Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

PERHITUNGAN SEL DARAH MERAH DAN SEL DARAH PUTIH PADA


IKAN LELE (Clarias sp.)

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas laporan akhir praktikum
Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air semester ganjil

Disusun oleh :
Ersyad Prayoga L. 230110160096
Laili Salsabila 230110160102
Azka Layalia A. 230110160147

Kelas :
Perikanan B/Kelompok 15

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, atas limpahan rakhmat
dan karunia Nya, maka Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air yang berjudul
Perhitungan Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih pada Ikan Lele (Clarias sp.)
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tujuan penyusunan laporan praktikum ini untuk melengkapi tugas
praktikkum Fisiologi Hewan Air. Kami menyadari bahwa kekurangan tak luput dari
diri kami para anggota. Oleh karena itu penyususan laporan ini masih jauh dari
sempurna, sehingga perbaikan dan perubahan materi sangat kami butuhkan.
Besar harapan kami, laporan praktikum ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya sehingga dapat diterima oleh asisten laboratorium biokimia perairan.
Kami akan sangat menghargai adanya saran dan kritik perbaikan untuk
penyempurnaan laporan ini.

Jatinangor, 5 Oktober 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................... vii
I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................. 2
1.3 Kegunaan ......................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA ...............................................................
2.1 Ikan Lele .......................................................................... 3
2.2 Klasifikasi Ikan Lele........................................................ 3
2.3 Morfologi Ikan Lele ........................................................ 4
2.4 Sistem Peredaran Darah .................................................. 5
2.5 Sel Darah Merah .............................................................. 5
2.6 Sel Darah Putih ................................................................ 6
2.7 Haemocytometer.............................................................. 7
2.8 Pipet Thomma ................................................................. 8
2.9 Larutan Hayems ............................................................. 9
2.10 Larutan Hayem ................................................................ 9

III BAHAN DAN METODE........................................................ 10


3.1 Tempat dan Waktu .......................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan ................................................................ 10
3.2.1 Alat-alat Praktikum ......................................................... 10
3.2.2 Bahan-bahan Praktikum .................................................. 10
3.3 Metode Praktikum ........................................................... 10
3.3.1 Observasi ......................................................................... 10
3.3.2 Studi Literatur .................................................................. 11
3.4 Prosedur Praktikum ......................................................... 11
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 12
4.1 Hasil ................................................................................. 12
4.1.1 Hasil Kelompok ............................................................... 12
4.1.2 Hasil Kelas .................................................................... 14
4.2 Pembahasan .................................................................... 15
4.2.1 Pembahasan Data Kelompok ........................................... 15
4.2.2 Pembahasan Data Kelas .................................................. 16
V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 20
5.1 Kesimpulan ...................................................................... 20

iii
5.2 Saran ................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 21


LAMPIRAN............................................................................. 21

iv
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


1 Hasil Perhitungan Sel Darah Merah Kelompok 15................... 12
2 Hasil Perhitungan Sel Darah Putih Kelompok 15 .................... 13

v
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1 Ikan Lele ................................................................................... 3
2 Penampang Haemocytometer ................................................... 8
3 Letak Penghitungan Sel Darah Merah Kelompok 15 ............... 12
4 Letak Penghitungan Sel Darah Putih Kelompok 15 ................. 13
5 Grafik Hasil Pengamatan Laju Alir Darah Ikan Mas Kelompok 15 13
6 Grafik Hasil Pengamatan Laju Alir Darah Ikan Mas Kelompok 15 13
7 Grafik perhitungan sel darah merah kelas B ............................. 14
8 Grafik perhitungan sel darah putih kelas B............................... 14

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


1 Lampiran 1. Alat yang Digunakan ............................................ 22
2 Lampiran 2. Bahan yang Digunakan ........................................ 23
3 Lampiran 3. Kegiatan Praktikum .............................................. 24
4 Lampiran 4. Tabel Data Hasil Praktikum ................................. 25

