Anda di halaman 1dari 82

MAKALAH

SISTEM SIRKULASI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Fisiologi Hewan”
Dosen Pengampu :
Desi Kartikasari, M.Si

Disusun oleh : Kelompok 8

1. Ana Asihabudin (126208201013)


2. Alfi Muna (126208202040)
3. Kuni Azizah (126208202054)
JURUSAN TADRIS BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun masih banyak
kekurangan didalamnya. Makalah ini membahas mengenai “Sistem
Sirkulasi”. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Fisiologi Hewan”. Kami juga berharap semoga
pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan.

Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak


rintangan dan selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu tak lupa kami ucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang telah
membantu yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku rektor UIN Sayyid


Ali Rahmatullah Tulungagung
2. Ibu Desi Kartikasari M.Si Dan semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan yang tidak dapat
disebutkan satu-satu, kami ucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah
ini. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan sarat yang bersifat
membangun agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Kami juga berharap
agar makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Tulungagung, 03 November 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................. i
KATA PENGANTAR ..............................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN ....................................................................... 7


a. Hewan bertubuh besar memerlukan sistem sirkulasi .............. 7
b. Perbedaan pembuluh berdenyut, jantung berpembuluh,
jantung ampular tambahan, jantung berbilik........................... 8
c. Perbedaan struktur dan mekanisme sistem sirkulasi terbuka
dan tertutup ............................................................................. 9
d. Hewan dengan sistem sirkulasi terbuka tidak memiliki sistem
limfatik .................................................................................. 11
e. Sistem sirkulasi ampibi, pisces, reptile, dan burung ............. 11
f. Mekanisme pemompaan darah pada ikan, katak, kura-kura,
dan buaya .............................................................................. 20
g. Aktivitas Kelistrikan ............................................................. 24
h. Hubungan antara jantung dengan volume sekuncup dan
frekuensi denyut jantung ....................................................... 25
i. Tekanan Sistol dan diastole................................................... 27

iii
j. Hubungan penampang pembuluh darah dan kecepatan aliran
darah ...................................................................................... 28
k. Mekanisme pengendalian saraf pada jantung dan pembuluh
darah ...................................................................................... 29
l. Model sistem sirkulasi darah................................................. 29
m. Darah cairan jaringan dan Hemofilia .................................... 31
n. Persen Volume darah Mamalia, Aves, Reptil, Ampfibi, dan
Pisces ..................................................................................... 32
o. Zat dan senyawa penyusun darah pada hewan ...................... 33
p. Fungsi darah .......................................................................... 33
q. Hematokrit darah................................................................... 34
r. Eritropoesis dan pengaturannya ............................................ 36
s. Hemolisis, Krenasi, serta mengukur toleransi osmotis,
membrane eritrosit ................................................................ 40
t. Pigmen Pernafasan ................................................................ 42
u. Afinitas darah dan Kapasitas Darah ...................................... 43
v. Kebutuhan oksigen penduduk yang tinggal di dataran
tinggi ........................................................................................... 45
w. Efek Bohr .............................................................................. 47
x. Struktur dan macam-macam Leukosit .................................. 50
y. Homoestasis darah ................................................................ 56
z. Pengangkutan oksigen dan Karbondioksidan dalam darah... 66
aa. PH dan garam-garam plasma dipertahankan ........................ 70

iv
BAB III : PENUTUP ............................................................................. 74
A. Kesimpulan ............................................................................. 74
B. Saran ........................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 75

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sirkulasi Pisces ...................................................................... 15


Gambar 2. Sirkulasi Amphibi .................................................................. 15
Gambar 3. Sirkulasi Reptil ...................................................................... 17
Gambar 4. Sirkulasi Aves ........................................................................ 20
Gambar 5 Mekanisme Pemompaan darah jantung katak........................ 23
Gambar 6. Mekanisme Pemompaan darah Jantung Buaya .................... 24
Gambar 7 Proses diferensiasi Hematopoietic Stem Cell (HSC) hingga
menjadi Eritrosit ...................................................................................... 38
Gambar 8 Sel-sel yang berada pada tahapan pembentukan eritrosit
(Eritropoiesis) .......................................................................................... 39
Gambar 9. eritrosit yang mengalami hemolysis dan krenasi .................. 41
Gambar 10 kurva disosiasi ...................................................................... 49
Gambar 11 Jenis leukosit pertama adalah basofil .................................. 51
Gambar 12 Jenis Leukosit Eosinofil ........................................................ 52
Gambar 13 Jenis Leukosit Neutrofil ........................................................ 54
Gambar 14 Limfosit ................................................................................. 54
Gambar 15 Monosit ................................................................................. 55

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fisiologi ialah salah satu cabang biologi yang membahas
tentang fungsi faal tubuh makhluk hidup, bagaimana prosesnya
sehingga hewan dapat mempertahankan eksistensinya juga dapat
dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari tentang proses dan
aktivitas yang terjadi dalam tubuh hewan. Batasan yang lebih
modern menyatakan bahwa fisiologi merupakan suatu ilmu yang
mempelajari tentang homeostasis dan mekanisme pengendalian
yang berlangsung untuk mencapai dan memelihara homeostasis.
Homeostasis adalah istilah yang dipakai oleh seorang ahli fisiologi
(Wlater B. Canon 1871-1945) untuk menunjukkan adanya
stabilitas yang dipertahankan di dalam badan pada suatu organisme
yang hidup, walaupun banyak faktor yang kemungkinan mencoba
merubah stabilitas itu. Homeostasis adalah azas dasar yang
menopang semua proses fisiologis. Dengan itu suatu proses
organisme dijamin tetap berada dalam kondisi mantap sehingga
proses-proses yang melibatkan sel tampil optimal. Homeostasis
merujuk pada ketahanan atau mekanisme pengaturan lingkungan
kesetimbangan dinamis (badan organisme) yang konstan.
Homeostatis merupakan keseimbangan kondisi internal sel, juga
disebut ekuilibrium. Homeostatis dikelola oleh membran plasma,
mengontrol apa yang masuk dan meninggalkan sel. Membran sel
adalah fitur universal yang dimiliki oleh semua jenis sel berupa
lapisan antarmuka yang disebut membran plasma, yang

1
memisahkan sel dengan lingkungan di luar sel, terutama untuk
melindungi inti sel dan sistem kelangsungan hidup yang bekerja di
dalam sitoplasma.
Selain Homoestatis tubuh juga memerlukan suatu sistem
sirkulasi yang membantu proses dalam tubuh. Dalam prosesnya
sistem sirkulasi melibatkan proses peredaran darah, jantung, dan
darah. Jantung merupakan kantong darah yang tersusun oleh otot
yang kuat. Jantung terletak di dalam rongga dada agak sebelah kiri,
di antara paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Massa jantung kurang
lebih 300 gram, besarnya sebesar kepalan tangan.Jantung adalah
salah satu organ vital tubuh yang berfungsi untuk memompa darah
bersih ke seluruh tubuh dan darah kotor ke paru-paru. Jika terjadi
gangguan pada jantung maka fungsi pemompaan darah akan
terganggu bahkan bisa berakibat pada kematian.
Sistem sirkulasi juga didukung oleh darah dan sistem
peredaran darah. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua
makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan
tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga
sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah terdiri
daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian
dari darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau
volume sel darah merah yang dipadatkan yang berkisar antara 40
sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang
membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hewan bertubuh besar memerlukan sistem
sirkulasi?
2. Bagaimana perbedaan pembuluh berdenyut, jantung
berpembuluh, jantung ampular tambahan, jantung berbilik?
3. Bagaimana perbedaan struktur dan mekanisme sistem
sirkulasi terbuka dan tertutup?
4. Bagaimana Hewan dengan sistem sirkulasi terbuka tidak
memiliki sistem limfatik?
5. Bagaimana Sistem sirkulasi ampibi, pisces, reptile, dan
burung?
6. Bagaimana Mekanisme pemompaan darah pada ikan, katak,
kura-kura, dan buaya?
7. Bagaimana Aktivitas Kelistrikan?
8. Bagaimana Hubungan antara jantung dengan volume
sekuncup dan frekuensi denyut jantung?
9. Bagaimana Tekanan Sistol dan diastole?
10. Bagaimana Hubungan penampang pembuluh darah dan
kecepatan aliran darah?
11. Mekanisme pengendalian saraf pada jantung dan pembuluh
darah?
12. Bagaimana Model sistem sirkulasi darah?
13. Bagaimana Darah cairan jaringan dan Hemofilia?
14. Bagaimana persen Volume darah Mamalia, Aves, Reptil,
Ampfibi, dan Pisces?
15. Bagaimana Zat dan senyawa penyusun darah pada hewan?
16. Bagaimana Fungsi darah?

3
17. Bagaimana Hematokrit darah?
18. Bagaimana Eritropoesis dan pengaturannya?
19. Bagaimana Hemolisis, Krenasi, serta mengukur toleransi
osmotis, membrane eritrosit?
20. Bagaimana Pigmen Pernafasan?
21. Bagaimana Afinitas darah dan Kapasitas Darah?
22. Bagaimana Kebutuhan oksigen penduduk yang tinggal di
dataran tinggi?
23. Bagaimana Efek Bohr?
24. Bagaimana Struktur dan macam-macam Leukosit?
25. Bagaimana Homoestasis darah?
26. Bagaimana Pengangkutan oksigen dan Karbondioksidan
dalam darah?
27. Bagaimana PH dan garam-garam plasma dipertahankan?

C. Tujuan
1. Mengetahui hewan bertubuh besar memerlukan sistem
sirkulasi
2. Mengetahui perbedaan pembuluh berdenyut, jantung
berpembuluh, jantung ampular tambahan, jantung berbilik
3. Mengetahui perbedaan struktur dan mekanisme sistem
sirkulasi terbuka dan tertutup
4. Mengetahui Hewan dengan sistem sirkulasi terbuka tidak
memiliki sistem limfatik
5. Mengetahui Sistem sirkulasi ampibi, pisces, reptile, dan
burung

4
6. Mengetahui Mekanisme pemompaan darah pada ikan, katak,
kura-kura, dan buaya
7. Mengetahui Aktivitas Kelistrikan
8. Mengetahui Hubungan antara jantung dengan volume
sekuncup dan frekuensi denyut jantung
9. Mengetahui Tekanan Sistol dan diastole
10. Mengetahui Hubungan penampang pembuluh darah dan
kecepatan aliran darah
11. Mekanisme pengendalian saraf pada jantung dan pembuluh
darah
12. Mengetahui Model sistem sirkulasi darah
13. Mengetahui Darah cairan jaringan dan Hemofilia
14. Mengetahui persen Volume darah Mamalia, Aves, Reptil,
Ampfibi, dan Pisces
15. Mengetahui Zat dan senyawa penyusun darah pada hewan
16. Mengetahui Fungsi darah
17. Mengetahui Hematokrit darah
18. Mengetahui Eritropoesis dan pengaturannya
19. Mengetahui Hemolisis, Krenasi, serta mengukur toleransi
osmotis, membrane eritrosit
20. Mengetahui Pigmen Pernafasan
21. Mengetahui Afinitas darah dan Kapasitas Darah
22. Mengetahui Kebutuhan oksigen penduduk yang tinggal di
dataran tinggi
23. Mengetahui Efek Bohr
24. Mengetahui Struktur dan macam-macam Leukosit
25. Mengetahui Homoestasis darah

5
26. Mengetahui Pengangkutan oksigen dan Karbondioksidan
dalam darah
27. Mengetahui PH dan garam-garam plasma dipertahankan

6
BAB II
PEMBAHASAN

1. Alasan Hewan Bertubuh Besar Memerlukan Sistem Sirkulasi


Setiap organisme melakukan metabolisme, baik
organisme uniseluler maupun multiseluler. Metabolisme
berlangsung di dalam setiap sel makluk hidup dan untuk itu
diperlukan bahan-bahan untuk berlangsungnya proses
metabolisme dengan lancar. Selsel mendapat suplai makanan atau
bahan-bahan dari luar tubuh dan dihantarkan ke setiap sel melalui
system sirkulasi. Sistem sirkulasi melakukan fungsi peredaran
materi (bahan-bahan yang diperlukan oleh tubuh), hormone,
oksigen, dan sisa-sisa metabolisme. Sistem sirkulasi atau sistem
peredaran darah pada umumnya untuk organisasi tingkat rendah
belum memiliki sistem sirkulasi secara khusus. Misalnya pada
Amoeba dan paramecium, sirkulasi bahan-bahan metabolisme
berikut sisa-sisa metabolisme dilakukan dengan aliran sitoplasma.
Akan tetapi, proses difusi berlangsung sangat lambat sehingga cara
tersebut tidak mungkin dapat memenuhi semua kebutuhan hewan
berukuran besar (dengan ketebalan tubuh lebih dari beberapa
milimeter) dan atau hewan yang memiliki aktivitas metabolism
tinggi. Oleh karena itu, pada hewan tingkat tinggi diperlukan
sistem sirkulasi khusus yang menjamin adanya pergerakan cairan
ke seluruh tubuh secara cepat (Purnama, R., & Santi & Rachman,
2018).

7
2. Perbedaan Antara Pembuluh Berdenyut, Jantung Pembuluh,
Jantung Ampular Tambahan, dan Jantung berbilik
Jantung merupakan komponen penyusun sistem sirkulasi
yang berfungsi sebagai pompa/penggerak darah di sepanjang
pembuluh dengan mekanisme kontraksi dan relaksasi otot jantung.
Jantung juga berfungsi mengontrol kerja sistem sirkulasi secara
keseluruhan dengan mengubah-ubah laju detakan dan daya
kontraksi. Secara struktural, jantung memiliki perbedaan
kompleksitas antar takson selaras dengan kemajuan evolusinya dan
pola adaptasi. Tipe jantung dari invertebrata adalah jantung
tubular, pembuluh berdenyut dan jantung ampular.
Pembuluh berdenyut (pulsating hearts), merupakan
jantung berupa pembuluh darah yang sederhana dengan lapisan
otot yang relatif tebal, yang berkontraksi dengan gelombang
peristaltik, sehingga mendorong darah ke luar sistem. Tipe jantung
ini merupakan karakteristik khusus annelida yang mempunyai
peredaran darah tertutup. Gelombang kontraksi pada pembuluh
dorsal mendorong darah, berjalan dari ujung posterior ke anterior,
kemudian darah melewati beberapa pasang “jantung” lateral
menuju pembuluh ventral yang juga kontraktil.
Jantung tubular (tubular hearts) merupakan struktur
jantung yang dianggap paling sederhana adalah jantung tubular.
Secara esensinya, strukturnya berupa tubular (saluran) yang
berkontraksi dengan pola yang sama seperti gerakan peristaltik
yang akan mendorong darah sepanjang saluran (tubular). Tipe ini
terdapat pada kebanyakan insekta.

