang dienkapsulasi
yang terdiri dari jalinan sel retikuler yang mengandung banyak limfosit. Kapsul
dan kerangka jaringan ikat kelenjar getah bening juga berasal dari mesenkim.
Kelenjar getah bening yang berkembang menjadi unggulan oleh limfosit yang
berbeda dari timus dan sumsum tulang yang menimbulkan massa limfoid
nodular. Kelenjar getah bening mamalia yang khas terdiri dari daerah kortikal
dan daerah meduler. Kortikal parenkim di perifer mengandung nodul limfe
sedangkan regio medula pusat mengandung korda anastomosis dari jaringan
limfoid.
Gambar 2.25 Fitur struktural komparatif dari kelenjar getah bening mamalia yang khas.
Turunan dewasa dari pembuluh darah janin dan terkait struktur sebagai
berikut:
1) Sisa bagian intra-abdominal dari vena umbilikalis kiri tetap ada pada
hewan dewasa sebagai ligamen bulat hati.
2) Duktus venosus menjadi ligamentum racun.
3) Setelah penutupan anatomis, foramen ovale diwakili oleh depresi
yang dikenal sebagai fossa ovalis.
37
4) Bagian intra-abdominal dari umbilical arteri membentuk ligamen
bulat kandung kemih yang terletak di ligamen lateral kandung kemih.
Sisa-sisa urachus terdapat di ligamen medial kandung kemih.
5) Duktus arteriosus menjadi ligamentum arteriosum.9
9
Ibid.. Hlm. 127-130.
38
dipasangkan membujur endotel berlapis saluran. Tabung-tabung membentuk
untuk menjadi jantung primordial.Jantung tubular bergabung dalam pembuluh
darah di dalam embrio yang menghubungkan tangkai,karian dan yolk sac
membentuk sistem kardiovaskuler purba.10
10
Putra Agung.2019.Basic Molecular Stem Cell.Unissula Press:Semarang. Hlm. 1-2
39
komponen darah (positive loop) atau menekan hemopoiesis jika tubuh kelebihan
komponen darah tertentu (negative loop).
a) Limpa & hati pernah menjadi organ hemopoiesis (masa fetus) > tidak
berlanjut pada masa dewasa.
b) Hemopoiesis extrameduler dapat terjadi karena reaktivasi sel punca yang
tertinggal di limpa atau kembalinya sel punca dari sumsum tulang ke
limpa.
11
Pratiwi,Herlina dkk.2019.Embriologi Hewan.UB Press: Malang. Hlm 6-7
40
pengikatan protein adhesi berikutnya pada permukaan HSC ke matriks
ekstraseluler di situs tertentu tersebut.
Di dalam sumsum tulang, sel punca dan turunannya terkait erat dengan
sel jaringan ikat, yang disebut sel stroma sumsum tulang. Jalur perkembangan
keturunan sel induk berpotensi majemuk sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan mikro di sumsum tulang, terutama oleh faktor pertumbuhan
hematopoietik dan sitokin lainnya.
Protein morfogenik tulang 4 (Bmp-4) yang bekerja pada mesoderm
splanknik meningkatkan perkembangan hematopoietik. Faktor ini sangat penting
dalam pembentukan pulau darah di mesoderm ekstra-embrionik mamalia.
Hemangioblas mengekspresikan Flk-1 dan SCL, yang pertama mempromosikan
perkembangan endotel dan yang terakhir mempromosikan komitmen
hematopoietik.
Flk-1 adalah reseptor permukaan sel untuk faktor pertumbuhan endotel
vaskular yang secara eksklusif diekspresikan pada sel endotel. Hematopoiesis
dapat dianggap sebagai proses perkembangan dan diferensiasi seluler yang
sebagian besar dikendalikan oleh susunan hierarkis faktor transkripsi, banyak
dengan pola aktivitas yang tumpang tindih. Beberapa faktor ini diekspresikan
hanya dalam sel yang belum matang sementara yang lain memiliki spesifisitas
garis keturunan. Faktor transkripsi dasar SCL diekspresikan di semua situs
hemogenik embrionik dan mutlak diperlukan untuk hematopoiesis. Regulator
genetik Runx-1 diekspresikan secara kuat di semua situs hemogenik setelah hari
kedelapan kehamilan pada embrio murine, dan mutasi Runx1 memblokir
hematopoiesis definitif tetapi tidak primitif yang menyebabkan kematian embrio
pada hari ke-12.
Dua faktor transkripsi, GATA-1 dan GATA-2, terkait dengan garis
keturunan myeloid; yang pertama diperlukan untuk diferensiasi eritrosit dan
yang terakhir ada di semua sel prekursor myeloid. Gen Hox diekspresikan dalam
pola dinamis selama pematangan sel darah sepanjang hidup hewan. Di antara
gen-gen ini, ekspresi HoxB-4 sangat penting untuk pembaruan diri HSC pada
hewan dewasa dan ekspresi gen ini dalam kantung kuning telur HSC
memungkinkan sel-sel ini untuk mengisi kembali sumsum tulang pada hewan
41
dewasa. Homeostasis sel induk pada hewan dewasa mungkin sangat dipengaruhi
oleh faktor lingkungan mikro seperti protein morfogenik tulang yang mengatur
embriogenesis awal; Pensinyalan landak dapat meningkatkan diferensiasi sel
induk melalui modulasi jalur protein morfogenik tulang. Faktor stroma seperti
ligan c-Kit dan Flt-3, yang bekerja pada reseptor tirosin kinase masing-masing,
memiliki efek utama pada tingkat sel progenitor.
Lebih dari 20 protein ekstraseluler, yang disebut sebagai faktor
pertumbuhan hematopoietik, mempengaruhi proliferasi dan diferensiasi sel pada
berbagai tahap selama hematopoiesis. Uji koloni telah digunakan untuk
menyelidiki persyaratan faktor pertumbuhan untuk membedakan sel dari
mesoderm ke pengembangan garis keturunan yang berkomitmen. Aktivin A dan
Bmp-4 mampu menginduksi pembentukan mesoderm menggunakan model in
vitro. Kemampuan Bmp-4 untuk mengarahkan aktivitas hematopoietik di
mesoderm splanknikus telah ditunjukkan dan sinergi antara Bmp-4 dan faktor
pertumbuhan endotel vaskular dalam pembentukan sel pembentuk koloni
menunjukkan kemungkinan peran Bmp-4 dalam mendorong perkembangan
hemangioblas. Selain perannya dalam regulasi diferensiasi dan proliferasi
megakariosit dan dalam regulasi produksi trombosit, baru-baru ini trombopoietin
telah terbukti memainkan peran penting dalam pemeliharaan proliferasi HSC
dan hematopoiesis kantung kuning telur.
Faktor pertumbuhan yang terkait dengan perkembangan garis keturunan
myeloid termasuk faktor perangsang koloni granulosit-makrofag (GM-CSF),
faktor perangsang koloni makrofag (M-CSF) dan faktor perangsang koloni
granulosit (G-CSF). Untuk perkembangan sebagian besar sel myeloid dari nenek
moyang paling awal, GM-CSF biasanya diperlukan. Kombinasi GM-CSF dan
G-CSF cenderung merangsang pembentukan neutrofil dari sel progenitor
granulosit-makrofag umum sedangkan M-CSF dalam kombinasi dengan GM-
CSF merangsang diferensiasi garis keturunan monosit-makrofag dari sel
progenitor yang sama. Jelas bahwa faktor pertumbuhan dan diferensiasi tidak
memiliki spesifisitas yang ketat untuk satu sel target karena efeknya pada sel
individu dipengaruhi oleh tindakan terkait dari faktor lain yang bekerja pada sel
dari garis keturunan itu. Masih ada perdebatan apakah sel-sel dalam deret
42
hematopoietik secara genetik berkomitmen pada garis keturunan tertentu atau
apakah faktor-faktor yang dapat larut menentukan seleksi garis keturunan.
Namun, tampaknya kemungkinan bahwa paparan terhadap faktor-faktor yang
dapat larut mungkin tidak menjadi persyaratan untuk diferensiasi sel punca dan
bahwa faktor-faktor ini memiliki peran yang memfasilitasi daripada menjadi
induktif.
Sel punca pada manusia dewasa dan hewan dewasa
Dalam beberapa tahun terakhir, sel punca pada orang dewasa, yang
mampu mempertahankan, menghasilkan, dan mengganti sel yang terdiferensiasi
secara terminal dalam garis diferensiasi berkomitmen mereka sendiri, telah
dideskripsikan dan dikarakterisasi. Contoh sel punca tersebut pada manusia
dewasa antara lain sel punca hematopoietik yang mampu menghasilkan sumsum
tulang, sel limfoid dan myeloid, sel punca saraf dengan kemampuan
berdiferensiasi menjadi neuron, astrosit dan sel oligodendro, serta sel punca
pankreas yang mampu menghasilkan sel beta.
Temuan dari penelitian in vitro menggunakan sel-sel yang ditandai dan
tidak dipilih asal sumsum tulang yang ditransplantasikan ke hewan yang
disiapkan dengan tepat adalah kemampuan sel yang ditransfer untuk membentuk
jaringan non-limfoid, non-myeloid seperti serat otot, hepatosit, mikroglia dan
astroglia, dan jaringan saraf. Bukti lebih lanjut bahwa sel punca hematopoietik
mampu melakukan diferensiasi multifungsi telah disediakan oleh transfer in
vitro sel tunggal yang berdiferensiasi menjadi sel hematopoietik matang dan
juga menjadi sel epitel kulit, paru-paru dan saluran pencernaan.
Diferensiasi sel punca yang berasal dari sumsum tulang menjadi sel yang
spesifik-organ, non-myeloid, non-limfoid menimbulkan banyak pertanyaan
mendasar tentang potensi pluri yang melekat pada sel punca dan kemampuannya
untuk menghasilkan jaringan yang dibatasi garis keturunan di beberapa
lingkungan mikro tertentu dan, dalam keadaan lain, untuk menghindari
penghalang garis keturunan dan menghasilkan berbagai jaringan dan sel yang
tidak terduga, sebuah fenomena yang disebut sebagai trans-diferensiasi.
Mekanisme yang disarankan untuk pembentukan sel jaringan organ padat
melalui diferensiasi sel punca yang berasal dari sumsum tulang dan bersirkulasi
43
dari orang dewasa termasuk transdiferensiasi sel punca yang dibatasi garis
keturunan, dan dediferensiasi sel matur yang diikuti dengan diferensiasi ulang.
Sejumlah laporan ilmiah, bagaimanapun, sangat mendukung plastisitas garis
keturunan dalam sistem hematopoietik dan meluas juga ke garis keturunan non-
hematopoietik. Telah dikemukakan bahwa migrasi HSC ke seluruh sistem
peredaran darah dan pengaruh faktor pensinyalan seperti faktor pertumbuhan
endotel vaskular atau sitokin seperti faktor perangsang koloni granulosit
mungkin bertanggung jawab atas banyak organ yang menjadi reservoir HSC.
Juga telah disarankan bahwa heterogenitas sel induk daripada trans-diferensiasi
atau de-diferensiasi dapat menjelaskan plastisitas HSC yang jelas in vivo.
Usulan terakhir ini menyiratkan bahwa banyak jenis sel induk dapat
didistribusikan di berbagai tempat di seluruh embrio yang sedang berkembang
atau bahwa mereka dapat bermigrasi kemudian ke sumsum tulang di mana
mereka dapat hidup berdampingan. Spektrum sel seperti batang yang mewakili
rangkaian mesoderm, hemangioblas, dan HSC dapat dipertahankan di sumsum
tulang sepanjang hidup. Terlepas dari mekanisme yang mendasarinya,
tampaknya sel punca hematopoietik mungkin dalam beberapa kasus dibatasi
garis keturunan, dan dalam keadaan lain sel-sel berpotensi majemuk ini mungkin
tidak tunduk pada pembatasan garis keturunan.12
Berdasarkan pada kemampuannya untuk berdifferensiasi sel punca dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Totipotent. Sel punca yang mempunyai kemampuan untuk
berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. Sel punca ini merupakan sel
embrionik awal yang masih mempunyai kemampuan untuk membentuk
berbagai jenis sel. Sel punca jenis ini mempunyai kemampuan untuk
membentuk satu individu yang utuh. Adapun yang termasuk dalam sel
punca dengan kemampuan totipotent adalah zigot dan morula.
b. Pluripotent. Sel punca yang mempunyai kemampuan untuk
berdiferensiasi menjadi 3 lapisan embrional: ektoderm, mesoderm, dan
12
McGeady,T.A.,Quin,P.J., Ryan M.T.2006. Veterinary Embriologi Blackwell Publishing USA.Hlm.
139-147
44
endoderm, tapi tidak dapat menjadi jaringan ekstra embryonik seperti
plasenta dan tali pusat. Adapun yang termasuk sel punca pluripotent
adalah sel pada innercell mass pada stadium Blastocyst. embryonic sel
punca yang didapat dari inner cell mass, mempunyai kapasitas untuk
berdiferensiasi secara in vitro menjadi semua sel somatik.
c. Multipotent. Sel punca yang dapat berdiferensiasi menjadi berbagai jenis
sel. Sebagai contoh, hemopoetic stem cell yang terdapat pada sumsum
tulang mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai
jenis sel darah seperti eritrosit, lekosit dan trombosit. Contoh lainnya
neural stem cell mempunyai kemampuan berdifferensiasi menjadi sel
saraf dan sel glia. Pada jaringan dewasa, sel punca multipoten terdapat
pada jaringan dan organ untuk menggantikan sel yang hilang atau terluka.
d. Unipotent. Sel punca yang hanya dapat menghasilkan satu jenis sel.
Tetapi berbeda dengan non-sel punca, sel punca unipoten mempunyai
sifat dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self regenerate/self-
renew) mempunyai sifat dapat memperbaharui atau meregenerasi diri
(self regenerate/self-renew)13
13
Hartono, Budiman. 2016. Sel Punca: Karakteristik, Potensi, dan Aplikasinya. J. Kedokt Meditek. Vol
22. No 60. Hlm. 73-74
45
Gambar 2.26 Proses maturasi dan diferensiasi
46
tahap erioblast ertokromatofilik berikutnya, nukleusnya jauh lebih kecil daripada
nukleus sebelumnya dengan sitoplasma merah muda. Pada tahap retikulosit sel
darah merah tidak memiliki nukleus, tetapi masih bernoda agak biru karena sisa-
sisa peliribosom di dalam sel. Akhirnya, eritrosist adalah sel darah merah yang
matang, yang tidak memiliki nukleus dan tidak ada sisa-sisa poliribosom dan
akibatnya berwarna merah muda.
Granulopoiesis
Granulopoiesis adalah pembentukan granulosit yang merupakan sel
darah putih dengan inti multi lobular dan butiran sitoplasma. Sel hemapoietik
unipotensial yang menjadi myeloblast berukuran besar dan memiliki sitoplasma
yang bernoda biru dengan nukleus yang besar. Sel ini berevolusi menjadi
promyelocyte yang mengandung butiran azurophilic dan kemudia menjadi
myelocyte yang memiliki nukleus non identasi yang masih agak besar. Sel ini
kemudian menjadi metamyelocyte yang ukurannya hampir sama dengan
granulosit dewasa dan nukleus mulai menjadi identasi. Setelah tahap ini adalah
tahap sel band, di mana nukleus memiliki lekukan definitif dan menyerupai tapal
kuda. Akhirnya granulosit matang, yang memiliki nukleus lobus dan butiran
sitoplasma. Seluruh proses terjadi selama 2 minggu.
Monopoiesis, Lymphopoiesis dan Thrombopoiesis
Monopoiesis adalah proses pembentukan monosit. Sel leluhur yang
terikat, monoblas, hanya ditemukan di sumsum tulang dan memiliki sitoplasma
basofilik tanpa butiran. Ini berevolusi menjadi promosit yang lebih kecil dengan
nuklei yang sedikit berlekuk, sebelum menjadi monosit yang memiliki nukleus
berbentuk ginjal dan dapat berkembang menjaji sel dendritik atau makrofag.
Lomfopoiesis adalah pembentukan limosit, yang dimulai dari sel nenek
moyang pertama mereka, limfoblas. Sel-sel ini berkembang menjadi limosit
yang mampu berdiferensiasi menjadi B, T, atau sel pembunuh alami.
Trombopoiesis adalah pembentukan trombosit yang bersal dari sel yang sangat
besar di dalam sumsum tulang yang disebut megakaryocytes. Penciptaan
trombosit individu terjadi ketika membran plasma megakaryocytes
47
terfragmentasi sehingga menghasilkan trombosit yang mengandung banyak
butiran.14
15
Yelvi Levani. Perkembangan Sel Limfosit B dan Penandanya untuk Flowcytometry. Journal
Kedokteran. Universitas Muhammadiyah Surabaya, Vol. 1 No.5 Agustus 2018. Hal 51
16
Muhammad Ilyas Y, Firdayanti, dan Wahyuni. Peningkatan imunitas Non Spesifik (Innate Imunity)
Mencit Balb/C yang diberi Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Galing (Cayratia trifolia L. Domin). Journal
Medical Sain. Universitas Halu Oleo, Jl. H.E.A. Mokodompit, Kendari. Vol. 3 No.2, Maret 2019. Hal-84
48
disebabkan oleh defek atau defesiensi pada sel-sel fagositik, limfosit B, limfosit
T atau komplemen. Gejala yang spesifik serta beratnya penyakit, usia saat
penyakit dimulai dan prognosis penyakit bergantung komponen apa yang
terkena dalam sistem imun dan sampai mana fungsi imun tersebut terganggu.
Terlepas dari penyebab yang mendasari kelainan immunodefesiensi, gejala
utamanya mencakup infeksi kronik atau infeksi berat kambuhan. Infeksi karena
mikroorganisme yang merupakan flora normal tubuh, respon tubuh yang buruk
terhadap pengobatan infeksi dan diare kronik. Immunodefesiensi bisa
diklasifikasikan sebagai kelainan primer dan sekunder dan dapat pula dipilih
berdasarkan komponen yang terkena pada sistem imun tersebut.
A. Immunodefisiensi Primer
Sebagian besar penyakit immunodefisiensi primer ditentukan
secara genetik dan mempengaruhi bagian humoral atau seluler dari
imunitas adaptif adatif dapat juga mempengaruhi mekanisme defensif
dari imunitas bawaan (sel NK, fagosit atau komplemen). Defek pada
imunitas adaptif umumnya disubklasifikasikan pada komponen yang
terutama terkait sel B/T/keduanya). Akan tetapi, pembagian ini masih
kurang jelas karena adanya keterkaitan antara satu komponen dengan
komponen yang lain yang menyebabkan pembedaan antar komponen
penyebab menjadi sulit. Walau umumnya dianggap cukup jarang, bentuk
ringan dari immunodefisiensi primer ini dapat ditemukan di banyak
orang. Sebagaian besar immunodefisiensi ini bermainefstasi pada usia
bayi (6 bulan-2 tahun) dan terdeksi karena bayi mengalami infeksi
rekuren. Beberapa penyakit immunodefisiensi primer disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 2.1 kelainan immunodefisiensi primer
Kelainan/Kerusakan yang
Penyakit Dampak Klinis
disebabkan
Defesiensi imunitas Rentan terhadap infeksi
kombinasi (Severe Penurunan jumlah sel T, sel virus, fungi, dan bakteri
Combined B, sel NK, dan antibodi karena kecacatan pada
Immunodeficiency sistem kekbalan seluler
49
/SCID) dan hunoral
Penurunan atau sama
X-inked Kegagalan maturasi sel B di
seklai tidak ada produksi
gammaglobulibemia sumsum tulang belakang
sel B dan antibodi
Rentan terhadap infeksi
Ketidaksempurnaan
virus dan fungi karena
Sindrome DiGeorge perkembangan organ timus
kegagalan sistem
dan kegagalan maturasi sel T
imunitas humoral
Rentan terhadap ekzema
Sindrome Wiskott- Cacat fungsi trombosit, sel T,
atopik dan infeksi yang
Aldrich dan antibodi (terutama IgA)
mudah kambuh
Kadar IgM di dalam
tubuh menjadi berlebihan
Cacat pada sel B sehingga
dan kekurangan IgA, IgG,
tidak dapat melakukan
Hyper-IgM syndrome dan IgE. Hal ini
pergantian kelas antibodi
menyebabkan sering
(imunoglobin)
terjadinya infeksi
berulang.
Kegagalan diferensiasi Infeksi di traktus
Isolasi IgA Deficiency limfosit B naik menjadi sel respirasi, gastrointestinal,
penyekresi IgA dan urogenital
Defisiensi C3 juga dapat
menyebkan peningkatan
suspektibilitas terhadap
infeksi rekuren bakteri
Umumnya defisiensi piogen. Difisiensi C5-9
Genetic Deficiency of
komplemen disebabkan ole menyebabkan adanya
the Complement System
faktor genetik peningkatan
kemungkinan infeksi
Neisseria karena efek litik
C5-9 hilang. Defek pada
inhibitor komplemen C1
50
menyebabkan terjadinya
angiodema pada kulit dan
permukaan ermukosa.
Sel T dan sel B adalah sel utama dari sistem kekebalan adaptif tubuh.
Sel B memediasi produksi antibodi dan oleh karena itu memainkan peran
utama dalam antibodi-mediated (humoral) imunitas. Di sisi lain, sel T
mengatur respon sel yang dimediasi sistem imun. Cacat yang terjadi
pada setiap pengembangan, diferensiasi dan pematangan sel T mengarah
pada gangguan immunodefisiensi sel T, sedangkan cacat yang berkaitan
dengan sel B mengarah pada pengembagan sel B dan/atau gangguan hasil
pematangan sel B (defisiensi antibodi), karena produksi antibodi sel B
yang diperantarai sel B membutuhkan fungsi sel T. Oleh karenanya
gabungan gangguan sel T dan sel B akan menyebabkan gangguan
immunodefisiensi sel B dan sel T (Combined Immunodeficiensies/ CIDs).
Gangguan yang terjadi pada rangkaian proses perkembangan sel limfosit
T yang dapat / tidak akan berdampak pada pematangan sel B. 17
Sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2.27 Tahap yang diperlukan dalam maturasi sel B dan sel T
17
Pratiwi Dyah Kusumo. Gangguan Immunodifisiensi Primer (PID). Jurnal Kedokteran. Vol 29 No 324.
Oktober 212. Hal 15.
51
perkembangan sel B dan fungsinya akan berdampak pada gangguan
abnormalitas sintesis antibodi. Pada salah satu dampak yaitu sindrom
hyper IgM, defisiensi antibodi juga berkorelasi dengan gangguan pada
aktivasi makrofag dan Antigen Precenting Cell (APC) yang akan
berpengaruh pada attenuated cell-mediated immunity seperti gambar
berikut:
52
obat-obatan. Contohnya adalah penderita keganasan kanker yang
mendapatkan radioterapi atau kemoterapi dapat menderita
immunodefisiensi karena sel-sel imun ikut dirusak oleh perlakuan
tersebut. Selain itu, cacat pada sistem kekebalan selular juga dapat
disebabkan oleh malnutrisi (kekurangan protein). Beberapa kondisi lain
yang dapat menimbulkan immunodefisiensi sekunder adalah keganasan
(leukemia, limfoma), gagal ginjal akut, infeksi HIV, sarkodosis,
spelnektomi, dan infeksi virus Epstein-Barr.
Secara umum immunodefisiensi sekunder disebabkan oleh dua
mekanisme utama, yaitu imunosupresi yang muncul akibat komplikasi
dari penyakit atau keadaan lain, dan immunodefisiensi iatrogenik yang
muncul sebagai efek samping dari suatu terapi atau perlakuan lain.
Beberapa penyakit immunodefisiensi sekunder adalah sebagai berikut :
a. Malnutrisi
Malnutrisi protein-kalori sering ditemukan di negara berkembang dan
diasosiasikan dengan gangguan imunitas selular dan humoral pada
mikroorgansime yang disebabkan oleh gangguan proses metabolik tubuh.
Gangguan ini dikarenakan defisiensi konsumsi protein, lemak, vitamin,
dan mineral, dan akan mempengaruhi malturasi serta fungsi dari sel-sel
imun.
b. Kanker
Pasien dengan kanker yang telah menyebar luas umumnya mudah
terinfeksi mikroorganisme karena defek pada respons imun humoral dan
selular. Tumor bone marrow dan leukimia yang muncul di sumsum tulang
belakang dapat mengganggu pertumbuhan limfosit dan leukosit normal.
Selain itu, tumor dapat memproduksi substansi yang menghambat
perkembangan atau fungsi limfosit, seperti pada penyakit Hodgkin. Dapat
pula terjadi anergi, yaitu suatu kondisi dimana sistem imun tidak dapat
menginduksi respon imun terhadap antigen.
c. Infeksi
Selain infeksi HIV, infeksi lain juga dapat menyebabkan kelainan respons
imun, contohnya pada virus mealses dan HTLV-1 (Human T-cell
53
Lymphothropic Virus-1) yang keduanya menginfeksi limfosit. HTLV-1
merupakan retrovirus mirip HIV, akan tetapi HTLV1 bekerja dengan
mengubah sel T helper menjadi sel T neoplasma yang malignan, disebut
juga ATL (adult T-cell Leukimia). HTLV-1 dapat menyebabkan berbagai
infeksi oportunistik. Selain virus, infeksi kronik Mycobacterium
tuberculous, berbagai jenis fungi dan berbagai jenis parasit dapat juga
menyebabkan imunosupresi.
54
yang mengalami gangguan. Penderita dengan defisiensi limfosit T
biasanya menunjukkan kepekaan terhadap infeksi virus, protozoa, dan
jamur yang biasanya dapat diatasi dengan respon imun selular. Gejala
penyakit immunodefisiensi berbeda-beda tergantung pada jenisnya dan
individu. Tanda dan gejala immunodefisiensi meliputi :
a. Pneumonia, bronkritis, infeksi sinus, infeksi telinga, meningitis,
atau infeksi kulit yang berulang.
b. Infeksi darah
c. Peradangan dan infeksi organ dalam
d. Kelainan darah, seperti jumlah trombosit yang rendah atau anemia
e. Masalah pencernaan, seperti kram, kehilangan nafsu makan, mual,
dan diare.
f. Gangguan autoimun, seperti lupus, rheumatoid arthritis, atau
diabetes tipe 1
D. Pemeriksaan Penunjang
Selain mengenai gejala yang dirasakan, riwayat penyakit
autoimun dalam keluarga, sejumlah tes juga dilibatkan dalam penentuan
penyakit immunodefisiensi yaitu :
a. Tes darah, yang dapat mengungkap kelainan dalam sistem
kekebalan tubuh. Tes termasuk mengukur sel-sel darah dan sel
imun
b. Identifikasi infeksi, untuk menganalisis infeksi dan penyebabnya
apabila pasien merespon pengobatan standar
c. Uji Pre-natal, dilakukan orangtua yang memiliki anak dengan
gangguan immunodefisiensi untuk melakukan pengecekan apkah
gangguan tersebt juga dialami janin pada kehamilan berikutnya.
E. Pengobatan dan Pencegahan
Pengobatan immunodefisiensi termasuk pencegahan, pengobatan
infeksi dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh meliputi :
a. Pola hidup sehat untuk melindungi dari infeksi
b. Pengobatan infeksi virus dan bakteri dengan antiviral dan antibiotik
c. Suntikan atau subkutan immunoglobin
55
d. Pengobatan terbaik kekurangan sel T adalah transplantasi sum-sum
tulang belakang dari donor yang cocok
e. Pengobatan lain yang masih dalam fase eksperimen termasuk,
sitosin, tranplantasi thymic, terapi gen dan transplantasi sel induk.
56
BAB 3
Penutup
Kesimpulan
Sistem konduksi jantung mulai dengan perkembangan sistem arteri, turunan dari
Arteri arcus aorta, cabang-cabang aorta kemudian perkembangan sistem Vena di awal
embriologis perkembangan tiga pasang Vena utama terbentuk yaitu Vena Vitaline,
Vena umbilikalis dan vena kardinal. Terjadi perubahan peredaran darah saat lahir
karena pergantian plasenta sebagai organ pertukaran pernafasan oleh paru-paru akibat
kompresi dari torak saat lahir cairan ketuban di pohon bronkial dikeluarkan dan
digantikan oleh udara saat paru-paru mengembang. Setelah pembentukan
kardiovaskuler sistem pembuluh limfatik berkembang. Kantung limfa diubah menjadi
kelenjar getah bening dalam perkembangannya kelenjar getah bening tambahan
berkembang di sepanjang perjalanan pembuluh limpa ke seluruh tubuh.
57
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulasi darah yang terdiri dari jantung,
komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan
sulplai oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam
metabolisme tubuh. Sistem kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang
bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespon aktivitas jaringan dapat terpenuhi.
Pada keadaan berat, aliran darah tersebut lebih banyak di arahkan pada organ-organ
vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memelihara dan mempertahankan system
sirkulasi itu sendiri.
Sel induk hemopoietik (hematopoietic stem cell) Sel-sel yang akan berkembang
menjadi sel-sel darah (eritrosit,lekosit, trombosit) & beberapa sel dalam sumsum tulang
seperti fibroblast. Sel induk yang paling primitif sebagai pluripotent (totipotent) stem
cell.
Saran
58
Daftar Pustaka
Doda, Diana Vanda D. 2020. Buku Ajar: Fisiologi Sistem Hematologi. Yogyakarta: CV
Budi Utama
Harti, Agnes Sri. 2013. Imunologi Dasar dan Imunologi Klinis. Graha Ilmu :
Yogyakarta.
Hartono, Budiman. 2016. Sel Punca: Karakteristik, Potensi, dan Aplikasinya. J. Kedokt
Meditek. Vol 22. No 60.
Lachmann, Peters D.K. 2006. Clinical Aspects of Immunolgy. 5 thn Edn, Blackwell
Scientific publications, oxford.
Putra, Kadek Agus Heryana.dkk. 2016. Sistem kardiovaskular pada bayi baru lahir.
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar.
59
Putra Agung.2019.Basic Molecular Stem Cell.semarang:Unissula Press.
Weetman A.P (ed) 2004. Autoimmune Endrocrine Disease. Cambridge University Press
Cambridge. UK.
60