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari segala proses yang berlangsung dalam tubuh
makhluk hidup, baik organisme bersel tunggal maupun bersel banya, termasuk interaksi
anatar sel, jaringan, organ serta semua komunikasi intercellular. Fisiologi ikan mencakup
proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem repirasi, bioenergetik dan metabolism,
pencernaan, organ organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Windarti
et al. 2010)

Darah ikan terdiri dari atas komponen cairan (plasma) dan komponen seluler (sel- sel
darah). Sel sel darah terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan
trombosit(keping darah) , yang di edarkan ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi tertutup
(Wedemeyer et al. 1990). Sel darah mempunyai peranan fisiologis yang sangat penting.
Plasma darah adalah suatu cairan jernih yang mengandung mineral terlarut, hasil absorpsi
ari pencernaan makanan, buangan hasil metabolism, serta gas terlarut (Lagler et al. 1997).

Darah merupakan salah satu parameter yang dapat digunakn untuk melihat kelainan
yang terjadi pada ikan, baik yang terjadi pada ikan, baik yang terjadi karena penyakit
ataupun karena keadaan lingkungan. Sehingga dengan mengatahui kondisi gambaran darah
kita dapa mengetahui kondisi kesehatan suatu organisme (Ddellmann and Brown 1999)

Pada ikan yang terserang peyakit terjadi perubahan pada nilai hematocrit, kadar
hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sek darah putih. Pemeriksaan darah
(hematologis) dapat digunakan sebagai indikator tingkat keparahan suatu penyakit
(Bastiawan, dkk 2010). Hematologis merupakan kriteria penting untuk diagonis dan
penentuan kesehatan ikan (Lestari 2011).

Menurut Wedemeyer et al (1990), mengatakan bahwa pemeriksaan darah pentin untuk


membantu peneguhan diagnose suatu penyakit. Penyimpanan fisiologi ikan menyebabkan
terjadinya perubahan pada gambar darah, baik secara kualitatif mauoun kuantitatif. Darah
akan mengalami perubahan yang serius khususnya apabila terkena penyakit infeksi
(Amlacher 1970). Parameter darah yang dapat memperlihatkan adanya gangguan adalah
nilai hematocrit, konsentrasi hemoglobin, jumlah eritrosit (sel darah merah), dan jumlah
leukosit (sel darah putih) (Lagler et al. 1977).

1
2

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel
darah putih pada ikan lele (Clarias sp.)

1.3 Kegunaan
Manfaat dari praktium ini adalah praktikan dapat menghitung dan mengetahui jumlah
sel darah merah dan sel darah putih pada ikan lele (Clarias sp). Praktian juga dapat
mengetahui dan menyimpulkan kondisi ikan dari hasil perhitungan jumlah sel darah merah
dan sel darah putih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Lele


Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah
dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki
"kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.Lele, secara
ilmiah, terdiri dari banyak spesies. Tidak mengherankan pula apabila lele
diNusantara mempunyai banyak nama daerah. Antara lain: ikan kalang (Sumatra
Barat), ikan maut (Gayo dan Aceh), ikan sibakut (Karo), ikan pintet (Kalimantan
Selatan), ikan keling (Makassar), ikan cepi (Sulawesi Selatan), ikan lele atau lindi
(Jawa Tengah) atau ikan keli (Malaysia). Sedang di negara lain dikenal dengan
nama mali (Afrika), plamond (Thailand), gura magura (Srilangka). Dalam bahasa
Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Nama ilmiahnya,
Clarias, berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang berarti lincah, kuat, merujuk
pada kemampuannya untuk tetap hidup dan bergerak di luar air.
2.2 Klasifikasi Ikan Lele
Menurut Saanin (1984), klasifikasi Ikan Lele (Clarias sp.) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Class : Pisces
Sub-class : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea Gambar 1. Ikan Lele
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.

