Anda di halaman 1dari 37

PENGAMATAN WAKTU PENDARAHAN, STATUS FAALI,

SISTEM DIGESTI, DAN FISIOLOGI REPRODUKSI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK

RIZKI ZEN ALHADAR

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU

i
2022

ii
PENGAMATAN WAKTU PENDARAHAN, STATUS FAALI,
SISTEM DIGESTI, DAN FISIOLOGI REPRODUKSI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TERNAK

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Nilai Pratikum Mata Kuliah Fisiologi Ternak Pada
Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Tadulako

Oleh :
RISKI ZEN ALHADAR
O 121 21 133

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
iii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengamatan Waktu Pendarahan, StatusFaali,


Sistem Digesti dan Fisiologi Reproduksi
Nama : Riski Zen Alhadar
No. Stambuk : O12121133
Jurusan : Peternakan
Program Studi : Peternakan
Fakultas : Peternakan dan Perikanan
Universitas : Tadulako
Pelaksanaan : Selasa 13 Desember dan Selasa 20 Desember

Palu,….Desember 2022

Mengetahui
Koordinator Asisten Praktikum Asisten Praktikum

Muh. Idris (Yesi Riskiani)


O12119302 O12119226

Menyetujui
Koordinator Mata Kuliah Fisiologi Ternak

Dr. Ir. Yohan Rusiyantono, M.Si


NIP. 19650519 198903 1 001

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..............................................................................ii
HALAMANPENGESAHAN....................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
...........................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian
.......................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian
.....................................................................3
BAB 2 METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
......................................................................4
2.2 Alat dan Bahan
............................................................................4
3.3 Prosedur Pelaksanaan..................................................................5
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Darah dan Peredaran Darah
3.1.1.1 Waktu Pendarahan
.................................................9
3.1.1.2 Pembekuan Darah
..................................................9
3.1.1.3 Hemolisis
.............................................................10
3.1.1.4 Pengambilan Sampel Darah
.................................11
3.1.2 Status Faali
3.1.2.1 Pulsus ..................................................................11
3.1.3 Sistem Digesti
3.1.3.1
Unggas..................................................................12
3.1.3.2
Ruminansia...........................................................14
3.2.4 Fisiologi Reproduksi
3.2.4.1 Unggas
.................................................................15
3.2.4.2
Ruminansia...........................................................15
3.2 Pembahasan

v
3.2.1 Darah dan Peredaran Darah
3.2.1.1 Waktu Pendarahan
...............................................15
3.2.1.2 Pembekuan Darah
................................................16
3.2.1.3 Hemolisis
.............................................................17
3.2.1.4 Pengambilan Sampel Darah
.................................19
3.2.2 Status Faali
3.2.2.1 Pulsus ..................................................................19
3.2.3 Sistem Digesti
3.2.3.1 Unggas
................................................................21
3.2.3.2
Ruminansia...........................................................23
3.2.4 Fisiologi Reproduksi
3.2.4.1 Unggas ................................................................23
3.2.4.2
Ruminansia...........................................................24
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
...............................................................................25
4.2
Saran..........................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................27
LAMPIRAN ..............................................................................................28

vi
vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.....................................................................................................................................
Tabel 2.......................................................................................................................................
Tabel 3.......................................................................................................................................

viii
BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Fisiologi merupakan ilmu yang membahas fungsi tubuh lengkap dan

fungsi semua bagian tubuh termasuk pula proses-proses biofisika dan

biokimia yang terjadi di dalam tubuh. Fisiologi ternak dapat diartikan pula

ilmuilmu yang berfungsi sebagai tubuh ternak dengan fungsi dan seluruh

bagian tubuh ternak proses biofisika dan biokimia yang terjadi pada seluruh

tubuh ternak. Proses fisiologi pada ternak memiliki proses yang khas. Tujuan

proses fisiologis dalam tubuh adalah membuat kondisi tubuh dalam keadaan

fisiologis normal secara keseluruhan (Kurniawati.D, 2014).

Ilmu Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tata kerja dari

berbagai sistem dan peran dari fungsi tubuh keseluruhannya. Fisiologi dari

beberapa ternak, dalam hal ini secara khusus yang dipelajari yaitu sapi, ayam,

kambing, domba, kelinci, dan jenis burung melalui percobaan status fa'ali,

thermoregulasi, saccus pneumaticus, sel darah merah, sistem digesti,

pembekuan darah, kadar haemoglobin dalam darah, tekanan darah, dan waktu

pendarahan pada manusia.

Praktikum status faali bertujuan untuk mengetahui data-data fisiologi

yaitu temperatur rektal, pulsus, dan frekuensi respirasi pada sapi, kambing,

domba, kelinci, dan ayam. Praktikum status faali dapat diketahui kondisi

kesehatan ternak tersebut. Hal tersebut dapat menguntungkan karena semakin

dini diketahui kelainan pada seekor ternak maka penanggulangannya akan

ix
semakin mudah untuk diatasi.

Praktikum sel darah merah dapat diketahui kondisi kesehatan ternak

selain melalui status faali, yaitu berdasarkan jumlah sel darah merah dengan

melihat atau mengamati dan mengukur jumlah sel darah merah dan

membandingkannya dengan kisaran normal dari jenis ternak tertentu.

Praktikum Fisiologi Ternak juga mempelajari dan mengetahui fungsi-

fungsi dari suatu organ tubuh ternak yang penting untuk diketahui. Praktikum

tersebut adalah sistem digesti yaitu mempelajari organ-organ tubuh ternak

yang penting dan kelenjar pencernakan ruminansia dan non ruminansia yang

berfungsi dalam sistem pencernaannya.

1.2 Tujuan Praktikum

1.2.1 Darah dan Peredaran Darah

1. Waktu pendarah

Mempelajari cara mengukur waktu pendarahan.

2. Pembekuan Darah (Koagulasi)


Menentukan waktu beku darah manusia

3. Hemolisis
Untuk mempelajari proses-proses hemolisis yang terjadi dalam darah

yang deberi larutan hipotenis dan larutan yang menurunkan tegangan

permukaan membrane sel darah merah.

1.2.2 Status Faali

1. Mengatahui data fisiologis yang meliputi temperatur rectal, pulsus

dan respirasi

x
2. MengetahuI kondisi kesehatan probandus (dengan membandingkan

dengan kisaran normal)

1.2.3 Sistim Digesti

1. Untuk mengetahui bagian-bagian dari sistem pencernaan dan fungsi

pencernaan yang terjadi.

2. Membandingkan organ dan sistem pencernaan pada ruminansia dan

non ruminansia.

1.2.4 Fisiologi Reproduksi

Mengetahui dan memahami fisiologi organ reproduksi jantan dan

betina.

1.3 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang

Darah dan Peredaran Darah serta tentang Sistem Digesti pada Unggas dan

Ruminansia.

xi
BAB II

METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

 Praktikum 1 Fisiologi Ternak dilakukan pada tanggal 13 desember 2022,

Pukul 15.15-selesai di Laboratorium THT Fakultas Peternakan dan

Perikanan Universitas Tadulako

 Praktikum 2 Fisiologi Ternak dilakukan pada tanggal 20 Desember 2022,

Pukul 15.15-selesai di Laboratorium Unggas Fakultas Peternakan dan

Perikanan Universitas Tadulako

2.2 Alat dan Bahan

 Praktikum 1

- Lansetas - Jarum pentul

- Arloji - Alat penusuk

- Kertas filter - Larutan NaCL

- Alkohol 70 % - Tabung reaksi

- Kapas - Spoit 3 ml

- Gelas arloji berlapis parafin - Darah ayam

 Praktikum 2

- Stetoskop

- Ternak

- Kater

12
- Sterofoam

- Organ reproduksi ternak ruminansia dan unggas

- Meteran kain

- Handskun

2.3 Prosedur Pelaksanaan

2.3.1 Waktu Pendarahan

1. Bersihkan jari dengan kapas yang telah dibasahi dengan Alkohol

2. Tusuk jari dengan lanset yang steril, pada saat darah keluar catat

waktunya

3. Setiap 30 detik, tempelkan kertas filter pada darah yang keluar pada

pembuluh darah, kertas filter jangan sampai mengenai lukanya. Bila

pendarahan telah berhenti, catatlah waktunya.

4. Waktu pendarahan ditentukan dari saat darah keiuar sampai

pendarahan berhenti.

2.3.2 Pembekuan Darah (Koagulasi)

1. Bersihkan jari/lokasi tempat pengambilan darah, diusap dengan kapas

beralkohol

2. Tusuk jari dengan lanset yang steril, dan catat pada saat darah keluar.

3. Satu sampai dua tetes darah dengan cepat dipindahkan ke dalam gelas

arloji.

4. Dengan menggunakan kepala jarum pentul, tusuklah ke dalam darah

13
dan angkatlah, lakukan demikian setiap 30 detik, sampai ada benang

fibrin terlihat, dan catatlah waktunya.

2.3.3 Hemolisis

1. Seluruh tabung reaksi diletakkan pad arak dan diberi tanda 1 sampai 6

dan disi

dengan rincian sebagai berikut :

Tabung 1 : Larutan NaCl 0.9% (larutan isotonis dengan darah)

Tabung 2 : Larutan NaCl 0.65%

Tabung 3 : Larutan NaCl 0.45%

Tabung 4 : Larutan NaCl 0.25%

Tabung 5 : Larutan NaCl 0%

Tabung 6 : Larutan NaCl 3%

2. Masing- masing sebanyak 5 ml tiap tabung ditambahkan 3 tetes darah

kemudian dibiarkan selama 30 menit. Pemeriksaan dilakukan secara

makroskopis dengan melihat warna dan kekeruhan larutan serta

mikroskopis menggunakan mikroskop. Secara mikroskopis akan

terlihat warna merah cerah bila terjadi hemolisis dan akan berubah

berwarna keruh bila tidak terjadi hemolisis.

2.3.4 Pengambilan Sampel Darah

1. Rambut di sekitar vena brachialis pada sayap bawah ayam dicukur

bila perlu

2. Membendung Pembuluh darah pada 1/3 distal sayap

14
3. Setelah darah terbendung, mengusap daerah tersebut dengan kapas

yang dibasahi alcohol, tujuannya adalah untuk desinfeksi.

4. Lalu menusukkan Jarum suntik steril dengan sudut 300 ke arah atas

pada pembuluh darah dengan lubang jarum menghadap ke atas.

5. Setelah jarum masuk, melakukan aspirasi untuk mengambil darah

yang dibutuhkan.

6. Jika darah tidak terhisap, artinya jarum belum masuk ke dalam

pembuluh darah.

2.3.5 Status Faali (pulsus)

1. Menempelkan stetoskop pada bagian dada sehingga terdengar detak

jantungnya

2. Catat banyaknya detak jantung selama 1 menit

3. Lakukan hal yang sam sebanyak 3 kali percobaan

2.3.6 Sistim Digesti

1. Potong unggas yang telah di sediakan

2. Ukur panjang badan unggas

3. Belah pada bagian dada unggas jangan sampai mengenai organ dalam

agar tidak rusak

4. Pisahkan organ dalam unggas dari badan unggas

5. Amati sistim digesti pada unggas

6. Ukur sistim digesti pada unggas kemuadian catat panjang setiap

15
bagian dari sistim digesti pada unggas

2.3.7 Fisiologi Reproduksi

Metode yang digunakan dalam praktikum organ reproduksi jantan

dan betina yaitu mengamati, mengetahui fungsi, membedakan, dan

mengukur dengan seksama dengan meteran kain bagian-bagian alat

reproduksi jantan dan betina.

16
BAB III

HASIL DAN

PEMBAHASAN

3.1 Hasil

3.1.1 Darah dan Peredaran Darah

3.1.1.1 Waktu Pendarahan

No Keterangan
1. Pada sampel darah perempuan, darah yang keluar pertama kali di
detik 1,16 dan darah tersebut berhenti di waktu ke 36,66 detik
sehingga waktu pendarahan yang terjadi selama 35,50 detik

2. Pada sampel darah laki-laki darah yang keluar pertama kali di detik 4,14
dan darah tersebut berhenti di waktu ke 30,14 detik sehingga waktu
pendarahan yang terjadi selama 26 detik.

3.1.1.2 Pembekuan Darah

No Keterangan
1. Waktu terbentuknya benang-benang Fibrin pada perempuan 33,54 detik

2. Waktu terbentuknya benang-benang Fibrin pada laki-laki 30,45 detik

17
3.1.1.3 Hemolisis

Makroskopis Mikroskopis
No Bahan
Hemolisis
Bentuk Ukuran Banyaknya

1. TABUNG 1 Cerah / Hemolisis Bintik-Bintik Kecil Tidak terhitung

Larutan NaCl
0,9% sebanyak 5
ml dan 3 tetes
darah unggas

2. TABUNG 2 Cerah / Hemolisis Bintik-Bintik Kecil Sedikit


Larutan NaCl
0,65 %
sebanyak 5 ml
dan 3 tetes darah
unggas
3. TABUNG 3 Keruh / Tidak Hemolisis Bintik-Bintik Agak Sedkit
Besar
Larutan NaCl
0,45% sebanyak
5 ml dan 3 tetes
darah unggas
4. TABUNG 4 Keruh / Tidak Hemolisis Bintik-Bintik Kecil Tidak terhitung
Larutan NaCl
0,25% sebanyak
5 ml dan 3 tetes
darah unggas
5. TABUNG 5 Keruh / Tidak Hemolisis Bulat Bintik- Besar Sedikit
Bintik
Larutan Aquades
sebanyak 5 ml
dan 3 tetes darah

18
unggas
6 TABUNG 6 Keruh / Tidak Hemolisis Bulat Sedang Tidak terhitung
Larutan NaCl
3% sebanyak 5
ml dan 3 tetes
darah unggas

3.1.1.4 Pengambilan Sampel Darah

Bahan Gambar

Sampel darah yang diambil dari

ayam pada praktikum yang dilakukan

adalah sebanyak 3 ml, sedangkan darah

yang digunakan pada setiap tabel adalah

3 tetes.

3.1.2 Status Faali


3.1.2.1 Pulsus

No Percobaan Waktu Jumlah Detak Jantung

1. Percobaan 1 1 Menit 165 Kali

19
2. Percobaan 2 1 Menit 197 Kali

3 Percobaan 3 1 Menit 181 Kali

3.1.3 Sistem Digesti

3.1.3.1 Unggas

Tabel 4 Sistem Digesti Unggas


Saluran Pencernaan Itik Jantan (cm) Betina (cm)
Paruh 7 cm 6 cm
Oesophagus 28 cm 19 cm
Crop 2 cm 2 cm
Proventiculus 7 cm 6 cm
Gizard 7 cm 7 cm
Duodenum 34 cm 36 cm
Jejenum 48 cm 50 cm
Illieum 35 cm 58 cm
Caecum 12 cm 15 cm
Colon 8 cm 9 cm
Rektum 3 cm 4 cm
Kloaka 2 cm 2 cm
Total panjang saluran 193 cm 217 cm
pencernaan
Ratio panjang badan : panjang 32 cm 38 cm
saluran pencernaan

Tabel 7. Berat organ tambahan pada itik jantan dan itik betina

Nama organ tambahan Itik jantan (gram) Itik betina (gram)


jantung 9,1 10,4
limpah 5,3 1,1
hati 34,6 26,9
20
Saluran Pencernaan Ayam Jantan (cm) Betina (cm)
Paruh 3 cm 3 cm
Oesophagus 15 cm 9 cm
Crop 6 cm 5 cm
Proventiculus 5 cm 5 cm
Gizard 6 cm 5 cm
Duodenum 40 cm 36 cm
Jejenum 33 cm 47 cm
Illieum 54 cm 50 cm
Caecum 17 cm 17 cm
Colon 6 cm 9 cm
Rektum 3 cm 3 cm
Kloaka 1 cm 4 cm
Total panjang saluran 189 cm 193 cm
pencernaan
Ratio panjang badan : panjang 32 cm 38 cm
saluran pencernaan

Tabel 5. Berat organ tambahan pada ayam jantan dan betina


Organ tambahan ayam Ayam jantan (gram) Ayam betina (gram)
hati 10,8 7,1
limpah 35,2 28,3
jantung 6,1 2,5

3.1.3.2 Ruminansia

21
Nama organ
No Gambar
Pencernaan

1. Rumen

2. Retikulum

Omasum
3

22
4 Abomasum

3.2.4 Fisiologi Reproduksi

3.2.4.1 Unggas

Nama organ Ayam Itik


Testis 12,4 g -
Epididymis - -
Vas deferens - -
Ovary 4,9 g -

3.2.4.2 Ruminansia

Nama organ Kambing


Testis 22 cm
Epididymis -
Vas deferens -
Glad penis 4 cm
Penis 36 m

3.2 PEMBAHASAN

3.2.1 Darah dan Peredaran Darah

3.2.1.1 Waktu Pendarahan

Waktu pendarahan adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya

tubuh menghentikan pendarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris.

23
Pemeriksaan ini mengukur hemostatis dan koagulasi masa pendarahan tergantung

atas ketepat gunaan cairan peredaran jaringan dalam memicu koagulasi, fungsi

pembuluh darah kapiler dan trombosit.

Pada sampel darah perempuan, darah yang keluar pertama kali di detik

1,16 dan darah tersebut berhenti di waktu ke 36,66 detik sehingga waktu

pendarahan yang terjadi selama 35,50 detik. Pada sampel darah laki-laki darah

yang keluar pertama kali di detik 4,14 dan darah tersebut berhenti di waktu ke

30,14 detik sehingga waktu pendarahan yang terjadi selama 26 detik.

Kurangnya faktor pembekuan darah atau faktor intrinsik tidak

menyebabkan perpanjangan masa pendarahan, karena luka yang dibuat akibat

kondisi tersebut relatif kecil sehingga pendarahan segera berhenti dengan

pengaruh pembuluh darah dan trombosit.

Waktu mulai terjadinya pendarahan hingga terbentuk jumlah trombosit

vasokontriksi pembuluh darah sehingga darah berhenti mengalir, disebut sebagai

waktu pendarahan. pengukuran waktu pendarahan untuk mengetahui respon

vaskuler terhadap termostatis atau kemampuan pembuluh darah untuk kontraksi

dan retraksi setelah peran sumbatan fibrin pada daerah luka.

3.2.1.2 Pembekuan Darah

Setelah percobaan waktu pendarahan dilakukan,Pendarahan dapat

berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa ditempat pendarahan yang

terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila pembuluh darah

mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh

mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan kontraksi

24
langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya

serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi

(Schmid, 1997).

Mekanisme pembekuan darah merupakan hal yang kompleks. Mekanisme

ini dimulai bila terjadi trauma pada dinding pembuluh darah dan jaringan yang

berdekatan, pada darah atau berkontaknya darah dengan sel editel yang rusak atau

dengan kolagen atau unsure jaringan lainnya di luar sel enditel pembuluh darah.

Ada setiap kejadian tersebut, mekanisme ini menyebabkan pembentukan aktivitar

protrombin yang selanjutnya akan mengubah protombin menjadi thrombin.

Pada percobaan ini menggunakan darah manusia yaitu darah laki- laki dan

darah perempuan. Berdasarkan percobaan tersebut hasil yang didapatkan yaitu

Waktu terbentuknya benang-benang Fibrin pada perempuan 33,54 detik dan

Waktu terbentuknya benang-benang Fibrin pada laki-laki 30,45 detik.

3.2.1.3 Hemolisis

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas

kedalam medium sekelilingnya (plasma).Kerusakan membran eritrosit dapat

disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam

darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu,

pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll.

Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan

NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke

dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan

sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang

25
ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin

akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada

medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium

luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat

dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar

eritrosit (plasma).

Pada percobaan ini menggunakan sampel darah ayam. Berdasarkan

percobaan yang telah dilakukan, Hasil yang didapatkan yaitu Pada Tabung 1 saat

dimasukkan Larutan NaCl 0,9% sebanyak 5 ml dan 3 tetes darah unggas sehingga

darah dilihat secara mikroskopis berwarnah cerah, memiliki bentuk bintik-bintik,

ukuran yang kecil dan banyaknya tidak terhitung. Pada Tabung 2 saat dimasukkan

Larutan NaCl 0,65% sebanyak 5 ml dan 3 tetes darah unggas sehingga darah

dilihat secara mikroskopis berwarnah cerah, memiliki bentuk bintik-bintik, ukuran

yang kecil dan banyaknya sedikit. Pada Tabung 3 saat dimasukkan Larutan NaCl

0,45% sebanyak 5 ml dan 3 tetes darah unggas sehingga darah dilihat secara

mikroskopis berwarnah keruh, memiliki bentuk bintik-bintik, ukuran yang agak

besar dan banyaknya sedikit. Pada Tabung 4 saat dimasukkan Larutan NaCl

0,25% sebanyak 5 ml dan 3 tetes darah unggas sehingga darah dilihat secara

mikroskopis berwarnah keruh, memiliki bentuk bintik-bintik, ukuran yang kecil

dan banyaknya tidak terhitung. Pada Tabung 5 saat dimasukkan Larutan aquades

sebanyak 5 ml dan 3 tetes darah unggas sehingga darah dilihat secara

mikroskopis berwarnah keruh, memiliki bentuk bulat bintik-bintik, memiliki

ukuran besar dan banyaknya sedikit. Pada Tabung 6 saat dimasukkan Larutan

26
NaCl 3% sebanyak 5 ml dan 3 tetes darah unggas sehingga darah dilihat secara

mikroskopis berwarnah keruh, memiliki bentuk bulat, memiliki ukuran yang

sedang dan banyaknya tidak terhitung. Jadi berdasarkan keenam tabung tersebut

dapat diketahui bahwa pada tabung 1 dan 2 terjadi hemolisis sedangkan pada

tabung 3, 4, 5, dan 6 tidak terjadi hemolisis.

3.2.1.4 Pengambilan Sampel Darah

Sampel darah yang digunakan pada percobaan ini yaitu darah ayam.

Sampel darah yang diambil dari ayam pada praktikum yang dilakukan adalah

sebanyak 3 ml, sedangkan darah yang digunakan pada setiap tabel adalah 3 tetes.

3.2.2 Status Faali

Sistem faali yang meliputi respirasi, pulsus, dan temperatur rektal

merupakan suatu parameter yang digunakan untuk mengetahui kondisi atau

keadaan kesehatan suatu ternak yang dapat dilakukan dengan percobaan langsung

(Galem et al., 2012). Status faali ternak merupakan indikasi dari kesehatan dan

adaptasi ternak terhadap lingkungannya. Ternak akan selalu beradaptasi dengan

lingkungan tempat hidupnya, apabila lingkungan dengan suhu dan kelembaban

yang tinggi dapat menyebabkan stress (cekaman) karena sistem pengaturan panas

tubuh dengan lingkungannya menjadi tidak seimbang (Ghalem et al., 2012).

3.2.2.1 Pulsus

Pulsus didefinisikan sebagai denyutan yang dirasakan saat penekanan

secara perlahan di atas pembuluh arteri. Denyut pada pulsus terjadi karena

gelombang dilatasi dari arteri yang elastis karena tekanan darah dari jantung,

27
dimana berjalan pada semua jalur yang dilalui darah pada semua cabang arteri

utama. Ritme denyut ini merakan refleksi dari detak jantung. Faktor penting yang

perlu diperhatikan saat pemeriksaan pulsus adalah frekuensi, ritme dan kualitas.

Frekuensi pulsus ditentukan dengan menghitung detak jantung selama satu menit.

Dalam pengamatan detak jantung dilakukan secara auskultasi yaitu meletakkan

stetoskop tepat di atas jantung sedangkan pemeriksaan pulsus dilakukan dengan

merasakan dan menghitung denyutan pada pembuluh darah arteri femoralis atau

brachialis (Ngabdussani, 2006).

Frekuensi normal dari pulsus bervariasi dari masing-masing spesies dan

individu. Variasi dari pulsus dipengaruhi oleh faktor umur, ukuran tubuh, jenis

kelamin, ras, kondisi atmosfer, waktu pengukuran, dan aktifitas (Pieterson dan

Foulkes, 1988). Hewan bertubuh kecil memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi

dibandingkan dengan hewan berbadan besar pada spesies yang sama. Hewan yang

lebih muda memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi dibandingkan dengan

hewan yang lebih tua. Hewan betina memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi

dibandingkan dengan hewan jantan. Hewan yang sedang bunting tua juga

memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan dalam

keadaan tidak bunting. Saat demam angka pulsus meningkat dan akan menurun

pada hewan yang lemah dan kekurangan tenaga (Widodo et al., 2011).

Pada percobaan ini menggunakan sampel unggas (ayam). Berdasarkan

percobaan yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan yaitu Pada Percobaan 1

dengan menggunakan waktu 1 menit menghasilkan jumlah detak jantung

sebanyak 165 kali, Pada Percobaan 2 dengan menggunakan waktu1 menit

28
menghasilkan jumlah detak jantung sebanyak 197 kali, dan Pada Percobaan 3

dengan menggunakan waktu 1 menit menghasilkan jumlah detak jamtung

sebanyak 181 kali.

3.2.3 Sitem Digesti

Digesti (pencernaan) adalah proses pemecahan zat-zat makanan sehingga

dapat diabsorpsi oleh saluran pencernaan. Proses digesti meliputi: (1)

pengambilan makanan (prehensi), (2) memamah (mastikasi), (3) penelanan

(deglutisi), (4) pencernaan (digesti), dan (5) pengeluaran sisa-sisa pencernaan

(egesti). Berdasarkan proses pencernaannya dapat dibedakan menjadi digesti

makanan secara mekanis, enzimatis, dan mikrobiotis. Hasil akhir proses

pencernaan adalah terbentuknya molekul-molekul atau partikel-partikel makanan

yakni: glukosa, asam lemak, dan asam amino yang siap diserap (absorpsi) oleh

mukosa saluran pencernaan. Selanjutnya, partikel-partikel makanan tersebut

dibawa melalui sistem sirkulasi (tranportasi) untuk diedarkan dan digunakan oleh

sel-sel tubuh sebagai bahan untuk proses metabolisme (assimilasi) sebagai sumber

tenaga (energi), zat pembangun (struktural), dan molekul-molekul fungsional

(hormon, enzim) dan keperluan tubuh lainnya.

3.2.3.1 Unggas

Sistem percernaan pada unggas di mulai saat makanan masuk, melalui

paruh dan berakhir pada kloaka.

Pada percobaan ini menggunakan sampel unggas (Itik dan Ayam).

Berdasarkan percobaan tersebut hasil yang didapatkan yaitu, Saluran Pencernaan

29
pada Itik Jantan antara lain panjang paruh 7 cm, Oesophagus 28 cm, Crop 2 cm,

Proventiculus 7 cm, Gizard 7 cm, Duodenum 34 cm, Jejenum 48 cm, Illieum 35

cm, Caecum 12 cm, Colon 8 cm, Rektum 3 cm, Kloaka 2 cm, denga total panjang

saluran pencernaan 193 cm dan Ratio panjang badan : panjang saluran pencernaan

32 cm. Sedangkan Saluran Pencernaan pada Itik Betina antara lain panjang paruh

6 cm, Oesophagus 19 cm, Crop 2 cm, Proventiculus 6 cm, Gizard 7 cm,

Duodenum 36 cm, Jejenum 50 cm, Illieum 58 cm, Caecum 15 cm, Colon 9 cm,

Rektum 4 cm, Kloaka 2 cm, denga total panjang saluran pencernaan 217 cm dan

Ratio panjang badan : panjang saluran pencernaan 38 cm. Kemudian Berat organ

tambahan pada itik jantan yaitu jantung 9,1 gram, limpah 5,3 gram, dan hati 34,6

gram. Sedangkan Berat organ tambahan pada itik betina yaitu jantung 10,4 gram,

limpah 1,1 gram, hati 26,9 gram.

Saluran Pencernaan pada ayam Jantan antara lain panjang paruh 3 cm,

Oesophagus 15 cm, Crop 6 cm, Proventiculus 5 cm, Gizard 6 cm, Duodenum 40

cm, Jejenum 33 cm, Illieum 54 cm, Caecum 17 cm, Colon 6 cm, Rektum 3 cm,

Kloaka 1 cm, denga total panjang saluran pencernaan 189 cm dan Ratio panjang

badan : panjang saluran pencernaan 32 cm. Sedangkan Saluran Pencernaan pada

Ayam Betina antara lain panjang paruh 3 cm, Oesophagus 9 cm, Crop 5 cm,

Proventiculus 5 cm, Gizard 5 cm, Duodenum 36 cm, Jejenum 47 cm, Illieum 50

cm, Caecum 17 cm, Colon 9 cm, Rektum 3 cm, Kloaka 4 cm, denga total panjang

saluran pencernaan 193 cm dan Ratio panjang badan : panjang saluran pencernaan

38 cm. Kemudian Berat organ tambahan pada ayam jantan yaitu hati 10,8 gram,

limpah 35,3 gram, dan jantung 6,1 gram. Sedangkan Berat organ tambahan pada

30
ayam betina yaitu hati 7,1 gram, limpah 28,3 gram, jantung 2,5 gram.

3.2.3.2 ruminansia

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada saluran pencernaan

ruminansia maka diperoleh hasil diantaranya yaitu, Rumen, Retikulum, Omasum

dan Abomasum.

Menurut (Rianto, 2011) Rumen merupakan kantong yang besar sebagai

tempat persediaan dan pencampuran bahan pakan untuk fermentasi oleh

mikroorganisme. Omasum terletak disebelah kanan rumen dan retikulum, terdapat

lipatan seperti buku, dindingnya bersifat muskuler, tidak menghasilkan sekrai

enzim. Retikulum sendiri berfungsi sebagai penyaring partikel pakan sebelum

masuk ke omasum serta pada retikulum terjadi proses pemuntahan kembali pakan

yang sudah ditelan. Menurut (Purbowati, 2009) menyatakan diomasum sebagian

besar air akan diserap oleh luas daerah penyeraan yang terdiri dari banyak lapis.

Fungsi abomasum mirip dengan lambung pada non ruminansia, yaitu mengalami

pencernaan kimiawi dengan bantuan enzim dan bakteri mambantu

menghancurkan makanan.

3.2.4 fisiologi reproduksi

Pada percobaan ini menggunakan sampel unggas (ayam) dan ruminansia

(kambing).

3.2.4.1 unggas

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka hasil yang didapatkan yaitu,

pada unggas organnya terdiri dari Testis dengan berat 12,4 gram, Epididymis, Vas

31
deferens, dan Ovary 4,9 gram.

Testis adalah organ reproduksi pada ayam yang berfungsi memproduksi

spermatozoa, seminal plasma dan hormon testesteron. Spermatozoa merupakan

sel kelamin jantan yang mutlak diperlukan untuk menghasilkan generasi baru

melalui fungsinya yanitu membuahi ovum. Sedangakan epididymis merupakan

saluran yang berbelah belah yang berfungsi untuk alat transport, penyerapan air,

pendewasaan dan penyimpanan sperma. Serta berfungsi sebagai jalannya cairan

sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens. Dan Vas deferens adalah saluran

yang melekat di sepanjang medio ventral permukaan ginjal. Vas deferens

mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan spermatozoa sebelum

diejakulasikan (Sturkie and Opel, 1976; Bahr and Bakst, 1987).

3.2.4.2 ruminansia

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka hasil yang didapatkan

yaitu , Pada ruminansia organnya terdiri dari Testis 22 cm, Epididymis, Vas

deferens, Glad Penis 4 cm, dan Penis 36 cm.

Organ kelamin primer ruminansia adalah testis yang berada di dalam

skrotum yang menggantung secara eksternal di daerah inguinal. Faktor yang

mempengaruhi perbedaan ukuran testis adalah tergantung pada umur, berat badan,

dan bangsa kambing. Sedangakan epididimis, yang merupakan tempat

pematangan dan penyimpanan sperma. Dan Vas deferens adalah saluran yang

melekat di sepanjang medio ventral permukaan ginjal. Vas deferens mempunyai

fungsi sebagai tempat penyimpanan spermatozoa sebelum di ejakulasikan.

32
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pada praktikum yang telah dilakukan yaitu mengenai pengamatan waktu

pendarahan, status faali, sistem digesti, dan fisiologi reproduksi. Dapat

disimpukan bahwa pada percobaan Hemolisis adalah pecahnya membran

eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma)

Pengamatan sel pada mikroskop ternyata sel darah merah ada yang mengalami

pengerutan (krenasi) dan ada yang mengalami pengembungan (hemolisa) yang

dapat menyebabkan pencahnya sel darah merah. Jika campuran darah keruh

maka dikatakan tidak Hemolisis dan jika campuran darah merah cerah maka

dikatan Hemolisis. Dan pada Fragilitas Erytrocite kita menggunakan larutan

NaCl dan Aquades Dan pada waktu pendarah.

Sedangkan pada percobaan Sistem faali yang meliputi pulsus merupakan

suatu parameter yang digunakan untuk mengetahui kondisi atau keadaan

kesehatan suatu ternak yang dapat dilakukan dengan percobaan langsung. Dan

Pada percobaan fisiologis reproduksi menggunakan sampel unggas (ayam) dan

ruminansia (kambing).

33
4.2 Saran

Semoga semua mahasiswa yang mengikuti praktikum ini agar dapat

melaksanakannya sebaik mungkin dan penuh ketenangan, supaya praktikum

ini dapat berjalan degan lancar dan tepat waktu. Dan Semoga kedepannya

lebih baik lagi.

34
DAFTAR PUSTAKA

Junaidi, M., dkk. 2016. KAJIAN KONDISI FAALI SAPI PERAH


PERANAKAN FRIES HOLLAND(PFH) DI PETERNAKAN RAKYAT DESA
SUKA MULYA KECAMATAN LEMBAH SEULAWAH KABUPATEN ACEH
BESAR PROVINSI ACEH. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, Vol 1
(1), Hal 175

Kimball, John W. 1983. Biologi Edisi kelima Jilid 2.Erlangga.Jakarta.

Ngabdussani, Iqbal. 2006. Nilai Fisiologis Kardiovaskular, Respirasi, dan


Suhu Tubuh Pada Anjing Kampung Dewasa dan Anak. Skripsi. Fakultas
Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.
Pieterson R, dan Foulkes, D. 1988. Thermoregulatory Responses In
Working Buffalo With and Without Covers of Wet Hessian Sacking. DAP Project
Bull 5: 23-28.
Purbowati, E. 2009. Usaha Pengemukan Domba. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Rianto, E dan Endang Purbowati, 2011. Panduan Lengkap Sapi Potong.
Bogor :. Penebar Swadaya.
Rigriyensi, C., dkk. 2014. UKURAN ORGAN SISTEM REPRODUKSI
ITIK JANTAN YANG DISUPLEMENTASI PROBIOTIK MEP + BERBAGAI
DOSIS SELAMA 30 HARI. Jurnal Scripta Biologica, Vol 1 (3), 179-184
Sutarmi H. Siti. Biologi jilid 2.IPB : Bogor

Widodo, S. Sajuthi, D. Choliq, C. Wijaya. A. Wulansari, R., Lelana, A.


2011. Diagnostik Klinik Hewan Kecil. Bogor: IPB Press:
Heru Nurcahyo. 2005. SISTEM PENCERNAAN MAKANAN
(DIGESTI). Diakses dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131764503/pengabdian/SistDigesti-
SMAKlsn05.pdf

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Laporan%20Praktikum%20Bleeding%20Time
%20metode%20Duke%20(Gian%20Rahayu_2004034006).pdf

35
LAMPIRAN

36
37

Anda mungkin juga menyukai