8
Jantung ampular merupakan jantung yang berfungsi
sebagai pompa pendorong untuk memompa darah melalui daerah
periferal dengan meningkatkan tekanan. Tipe jantung ini
ditemukan pada hewan cephalopoda dan insekta. Pada serangga
jantung ampular ini ditemukan pada dasar antena, sayap dan kaki.
Sedangkan pada aphid, jantung ini memompa cairan ekstraseluler
ke kaki.
Hewan vertebrata mempunyai tipe jantung berbilik
(chambered heart). Beberapa mollusca juga mempunyai tipe
jantung ini, yang terdiri dari satu atau dua atrium/aurikel dan satu
ventrikel. Satu atau lebih ruang/bilik menerima darah dari
pembuluh vena dan satu atau lebih ruang memompa darah ke
sirkulasi perifer.

3. Perbedaan Struktur dan Mekanisme Sistem Sirkulasi Terbuka


dan Tertutup
Sistem peredaran darah terbuka, peredaran cairan pada
tubuh hewan tidak akan melalui pembuluh-pembuluh khusus.
Sementara pada sistem peredaran darah tertutup, cairan tubuh
hewan akan melalui organ khusus, seperti pembuluh-pembuluh.
A. Sistem Sirkulasi Terbuka
Sistem sirkulasi terbuka merupakan suatu sistem dimana
pembuluh darah tidak membentuk sirkuit yang sempurna di
seluruh tubuh sehingga ketika darah mengalir, darah akan
meninggalkan pembuluh darah dan mengalir diantara jaringan
(ruang terbuka hemocoel atau blastocoel).(Gunawan & Nada,
2017). Ruang terbuka tersebut bisanya bearda diantara

9
endoderm dan ektoderm. Cairan yang terdapat di ruang
hemocoel disebut hemolimf yang akan langsung mengenai sel-
sel di sekitarnya. Selanjutny dari jaringan akan kembali ke
jantung. Tipe ini banyak ditemukan pada arthropoda dan
moluska.
B. Sistem Sirkulasi tertutup
Pada sistem sirkulasi tertutup, darah selalu berada dalam
suatu seri pembuluh darah selama proses peredarannya dan
tidak pernah ke luar dari sistem. Sistem peredaran darah ini
ditemukan pada anelida, cephalopoda, echinodermata dan
seluruh vertebrata. Darah yang dipompa oleh jantung dijaga
sedemikian rupa sehingga tekanannya tetap tinggi yang
kemudian menghasilkan siklus peredaran yang dinamis mulai
dari jantung ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung dengan
lancar.
Pada kelompok vertebrata, sistem sirkulasi tertutup sangat jelas
memperlihatkan tingkatan kompleksitas organisasi struktural
dan fungsionalnya sesuai dengan tingkatan kelas dari pisces
hingga mamalia sebagai bentuk paling sempurna. Perbedaan-
perbedaan pada mekanisme aliran darah yang spesifik meliputi
struktur ruang jantung, arah aliran darah, dan karakter darah
yang beredar. Sistem sirkulasi tertutup memiliki dua pola yang
berbeda dalam proses sirkulasi darahnya. Pembagian ini
didasarkan kepada bagaimana susunan jantung dan bagaimana
cara darah melakukan peredaran secara lengkap di seluruh
tubuh. Atas dasar hal tersebut maka sirkulasi tertutup dibagi

10
atas dua yaitu sistem sirkulasi tunggal dan sistem sirkulasi
ganda.
4. Hewan dengan sirkulasi terbuka tidak berkembang sistem
limfatik seperti pada hewan dengan sirkulasi tertutup
Sistem peredaran sirkulasi terbuka mempunyai
kemampuan sangat terbatas dalam mengubah kecepatan aliran dan
distribusi darah. Akibatnya proses pengambilan oksigen oleh sel-
sel tubuh berjalan lamban dan jumlah maksimum laju pemakaian
oksigen per satuan berat badan adalah kecil. Pada insekta,
permasalahan tersebut dicegah dengan melibatkan sistem trakea
dalam proses pendistribusian oksigennya langsung ke jaringan atau
sel yang membutuhkan tanpa melibatkan sistem sirkulasi. Oleh
karenanya, kendati memiliki sistem peredaran darah terbuka,
insekta dapat melakukan metabolisme aerob dengan laju yang
relatif tinggi.
Sistem peredaran darah terbuka adalah sistem di mana darah bebas
di ruang tubuh dalam sebagian besar dari sirkulasi. Namun dalam
sistem peredaran tertutup darah tidak pernah meninggalkan
pembuluh darah seperti dalam sistem peredaran darah mamalia.

5. Menjelaskan Sistem Sirkulasi pada Ikan, Amphibi, Reptil, dan


Burung
A. Sirkulasi Pada Pisces
Pada ikan terdapat ruang yang berfungsi menerima
darah dari vena yang disebut sinus venosus. Ketika jantung
berkontraksi, darah akan didorong ke atrium, selanjutnya ke
ventrikel dan akhirnya menuju ke bulbus arteriosus yang

11
kemudian menuju ke aorta ventralis. Dengan mekanisme aliran
yang demikian, sistem jantung yang terdiri atas 4 bagian
(ruang) linier sangat berguna untuk meningkatkan tekanan
darah dengan jalan menurunkan kaliber (ketegaran) lumen
secara sekuensial dan meningkatkan kekuatan muskular
dinding jantung. Aorta ventral keluar dari jantung dan berakhir
sebagai 4 pasang arteriol menuju insang. Arteri-arteri tersebut
tersusun secara simetris dan bilateral, menuju ke daerah insang
dan disana akan bercabang menjadi arteriol yang pada akhirnya
menuju kapiler insang. Kapiler insang berada di bawah
permukaan jaringan insang yang memungkinkan proses
pengambilan oksigen ke dalam jaringan serta terkadang juga
melangsungkan pertukaran ion-ion, CO2, amonia, dan
substansi lainnya yang terbawa oleh aliran air yang masuk.
Kapiler-kapiler insang bersatu membentuk arteriol efferen dan
arteri (biasanya 4 pasang), yang juga bersatu membentuk aorta
dorsalis yang merupakan cabang terakhir yang menuju ke
anterior dan posterior tubuh untuk mensuplai darah kaya
oksigen ke kepala dan badan.
Aorta dorsalis dan cabang-cabang utamanya terbagi-
bagi untuk mensuplai darah arteri yang akan diteruskan ke
beberapa organ tubuh. Seluruh darah yang mengaliri saluran
pencernaan setelah melewati sistem kapiler, akan mengambil
substansi dari daerah tersebut yang merupakan hasil
pencernaan yaitu gula, asam amino, dan molekul-molekul kecil
lainnya. Selanjutnya darah akan disatukan kembali di vena
porta hepatika sehingga nutrisi yang ada di dalamnya akan

12
dihantarkan ke hepar, dan darah miskin oksigen tersebut akan
kembali ke jantung. Di hepar, vena terbagi-bagi menjadi
pembuluh mirip kapiler yang disebut sinusoid. Sinusoid
tersebut akan bergabung kembali menuju vena dan akan
mengalirkan darah ke jantung. Seluruh darah yang mengalir ke
bagian posterior tubuh (khususnya di daerah pelvik dan ekor),
setelah melewati sistem kapiler utama di jaringan, akan bersatu
kembali ke vena porta renalis yang membawa darah miskin
oksigen dan produk-produk sisa metabolisme menuju ginjal. Di
ginjal, vena porta renalis akan terbagi-bagi menuju ke kapiler
peritubular. Kapiler-kapiler tersebut akan bersatu kembali
menuju vena renalis yang selanjutnya mengalirkan darah ke
jantung. Kedua organ yang dialiri darah miskin oksigen
tersebut (hepar dan ren) juga menerima darah yang kaya
oksigen melalui cabang arteri dari aorta.

Gambar 1. Sirkulasi Pisces

13
B. Sirkulasi pada Amphibi
Pada amphibi, setiap bagian atrium terbuka melalui
kanal atrioventrikular yang memiliki katub menuju ventrikel
yang terdiri atas satu ruang yang berbagi-bagi. Ventrikel
tersebut secara struktural memiliki jaringan otot dan jaringan
ikat yang berlapis yang disebut trabekula dan menyerupai
spons. Fungsi struktur tersebut adalah mencampurkan darah
dari dua atrium. Conus arteriosus sebagai saluran dari ruang
ventrikel tersebut juga terbagi-bagi oleh katub spiral. Ketika
ventrikel berkontraksi, sisi kirinya yang berisi darah kaya
oksigen akan dialirkan ke aorta sistematik sedangkan sisi
kanannya yang berisi darah miskin oksigen akan dialirkan ke
arteri pulmonaris. Dengan kata lain terdapat sirkulasi ganda
yaitu (a) dari sinus venosus menuju atrium kanan dan ke
ventrikel untuk kemudian diteruskan ke arteri pulmonaris,
selanjutnya ke kapiler paru-paru terus ke vena pulmonaris; (b)
dari vena pulmonaris menuju ke atrium kiri dan ke ventrikel
terus ke aorta sistematik menuju kepala dan badan terus ke
kapiler sistematik dan kembali secara langsung melalui sinus
venosus atau kembali melalui sistem porta hepatika atau porta
renalis.

14
Gambar 2. Sirkulasi Amphibi
Akan tetapi terdapat banyak pengecualian pada
kelompokkelompok amphibia tertentu yang tidak memiliki
beberapa organ yang terkait dengan sistem sirkulasi tersebut.
Beberapa spesies tidak memiliki paru-paru atau ada yang
memiliki insang eksternal serta ada juga yang hanya tergantung
kepada kulit sebagai organ respirasi sehingga pola susunan
sistem sirkulasinya akan berbedabeda tergantung kepada tipe
respirasinya. Misalnya pada amphibi tanpa paru-paru (lungless
amphibian) tidak memiliki arteri pulmonari dan memiliki sekat
antar atrium yang berlubang-lubang atau hanya berupa sekat
yang mereduksi (vestigeal septum) sehingga tidak ada sistem
peredaran darah ganda. Kelompok hewan seperti ini biasanya
bersifat tidak aktif dan bergantung pada respirasi pada kulit
(dermal).
C. Sirkulasi Pada Reptilia
Pada kelompok reptil, sistem sirkulasi ganda berlaku
umum pada kebanyakan spesies. Pola tersebut berhubungan

15
dengan sistem respirasinya yang memiliki paru-paru.
Walaupun demikian, beberapa spesies reptil dari kelompok
penyu memiliki sistem suplemen bagi paru-paru yaitu dari
dermal, pharingeal, dan kloaka. Reptil dari kelompok buaya,
kura-kura atau penyu, kadal, dan ular memperlihatkan
perbedaan dalam hal pola sirkulasinya. Pada kurakura atau
penyu, kadal, dan ular, jantungnya terdiri atas atrium kiri dan
kanan juga ventrikel kiri dan kanan (4 ruang jantung) akan
tetapi sekat atau septum antara ventrikel kiri dan kanan belum
jelas atau tidak ada sama sekali. Pola peredaran darah pada
penyu dan kelompoknya adalah sebagai berikut : darah dari
vena di seluruh tubuh masuk ke sinus venosus yang kemudian
ke atrium kanan. Atrium kanan juga menerima darah dari vena
coronaria. Setelah itu darah akan menuju ventrikel kiri terus ke
arteri pulmonalis dan ke kapiler di pulmo yang selanjutnya
akan berkumpul di vena pulmonalis dan masuk ke atrium kiri.
Dari atrium kiri kemudian masuk ke ventrikel. Sebagian darah
dari ventrikel akan mengalir ke lengkung aorta kanan dan
sebagian ke lengkung aorta kiri. Dari lengkung aorta kanan
sebagian menuju ke kepala dan sebagian lagi bersatu dengan
lengkung aorta kiri. Sedangkan darah dari lengkung aorta kiri
akan menuju hepar, ren, usus, dan dinding tubuh. Pola
peredaran darah pada buaya sebagai kelompok reptil yang
memiliki sekat jantung antar ventrikel adalah sebagai berikut :
darah dari vena seluruh tubuh mengalir ke sinus venosus
selanjutnya ke atrium kanan dan ke ventrikel kanan. Dari
ventrikel kanan tersebut akan terbagi menjadi dua arah aliran

16
berbeda yaitu (a) ventrikel kanan ke arteri pulmonalis ke
kapiler di pulmo bergabung ke vena pulmonalis dan kembali ke
jantung melewati atrium kiri; (b) ventrikel kanan ke aorta kiri
dan bergabung dengan aorta kanan. Darah yang terdapat di
atrium kiri yang berasal dari vena pulmonalis (pada arah aliran
a) akan menuju ke ventrikel kiri dan dipompa ke aorta kanan
yang sebagiannya akan menuju ke kepala sedangkan sebagian
lagi akan bergabung dengan darah dari aorta kiri menuju hati,
ren, usus dan dinding tubuh. Di dekat ventrikel kiri dan kanan
terdapat hubungan antara aorta kiri dan aorta kanan dengan
perantara lubang yang disebut foramen Panizae.

Gambar 3. Sirkulasi Reptil


D. Sirkulasi Pada Aves dan Mamalia
Aves memiliki sistem sirkulasi yang hampir mirip
dengan mamalia dan dengan ruang jantung yang sudah tersekat
dengan sempurna menjadi 4 ruangan (2 atrium dan 2 ventrikel).