3
4

2.3 Morfologi Ikan Lele


Ikan lele (Clarias sp.) mempunyai ciri ciri yang bisa digunakan untuk
membedakan dengan jenis ikan lainnya, yaitu memiliki bentuk memanjang, bagian
badan bulat dan memipih ke arah ekor, tidak bersisik serta mengeluarkan mukus.
Ikan lele memiliki kepala berbentuk pipih dan simetris, memiliki patil, mulut lebar,
tidak bergigi, dan mulut memiliki sepasang sungut mandibular dan sepasang sungut
maksilar yang lebih panjang dan tegar, daerah kepala sampai punggung berwarna
coklat kehitaman.
Badan lele berbentuk memanjang dengan kepala pipih ke bawah
(depressed). Mulut berada di ujung (terminal) dengan sepasang sungut, nasal,
rahang atas, rahang bawah, dan mental. Sirip ekor membundar tidak bergabung
dengan sirip anal. Sirip perut juga membundar. Mempunyai alat pernafasan yang
terdapat dalamrongga insang, bentuknya merupakan membran berlipat-lipat yang
penuh dengan kapiler darah dan berada dalam ruang udara sebelah atas insang. Ikan
lele memiliki patil yang digunakan untuk melompat dari kolam atau berjalan di atas
tanah. Oleh karena itu lele mempunyai predikat tambahan sebagai walking catfish
(Suyanto 2007).
Alat pernafasan tambahan terletak di bagian kepala di dalam rongga yang
dibentuk oleh dua pelat tulang kepala. Alat pernafasan ini berwarna kemerahan dan
berbentuk seperti tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler-kapiler darah. Alat
pernafasan tambahan tersebut sering disebut dengan nama labyrinth yang
memungkinkan lele mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernafasan
(Hernowo, 2008). Mulutnya terdapat di bagian ujung moncong dan dihiasi oleh
empat pasang sungut, yaitu satu pasang sungut hidung, satu pasang sungut maksilar
dan dua pasang sungut mandibula. Fungsi sungut tersebut adalah sebagai alat
peraba ketika berenang dan sebagai sensor ketika mencari makan. Najiyati (2003),
menyatakan bahwa ikan lele mempunyai bentuk badan yang memanjang, berkepala
pipih, tidak bersisik, memiliki empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat
peraba, dan memiliki alat pernafasan tambahan.
5

Siripnya terdiri dari lima jenis, yaitu sirip dada, sirip punggung, sirip perut,
sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip dadanya berbentuk bulat agak memanjang dengan
ujung runcing, dan dilengkapi dengan sepasang duri yang biasa disebut patil.

2.4 Sistem Perdaran Darah Ikan


Seperti pada golongan vertebrata lainnya, ikan mempunyai sistem
peredaran darah tertutup, artinya darah tidak pernah keluar dari pembuluhnya, jadi
tidak ada hubungan langsung dengan sel tubuh sekitarnya. Darah memberi bahan
materi dengan perantaraan difusi melalui dinding yang tipis dari kapiler darah, dan
kembali ke jantung melalui pembuluhh yang ke dua. Seri pertama dinamakan
sistem arteri dan seri ke dua disebut sistem vena.
Sistem peredaran darah, organ utamanya adalah jantung yang bertindak
sebagai pompa tekan merangkap pompa hisap. Darah ditekan mengalir keluar dari
jantung melalui pembuluh arteri ke seluruh tubuh sampai ke kapiler darah,
kemudian dihisap melalui pembuluh vena dan kembali ke jantung. Sistem
peredaran darah ini disebut sistem peredaran darah tunggal. Peredaran darah
mempunyai peranan penting terutama dalam pengangkutan oksigen hasil respirasi,
pengangkutan nutrien hasil proses pencernaan, dan pengangkutan sisa metabolisme
yang selanjutnya dibuang melalui insang, kulit dan ginjal. Oleh karena itu sistem
sirkulasi erat kaitannya dengan proses pernapasan, sekresi, pencernaan dan
osmoregulasi.

2.5 Sel Darah Merah


Eritrosit pada ikan merupakan jenis sel darah yang paling banyak
jumlahnya. Bentuk eritrosit pada semua jenis ikan hampir sama. Eritrosit pada ikan
memiliki inti, seperti pada bangsa burung dan reptil. Jumlah eritrosit pada ikan
teleostei berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106 sel/mm3 (Irianto 2005). Eritrosit
berwarna kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dengan ukuran berkisar antara 7 -
36 m (Lagler et al. 1977). Eritrosit yang sudah matang berbentuk oval sampai
bundar, inti berukuran kecil dengan sitoplasma besar. Ukuran eritrosit ikan lelen
(Clarias sp.) berkisar antara (10 x 11 m) (12 x 13 m), dengan diameter inti
berkisar antara 4 5 m. Jumlah eritrosit ikan lele (Clarias ssp) adalah 3,18 x
6

106sel/ml (Angka et al., 1985). Jika diwarnai dengan pewarnaan Giemsa, inti sel
akan berwarna ungu dan dikelilingi oleh plasma berwarna biru muda (Chinabut et
al. 1991). Rendahnya eritrosit merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan
tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stres (Wedemeyer dan
Yasutake 1977).

2.6 Sel Darah Putih


Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan tubuh.
Setelah dihasilkan di organ timus dan ginjal, leukosit kemudian diangkut dalam
darah menuju ke seluruh tubuh (Irianto 2005). Leukosit akan ditanspor secara
khusus ke daerah yang mengalami peradangan yang serius (Guyton 1997). Leukosit
tidak berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar antara 20.000-
150.000 butir tiap mm3.
Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat (Moyle dan Chech 1988). Pada
ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil dan basofil jarang ditemukan,
kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan perantaraan sel (Nabib dan pasaribu
1989). Limfosit, dengan pewarnaan Giemsa, berbentuk bundar dengan sejumlah
kecil sitoplasma non granula berwarna biru cerah atau ungu pucat (Chinabut et
al.1991). Limfosit bersifat aktif dan mempunyai kemampuan berubah bentuk dan
ukuran. Limfosit mampu menerobos jaringan atau organ tubuh yang lunak untuk
pertahanan tubuh (Dellman dan Brown 1992). Ukuran rata rata limfosit berkisar
antara 4,5 - 12 m (Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan
teleostei berkisar antara 71,12 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah limfosit
di dalam darah ikan lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada mamalia.
Kepadatan limfosit pada ikan sebesar 48 x 103 sel/mm3, sedangkan pada mamalia
sekitar 2 x 103
sel/mm3 (Roberts 1978).
Monosit berbentuk oval atau bundar, dengan diameter berkisar antara 6 - 15
mikron, memiliki inti berbentuk oval. Inti terletak berdekatan dengan tepi sel dan
mengisi sebagian isi sel. Persentase monosit pada ikan teleostei sekitar 0,1% dari
seluruh populasi leukosit yang bersirkulasi. Monosit pada ikan memiliki morfologi
yang hampir sama dengan monosit pada mamalia (Roberts 1978). Nabib dan
7

Pasaribu (1989) melaporkan bahwa monosit bersama makrofag akan


memfagositosis sisa sisa jaringan dan agen penyebab penyakit.
Heterofil berbentuk bulat dan berukuran besar, diameter berkisar antara 9 -
13 mikron, memiliki sitoplasma dalam jumlah besar dan bergranul. Sitoplasma
berwarna biru cerah atau ungu pucat, sedangkan inti berwarna biru gelap (Chinabut
et al. 1991). Jumlah heterofil di dalam darah akan meningkat apabila terdapat
infeksi oleh bakteri (Dellman dan Brown 1992). Roberts (1978) melaporkan bahwa
persentase heterofil pada ikan berkisar antara 6 - 8%. Jumlah heterofil pada ikan
teleostei hampir sama dengan jumlah neutrofil pada mamalia, yaitu berkisar antara
(3 6) x 10 3 sel/mm3.

2.7 Haemocytometer
Haemocytometer merupakan alat yang digunakan untuk menghitung jumlah
sel darah merah maupun sel darah putih, yang terdiri dari gelas objek kamar hitung.

Gambar 2. Penampang Haemocytometer

Prinsip dari operasi perhitungan haemocytometer yaitu dengan menghitung


jumlah sel darah yang terdapat dalam muka kamar hitung haemocytometer,
kemudian dikalikan dengan faktor multipikasi sewaktu pengawetan darah dengan
larutan pengawet. Apabila menghitung sel darah merah yang menggunakan larutan
hayems harus dikalikan dengan 50.000, karena sewaktu pengambilan sampel darah
dengan pipet thoma yang berujung merah, volume larutan hayems yang digunakan
sebanyak 200 kali pengenceran (skala 0,5 101 atau mengalami pengenceran 100 :
0,5 = 200).
8

Oleh karena ketebalan dinding kamar hitung haemocytometer 1mm (dalam


1mm harus dikalikan 10 kali) dan jumlah kotak hitung yang terdapat dalam kamar
hitung untuk sel darah merah sebanyak 25 buah kotak-kotak kecil harus dikalikan
dengan 25/ml. faktor pengali untuk perhitungan sel darah merah yakni :
200 x 10 x 25 = 50000
Faktor pengali tersebut harus dikalikan dengan jumlah rata-rata sel darah
merah yang terdapat pada 5 kotak kamar hitung untuk menyatakan jumlah sel darah
merah/ml.
Jumlah kotak dalam kamar hitung haemocytometer untuk sel darah putih
sebanyak 16 buah kotak kecil-kecil atau harus dikalikan dengan 16 kali/ml.
ketebalan haemocytometer per ml harus dikalikan dengan 10, sehingga faktor
pengali dalam perhitungan jumlah sel darah putih, ialah :
20 x 16 x 10 = 3200
Faktor pengali tersebut harus dikalikan dengan jumlah sel darah putih yang
terhitung pada kotak kamar hitung di bawah mikroskop untuk menyatakan
jumlah/ml.

2.8 Pipet Thomma


Pipet Thomma adalah jenis pipet yang digunakan untuk pengenceran sel
darah. Pipet terdiri dari sebuah batang yang ditandai dengan 2 divisi. Tanda pertama
menunjukkan unit 0,5, dan yang kedua menunjukkan tanda 1,0 unit. Di atas batang
adalah bola lampu pencampuran yang berisi manik-manik kecil. Alat ini membantu
dalam pencampuran darah dan pengencer. Lampu di atas pencampuran kapiler
pendek lain dengan tanda berukir (11,0 di sel putih pipet dan 101,0 pada sel merah
pipet). Sel merah pipet volume 101 unit. Batang setiap pipet berisi 1 unit volume
dan bola lampu berisi bagian sisanya.

2.9 Larutan Hayems


Larutan hayems merupakan larutan yang digunakan untuk mencegah
penggumpalan darah saat akan dihitung jumlah eritrositnya. Selain itu, larutan
hayems juga berfungsi sebagai pewarna agar eritrosit dapat terlihat jelas
bentuknya. Komposisi larutan hayems menurut Anonim (2007) terdiri atas 5 gram
9

Na2SO4, 1 gram NaCl 0.5 gram HgCl2, dan 200 ml akuades atau larutan hayems
terdiri dari HgCl 25 gram, NaCl 5 gram, Na2SO4 2,5 gram dan Akuades 1000 ml.

2.10 Larutan Turks


Sampel darah diencerkan dengan larutan Turks untuk menghancurkan sel darah
merah agar jumlah sel darah putih dapat dihitung. Komposisi larutan turks terdiri
atas Acetil Acid Glacial 2 ml, Gentian Violet 1 ml, dan Aquades 100 ml.
10

BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu


Praktikum fiiologi hewan air mengenai perhitungan sel darah merah dan sel darah
putih pada ikan lele (Clarias gariepinus) yang dilaksanakan pada hari Selasa, 3 Oktober
2017 pukul 07:30 WIB. Bertempatan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat-alat Praktikum

Alat alat yang digunakan pada praktikum perhitungan sel darah merah dan sel
putih pada ikan lele sebagai berikut:

Nama Alat Fungsi


Timbanga untuk menimbang bobot tubuh ikan.
Diseccting Kit untuk membedah ikan uji
Hand counter untuk untuk membantu pada saat
perhitungan
Mikroskop untuk mengamati sel darah ikan lele
Pipet tetes untuk mengambil dan meneteskan
larutan hayems dan turk
Cover glass untuk melindungi atau menutup sampel
yang diamati
Haemacytometer untuk melakukan perhitungan sel
secara cepat
Pipet Thomma untuk menghisap darah

3.2.2 Bahan-Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum penghitungan sel darah merah dan sel darah
putih pada ikan lele adalah sebagai berikut:
11

Bahan Fungsi
Larutan hayems pengencer darah dalam penghitungan
sel darah merah.
Larutan turk larutan pengencer untuk menghitung
jumlah leukosit.
Ikan lele Sebagai bahan utama praktikum

3.3 Metode

3.3.1 Observasi
Menurut Arikunto (2006), observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan
yang harus dijalankan dengan melakukan usaha usaha pengamatan secara langsungke
tempat yang akan diselidiki Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara
pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran dikelas. Lembar
observasi digunakan sebagai lembar pengamatan yang digunakan untuk mengukur
kemandirian belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar
observasi ini juga digunakan sebagai bahan refleksi siklus
berikutnya.

3.3.2 Studi literatur


Studi literatur adalah mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau
permasalahan yang ditemukan.

3.4 Prosedur Praktikum

Dalam percobaan ini langkah-langkah yang harus diperhatikan antara lain:


12

Disiapkan mikroskop dengan perbesaran 40x lalu diletakan


haemacytometer tipe Improved Neubawer dibawah mikroskop lalu amati
sampel kotak-kotak terlihat (untuk sel darah merah dan putih)

Ikan lele ditempatkan dan dilukai pada bagain ekornya dengan pisau
bedah

Darah yang keluar dihisap dengan pipet Thomma sampai sklala 0,5, lalu
penghisapan dihentikan dan ditambahkan larutan Hayem's untuk sel
darah merah dan larutan Turks untuk sel darah putih sampai skala 101
dan 11

Melepaskan karet penghisap agar cairan tidak keluar, lalu digerakan agar

Kamar hitung ditetesi kemudian dilakukan perhitungan dengan hand


counter

Dilakukan perhitungan rata-rata jumlah sel darah merah dan sel darah
putih
13

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Kelompok
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh kelompok 15 Perikanan B diperoleh
hasil pengamatan sebagai berikut :

Gambar 3. Letak Penghitungan Sel Darah Merah Kelompok 15

Gambar 4. Letak Penghitungan Sel Darah Putih Kelompok 15

Tabel 1. Hasil Penghitungan Sel Darah Merah (SDM) Kelompok 15


Perhitungan Sel Darah Merah Rata- SDM
Kelompok SDM1 SDM2 SDM3 SDM4 SDM5 rata per ml
SDM (sel/mm3)
13 23 24 16 12 23 19,6 980.000

13
14

Penghitungan Sel Darah Merah Ikan Lele


Kelompok 15
30
Jumlah Sel Darah Merah

25
20
15
10 Jumlah Sel Darah
5 Merah
0
1 2 3 4 5
Kotak ke-

Gambar 5. Grafik Hasil Pengamatan Laju Alir Darah Ikan Mas Kelompok 15
Kelas B

Tabel. Hasil Penghitungan Sel Darah Putih (SDM) Kelompok 15


Perhitungan Sel Darah Putih Rata- SDM
Kelompok rata per ml
SDP1 SDP2 SDP3 SDP4
SDP (sel/mm3)
15 172 232 215 235 2.145 686.400

Penghitungan Sel Darah Putih Ikan Lele


Kelompok 15
250
Jumlah Sel Darah Merah

200
150
100 Jumlah Sel Darah
50 Merah
0
1 2 3 4
Kotak ke-

Gambar 6. Grafik Hasil Pengamatan Laju Alir Darah Ikan Mas Kelompok 15
Kelas B
15

4.1.2 Hasil Kelas


Berikut grafik perhitungan sel darah merah kelas B :
16,000,000

14,000,000
Jumlah sel/mm3
12,000,000

10,000,000

8,000,000

6,000,000

4,000,000

2,000,000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kelompok

Gambar 7. Grafik perhitungan sel darah merah kelas B

Berikut grafik perhitungan sel darah merah kelas B :

1,200,000
Jumlah sel/mm3

1,000,000

800,000

600,000

400,000

200,000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kelompok

Gambar 15. Grafik perhitungan sel darah putih kelas B


16

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Data Kelompok
Jumlah eritrosit pada ikan teleostei umumnya berkisar antara 1.050.000
3.000.000 tiap mm3 darah. Hasil pengamatan kelompok, diketahui bahwa sel darah
merah yang terkandung dalam sampel sebesar 980.000 sel/mm3. Angka tersebut
dapat dibilang bahwa jumlah sel darah merah pada ikan lele yang diamati tidak
normal. Jumlah eritrosit pada ikan lele adalah 3,18 x 106 sel/ml (Angka et al,.1985).
Jumlah eritrosit pada ikan teleostei berkisar antara 1,05 3,0 x 106 sel/mm3(Irianto
2005). Eritrosit berwarna kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dengan ukuran
berkisar antara 7-36 m (Lagleretal.1977). Eritrosit yang sudah matang berbentuk
oval sampai bundar, inti berukuran kecil dengan sitoplasma besar. Ukuran eritrosit
ikan lele (Clarias spp.) berkisar antara (10x11 m)(12x13m), dengan diameter
inti berkisar antara 45m. Pengujian ini menunjukkan bahwa jumlah sel darah
merah pada ikan lele yang diuji berada pada keadaan fisik yang tidak normal.
Perhitungan sel darah merah pada ikan lele dilakukan pengenceran darah
menggunakan larutan Hayems. Larutan ini digunakan untuk mencegah
penggumpalan darah saat akan dihitung jumlah eritrositnya, selain itu, larutan
hayems juga berfungsi sebagai pewarna agar eritrosit dapat terlihat jelas
bentuknya.
Sel darah putih yang terkandung dalam sampel yang diambil adalah sebesar
686.400 sel/mm3. Jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar antara 20.000 -
150.000 butir tiap mm3. Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat (Moyledan Chech
1988). Bentuk sel darah putih pada ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil
dan basofil jarang ditemukan, kecuali bila ada reaksi kekebalan dengan perantaraan
sel (Nabib dan pasaribu 1989). Ukuran ratarata limfosit berkisar antara 4,5 -12m
(Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan teleostei berkisar
antara 71,1282,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah limfosit didalam darah ikan
lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada mamalia. Kepadatan limfosit pada
ikan sebesar 48 x 103 sel/mm3 sedangkan pada mamalia berkisar antara 2 x
103 sel/mm3 (Roberts 1978). Jumlah sel darah putih pada sampel yang diuji berada
dalam kondisi normal diketahui dari sumber literatur yang diperoleh. Perhitungan
17

sel darah putih ini diencerkan menggunakan larutan turks agar sel darah merah
hancur dan sel darah putih dapat di hitung.

4.2.2 Pembahasan Data Kelas


Jumlah eritrosit pada ikan teleostei umumnya berkisar berkisar antara
1.050.000 3.000.000 tiap mm3 darah. Jumlah sel darah merah yang didapat
kelompok kami dapat dibilang bahwa tidak normal. Begitupun dengan kelompok 9
rata-rata sel darah merahnya kurang dari literatur yaitu sebesar 920.000 sel/m3.
Adapun kelompok 16-22 rata-rata sel darah merahnya melebihi literatur. Perbedaan
ini dikarenakan faktor faktor yang terlibat dalam perhitungan sel darah merah.
Jumlah sel darah merah pada tiap ikan berbeda-beda, hal ini dipengaruhi
beberapa faktor. Menurut Soetrisno (1987), perbedaan jumlah eritrosit dipengaruhi
oleh :
1. Jenis kelamin, pada ikan jantan jumlah eritrositnya lebih banyak daripada
betina
2. Umur, semakin tua umurikan, maka jumlah eritrositnya semakin sedikit
3. Kondisi badan, pada kondisi sehat jumlah eritrosit akan lebih banyak
4. Aktivitas harian, jumlah eritrosit akan meningkat pada waktu bergerak aktif
5. