i
2022
ii
PENGAMATAN WAKTU PENDARAHAN, STATUS FAALI,
SISTEM DIGESTI, DAN FISIOLOGI REPRODUKSI
Oleh :
RISKI ZEN ALHADAR
O 121 21 133
Palu,….Desember 2022
Mengetahui
Koordinator Asisten Praktikum Asisten Praktikum
Menyetujui
Koordinator Mata Kuliah Fisiologi Ternak
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..............................................................................ii
HALAMANPENGESAHAN....................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL.......................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
...........................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian
.......................................................................2
1.3 Manfaat Penelitian
.....................................................................3
BAB 2 METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
......................................................................4
2.2 Alat dan Bahan
............................................................................4
3.3 Prosedur Pelaksanaan..................................................................5
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Darah dan Peredaran Darah
3.1.1.1 Waktu Pendarahan
.................................................9
3.1.1.2 Pembekuan Darah
..................................................9
3.1.1.3 Hemolisis
.............................................................10
3.1.1.4 Pengambilan Sampel Darah
.................................11
3.1.2 Status Faali
3.1.2.1 Pulsus ..................................................................11
3.1.3 Sistem Digesti
3.1.3.1
Unggas..................................................................12
3.1.3.2
Ruminansia...........................................................14
3.2.4 Fisiologi Reproduksi
3.2.4.1 Unggas
.................................................................15
3.2.4.2
Ruminansia...........................................................15
3.2 Pembahasan
v
3.2.1 Darah dan Peredaran Darah
3.2.1.1 Waktu Pendarahan
...............................................15
3.2.1.2 Pembekuan Darah
................................................16
3.2.1.3 Hemolisis
.............................................................17
3.2.1.4 Pengambilan Sampel Darah
.................................19
3.2.2 Status Faali
3.2.2.1 Pulsus ..................................................................19
3.2.3 Sistem Digesti
3.2.3.1 Unggas
................................................................21
3.2.3.2
Ruminansia...........................................................23
3.2.4 Fisiologi Reproduksi
3.2.4.1 Unggas ................................................................23
3.2.4.2
Ruminansia...........................................................24
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
...............................................................................25
4.2
Saran..........................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................27
LAMPIRAN ..............................................................................................28
vi
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.....................................................................................................................................
Tabel 2.......................................................................................................................................
Tabel 3.......................................................................................................................................
viii
BAB I
PENDAHULAN
biokimia yang terjadi di dalam tubuh. Fisiologi ternak dapat diartikan pula
ilmuilmu yang berfungsi sebagai tubuh ternak dengan fungsi dan seluruh
bagian tubuh ternak proses biofisika dan biokimia yang terjadi pada seluruh
tubuh ternak. Proses fisiologi pada ternak memiliki proses yang khas. Tujuan
proses fisiologis dalam tubuh adalah membuat kondisi tubuh dalam keadaan
Ilmu Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tata kerja dari
berbagai sistem dan peran dari fungsi tubuh keseluruhannya. Fisiologi dari
beberapa ternak, dalam hal ini secara khusus yang dipelajari yaitu sapi, ayam,
kambing, domba, kelinci, dan jenis burung melalui percobaan status fa'ali,
pembekuan darah, kadar haemoglobin dalam darah, tekanan darah, dan waktu
yaitu temperatur rektal, pulsus, dan frekuensi respirasi pada sapi, kambing,
domba, kelinci, dan ayam. Praktikum status faali dapat diketahui kondisi
ix
semakin mudah untuk diatasi.
selain melalui status faali, yaitu berdasarkan jumlah sel darah merah dengan
melihat atau mengamati dan mengukur jumlah sel darah merah dan
fungsi dari suatu organ tubuh ternak yang penting untuk diketahui. Praktikum
yang penting dan kelenjar pencernakan ruminansia dan non ruminansia yang
1. Waktu pendarah
3. Hemolisis
Untuk mempelajari proses-proses hemolisis yang terjadi dalam darah
dan respirasi
x
2. MengetahuI kondisi kesehatan probandus (dengan membandingkan
non ruminansia.
betina.
Darah dan Peredaran Darah serta tentang Sistem Digesti pada Unggas dan
Ruminansia.
xi
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum 1
- Kapas - Spoit 3 ml
Praktikum 2
- Stetoskop
- Ternak
- Kater
12
- Sterofoam
- Meteran kain
- Handskun
2. Tusuk jari dengan lanset yang steril, pada saat darah keluar catat
waktunya
3. Setiap 30 detik, tempelkan kertas filter pada darah yang keluar pada
pendarahan berhenti.
beralkohol
2. Tusuk jari dengan lanset yang steril, dan catat pada saat darah keluar.
3. Satu sampai dua tetes darah dengan cepat dipindahkan ke dalam gelas
arloji.
13
dan angkatlah, lakukan demikian setiap 30 detik, sampai ada benang
2.3.3 Hemolisis
1. Seluruh tabung reaksi diletakkan pad arak dan diberi tanda 1 sampai 6
dan disi
terlihat warna merah cerah bila terjadi hemolisis dan akan berubah
bila perlu
14
3. Setelah darah terbendung, mengusap daerah tersebut dengan kapas
4. Lalu menusukkan Jarum suntik steril dengan sudut 300 ke arah atas
yang dibutuhkan.
pembuluh darah.
jantungnya
3. Belah pada bagian dada unggas jangan sampai mengenai organ dalam
15
bagian dari sistim digesti pada unggas
16
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1 Hasil
No Keterangan
1. Pada sampel darah perempuan, darah yang keluar pertama kali di
detik 1,16 dan darah tersebut berhenti di waktu ke 36,66 detik
sehingga waktu pendarahan yang terjadi selama 35,50 detik
2. Pada sampel darah laki-laki darah yang keluar pertama kali di detik 4,14
dan darah tersebut berhenti di waktu ke 30,14 detik sehingga waktu
pendarahan yang terjadi selama 26 detik.
No Keterangan
1. Waktu terbentuknya benang-benang Fibrin pada perempuan 33,54 detik
17
3.1.1.3 Hemolisis
Makroskopis Mikroskopis
No Bahan
Hemolisis
Bentuk Ukuran Banyaknya
Larutan NaCl
0,9% sebanyak 5
ml dan 3 tetes
darah unggas
18
unggas
6 TABUNG 6 Keruh / Tidak Hemolisis Bulat Sedang Tidak terhitung
Larutan NaCl
3% sebanyak 5
ml dan 3 tetes
darah unggas
Bahan Gambar
3 tetes.
19
2. Percobaan 2 1 Menit 197 Kali
3.1.3.1 Unggas
Tabel 7. Berat organ tambahan pada itik jantan dan itik betina
3.1.3.2 Ruminansia
21
Nama organ
No Gambar
Pencernaan
1. Rumen
2. Retikulum
Omasum
3
22
4 Abomasum
3.2.4.1 Unggas
3.2.4.2 Ruminansia
3.2 PEMBAHASAN
23
Pemeriksaan ini mengukur hemostatis dan koagulasi masa pendarahan tergantung
atas ketepat gunaan cairan peredaran jaringan dalam memicu koagulasi, fungsi
Pada sampel darah perempuan, darah yang keluar pertama kali di detik
1,16 dan darah tersebut berhenti di waktu ke 36,66 detik sehingga waktu
pendarahan yang terjadi selama 35,50 detik. Pada sampel darah laki-laki darah
yang keluar pertama kali di detik 4,14 dan darah tersebut berhenti di waktu ke
mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah oleh
24
langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya
(Schmid, 1997).
ini dimulai bila terjadi trauma pada dinding pembuluh darah dan jaringan yang
berdekatan, pada darah atau berkontaknya darah dengan sel editel yang rusak atau
dengan kolagen atau unsure jaringan lainnya di luar sel enditel pembuluh darah.
Pada percobaan ini menggunakan darah manusia yaitu darah laki- laki dan
3.2.1.3 Hemolisis
pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll.
NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke
sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang
25
ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin
akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada
medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium
luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat
eritrosit (plasma).
percobaan yang telah dilakukan, Hasil yang didapatkan yaitu Pada Tabung 1 saat
dimasukkan Larutan NaCl 0,9% sebanyak 5 ml dan 3 tetes darah unggas sehingga
ukuran yang kecil dan banyaknya tidak terhitung. Pada Tabung 2 saat dimasukkan
Larutan NaCl 0,65% sebanyak 5 ml dan 3 tetes darah unggas sehingga darah
yang kecil dan banyaknya sedikit. Pada Tabung 3 saat dimasukkan Larutan NaCl
0,45% sebanyak 5 ml dan 3 tetes darah unggas sehingga darah dilihat secara
besar dan banyaknya sedikit. Pada Tabung 4 saat dimasukkan Larutan NaCl
0,25% sebanyak 5 ml dan 3 tetes darah unggas sehingga darah dilihat secara
dan banyaknya tidak terhitung. Pada Tabung 5 saat dimasukkan Larutan aquades
ukuran besar dan banyaknya sedikit. Pada Tabung 6 saat dimasukkan Larutan
26
NaCl 3% sebanyak 5 ml dan 3 tetes darah unggas sehingga darah dilihat secara
sedang dan banyaknya tidak terhitung. Jadi berdasarkan keenam tabung tersebut
dapat diketahui bahwa pada tabung 1 dan 2 terjadi hemolisis sedangkan pada
Sampel darah yang digunakan pada percobaan ini yaitu darah ayam.
Sampel darah yang diambil dari ayam pada praktikum yang dilakukan adalah
sebanyak 3 ml, sedangkan darah yang digunakan pada setiap tabel adalah 3 tetes.
keadaan kesehatan suatu ternak yang dapat dilakukan dengan percobaan langsung
(Galem et al., 2012). Status faali ternak merupakan indikasi dari kesehatan dan
yang tinggi dapat menyebabkan stress (cekaman) karena sistem pengaturan panas
3.2.2.1 Pulsus
secara perlahan di atas pembuluh arteri. Denyut pada pulsus terjadi karena
gelombang dilatasi dari arteri yang elastis karena tekanan darah dari jantung,
27
dimana berjalan pada semua jalur yang dilalui darah pada semua cabang arteri
utama. Ritme denyut ini merakan refleksi dari detak jantung. Faktor penting yang
perlu diperhatikan saat pemeriksaan pulsus adalah frekuensi, ritme dan kualitas.
Frekuensi pulsus ditentukan dengan menghitung detak jantung selama satu menit.
merasakan dan menghitung denyutan pada pembuluh darah arteri femoralis atau
individu. Variasi dari pulsus dipengaruhi oleh faktor umur, ukuran tubuh, jenis
kelamin, ras, kondisi atmosfer, waktu pengukuran, dan aktifitas (Pieterson dan
Foulkes, 1988). Hewan bertubuh kecil memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hewan berbadan besar pada spesies yang sama. Hewan yang
lebih muda memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi dibandingkan dengan
hewan yang lebih tua. Hewan betina memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hewan jantan. Hewan yang sedang bunting tua juga
memiliki frekuensi pulsus yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan dalam
keadaan tidak bunting. Saat demam angka pulsus meningkat dan akan menurun
pada hewan yang lemah dan kekurangan tenaga (Widodo et al., 2011).
percobaan yang telah dilakukan, hasil yang didapatkan yaitu Pada Percobaan 1
28
menghasilkan jumlah detak jantung sebanyak 197 kali, dan Pada Percobaan 3
yakni: glukosa, asam lemak, dan asam amino yang siap diserap (absorpsi) oleh
dibawa melalui sistem sirkulasi (tranportasi) untuk diedarkan dan digunakan oleh
sel-sel tubuh sebagai bahan untuk proses metabolisme (assimilasi) sebagai sumber
3.2.3.1 Unggas
29
pada Itik Jantan antara lain panjang paruh 7 cm, Oesophagus 28 cm, Crop 2 cm,
cm, Caecum 12 cm, Colon 8 cm, Rektum 3 cm, Kloaka 2 cm, denga total panjang
saluran pencernaan 193 cm dan Ratio panjang badan : panjang saluran pencernaan
32 cm. Sedangkan Saluran Pencernaan pada Itik Betina antara lain panjang paruh
Duodenum 36 cm, Jejenum 50 cm, Illieum 58 cm, Caecum 15 cm, Colon 9 cm,
Rektum 4 cm, Kloaka 2 cm, denga total panjang saluran pencernaan 217 cm dan
Ratio panjang badan : panjang saluran pencernaan 38 cm. Kemudian Berat organ
tambahan pada itik jantan yaitu jantung 9,1 gram, limpah 5,3 gram, dan hati 34,6
gram. Sedangkan Berat organ tambahan pada itik betina yaitu jantung 10,4 gram,
Saluran Pencernaan pada ayam Jantan antara lain panjang paruh 3 cm,
cm, Jejenum 33 cm, Illieum 54 cm, Caecum 17 cm, Colon 6 cm, Rektum 3 cm,
Kloaka 1 cm, denga total panjang saluran pencernaan 189 cm dan Ratio panjang
Ayam Betina antara lain panjang paruh 3 cm, Oesophagus 9 cm, Crop 5 cm,
cm, Caecum 17 cm, Colon 9 cm, Rektum 3 cm, Kloaka 4 cm, denga total panjang
saluran pencernaan 193 cm dan Ratio panjang badan : panjang saluran pencernaan
38 cm. Kemudian Berat organ tambahan pada ayam jantan yaitu hati 10,8 gram,
limpah 35,3 gram, dan jantung 6,1 gram. Sedangkan Berat organ tambahan pada
30
ayam betina yaitu hati 7,1 gram, limpah 28,3 gram, jantung 2,5 gram.
3.2.3.2 ruminansia
dan Abomasum.
masuk ke omasum serta pada retikulum terjadi proses pemuntahan kembali pakan
besar air akan diserap oleh luas daerah penyeraan yang terdiri dari banyak lapis.
Fungsi abomasum mirip dengan lambung pada non ruminansia, yaitu mengalami
menghancurkan makanan.
(kambing).
3.2.4.1 unggas
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka hasil yang didapatkan yaitu,
pada unggas organnya terdiri dari Testis dengan berat 12,4 gram, Epididymis, Vas
31
deferens, dan Ovary 4,9 gram.
sel kelamin jantan yang mutlak diperlukan untuk menghasilkan generasi baru
saluran yang berbelah belah yang berfungsi untuk alat transport, penyerapan air,
sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens. Dan Vas deferens adalah saluran
3.2.4.2 ruminansia
yaitu , Pada ruminansia organnya terdiri dari Testis 22 cm, Epididymis, Vas
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengamatan sel pada mikroskop ternyata sel darah merah ada yang mengalami
dapat menyebabkan pencahnya sel darah merah. Jika campuran darah keruh
maka dikatakan tidak Hemolisis dan jika campuran darah merah cerah maka
kesehatan suatu ternak yang dapat dilakukan dengan percobaan langsung. Dan
ruminansia (kambing).
33
4.2 Saran
ini dapat berjalan degan lancar dan tepat waktu. Dan Semoga kedepannya
34
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Laporan%20Praktikum%20Bleeding%20Time
%20metode%20Duke%20(Gian%20Rahayu_2004034006).pdf
35
LAMPIRAN
36
37