17
Secara sistematis, darah dari vena di seluruh tubuh menuju ke
atrium kanan dan ke ventrikel kanan. Dari ventrikel kanan
mengalir melalui arteri pulmonalis menuju kapiler-kapiler di
paru-paru dan kemudian berkumpul kembali di vena
pulmonalis yang pada akhirnya akan kembali ke jantung
melalui atrium kiri. Dari atrium kiri darah akan mengalir ke
ventrikel kiri dan kemudian dipompa ke aorta menuju ke
kepala, hepar, usus, ren dan dinding tubuh. Proses oksigenasi
terhadap darah berlangsung saat darah melewati kapiler paru-
paru. Darah kaya oksigen disebut darah arteri sedangkan darah
kaya karbondioksida disebut darah vena. Perbedaan spesifik
antara aves dengan mamalia adalah pada aspek adanya sistem
vena porta renalis (ginjal) pada aves yang tidak dimiliki oleh
mamalia.
Seperti halnya pada aves, jantung mamalia juga
memiliki 4 ruang yang bersekat secara sempurna sehingga
tidak terjadi percampuran darah yang kaya oksigen dan darah
miskin oksigen. Darah dari vena sistematik akan mengalir ke
bagian atrium kanan dari jantung melalui vena cava superior
dan vena cava inferior. Dari atrium kanan, darah akan didorong
melalui katub triskupidalis menuju ventrikel kanan. Ketika
ventrikel kanan tersebut berkontraksi, maka katub triskupidalis
akan menutup untuk mencegah aliran darah kembali ke dalam
atrium. Pada waktu yang bersamaan, katub semilunar akan
membuka sehingga darah akan mengalir ke arteri pulmonalis
kanan dan kiri. Arteri-arteri tersebut akan mengalirkan darah
ke kapiler paru-paru di kiri dan kanan dimana berlangsung

18
pertukaran gas respirasi. Darah yang kaya akan oksigen
kembali ke jantung melalui vena pulmonalis dari kedua belah
paru-paru menuju atrium kiri. Darah kemudian akan mengalir
dari atirum kiri lalu ke ventrikel kiri melalui katub biskupidalis
(atau dikenal juga dengan katub mitral). Katub tersebut akan
menutup ketika ventrikel kiri berelaksasi. Ketika ventrikel kiri
berkontraksi, katub biskupidalis akan menutup untuk
mencegah aliran darah kembali ke atrium. Pada saat yang sama,
katub semilunar aorta membuka sehingga darag akan mengalir
dari ventrikel kiri ke aorta. Seketika darah mengalir, ventrikel
kiri akan berelaksasi dan katub semilunar aorta akan menutup
sehingga darah tidak akan kembali ke ventrikel kiri lagi. Pada
fetus mamalia (misalnya manusia), paru-paru tidak terisi air
dan memiliki resistensi yang tinggi terhadap aliran darah.
Darah yang mengandung oksigen berasal dari plasenta
sehingga aliran darah ke pulmo belum diperlukan sebagai
bagian dari proses pertukaran gas. Terdapat dua bagian yang
membantu aliran darah yang berasal dari plasenta menuju ke
sirkulasi sistematik di seluruh tubuh yaitu foramen ovale dan
duktus arteriosus. Foramen ovale adalah lubang pada sekat
antar atrium yang ditutupi oleh sepasang katub dan
memungkinkan darah mengalir dari vena cava inferior ke
atrium kanan dan diteruskan ke atrium kiri. Dengan demikian,
terdapat banyak darah kaya oksigen yang berasal dari plasenta
akan mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri melalui
foramen.

19
Ovale yang selanjutnya dari atrium kiri akan diteruskan
ke ventrikel kiri dan menuju ke seluruh tubuh melalui aorta.
Pada fetus, seluruh aliran darah dipompa oleh ventrikel kanan
menuju ke seluruh tubuh dan kembali ke jalur sistemik melalui
duktus arteriosus. Waktu lahir, paru-paru mengembang dan
seketika akan terjadi aliran darah pada pembuluh-pembuluh
pulmonalis. Kondisi ini akan meningkatkan tekanan di atrum
kiri, dan menutupnya katub pada foramen ovale. Duktus
arteriosus juga menutup dan akan mencegah terjadinya
perubahan aliran dari arteri pulmonalis ke aorta.

Gambar 4. Sirkulasi Aves


6. Mekenisme Pemompaan darah pada Jantung Ikan, Katak,
Kura-kura dan Buaya
A. Mekanisme Pemompaan Darah pada Jantung Ikan
Sistem peredaran darah ikan cukup sederhana, terdiri
dari pembuluh jantung, darah, dan pembuluh darah. Jantung
ikan adalah struktur otot sederhana yang terletak di belakang

20
(dan di bawah) insang. Jantung tertutup oleh membran
perikardial atau perikardium. Jantung terdiri dari atrium,
ventrikel, struktur berdinding tipis yang dikenal sebagai sinus
venosus, dan tabung yang disebut bulbus arteriosus. Meskipun
memiliki empat bagian, jantung ikan dianggap dua bilik. Tidak
seperti manusia, empat bagian dari jantung ikan tidak
membentuk organ tunggal. Biasanya, mereka menemukan satu
di belakang yang lain. Pembuluh darah pada ikan membawa
darah ke seluruh tubuh. Sementara arteri membawa darah
beroksigen dari insang ke seluruh tubuh, pembuluh darah
terdeoksigenasi kembali dari berbagai bagian tubuh ke jantung.
Arteriol adalah arteri kecil, berdinding tipis yang berakhir di
kapiler, sementara venula adalah vena kecil yang berlanjut
dengan kapiler. Kapiler adalah pembuluh mikroskopis yang
membentuk jaringan disebut kapiler bed, dimana darah arteri
dan vena saling terkait. Kapiler memiliki dinding tipis yang
memfasilitasi difusi, suatu proses dimana oksigen dan nutrisi
lain dari darah arteri yang ditransfer ke dalam sel. Pada saat
yang sama, karbon dioksida dan limbah bahan pindah ke
kapiler.
Kapiler mengandung darah terdeoksigenasi
(mengandung karbon dioksida) yang mengalir ke vena kecil
yang disebut venula, yang pada gilirannya mengalir ke vena
yang lebih besar. Vena membawa darah terdeoksigenasi ke
sinus venosus, yang seperti ruang koleksi kecil. Sinus venosus
memiliki sel-sel alat pacu jantung yang bertanggung jawab
untuk memulai kontraksi, sehingga darah tersebut akan

21
dipindahkan ke dalam atrium berdinding tipis, yang memiliki
sangat sedikit otot. Atrium menghasilkan kontraksi lemah
sehingga mendorong darah ke ventrikel. Ventrikel adalah
struktur berdinding tebal dengan banyak otot jantung. Ini
menghasilkan tekanan yang cukup untuk memompa darah ke
seluruh tubuh. Ventrikel memompa darah di dalamnya menjadi
bulbus arteriosus, ruang kecil dengan komponen elastis.
Sementara bulbus arteriosus adalah nama ruang pada teleost
(rayfinned, ikan bertulang), struktur ini dikenal sebagai konus
arteriosus pada elasmobranch (ikan dengan kerangka tulang
rawan dan sisik placoid). Konus arteriosus memiliki banyak
katup dan otot, sedangkan bulbus arteriosus tidak memiliki
katup. Fungsi utama dari struktur ini adalah untuk mengurangi
tekanan nadi yang dihasilkan oleh ventrikel, untuk menghindari
kerusakan pada insang yang berdinding tipis.
Pemompaan darah pada Jantung Ikan beruang dua (1
atrium dan 1 ventrikel), Darah dipompa dari ventrikel kapiler
insang (pengambilan oksigen dan pembebasan karbondioksida
melalui kapiler) Kapiler-kapiler sistemik vena bulbus
arteriosus Atrium
B. Mekanisme Pemompaan Darah pada Jantung Katak
Sistem peredaran darah terdiri dari jantung/cor,
pembuluh darah (aorta, arterikapiler, vena), dan darah. Jantung
merupakan organ sebagai pemompa darah, sedangkan darah
berfungsi sebagai transportasi nutrient, oksigen, karbon
dioksida, ampas metabolisme dan hormon (Ganong , 2010).
Jantung katak (Rana sp.) terdiri dari tiga ruangan yaitu dua

22
atrium dan satu ventrikel (Campbell, 2004). Peredaran darah
katak termasuk peredaran ganda dan tertutup. Peredaran darah
pulmoner, darah dipompa dari ventrikel masuk ke pulmo
melalui arteri pulmonalis kemudian darah kaya okesigen akan
masuk kedalam atrium kiri. Peredaran darah sistemik, darah
dipompa dari ventrikel masuk ke aorta, arteri, kapiler,
kemudian nutrisi dan oksigen disuplai pada sel. Darah kaya
karbon dioksida akan kembali ke jantung melalui venula, vena,
dan vena kava, dan bermuara pada atrium kanan (Campbell,
2004).
Jantung beruang tiga (dua atria dan satu ventrikel)
Sirkulasi ganda

Gambar 5 Mekanisme Pemompaan darah jantung katak


C. Mekanisme Pemompaan Darah pada Jantung Kura-kura
Peredaran darah pada belalang berlangsung sebagai
berikut: Darah dipompa oleh jantung pembuluh ke bagian
depan tubuh melalui aorta dorsal. Selanjutnya darah beredar ke
seluruh tubuh ke ruang antar organ tanpa melalui pembuluh
darah, kemudian darah kembali ke jantung pembuluh melalui
ostium. Darah serangga tidak mengandung hemoglobin
sehingga tidak berwarna merah. Darah serangga disebut

23
hemolimfa. Darah ini mengadung sel darah yang tidak
berwarna yang berfungsi untuk melenyapkan organisme asing.
Karena tidak mengandung Hb, darah serangga berfungsi untuk
mengangkut zat makanan, tidak untuk mengangkut oksigen
ataupun gas CO2. Gas- gas tersebut disalurkan melalui system
trakea.
D. Mekanisme Pemompaan Darah pada Jantung Buaya

Gambar 6. Mekanisme Pemompaan darah Jantung Buaya


Pada reptilia percampuran darah oksi dan anoksi sudah
berkurang. Meskipun jantung reptilia beruang tiga, namun
ventrikel tunggal masih terbagi secara parsial dan mempunyai
sistem sirkulasi ganda yaitu sirkuit sistemik dan sirkuit
pulmoner yang mengalirkan darah dari jantung ke jaringan
pertukaran gas di dalam paru-paru dan kembali ke jantung.
Pada crocodilia ventrikel telah terbagi secara sempurna
menjadi bilik kiri dan bilik kanan, namun menyisakan satu
lubang yaitu ‘foramen pannizae’.

7. Aktivitas Kelistrikan pada Pengatur Irama, Berkas His, dan


jaringan purkinye pada jantung
Sel-sel jantung yang mampu mengalami otoritmisitas ditemukan
di lokasi-lokasi berikut:

24
a) Nodus sinoatrium/Sinoatrial Node (SA Node), daerah kecil
khusus di dinding atrium kanan dekat lubang vena kava
superior.
b) Nodus atrioventrikel/Atrioventricular Node (AV Node),
sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung khusus di dasar
atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium dan
ventrikel.
c) Berkas HIS / (bundle of HIS), suatu jaras sel-sel khusus yang
berasal dari nodus AV dan masuk ke septum antar ventrikel,
tempat berkas tersebut bercabang membentuk berkas kanan
dan kiri yang berjalan ke bawah melalui seputum, melingkari
ujung bilik ventrikel dan kembali ke atrium di sepanjang
dinding luar.
d) Left bundle branch (LBB) and right bundle branch (RBB),
merupakan percabangan dari bundle of HIS ke kiri dan ke
kanan.
e) Serabut Purkinje, serat-serta terminal halus yang berjalan dari
berkas HIS dan menyebar ke seluruh miokardium ventrikel
seperti rantingranting pohon.

8. Menjelaskan Hubungan antara Keluaran jantung dengan


Volume Sekucup dan Frekuensi Denyut Jantung
Curah jantung tergantung dari hubungan yang terdapat
antara dua buah variabel yaitu frekuensi jantung dan volume
sekuncup. Meskipun terjadi perubahan pada salah satu variabel,
curah jantung dapat tetap dipertahankan konstan melalui
penyesuaian kompensatorik dalam variabel lainnya. Perubahan dan

25
stabilisasi curah jantung bergantung pada mekanisme yang
mengatur kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup.
Frekuensi jantung sebagian besar berada dibawah pengaturan
ekstrinsik sistem saraf otonom, serabut parasimpatis dan simpatis
mempersarafi nodus SA dan AV, mempengaruhi kecepatan dan
frekuensi hantaran impuls. Stimulasi serabut parasimpatis akan
mengurangi frekuensi denyut jantung, sedangkan stimulasi simpatis
akan mempercepat denyut jantung (Yustina, 2019).
Terdapat tiga variabel yang mempengaruhi volume
sekuncup: beban awal, beban akhir, dan kontraktilitas jantung.
Beban awal adalah derajat peregangan serabut miokardium segera
sebelum kontraksi. Peregangan serabut miokardium bergantung
pada volume darah yang meregangkan ventrikel pada akhir-
diastolik. Aliran balik darah vena ke jantung menentukan volume
akhir diastolik ventrikel. Peningkatan aliran balik vena
meningkatkan volume akhir-diastolik ventrikel, yang kemudian
memperkuat peregangan serabut miokardium. Sesuai dengan
hukum starling jantung dimana pada saat pengisian normal pada
diastolik akan menyebabkan peregangan serabut dengan kekuatan
kontraksi dan volume sekuncup normal. Pada penigkatan pengisisan
pada saat diastolik menyebabkan peningakatan peregangan serabut,
kekuatan kontraksi, dan volume sekuncup.
Beban akhir adalah tegangan serabut miokardium yang
harus terbentuk untuk kontraksi dan pemompaan darah. Faktor-
faktor yang mempengaruhi beban akhir dijelaskan melalui
persamaan Laplace yang menunjukan bila tekanan intraventrikel
maupun ukuran ventrikel meningkat, maka akan terjadi peningkatan

26
tegangan dinding ventrikel. Persamaan ini juga menunjukan
hubungan timbal balik antara tegangan dinding dengan ketebalan
dinding ventrikel, dimana tegangan dinding ventrikel menurun bila
ketebalan dinding ventrikel meningkat. Kontraktilitas merupakan
perubahan kekuatan kontraksi terbentuk yang terjadi tanpa
tergantung pada panjang serabut miokardium. Peningkatan
frekuensi denyut jantung dapat meningkatkan kekuatan kontraksi.
Apabila jantung berdenyut lebih sering,menyebabkan peningkatan
kekuatan kontraksi.
9. Mendiskusikan tentang tekanan sistol dan diastole, serta cara
mengukurnya
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan
terisi darah (disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan
memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua
serambi mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan kedua
bilik juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Darah
yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida
(darah kotor) dari seluruh tubuh mengalir melalui dua vena
berbesar (vena kava) menuju ke dalam ventrikel kanan. Setelah
atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam
ventrikel kanan.
Angka pertama yang lebih besar nilainya, menunjukkan
tekanan darah sistole, dan angka kedua yang lebih kecil nilainya,
menunjukkan tekanan darah diastole. Sistole adalah tekanan darah
pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat
jantung mengkerut). Diastole adalah tekanan darah pada saat

27
jantung mengembang dan menyedot darah kembali atau pembuluh
nadi mengempis kosong (Dhianingtyas, dkk, 2006).
Menurut Ronny, dkk (2009) tekanan darah sistole
merupakan tekanan darah yang terukur pada saat ventrikel kiri
jantung berkontraksi (sistole). Darah mengalir dari jantung ke
pembuluh darah sehingga pembuluh dasar sehingga pembuluh
darah teregang maksimal. Pada pemeriksaan fisik, bunyi “lup”
pertama yang terdengar adalah tekanan darah sistolik. Tekanan
darah sistolik orang normal 120 mmHg.
Menurut Ronny dkk (2009) tekanan diastole merupakan
tekanan darah yang terukur yang terjadi pada saat jantung
berelaksasi (diastol). Pada saat diastol, tidak ada darah mengalir
dari jantung ke pembuluh sehingga pembuluh darah dapat kembali
ke ukuran normalnya sementara darah didorong ke bagian arteri
yang lebih distal. Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah diastol
dapat ditentukan melalui bunyi “dup” terakhir yang terdengar. Pada
orang normal, diastol adalah 80 mmHg.
10. Menjelaskan Hubungan Antara Penampang Pembuluh darah
dan Kecepatan Aliran Darah
Diameter pembuluh memiliki hubungan yang berbanding
terbalik dengan kecepatan aliran darah. Diameter pembuluh
memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan kecepatan
aliran darah. Semakin besar luas penampang pembuluh, maka
kecepatan darah akan semakin kecil. Luas penampang kapiler
paling besar dibandingkan dengan arteri dan vena, oleh karena
kapiler yang bercabang dari arteriola jumlahnya sangat banyak,
sehingga apabila kita jumlahkan maka luas penampangnya akan

28
lebih besar dari pada arteri dan vena. Dengan demikian, diameter
pembuluh memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan
kecepatan aliran darah.
11. Menjelaskan Mekanisme Pengendalian Saraf Pada Jantung
dan Pembuluh Darah Untuk Mengendalikan Tekanan Darah
Saraf pada jantung mengatur Heart Rate atau detak jantung
sehingga pemompaan darah dapat disesuaikan dengan kebutuhan
pada pembuluh darah terdapat mekanisme vasodilatasi (pelebaran
pembuluh) dan vasokontriksi (pengecilan pembuluh) juga terdapat
otot sfingter pada ujung arteriola untuk mengatur aliran darah yang
menuju kapiler
12. Merancang Suatu Model Untuk Membantu Menjelaskan
Sistem Sirkulasi Darah
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan paparan di atas, salah
satunya adalah model Argument-Driven Inquiry (ADI). Model ini
mampu memfasilitasi kegiatan praktikum. Model pembelajaran
ADImemberikan kesempatan kepada siswa untuk berargumentasi
dengan menyampaikan ide-ide dan pertanyaan pada saat
penyelidikan serta menarik kesimpulan secara mandiri
(Demircioglu dan Ucar, 2012: 5036). Menurut Sampson dan Gleim
(2009: 465) model ADI dirancang untuk tujuan ilmiah sebagai
upaya pengembangan keterampilan berargumen dan penjelasan
yang mendukung. Siswa diwajibkan untuk merancang dan
melaksanakan penyelidikan, mengumpulkan dan menganalisis
data, menyampaikan ide-ide selama sesi argumentasi interaktif,
menulis laporan investigasi dan mendokumentasikan karya yang

29
dihasilkan. Dalam proses tersebut, siswa berkesempatan
mengambil alih pem-belajaran. Tahapan dalam model ADI yaitu
1) identifikasi tugas, 2) pengumpulan data, 3) produksi
argumentasi tentatif, 4) sesi argumentasi, 5) penyusunan laporan
penyelidikan; 6) peer review, 7) revisi laporan; 8) diskusi reflektif
(Sampson dan Gleim, 2009: 466-470). Tahap ADI dirancang untuk
memastikan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat dalam
pembelajaran dalam mengasah kemampuan berargumentasi.
Sistem peredaran darah pada manusia merupakan salah satu materi
IPA siswa SMP kelas VIII. Materi ini mempelajari organ peredaran
darah, proses peredaran darah, denyut nadi, dan gangguan pada
sistem peredaran darah manusia. Materi sistem peredaran darah
diarahkan untuk dapat mencapai KD 3.7 yaitu “Menganalisis
sistem peredaran darah pada manusia dan memahami gangguan
pada sistem peredaran darah, serta upaya menjaga kesehatan sistem
peredaran darah.” dan KD 3.8 yaitu “Menyajikan hasil percobaan
pengaruh aktivitas (jenis, intensitas, atau durasi) dengan frekuensi
denyut jantung”. Sistem peredaran darah memiliki komponen
utama yaitu: 1) darah yang berfungsi sebagai medium pengangkut
nutrisi dan zat sisa; 2) jantung yang berfungsi memompa darah; 3)
pembuluh darah mrupakan saluran tempat darah beredar ke seluruh
tubuh. Darah adalah suatu jaringan ikat khusus dengan materi
ekstrasel cair yang disebut plasma. Unsur yang beredar dalam
plasma adalah eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih),
dan trombosit (Mescher, 2011: 198). Hasil kajian kedua KD
tersebut menuntut adanya pengembangan perangkat pembelajaran
yang lebih ditujukan pada kemampuan peserta didik dalam

30
problem solving melalui argumentasi yang kuat yang diawali
dengan keterampilan berinquiry dan berinvestigasi.
13. Membedakan Antara Darah,Cairan.Jaringan, dan Hemolimfa

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup


(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-
zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan
tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah terdiri daripada beberapa
jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka
ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah
yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55%
yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium
cairan darah yangdisebut plasma darah. Korpuskula darah terdiri
dari:

 Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%)


 Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
 Sel darah putih atau leukosit (0,2%)

Cara Kerja Hemolimfa

Kandungan hemolimfa hampir sama dengan darah kecuali oksigen,


yaitu air, ion, karbohidrat, lipid, gliserol, asam amino, dan hormon.
Hemolimfa dialirkan ke seluruh tubuh serangga melalui jantung,
yang ada di bagian perut. Di jantung serangga ada otot dan lubang
kecil yang disebut ostia, yaitu tempat di mana hemolimfa mengalir
masuk dan keluar. Saat jantung memompa, maka hemolimfa keluar

31
dari ostia dan mengalir menuju ke kepala dan organ-organ lainnya
untuk mengalirkan nutrisi. Fungsi hemolimfa tidak hanya untuk
mengangkut nutrisi, tetapi juga berperan penting dalam penetasan,
pergantian kulit (molting), reproduksi, dan pergerakan pada
serangga. Misalnya, cairan hemolimfa bisa memicu tekanan yang
dapat membantu kupu-kupu mengembangkan sayapnya. Lalu, ada
jangkrik yang bisa melompat jauh dengan kakinya karena tekanan
dari cairan hemolimfa. Bahkan, hemolimfa juga berperan dalam
sistem kekebalan tubuh serangga, karena mengandung sel
hemosit.Sel hemosit ini dapat memakan bakteri dan penyebab
penyakit lainnya agar tidak berbahaya lagi.

14. Membandingkan Antara Persen Volume Darah Mamalia, Aves,


Reptil, Amfibia, Dan Pisces.

Burung, Amfibi, dan Mamalia: volume darah dan cairan


interstitialnya berkisar 7-10% berat tubuhnya.
Volume darah ikan bertulang rawan: 5% dari berat tubuhnya.
Volume darah ikan bertulang sejati: 1,4-3% dari berat tubuhnya.
Hewan sirkulasi terbuka: volume darah = total cairan
ekstraseluler. Crustaceae: 25-30% dari berat tubuhnya. Insekta
dewasa lebih sedikit dari masa larva. Lalat Celerio: larva (18,6%),
dewasa (7,2-7,8%) Lalat Sarchophaga: larva (35-42%), pupa (24-
33%)

32
15. Berbagai Zat dan Senyawa Penyusun Darah dan Cairan Tubuh
Hewan

Plasma darah terdiri dari garam mineral, protein-protein darah


seperti albumin, fibrinogen, dan antibodi, nutrisi, hormon, gas
terlarut, serta zat hasil ekskresi. Plasma darah (92% air, 7% protein
plasma, 1% zat lain) Elemen-elemen seluler (99,9% eritrosit,
sisanya adalah leukosit dan trombosit) Protein plasma: albumen,
fibrinogen, enzim, hormon) Zat lain: elektrolit, nutrient organik
dan bahan organik sisa metabolisme Elemen seluler leukosit
(basofil, neutrofil, eosinofil, limfosit, monosit) Elektrolit: aktivitas
sel-sel dan menjaga tekanan osmotik cairan tubuh Nutrien: karbo,
dll

16. Menjelaskan 3 Fungsi Utama Darah

1. Sebagai alat transportasi, misalnya :


a. Membawa dan mengantarkan zat-zat makanan (nutrisi) dan
bahan kimia dari saluran pencernaan ke jaringan tubuh yang
memerlukannya.
b. Mengantarkan oxigen dari paru-paru ke jaringan tubuh.
c. Membawa keluar hasil-hasil buangan metabolisme (waste
product metabolit) dan CO2 dari jaringan ke organ-organ ekskresi
mis. ginjal dan paru.
d. Mengangkut hasil sekresi kelenjar endokrin (hormon) dan
enzime dari organ ke organ.
2. Mempertahankan keseimbangan air dalam tubuh, sehingga kadar
air tubuh tidak terlalu tinggi/rendah (homeostasis).

33
3. Mempertahankan temperatur tubuh, karena darah mempunyai
panas spesifik yang tinggi.
4. Mengatur pH tubuh (keseimbangan asam dan basa) dengan jalan
mengatur konsentrasi ion hydrogen.
5. Sebagai alat pertahanan tubuh terhadap mikro-organisme (oleh
leucocyte/butir darah putih).

17. Menjelaskan Pengertian Hematokrit Darah

Sel darah merah terdiri dari komponen berupa membran, sistem


enzim, dan hemoglobin. Hemoglobin inilah yang berperan dalam
pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan. Hemoglobin
tersusun atas heme (gugus nitrogenosa non protein-Fe) dan globin
(protein dengan empat rantai polipeptida). Dengan struktur
tersebut, hemoglobin dapat mengangkut empat molekul
oksigen.Hemoglobin (Hb) merupakan molekul protein di dalam sel
darah merah yang bergabung dengan oksigen dan karbon dioksida
untuk diangkut melalui sistem peredaran darah ke tisu-tisu dalam
badan. ion besi dalam bentuk Fedalam hemoglobin memberikan
warna merah pada darah. Dalam keadaan normal 100 ml darah
mengandungi 15 gram hemoglobin yang mampu mengangkut 0.03
gram oksigen.Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut
oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah
mamalia dan hewan lainnya. Molekul +2 hemoglobin terdiri dari
globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekulorganik
dengan satu atom besi (Wikipedia, 2007). Hemoglobin adalah
protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung)
terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk

34
oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi
ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan
(Evelyn, 2009). Hemoglobin merupakan senyawa pembawa
oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara
kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks
kapasitas pembawa oksigen pada darah. Haemoglobin adalah
kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi Kompleks
tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah
molekul hemoglobin memiliki empat gugus heme yang
mengandung besi fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001).
Haemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang
dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dan dengan
rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan
warna darah merah karena Fe ini.

2.3.2 Kadar Haemoglobin

Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-


butiran darah merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam
darah normal adalah kirakira 15 gram setiap 100 ml darah dan
jumlah ini biasanya disebut “100 persen” (Evelyn, 2009). Batas
normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena
kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun
WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal
berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman,
2002).Terdapat beberapa cara mengukur kandungan hemoglobin
dalam darah, kebanyakannya dilakukan secara automatik oleh
mesin yang direka khusus untuk membuat beberapa ujian terhadap

35
darah. Di dalam mesin ini, sel darah merah diceraikan untuk
mengasingkan hemoglobin dalam bentuk larutan. Hemoglobin
yang terbebas ini dicampur dengan bahan kimia yang mengandung
cyanide yang mengikat kuat dengan molekul hemoglobin untuk
membentuk cyanmethemoglobin. Dengan menyinarkan cahaya
melalui larutan cyanmethemoglobin dan mengukur jumlah cahaya
yang diserap (khususnya bagi gelombang antara 540 nanometer),
jumlah hemoglobin dapat ditentukan Hemoglobin adalah
metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel
merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya.

18. Menjelaskan Proses Eritropoiesis dan Pengaturannya Oleh


Tubuh

Eritropoiesis merupakan proses pembentukan eritrosit (sel darah


merah) yang berasal dari sel punca hematopoietik (hematopoietic
stem cell) yang bersifat pluripoten. Sel punca hematopoietik tersebut
kemudian berdiferensiasi menjadi sel punca Myeloid (Myeloid stem
cell atau Common Myeloid Progenitor). Sel punca Myeloid tersebut
kemudian berdiferensiasi lebih lanjut menjadi Megakaryocyte-
Erythroid Progenitor (MEP) dan karena adanya faktor-faktor
pertumbuhan kemudian berdiferensiasi lebih lanjut menjadi BFU-E
(Burst forming unit-erythrocyte). Faktor-faktor pertumbuhan
tersebut diantaranya adalah SCF (Stem Cell Factor), TPO, IL-3, IL-
11 dan ligan FLT-3. BFU-E merupakan sel progenitor paling awal
pada jalur eritropoiesis yang bersifat motil dan menjadi awal
terbentuknya multi-subunit koloni sel (Dzierzak & Philipsen, 2013;
Hoffman et al., 2012). BFU-E terdapat pada sumsum tulang merah

36
dengan frekuensi 40-120/105 sel dan juga beredar di sirkulasi perifer
dengan frekuensi 10-40/105 sel (Rita, Campisi, & Migliaccio, 2001).
BFU-E memiliki kemampuan proliferasi yang sangat tinggi apabila
bertemu dengan sitokin yang sesuai dan dapat menghasilkan
beberapa koloni dengan jumlah 30.000 hingga 40.000

sel per koloninya secara in vitro. Sebagian dari koloni sel yang
dihasilkan oleh BFU-E mengalami maturasi lebih awal dibanding
yang lain, disebut sebagai CFU-E (Colony forming unit-erythroid)
(Gambar 2.2) (Dzierzak & Philipsen, 2013). CFU-E merupakan sel
progenitor yang terdiri dari 16-125 sel per koloninya dengan
frekuensi lima sampai delapan kali lebih banyak dibanding BFU-E
di sumsum merah tetapi secara normal tidak terdapat pada sirkulasi
darah perifer. Sifat sel-sel pada CFU-E yang matur berbeda dengan
BFU-E yang memiliki kemampuan proliferasi yang tinggi, dapat
beregenerasi, merespon terhadap beberapa kombinasi sitokin dan
mengekspresikan antigen permukaan yang spesifik sebagai penanda
sel progenitor. CFU-E matur bersifat lebih mirip sel prekursor
eritrosit dibanding sel BFU-E, dengan kemampuan proliferasi yang
rendah, tidak dapat beregenerasi, tidak lagi mengekspresikan
penanda spesifik sel progenitor dan sangat peka terhadap
eritropoietin (EPO) (Hoffman et al., 2012).

37
Gambar 7 Proses diferensiasi Hematopoietic Stem Cell (HSC)
hingga menjadi Eritrosit ;

Common Myeloid Progenitor (CMP); Megakaryocyte-Erythroi


Progenitor (MEP); BFU-E (Burst forming unit-erythrocyte); CFU-E
(Colony forming unit-erythroid) (diadaptasi dari Dzierzak &
Philipsen, 2013) Selanjutnya sel-sel progenitor pada CFU
mengalami diferensiasi lebih lanjut membentuk sel prekursor yaitu
pro-erythroblast dengan ciri-ciri berukuran besar, memiliki nukleus
yang hampir memenuhi sitoplasma, kromatin longgar dan
sitoplasma bersifat basofilik. Pro-erythroblast selanjutnya
mengalami diferensiasi menjadi early basophilic erythroblast dengan
nukleus yang lebih terkondensasi dan aktivitas sintesis hemoglobin
pada poliribosom (polisom) bebas serta sitoplasmanya basofilik.
Selanjutnya terjadi penurunan volume sel, pengurangan jumlah
polisom bebas dan terdapat hemoglobin yang mengisi sebagian
daerah sitoplasma sehingga sitoplasma bersifat basofilik dan
asidofilik. Pada tahap ini terbentuk sel polychromatophilic
erythroblast (Gambar 2.3) (Mescher, 2015). Pada tahap selanjutnya
volume sel terus menurun dan nukleus semakin terkondensasi,
materi basofilik pada sitoplasma juga semakin berkurang sehingga
pada akhir tahap ini sel sepenuhnya menjadi asidofilik, disebut
sebagai orthochromatophilic erythroblast (atau Normoblast). Fase
selanjutnya adalah proses pengeluaran nukleus dari dalam sel dan

38
segera difagosit oleh makrofag. Sel pada fase ini masih memiliki
beberapa polisom yang dapat memunculkan warna biru karena
bersifat basofilik, sudah tidak memiliki nukleus dan disebut sebagai

Reticulocyte (Retikulosit). Retikulosit sudah dapat beredar pada


sirkulasi dan menyusun sebanyak 1% dari total keseluruhan eritrosit.
Selama berada di sirkulasi, retikulosit kehilangan seluruh polisom
secara cepat dan mengalami maturasi menjadi eritrosit (Gambar 2.3)
(Mescher, 2015).

Gambar 8 Sel-sel yang berada pada tahapan pembentukan eritrosit


(Eritropoiesis).

Pada setiap sel hasil diferensiasi terjadi perubahan warna


sitoplasma (dari basofilik menjadi asidofilik) serta terjadi
kondensasi nukleus hingga pada akhir fase maturasi dihasilkan
eritrosit yang tidak memiliki nukleus (diadaptasi dari Mescher,
2015).

39
Secara normal pada orang dewasa terjadi proses destruksi eritrosit
setiap 120 hari (akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab 3). Laju
eritropoiesis atau pembentukan eritrosit secara normal harus
seimbang dengan laju destruksi eritrosit. Apabila terdapat
ketidakseimbangan antara kedua proses ini akan menyebabkan
terjadinya kondisi patologis yang berkaitan dengan jumlah eritrosit
yang beredar pada sirkulasi. Kondisi patologis ini dapat berakibat
fatal karena kaitannya dengan proses pengangkutan oksigen ke
seluruh tubuh yang akan terganggu apabila terdapat abnormalitas
jumlah eritrosit

19. Menjelaskan Pengertian Hemolisis dan Krenasi, Serta


Bagaimana Cara Mengukur Toleransi Osmotis Membran
Eritrosit

Terjadinya kerusakan eritrosit (hemolisis). Larutan ini akan


menyebabkan terjadinya perembesan cairan erythrocyte keluar
menuju plasma sehingga mengakibatkan terjadinya pengerutan
(krenasi = crenation). Salah satu pemeriksaan eritrosit adalah uji
tekanan osmosis membran eritosit.

Pentingnya mengetahui tekanan osmosis membrane eritrosit adalah


berkaitan dengan Therapy Infuse pada hewan apabila diperlukan
pada hewan yang sakit (misalnya kekurangan cairan).

Tekanan osmosis juga dapat digunakan untuk mengetahui


penyebab terjadinya hemolisisOsmosis memainkan peranan yang
sangat penting pada tubuh makhluk hidup, begitupula pada
membrane sel darah merah. Eritosit mampu bertahan terhadap

40
perubahankekuatan osmosis yang normal, yakni dalam larutan
yang isotonik. Saat lingkunganeksternal konsentrasinya sama
dengan lingkungan internal maka darah akan mengalamikondisi
isotonik sehingga tidak terjadi perubahan struktur sel (Latief, 2002)

20. Menjelaskan Pengertian Hemolisis Dan Krenasi, Serta


Bagaimana Mengukur Toleransi Osmotis Membran Eritrosit

Gambar 9. eritrosit yang mengalami hemolysis dan krenasi

Hemolisis adalah keluarnya hemoglobin dari sel darah


merah menuju ketengah dan juga sekitarnya. Dalam hemolysis juga
terjadi kerusakan membran sel darah merah yang menyebabkan
pelepasan hemoglobin dan komponen intraseluler lainnya ke
dalam cairan di sekitarnya. Hemolisis terlihat sebagai warna
kemerahan pada serum atau plasma. Hemolisis dapat terjadi secara
in vitro dan in vivo.
Krenasi adalah peristiwa pengkerutan pada darah. Kontraksi
atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel setelah
dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air
melalui osmosis. Secara etimologi, krenasi berasal dari bahasa
Latin crenatus. Krenasi terjadi karena lingkungan hipertonik, (sel
memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah
dibandingkan larutan di sekitar luar sel), osmosis (difusi air)

41
menyebabkan pergerakan air keluar dari sel, menyebabkan
sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel akan
mengkerut.
Toleransi osmotik membran eritrosit dibedakan menjadi dua
yaitu batas atas toleransi dan batas bawah toleransi. Batas bawah
toleransi ditunjukkan oleh kepekatan suatu medium, dimana apabila
eritrosit dilarutkan dalam medium tersebut, sudah nampak eritrosit
yang mengalami hemolisis. Sedangkan batas atas toleransi osmotik
eritrosit mengacu kepada kepekatan suatu medium dimana bila
eritrosit dilarutkan dalam medium tersebut akan mengalami
hemolisis sempurna, artinya semua eritrosit sudah mengalami
hemolysis.
21. Memberikan Alasan Mengapa Pigmen Darah Disebut Juga
Pigmen Pernafasan
Pigmen respirasi adalah senyawa khusus yang dapat
meningkatkan dan melepaskan oksigen secara bolak balik. Pigmen
respirasi merupakan protein dalam darah (dalam sel darah atau
plasma) yangg memiliki afinitas/ daya gabung tinggi terhadap
oksigen. Pigmen respirasi sangat diperlukan oleh darah / cairan
tubuh untuk meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen.
Pigmen darah adalah zat yang memberikan warna pada
darah. pigmen darah yg mengikat O2 ataupun CO2. Sel darah
merah juga dikenal sebagai eritoris. Sel darah merah berwarna
merah karena mengandung pigmen merah. Pigmen merah yang
terdapat dalam sel darah merah dinamakan hemoglobin.
Hemoglobin membawa molekul oksigen dalam ikatan
oksihemoglobin. Zat tersebut berperan sebagai pembawa gas dalam

42
proses respirasi tubuh.Di dalam sel darah merah tersimpan
hemoglobin yang merupakan pigmen pernapasan yang mengikat
molekul oksigen atau karbondioksida. Hemoglobin pada sel darah
merah membantu dalam pengangkutan oksigen ke berbagai
jaringan dan organ tubuh manusia. Oleeh sebab itu pigmen darah
bisa disebut juga pigmen pernafasan.

22. Menjelaskan Arti Afinitas Darah Dan Kapasitas Darah


Hemoglobin merupakan molekul yang terdiri dari
kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,
beta, gama, dan delta) berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk
mengangkut oksigen. Hemoglobin merupakan pigmen pemberi
warna merah pada darah.
Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap
oksigen, dengan oksigen itu membentuk oksihemoglobin di dalam
sel darah merah. Melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari
paru-paru ke jaringan-jaringan(Pearce, 2009). Setiap gram
hemoglobin dapat mengikat 1,3 ml O2 dalam kondisi jenuh.
Karboksihemoglobin adalah hemoglobin yang mengikat karbon
monoksida (CO) akibat dari CO yang bebas dalam tubuh, CO
memiliki afinitas 210 kali lebih besar dibandingkan O2 terhadap
hemoglobin.
Afinitas hemoglobin untuk mengikat CO 200 – 250 kali
besarnya daripada afinitas hemoglobin untuk mengikat oksigen.
Afinitas pengikatan hemoglobin terhadap oksigen dipengaruhi
oleh pH, suhu, dn konsentrasi 2,3-difosgliserat (2,3 DPG) dalam
sel darah mer
 Kapasitas darah

43
Haemoglobin atau ferrohemoglobin merupakan
pigment butir darah merah terjadi dari bagian pigmen (heme)
dan globin yang merupakan protein sederhana (histone).
Warna merah haemoglobin disebabkan oleh haeme yang
merupakan suatu senyawa logam atom besi pada pusat
molekul porphyrin (ferrous-porphyrin) dengan formula
C34H32N4FeOH, dan membentuk 5% dari pigment Hb.
Pigment ini juga dikenal sebagai hematin atau protohematin,
terdapat baik pada pigment hewan atau tumbuh-tumbuhan.
Ada variasi haemoglobin dalam individu (tipe foetus dan
dewasa) dan variasi di antara species, perbedaannya terletak
dalam bagian globin dari molekul Hb, sedangkan haeme tidak
berbeda komposisinya baik pada hewan atau pada tumbuh
tumbuhan.
Jumlah Hb dinyatakan dengan gram per 100 ml darah
(gr%) dan dapat ditentukan dengan alat
hemoglobinometer/hemometer atau dengan kalorimeter.
Dalam perhitungan itu karena jumlah absolute dari Hb
dinyatakan dengan 100% dan skala dari alat-alat berbeda,
hasilnya akan bervariasi dengan sangat besar, maka disarankan
agar semua nilai Hb dinyatakan dalam gram/100 cc dan semua
hemoglobinometer dibakukan dengan methode yang sama.
Pada mammalia kandungan Hb nya berkisar dari 10-16
gram per 100 cc darah. Kandungan Hb beberapa species hewan
adalah sebagai berikut :
o Kuda : 11,3 gram/100 cc darah
o Sapi : 12,03 gram/100 cc darah

44
o Kambing : 10,9 gram/100 cc darah
o Kucing : 10,49 gram/100 cc darah
o Biri-biri : 11,18 gram/100 cc darah
o Kelinci : 11,9 gram/100 cc darah
o Ayam jantan : 13,5 gram/100 cc darah
o Ayam betina : 9,8 gram/100 cc darah
o Merpati : 15,34 gram/100 cc darah
o Kalkun : 10,5 gram/100 cc darah
Jumlah Hb dalam darah dipengaruhi oleh faktor-faktor antara
lain umur, jenis kelamin/sex, musim, kebiasaan hidup species
hewannya, dan penyakit.
23. Menjelaskan Mengapa Orang Yang Hidup Di Dataran Tinggi
Umumnya Memiliki Kapasitas Oksigen Lebih Tinggi Daripada
Yang Biasa Hidup Di Dataran Rendah
Oksigen merupakan kebutuhan pokok untuk kelangsungan
hidup. 1,2 Tingkat oksigen darah normal adalah pengukuran saturasi
oksigen dalam darah. Sel darah merah mengandung molekul yang
dikenal sebagai hemoglobin yang mengikat oksigen atmosfer, dan
membawanya ke berbagai bagian tubuh. 3 Bila ada jenis variasi
dalam kadar oksigen dalam darah, dapat menyebabkan komplikasi
kesehatan.2 Oksigen berdifusi dari bagian konduksi paru ke bagian
respirasi paru sampai alveoli, membran basalis dan endotel kapiler.
Dalam darah sebagian besar 02 bergabung dengan Hemoglobin
(97%) dan sisanya larut dalam plasma (3%). Dewasa muda pria
mengandung kira-kira 280 juta molekul Hb. Satu molekul Hb
sanggup mengikat molekul 02membentuk Hb02 oksi hemoglobin.

45
Berdasarkan hasil penelitian, Pada analisa univariat
didapatkan hasil bahwa 12 Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 4,
Nomor 1, Januari-Juni 2016 responden penelitian terbagi menjadi 2
kelompok usia yaitu usia 20-25 tahun dan usia 26-30 tahun. Usia
terbanyak terdapat pada kelompok usia 20-25 tahun dengan jumlah
33 orang (55%), sedangkan kelompok usia 26-30 tahun hanya
berjumlah 27 orang (45%). Untuk Variabel pekerjaan, Responden
terbanyak yaitu swasta dengan jumlah 30 orang (50%) sedangkan
Responden dengan jumlah terendah jika dilihat dari jenis
pekerjaannya yaitu mahasiswa dan guru dengan jumlah masing-
masing hanya 1 orang (1,7%).
Pada pemeriksaan saturasi oksigen yang dilakukan pada
orang yang tinggal di dataran tinggi dan orang yang tinggal di
dataran rendah, terlihat bahwa bahwa nilai saturasi oksigen
minimum di dataran tinggi 70% dan maksimum 98% sedangkan nilai
minimum di dataran rendah 98% dan nilai maksimum 99%. Terdapat
perbedaan ratarata saturasi oksigen antara responden yang bertempat
tinggal di dataran tinggi (93,97%) dan bertempat tinggal di dataran
rendah (98,67%).
Berdasarkan analisis bivariat, didapatkan adanya perbedaan
rerata saturasi oksigen antara responden yang bertempat tinggal di
dataran tinggi dan responden yang bertempat tinggal di dataran
rendah. Rerata saturasi oksigen responden yang bertempat tinggal di
dataran tinggi adalah 93,97±6,2% sedangkan rerata saturasi oksigen
yang bertempat tinggal di dataran rendah adalah 98,67±0,5%.
Analisis perbedaan rerata saturasi oksigen dengan menggunakan uji
Mann-Whitney, didapatkan hasil yang signifikan dengan nilai p=

46
0,0001 < 𝛼 = 0,05. Hasil yang sama didapatkan oleh Beall dkk yang
meneliti tentang perbedaan bentuk adaptasi biologi pada pendaki
Andean, Tibean, and East African. Beall dkk melaporkan bahwa
terjadi penurunan saturasi oksigen ketika berada pada daerah
ketinggian.
Perbedaan ketinggian suatu tempat mengakibatkan
munculnya suatu perbedaan kondisi lingkungan setempat, termasuk
tekanan udara. Tekanan udara di dataran rendah lebih tinggi
dibandingkan dengan dataran tinggi. Hal ini berhubungan dengan
faktor adanya gaya gravitasi bumi yang ditimbulkan. Gravitasi di
dataran rendah menjadi lebih tinggi karena kedekatannya dengan
pusat bumi, sedangkan semakin tinggi suatu daerah, maka semakin
menjauhi pusat bumi sehingga gaya gravitasinya semakin lemah.
Lemahnya gravitasi ini memunculkan tekanan udara menjadi
semakin lemah pula. Tekanan yang rendah ini mengakibatkan
tekanan oksigen pada dataran tinggi menjadi rendah. Tubuh akan
mengompensasi penurunan tekanan oksigen dengan cara
memproduksi 2,3 Biphosphoglycerate (2,3BPG) yang membantu Hb
melepaskan O2 dengan cara menurunkan afinitas Hb terhadap O2
sehingga O2 yang terlepas akan berpindah ke sel dan masuk ke
jaringan tubuh untuk menghindari keadaan hipoksia (Bohr effect).
Akibatnya, saturasi oksigen seseorang akan lebih rendah dari mereka
yang berada di tempat yang lebih rendah.
24. Menjelaskan Efek Bohr Dengan Menggunakan Kurva
Desosiasi Oksigen
Efek Bohr ialah pengaruh Karbon dioksida terhadap kurva
oksigen terlarut dari darah. Pergeseran kurva ke sebelah kanan

47
berarti suatu pengurangan dalam afinitas dari hemoglobin untuk
oksigen. Efek Bohr ialah sifat dari hemoglobin yang pertama kali
digambarkan oleh psikologis Denmark Christian Bohr pada tahun
1904, yang menyatakan bahwa dalam persentasi karbon dioksida,
keafinitasan oksigen untuk pigmen respirasi disosiasi, yaitu
hemoglobin; karena efek bohr, peningkatan level karbon dioksida
dalam darah atau penunrunan pH menyebabkan hemoglobin
bergabung dengan oksigen dengan afinitas lemah. Efek fasilitas
transport oksigen seperti hemoglobin membungkus oksigen di
dalam paru-paru, tetapi kemudian melepaskan ke jaringan -
jaringan yang paling membutuhkan oksigen. Ketika jaringan
tersebut metabolismenya meningkat. Produksi karbon
dioksidanyapun meningkat. Karbon dioksida dengan cepat
dijadikan molekul bikarbonat dan proton asam oleh enzim karbonik
anhydrase.
CO₂+ H2O Gagal bereaksi H+ + HCO3â
Hal ini menyebabkan pH jaringan menurun dan juga
meningkatkan oksigen terlarut dari hemoglobin, Hal ini
menyebabkan pH jaringan menurun dan juga meningkatkan
oksigen terlarut dari hemoglobin, memperbolehkan jaringan
tersebut memperoleh oksigen yang cukup sesuai kebutuhannya.
Kurva disosiasi bergeser ke kanan ketika karbon dioksida atau
konsentrasi ion hydrogen meningkat. Membuat masuk akal karena
peningkatan konsentrasi karon dioksida dan pembuatan asam laktat
terjadi ketika otot memperlukan lebih banyak oksigen. Merubah
keafinitasan oksigen hemoglobin ialah tubuh yang cepat
beradaptasi dengan masalah ini.

48
Untuk memahami proses respirasi maka kita harus
mengetahui afinitas oksigen terhadap hemoglobin, dikarenakan
suplai oksigen untuk jaringan dan pengambilan oksigen oleh paru-
paru sangat tergantung pada hubungan tersebut. Pengetahuan ini
sangat diperlukan untuk menyatakan ukuran gas secara tepat dan
untuk melakukan tindakan terapi pada insufirensis respirasi. Jika
darah lengkap dikenai oleh berbagai tekanan parsial oksigen dan
persentase kejenuhan hemoglobin diukur, maka didapatkan kurva
berbentuk huruf "S" bila ke dua pengukuran tersebut digabungkan.
Kurva ini dikenal dengan nama kurva disosiasi oksihemoglobin
yang menyatakan afinitas hemoglobin terhadap oksigen pada
berbagai tekanan parsial. Untuk kurva disosiasi dapat jelas kita
lihat pada gambar berikut:

Gambar 10 kurva disosiasi

49
Peningkatan progresif persentase hemoglobin yang terikat
dengan oksigen ketika PO2 meningkat, yang disebut persentase
kejenuhan hemoglobin (saturasi oksigen). Karena darah arteri
biasanya mempunyai PO2 kira 95 mmHg, kita dari kurva disosiasi
terlihat bahwa kejenuhan darah arteri dengan oksigen kira kira
97%. Sebaliknya, pada keadaan normal PO2 darah vena yang
kembali dari jaringan kira-kira 40 mmHg kejenuhan
hemoglobinnya kira-kira 75%.
Kurva oksihemoglobin tergeser kekanan apbila pH darah
menurun atau PC02 meningkat. Dalam keadaan ini pada P02
tertantu afinitas hemoglobin terhadap oksigen berkurang sehingga
oksigen dapat ditranspor oleh darah berkurang. Keadaan patologi
yang dapat menyebabkan asidosis metabolic, seperti syok
(pembeentukan asam laktat berlebihan akibat metabolis-anerobik)
atau retensi karbon dioksida akan menyebabkan pergaseran kurva
kekanan. Pergaseran kurva sedikit kekanan akan membantu
pelepasan oksigen kejaringan-jaringan. Pergeseran ini dikenal
dengan nama Efek bohr.

25. Menjelaskan Perbedaan Struktur Dan Fungsi Bermacam-


Macam Leukosit
Leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel
darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan
berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan
tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak
secara amoeboid, dan dapat menembus dinding kapiler atau
diapedesis. Sel darah putih berfungsi melacak kemudian melawan

50
mikroorganisme atau molekul asing penyebab penyakit atau infeksi,
seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit.
Tidak hanya memerangi kuman yang menyebabkan penyakit
dan infeksi, sel darah putih juga berusaha melindungi kita terhadap
agen asing yang menjadi ancaman. Sementara beberapa sel leukosit
langsung bekerja membunuh kuman penyakit sampai tuntas, ada
beberapa sel darah putih lainnya yang menghasilkan senjata dalam
bentuk antibodi untuk melindungi tubuh.
Berikut lima jenis leukosit, struktur beserta masing-masing
fungsinya
a) Sel Darah Putih Basophil

Gambar 11 Jenis leukosit pertama adalah basofil


Basofil merupakan salah satu jenis sel darah putih yang
memiliki peran penting sebagai bagian dari sistem kekebalan
tubuh. Sel basofil ini berperan penting dalam menghasilkan
reaksi peradangan untuk melawan infeksi. Selain itu, basofil
juga turut berperan dalam munculnya reaksi alergi. Jenis sel
darah ini diproduksi di sumsum tulang dan merupakan bagian

51
dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk melawan
kuman penyebab infeksi, menyembuhkan luka, serta
menghancurkan zat atau racun yang berpotensi membahayakan
tubuh.
Basofil adalah sel darah putih yang jumlahnya hanya
sekitar 1 persen. Basofil berfungsi untuk meningkatkan respons
imun non-spesifik terhadap patogen. Basofil adalah sel yang
paling dikenal karena perannya memunculkan asma. Ketika
dirangsang dengan adanya pemicu asma, seperti debu, sel
basofil akan melepaskan histamin. Basofil inilah yang dapat
menyebabkan peradangan dan bronkokonstriksi di saluran
pernapasan Anda.
b) Sel Darah Putih Eosifonil

Gambar 12 Jenis Leukosit Eosinofil


Jenis leukosit selanjutnya adalah eosinofil. Eosinofil
merupakan salah satu jenis sel darah putih yang memiliki jumlah
7% yang ada didalm sel darah putih dan juga meningkat jika
berhubungan dengan asma, alergi dan juga demam. Eosinofil
mempunyai diameter sekitar 10 sampai 12 mikrometer.
Eosinofil merupakan salah satu kelompok granulosit yang

52
mempunyai tugas untuk membunuh parasit dalam jangka waktu
8 sampai 12 hari. Eosinofil mempunyai zat kimiawi antara lain
ribonuklease, histamin lipase dan masih banyak yang lainnya.
Eosnofil memiliki fungsi untuk mencegah alergi,
manghancurkan antigen antibodi, penghancur parasit besar, dam
berperan untuk merespon alergi.

53
c) Sel Darah Putih Neutrophil

Gambar 13 Jenis Leukosit Neutrofil


Jenis leukosit lainnya adalah neutrofil. Hampir setengah
dari jumlah sel darah putih dalam tubuh adalah sel neutrofil.
Neutrofil adalah sel pertama dari sistem kekebalan tubuh yang
merespons dengan cara menyerang bakteri atau virus. Sebagai
tameng utama, neutrofil juga akan mengirimkan sinyal yang
memperingati sel-sel lain dalam sistem kekebalan tubuh untuk
merespons bakteri atau virus tersebut. Neutrofil umumnya ada
pada nanah yang keluar dari infeksi atau luka di tubuh Anda. Sel
darah putih ini akan keluar setelah dilepaskan dari sumsum
tulang, dan bertahan di tubuh hanya sekitar 8 jam. Tubuh Anda
dapat memproduksi sekitar 100 miliar sel neutrofil tiap hari.
d) Sel Darah Putih Limfosit

Gambar 14 Limfosit

54
Limfosit adalah sel darah putih yang penting untuk
menjaga sistem kekebalan tubuh. Limfosit merupakan sel darah
putih terbanyak kedua sesudah neutrofil. Limfosit terbentuk di
dalam sumsum tulang dan juga limfa. Limfosit terbagi menjadi
dua limfosit kecil dan juga limfosit besar. Limfosit
memproduksi sekitar 1 kubik atau sekitar 8000 sel di dalam
darah putih. Jika peningkatan limfosit terjadi dapat
menyebabkan kanker darah atau yang sering disebut leukimia.
Lemfosit dibagi menjadi 6 yaitu limfosit B, sel T helper, sel T
sitotoksit, sel T memori, dan juga sel T supresor.
e) Sel Darah Putih Monosit

Gambar 15 Monosit
Monosit adalah sel darah putih yang bisa dibilang
sebagai truk sampah. Sel leukosit ini jumlahnya ada sekitar 5
persen dari keseluruhan sel darah putih. Fungsi truk sampah
monosit ini adalah berpindah ke jaringan-jaringan dalam tubuh
sembari membersihkan sel-sel mati di dalamnya. Monosit
merupakan salah satu sistem kekebalan tubuh yang tidak
memiliki butiran hal pada sel atau granula. perlawanan yang
dilakukan terhadap infeksi dan juga benda asing monosit dapat
melakukannya dengan cara memakan lawannya meski
ukurannya lebih besar dibandingkan monosit itu sendiri. Sel

55
darah putih monosit berfungsi untuk menghancurkan sel-sel
asing, mengangkat jaringan yang sudah mati, membunuh sel
kanker, pembersih dari fagositosis yang dilakukan oleh
neutrophil, dan merangsang sel darh putih yang lain untuk
tubuh. Sebagai penunjuk perubahan pada kesehatan penderita
dengan banyak atau sedikit monosit yang ada pada tubuh.

26. Menjelaskan Proses Hemostasis Darah


Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan
perdarahan secara spontan agar tidak kehilangan darah terlalu
banyak bila terjadi luka pada pembuluh darah sehingga darah tetap
cair dan mengalir secara lancar. Di dalam pembuluh darah terdapat
berbagai produk yang sangat kompleks dari berbagai jaringan,
diantaranya produk dari sumsum tulang, endotel dan sistem
retikuloendotelial.Dalam keadaan normal, proses hemostasis
dimulai dengan adanya trauma, pembedahan, atau penyakit yang
merusak lapisan endotel pembuluh darah, dan darah terpajan dengan
jaringan ikat subendotel. Kelangsungan hemostasis dipertahankan
melalui proses keseimbangan antara perdarahan dan trombosis yang
melibatkan komponen sistem vaskular, trombosit, faktor koagulasi,
fibrinolisis dan antifibrinolisis. Untuk mempermudah memahami
proses yang sangat kompleks ini maka dibagi atas proses hemostasis
primer, hemostasis sekunder (koagulasi), fibrinolisis, dan
mekanisme pengaturan keseimbangannya.
Pada proses perdarahan dari pembuluh darah maka yang
terjadi adalah adanya kerusakan dinding pembuluh darah dan
tekanan di dalam pembuluh darah lebih besar daripada tekanan di

56
luar. Oleh karena itu, terjadi dorongan darah keluar dari kerusakan
tersebut. Mekanisme hemostatik inheren dalam keadaan normal
mampu menambal kebocoran dan menghentikan pengeluaran darah
melalui kerusakan kecil di kapiler, arteriol, dan venula. Pembuluh-
pembuluh darah ini sering mengalami rupture oleh trauma-trauma
minor yang terjadi sehari-hari. Trauma semacam ini adalah sumber
tersering perdarahan. Mekanisme hemostasis dalam keadaan normal
menjaga agar kehilangan darah melalui trauma kecil tersebut tetap
minimum. Tahapan atau proses hemostasis dibagi menjadi tiga
langkah utama yaitu:
(1) spasme vaskuler (Vasokonstriksi vaskuler),
(2) pembentukan sumbat trombosit Hemostasis Primer,
(3) koagulasi darah Hemostasis Sekunder.
27. Proses Spasme Vaskuler, Adhesi Trombosit, Homoestasis
Sekunder
 Spasme Vaskuler (Vasokonstriksi vaskuler)
Pembuluh darah yang terpotong atau robek akan segera
berkonstriksi akibat respon vaskuler inheren terhadap cedera
dan vasokonstriksi yang diinduksi oleh rangsang simpatis.
5,9,10 Konstriksi ini akan menghambat aliran darah melalui
defect, sehingga pengeluaran darah dapat diperkecil. Karena
permukaan endotel pembuluh darah saling menekan satu sama
lain akibat proses spasme vaskuler awal , endotel tersebut
menjadi lengket dan melekat satu sama lain, kemudian menutup
pembuluh yang rusak. Tindakan fisik ini saja tidak cukup untuk
secara total mencegah pengeluaran darah selanjutnya, tetapi
penting untuk memperkecil pengeluaran darah dari pembuluh

57
darah yang rusak sampai tindakantindakan hemostatik lainnya
mampu menyumbat defect tersebut.
 Proses Adhesi Trombosit (Hemostasis Primer)
Hemostasis primer mulai terjadi dalam beberapa detik
setelah terjadi kerusakan endotel dan berlanjut dengan
pembentukan plak trombosit dalam waktu 5 menit. Dalam
proses ini, faktor endotel dan trombosit memegang peranan
yang sangat penting. Dalam pemeriksaan mikroskop elektron
diketahui ultra struktur trombosit terdiri atas berbagai bagian:
 Glikokaliks, selaput berbulu halus yang mengelilingi
membran trombosit. Pada permukaan ini terdapat reseptor-
reseptor glikoprotein yang menjadi reaksi
reaksi kontak membran pada adhesi, perubahan bentuk sel,
kontraksi internal, dan agregasi.2 Nomenklatur reseptor ini
dengan GPI (glycoprotein) untuk berat molekul terberat
dan GPII, GPIII, dan seterusnya untuk berat molekul yang
lebih ringan secara sekuensial. Dalam keadaan normal,
reseptor-resptor ini tidak semuanya dalam bentuk aktif
bahkan ada yang tidak terpapar ke permukaan.
 Membran sitoplasma mengadakan invaginasi dan
membentuk Surface Connencting Canalicular System
(SCCS) yang berfungsi sebagai tempat absorbsi selektif
faktor-faktor koagulasi plasma, tempat sekresi pada reaksi
pelepasan, dan memperluas permukaan trombosit.
 Mikrofilamen dan mikrotubula, terdapat langsung dibawah
membran sel, menghasilkan sitoskeleton untuk
mempertahankan bentuk diskoid selama dalam sirkulasi

58
dan mempertahankan posisi organel, mengatur organisasi
internal dalam reaksi pelepasan, mengandung trombostenin
yang dapat menyebakan trombosit berkontraksi.
 Dalam sitoplasma trombosit terdapat granul alfa dan granul
padat. Dalam reaksi, granul alfa akan mengeluarkan faktor
van Willbran (vWF), fibrinogen, F V, Platelet Factor
(PF4),1,6 FIX, fibrinektin, trombospondin, protein S,
plasminogen akivator inhibitor,6 dan platelet derived
growth factor (PDGF) beta tromboglobulin. Beberapa
protein merupakan hasil penyerapan dari plasma di
antaranya fibrinogen, F V dan F VII, sedangkan granul
padat mengeluarkan ADP (adenosine 5'- diphosphate),
ATP (adenosine triphosphate), ion Ca, serotonin, epinefrin,
dan norepinefrin.
Trombosit dalam keadaan normal tidak melekat di
permukaan endotel pembuluh darah, tetapi apabila lapisan ini
rusak akibat cedera pembuluh, trombosit akan melekat ke
kolagen yang terpajan, yaitu protein fibrosa yang terdapat di
jaringan ikat dibawahnya. Saat endotel mengalami kerusakan,
maka kolagen dan matriks lain sub endotel akan terpapar dan
akan memicu adhesi trombosit.
Pada studi in vitro, dalam kondisi statis atau aliran
yang lambat pada sirkulasi venula menunjukkan permukaan
trombosit akan beradesi dengan kolagen, fibronektin, laminin
dan mikrofibril. Pada aliran yang lebih cepat pada
mikrosirkulasi arteriol kolagen, fibronektin, dan laminin saja
tidak adekuat untuk terjadinya adhesi trombosit. Untuk itu,

59
diperlukan vWF yang merupakan kompleks pada F VIII dan
disintesis oleh sel endotel dan megakariosit. vWF akan
berikatan dengan kolagen sub endotel yang selanjutnya akan
mengikat permukaan reseptor GPIb-IX pada trombosit. Adesi
ini berlangsung dalam 1-2 menit setelah robekan.
Trombosit yang beradhesi akan mengalami aktivasi.
Aktivasi trombosit menyebabkan perubahan bentuk trombosit,
kontraksi, dan pengeluaran matriks yang terdapat pada granul
sitoplasma trombosit (antara lain PF, beta tromboglobulin,
trombospodin, vWF, fibrinogen, fibrinektin, Ca, ADP, ATP,
serotonin, dan 5OH triptamin). Agregasi trombosit awalnya
dicetuskan oleh ADP yang dikeluarkan oleh trombosit yang
beradhesi dan disebut sebagai agregasi trombosit primer yang
bersifat reversibel.1 Adhesi merupakan gaya afinitas
permukaan trombosit dengan reseptor yang bukan berasal dari
permukaan trombosit, sedangkan agregasi adalah afinitas
antara permukaan sel trombosit. Trombosit dapat diaktivasi
oleh ADP, trombin, atau kolagen. ADP akan berikatan dengan
permukaan trombosit dan menyebabkan reseptor GPIIb dan
GPIIIa terbuka.8 Fibrinogen dapat berikatan dengan lebih dari
satu trombosit pada resptor-resptor ini dengan perantara CA,
sehingga terbentuk ikatan kompleks antara GPIIb dan GPIIIa
dengan Ca dan fibrinogen. Ikatan yang timbul bersifat lemah.
Trombospodin yang dilepaskan dari granul juga akan
menyebabkan adhesi trombosit dan memperkuat agregasi.
Di samping itu, aktivator trombosit seprti kolagen
dan trombin juga dapat menyebabkan mobilisasi asam

60
arakhidonat yang dilepaskan dari membran fosfolipid
trombosit. Asam arakhidonat akan mengalami reaksi
enzimatik siklo oksigenase dan tromboksan sintetase
menghasilkan tromboksan A2 (TxA2). TxA2 merupakan
prostaglandin yang mempunyai efek vasokonstriksi poten,
juga dapat menstimulasi pelepasan ADP dari granul trombosit.
Setelah proses yang kompleks (agregasi dan reaksi pelepasan)
maka massa agregasi akan melekat pada endotel atau disebut
sebagai agregasi trombosit sekunder.
Selain terjadi reaksi seluler, juga terjadi reaksi
vaskuler berupa vasokonstriksi yang mulamula terjadi secara
reflektoris dan kemudian dipertahankan oleh faktor lokal
seperti epinefrin dan 5 hidroksi triptamin.1,4 Pada pembuluh
darah kecil, hal ini mungkin dapat menghentikan perdarahan,
sedangkan pembuluh darah yang lebih besar masih diperlukan
sistem lain seperti trombosit, dan pembekuan darah. Selain itu,
proses tersebut juga dipengaruhi oleh jaringan sekitar
pembuluh darah. Pada beberapa kasus, terkadang diperlukan
tindakan operasi untuk menghentikan perdarahan pada
pembuluh darah yang besar. Vasospasme ini akan berlangsung
sekitar 20-30 menit, sambil menunggu mekanisme hemostasis
lain menjadi aktif.
 Hemostasis Sekunder (Koagulasi)
Proses koagulasi darah terdiri dari rangkaian enzimatik
yang melibatkan banyak protein plasma yang disebut sebagai
faktor koagulasi darah. Faktor koagulasi merupakan
glikoprotein dengan berat molekul lebih dari 40.000.

61
Nomenklatur faktor pembekuan adalah menggunakan angka
Romawi sesuai dengan urutan ditemukan. Dalam keadaan
normal faktor pembekuan berada dalam plasma dalam bentuk
perkusor inert sebagai prokoagulan atau proenzim dan akan
diubah dalam bentuk enzim aktif atau sebagai kofaktor selama
proses koagulasi. Bentuk aktif ditandai dengan huruf ’a’
dibelakanya. Untuk fibrinogen, protrombin, tromboplastin
jaringan, ion Ca, prekallikrein (PK), dan high molecular weight
kininogen (HMWK) biasanya tidak ditulis sebagai angka
Romawi.
Teori yang banyak dianut untuk menerangkan proses
koagulasi adalah teori kaskade atau waterfall yang dikemukakan
oleh Mac Farlane, Davie, dan Ratnoff. Menurut teori ini, tiap
faktor koagulasi diubah menjadi bentuk aktif oleh faktor
sebelumnya dalam rangkaian faktor enzimatik. Faktor
pembekuan beredar dalam darah sebagai prekusor yang akan
diubah menjadi enzim bila diaktifkan. Enzim ini akan
mengubah prekusor selanjutnya menjadi enzim. Mula-mula,
faktor pembekuan bertindak sebagai substrat dan kemudian
sebagai enzim. Banyak reaksi dalam kaskade koagulasi
melibatkam satu faktor yang mengaktifkan faktor yang lain.
Beberapa faktor koagulasi diaktifkan dengan melibatkan
beberapa faktor koagulan dan ada yang bertindak sebagai ko-
faktor. Ini disebut sebagai ’reaction complex’.
Faktor V dan VIII bertindak sebagai kofaktor dalam
’reaction complex’ pada kaskade koagulasi. Tanpa adanya
kofaktor ini, maka reaksi akan berjalan sangat lambat. Kedua,

62
faktor ini dikenal sebagai faktor yang labil karena aktivitas
koagulan ini sangat singkat di darah.Demikian juga HMWK dan
tromboplastin jaringan bertindak sebagai kofaktor. Sedangkan
faktor XII, XI, prekallikrein, X, IX, VII, dan protrombin adalah
zimogen proteinase serin yang akan diubah menjadi enzim aktif
selama proses koagulasi.
Sebagian besar faktor koagulasi disintesis di hati,
kecuali vWF faktor VIII yang disintesis oleh endotel dan
megakariosit. Dalam sirkulasi, faktor VIII merupakan protein
plasma yang kompleks dan terdiri dari dua komponen. Bagian
dengan berat molekul besar terdapat antigen faktor VIII
(VIIIR:Ag) dan vWF. Bagian dengan berat molekul kecil terdiri
dari activity coagulant factor VIII (VIIIC).Bagian ini
kemungkinan besar disintesis di hati. 3 vWF mempunyai 2
fungsi utama yaitu sebagai perekat kolagen subendotel dengan
trombosit pada proses adhesi dan sebagai protein pembawa
faktor VIII (VIIIC). Kadar faktor VIII akan meningkat oleh
epinefrin, vasopresin, dan estrogen.
Beberapa faktor koagulasi yaitu protombin, faktor VII,
IX, dan X memerlukan vitamin K dalam proses sintesisnya di
hati, sehingga disebut dengan Vitamin K dependent factor.
Vitamin K diperlukan untuk reaksi enzimatik tahap akhir proses
sintesis dengan penambahan gugus karboksil. Tanpa adanya
gugus karboksil, maka faktor koagulasi tidak dapat berikatan
dengan permukaan fosfolipid dengan diperantarai oleh Ca.
Kekurangan vitamin K akan menyebabkan faktor koagulasi
yang disintesis tidak fungsional walaupun secara kualitatif

63
kadarnya tidak menurun.Kaskade mekanisme koagulasi terus
berkembang. Pada tahun 1964, teori klasik mekanisme
koagulasi menyatakan bahwa proses koagulasi dapat dipicu
melalui dua jalur yaitu jalur intrinsik dan ekstrinsik.
Jalur intrinsik klasik dimulai dengan faktor kontak
(faktor XII, XI, prekalikrein, dan HMWK) yang bersentuhan
dengan permukaan asing dan terjadilah reaksi aktivasi
kontak.6,8 Kontak antara F XII dengan permukaan asing akan
menyebabkan aktivasi F XII menjadi F XIIa. F XIIa akan
mengubah prekallikrein menjadi kallikrein yang akan
meningkatkan aktivasi F XII selanjutnya dengan adanya
kofaktor HMWK. Disamping itu, kallikrein akan mengaktifkan
F VII menjadi F VIIa pada jalur ekstrinsik, mengaktifkan
plasminogen menjadi plasmin pada sistem fibrinolitik, serta
mengubah kininogen menjadi kinin yang berperan dalam reaksi
inflamasi. Kemudian FXI diaktifkan menjadi FXIa oleh FXIIa
dengan HMWK sebagai kofaktor. FXIa dengan adanya ion Ca
akan mengubah FIX menjadi FIXa. Selanjutnya, kompleks
FIXa, PF-3, FVIII, dan in CA akan mengaktifkan FX.1,4,6 Jalur
intrinsik dimulai dengan aktivasi FVII oleh terpaparnya TF dan
selanjutnya mengaktifkan FX. Setelah itu, kedua jalur tersebut
akan bertemu di jalur bersama. Pada individu yang menderita
defisiensi faktor FXII, prekallikrein dan HMWK tidak
menunjukkan perdarahan abnormal secara klinis, walaupun
keluhan perdarahannya dapat bervariasi dan biasanya ringan. Ini
menunjukkan FXII, prekallikrein dan HMWK tidak begitu

64
diperlukan dalam hemostasis in vivo. Reaksi jalur intrinsik
dapat terjadi dengan pengaruh FVII/TF dan thrombin.
Teori klasik ini mulai bergeser dengan memandang
kedua jalur tersebut pada dasarnya satu. Interaksi beberapa
faktor koagulasi dimungkinkan dengan terpaparnya permukaan
fosfolipid. Permukaan fosfolipid ini dapat berupa faktor
jaringan (ekstrinsik), permukaan trombosit yang teraktivasi dan
mengekspos fosfolipid PF-3 (intrinsik). Terpaparnya faktor
jaringan (TF) dengan darah dan menginduksi proses koagulasi
pertama kali ditemukan pada tahun 1905. Saat ini, telah
diidentifikasi TF terdapat pada fosfolipid permukaan membran
fibroblas dan perisit dinding pembuluh darah dan beberapa sel
jaringan lain. Akhir-akhir ini diduga kuat bahwa jalur koagulasi
intrinsik in vivo diawali dengan pengaktifan faktor koagulasi
oleh TF.
Pada saat terjadi injury endotel, FVII akan terikat dengan
TF dan segera berubah menjadi FVIIa. Kompleks FVIIa/TF
kemudian mengaktifkan FX dan juga FIX menjadi FXa dan
FIXa. FIXa akan membentuk kompleks FIXa, FVII, PF-3 dan
Ca untuk mengaktifkan FX menjadi Fxa. Setelah itu maka akan
memasuki jalur bersama dengan pembentukan protombin
converting complex (kompleks protombinase) yang terdiri dari
Fxa, FV, PF-3 dan Ca. Kompleks protombinase kemudian akan
menguah protombin menjadi trombin. Trombin akan megubah
fibrinogen menjadi fibrin, mengativasi FXII, FV, FVII, dan FIX,
merangsang reaksi pelepasan dan agregasitrombosit. Trombin
akan memecah rantai alfa dan beta pada N-terminal menjadi

65
fibrinopeptida A, B dan fibrin monomer. Fibrin monomer akan
segera mengalami polimerisasi untuk memebentuk fibrin
polimer soluble. Dengan adanya FXIIIa dan Ca, maka fibrin
polimer akan diubah menjadi fibrin polimer insoluble karena
terbentuk ikatan silang antara 2 rantai gamma dari fibrin
monomer bersebelahan.
FXa lebih cepat terjadi oleh FVIIa/TF dan menjadi
pertanyaam mengapa terjadi perdarahan pada penderita
hemofilia. Ini semua dikarenakan tissue factor pathway inhibitor
(TFPI). Di dalam plasma, konsentrasi TFPI hanya 1/4 dari
konsentrasi FVII dan hampir 1/1000 dari kadar antitrombin.
TFPI memerlukan FXa dalam menghambat FVI/TF
menghasilkan FIXa dan FXa. Pada awal terbentuknya
FVIIa/TF, fungsinya tidak dihambat karena FXa belum
terbentuk. Reaksi akan berlanjut hingga terbentuknya trombin.
Trombin akan mengaktivasi FIX, FVIII sehingga produksi FXa
selanjutnya akan tergantung pada jalur alternatif lain (intrinsik).

28. Menjelaskan Pengangkutan Oksigen Dan Karbondioksida Oleh


Darah
Darah terdiri atas eritrosit, leukosit, trombosit, dan plasma
darah. Masing-masing darah memiliki fungsinya sendiri-sendiri,
salah satunya adalah eritrosit. Eritrosit atau sel darah merah memiliki
fungsi yang penting karena oksigen dalam darah akan diangkut oleh
eritrosit ke seluruh tubuh.
Terdapat proses-proses yang dilalui oksigen sebelum sampai
ke eritrosit. Dimulai dari terhirupnya oksigen melalui hidung, lalu ke

66
tenggorokan, lalu ke paru-paru. Di dalam paru-paru, oksigen akan
melewati cabang-cabang hingga sampai ke alveolus. Alveolus
merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
Oksigen dalam alveolus akan segera diikat oleh hemoglobin
yang terdapat pada eritrosit atau sel darah merah dalam bentuk
oksihemoglobin. Dari situlah sel darah merah akan melewati
pembuluh arteri dan mengedarkan oksigen ke sel-sel yang terdapat
pada seluruh tubuh. Proses pengikatan dan pelepasan oksigen oleh
eritrosit atau sel darah merah dipengaruhi oleh kadar oksigen, karbon
dioksida, serta tekanan oksigen
Pengangkutan oksigen oleh eritrosit ke sel-sel yang terdapat
pada tubuh merupakan hal yang sangat penting. Hal ini terjadi karena
oksigen dibutuhkan untuk membantu menggantikan sel-sel yang
rusak, menyediakan energi bagi tubuh, dan mendukung fungsi sistem
kekebalan tubuh. Namun, tidak selamanya proses pengangkutan
oksigen berjalan dengan lancar. Terkadang, ada masalah yang bisa
diidap oleh seseorang sehingga menghambat proses pengangkutan
oksigen ke seluruh tubuh. Salah satu masalah tersebut adalah asfiksia
yang disebabkan oleh terganggunya fungsi paru-paru, pembuluh
darah, atau jaringan tubuh lainnya.
Pernafasan pada manusia mencakup dua proses, yaitu :
1. Pernafasan eksternal
Adalah pernapasan dimana pertukaran oksigen dan
karbon dioksida yang terjadi antara udara dalam gelembung paru-
paru (alveolus) dengan darah dalam kapiler/pembuluh darah.
2. Pernafasan internal

67
Adalah pernapasan dimana pertukaran oksigen dan karbon
dioksida antara darah dalam kapiler/pembuluh darah dengan sel-
sel jaringan tubuh.
Pada pertukaran udara tersebut melewati membran sel-sel
tubuh. Fungsi membran sel yaitu sebagai pengatur keluar
masuknya zat (transport zat).
Ada dua macam transport zat, yaitu:
1. Transport pasif, terdiri dari difusi dan osmosis.
2. Transport aktif
Pertukaran oksigen dengan karbondioksida pada proses pernafasan
internal dan eksternal terjadi secara difusi. Berikut mekanisme
pertukaran gas pada proses pernafasan.
a. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga
hidung sampai alveolus. Di alveolus terjadi difusi Oksigen ke
kapiler paru-paru yang terletak di dinding alveolus. Masuknya
Oksigen dari luar (lingkungan) menyebabkan konsentrasi
Oksigen di alveolus lebih tinggi dibandingkan dengan Oksigen
di kapiler paru-paru. Oleh karena itu, Oksigen akan bergerak
dari alveolus menuju kapiler paru-paru, yang disebabkan
proses difusi selalu terjadi dari daerah yang berkonsentrasi zat
tinggi ke daerah yang berkonsentrasi zat rendah.
b. Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang
mengandung hemoglobin sampai menjadi jenuh. Makin tinggi
konsentrasi oksigen di alveolus, semakin banyak oksigen yang
terikat oleh hemoglobin dalam darah.
Reaksi pengikatan Oksigen oleh Hb adalah sebagai berikut:
Hb₄ + 4 O₂ ---> 4 HbO₂

68
c. Hemoglobin akan mengangkut Oksigen ke jaringan tubuh
kemudian berdifusi masuk ke sel-sel tubuh. Di dalam sel-sel
tubuh atau jaringan tubuh, Oksigen digunakan untuk proses
respirasi di dalam mitokondria sel. Semakin banyak Oksigen
yang digunakan oleh sel-sel tubuh, maka semakin banyak
karbondioksida yang terbentuk dari proses respirasi. Hal
tersebut menyebabkan konsentrasi karbondioksida dalam sel-
sel tubuh lebih tinggi dibandingkan karbondioksida dalam
kapiler vena sel-sel tubuh.
d. Pengangkutan karbondioksida dilakukan oleh plasma darah
dan eritrosit.
Karbondioksida diikat oleh Hb (eritrosit)
membentuk karbominohemoglobin (HbCO₂) kurang lebih
30%. Reaksinya sebagai berikut:
Hb + CO₂ ---> HbCO₂
Karbondioksida dapat larut dengan baik di dalam plasma darah
dan membentuk asam karbonat (H₂CO₃) kurang lebih 10%.
Reaksinya sebagai berikut:
CO₂ + H₂O ---> H₂CO₃
Akibat terbentuknya asam karbonat tersebut, pH darah
menurun sampai 4,5, karena H₂CO₃ sebagai suatu senyawa
yang labil akan terurai dan meningkatkan kadar ion H⁺ darah
menjadi ion bikarbonat (HCO₃ˉ). Rekasinya sebagai berikut:
H₂CO₃ + H⁺ ---> HCO₃
Jadi karbondioksida paling banyak diangkut oleh plasma darah
dalam bentuk ion HCO₃ˉ kurang lebih 60%.

69
e. Di paru-paru terjadi difusi karbondioksida dari kapiler vena
menuju alveolus. Proses tersebut terjadi karena
karbondioksida pada kapiler vena lebih tinggi dari pada
karbondioksida dalam alveolus. Kemudian karbondioksida
keluar tubuh karena karbondioksida di luar tubuh lebih kecil
dibanding karbondioksida di alveolus.
29. Menjelaskan Bagaimana Ph Darah Dan Garam-Garam Plasma
Dipertahankan Relatif Konstan
Sebagai zat transportasi di dalam tubuh, darah memegang
peranan penting dalam sistem metabolisme, khususnya
pengangkutan oksigen dan karbondioksida. Oleh karena itu, darah
harus selalu berada pada pH tertentu, yaitu 7,4. Untuk
mempertahankan pH tersebut, di dalam darah terdapat beberapa
jenis larutan penyangga, contohnya larutan penyangga karbonat,
larutan penyangga hemoglobin, dan larutan penyangga fosfat.
Larutan penyangga atau biasa disebut buffer atau dapar
merupakan larutan yang digunakan untuk mestabilkan pH saat
terjadi penambahan asam, basa, atau garam. Artinya, pH larutan
penyangga tidak akan berubah secara signifikan saat ditambahkan
asam, basa, atau garam. Mengapa bisa demikian? Karena di dalam
larutan penyangga terdapat komponen asam yang mampu menahan
kenaikan pH secara berlebih dan komponen basa yang mampu
menahan penurunan pH secara berlebih. Berdasarkan penjelasan di
atas, dapat disimpulkan bahwa larutan penyangga dibentuk melalui
reaksi antara asam lemah dan basa konjugasinya (ion X–) serta basa
lemah dan asam konjugasinya (ion YH+). Sebagai contoh, jika
suatu larutan mengandung CH3COOH dan ion CH3COO–, artinya

70
larutan tersebut merupakan larutan penyangga, di mana CH3COOH
merupakan asam lemah, sedangkan CH3COO–merupakan basa
konjugasi.
Larutan buffer adalah larutan yang pH nya tidak berubah
secara signifikan ketika ditambahkan zat yang bersifat asam, basa,
atau air karena pasangan asam-basa konjugasi pada larutan buffer
dapat menangkap ion H+ dari penambahan asam atau menangkap
ion OH- dari penambahan basa. Larutan penyangga terdapat dalam
tubuh untuk menjaga keseimbangan pH tubuh. Saat mengonsumsi
asupan yang bersifat asam atau basa, maka pH tubuh akan
menyesuaikan aksi tersebut agar pH tetap sesuai. Hal ini terjadi
karena adanya reaksi kesetimbangan pada sistem buffer ion
HCO3- dan asam karbonat (H2CO3) dalam darah seperti reaksi
berikut.
H2O (l) + CO2 (g) ⇌ H2CO3 (aq) 1)
H2CO3 (aq) ⇌ HCO3- (aq) + H+ (aq) 2)
Ketika mengonsumsi asupan yang bersifat asam, maka
konsentrasi ion H+ akan bertambah, sehingga reaksi
kesetimbangan pada reaksi 2 akan bergeser ke arah kiri.
Sebaliknya, ketika mengonsumsi asupan yang bersifat basa,
konsentrasi ion H+ akan berkurang sehingga reaksi kesetimbangan
pada reaksi 2 akan bergeser ke arah kanan. Dengan demikian,
mekanisme kerja larutan penyangga yang terdapat dalam tubuh
tersebut ialah untuk menjaga keseimbangan pH tubuh. Secara
umum, larutan penyangga dibagi menjadi dua jenis, yaitu larutan
penyangga asam dan larutan penyangga basa.
a. Larutan penyangga asam

71
Larutan penyangga asam merupakan larutan penyangga
yang terdiri dari asam lemah dan basa konjugasinya. Larutan
penyangga ini berfungsi untuk mempertahankan pH pada
kondisi asam (pH < 7). Adapun contoh larutan penyangga asam
adalah campuran antara CH3COOH dan CH3COONa.
Campuran tersebut mengandung basa konjugasi CH3COO–.
b. Larutan penyangga basa
Larutan penyangga basa merupakan larutan penyangga
yang terdiri dari basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan ini
berfungsi untuk mempertahankan pH pada kondisi basa (pH >
7). Adapun contoh larutan penyangga basa adalah campuran
antara NH4OH dan NH4Cl. Campuran tersebut mengandung
asam konjugasi NH4+.
Di dalam larutan penyangga terdapat asam/basa beserta
asam konjugasi/basa konjugasi. Keduanya akan membentuk
kesetimbangan ion di dalam air. Kesetimbangan ion itulah yang
nantinya membuat larutan penyangga bisa bertahan pada
rentang pH tertentu saat ditambahkan sedikit asam atau basa.
Contohnya sebagai berikut:
1. Jika di dalam campuran asam lemah CH3COOH dan basa
konjugasi CH3COO–ditambahkan sedikit asam, maka ion
H+akan bereaksi dengan ion negatif dari basa konjugasi
CH3COO–. Akibatnya, penambahan asam tersebut tidak akan
mengubah pH larutan secara signifikan.
2. Jika di dalam campuran basa lemah NH4OH dan asam
konjugasi NH4+ditambahkan sedikit basa, maka ion OH–akan
bereaksi dengan ion positif dari asam konjugasi NH4+.

72
Akibatnya, penambahan basa tersebut tidak akan mengubah
pH larutan secara signifikan.

73
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup
(kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-
zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut
bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan
tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah terdiri daripada beberapa
jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah, angka
ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah
yang dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55%
yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium
cairan darah yangdisebut plasma darah.

B. Saran
Dengan makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat memahami
secara mendalam tentang Sistem Sirkulasi Semoga makalah ini dapat
berguna bagi pembaca. Penulis juga mengharapkan kritik yang
membangun agar penulis bisa lebih baik lagi.

74
DAFTAR PUSTAKA

Apriandi, A., Nyoman Sulabda, I., Program Pendidikan Dokter Hewan, M., &
Fisiologi Veteriner, L. (2015). Tekanan Osmosis Membran Eritrosit
Sapi Bali Jantan ERYTHROCYTE MEMBRANE OSMOSIS
PRESSURE ON MALES BALI CATTLE. Indonesia Medicus
Veterinus, 4(1), 9–15.
Untuk, D., Tugas, M., Kuliah, M., Hewan, F., Kartikasari, D., Disusun, M. S., &
Kelompok, O. (n.d.). MAKALAH SISTEM SARAF.
Kaprawi, T., Moningka, M., & Rumampuk, J. (2016). Peerbandingan saturasi
oksigen pada orang yang tinggal di pesisir pantai dan yang tinggal
di daerah pegunungan. In Jurnal e-Biomedik (eBm) (Vol. 4, Issue
1).
Septiarini, A. A. A., Suwiti, N. K., & Suartini, I. G. A. A. (2020). Nilai
Hematologi Total Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Sapi Bali dengan
Pakan Hijauan Organik. Buletin Veteriner Udayana, 144.
https://doi.org/10.24843/bulvet.2020.v12.i02.p07
Susanti, Y. E., & Wirjatmadi, B. (2017). EFEK EKSTRAK MELON (Cucumis
melo) dan GliadinTERHADAP KADAR Hb DAN HbCO TIKUS
WISTAR JANTAN YANG DIPAPAR ASAP ROKOK. The
Indonesian Journal of Public Health, 11(1), 78.
https://doi.org/10.20473/ijph.v11i1.2016.78-88
Rivanda, A. (2015). Andrian Rivanda I Pengaruh Paparan Karbon Monoksida
Terhadap Daya Konduksi Trakea Majority (Vol. 4).
BUKU FISIOLOGI HEWAN-1. (n.d.).
Linda Rosita, dr, Abrory Agus Cahya, S., & Rahma Arfira, F. (n.d.).
HEMATOLOGI DASAR.
Rastogi, S. (n.d.). Essentials of Animal Physiology, 4ed.
Studi, P., Biologi, P., Tarbiyah, F., & Keguruan, D. (2018). SISTEM
PEREDARAN DARAH MANUSIA SUMIYATI SA’ADAH.
Gunawan, D., & Nada, K. W. (2017). Fisiologi sirkulasi. Tesis Fisiologi
Sirkulasi Fakultas Kedokteran UNUD RSUP Sangla Denpasar., 3–70.
Retrieved from
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/d86da803a59b17df
4285c9445d002869.pdf

Purnama, R., & Santi, D. R., & Rachman, T. (2018). Fisiologi Hewan. In
Program Studi Arsitekstur Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya (Vol. 113).

Yustina, D. (2019). Buku Fisiologi Hewan.

75
76

Anda mungkin juga menyukai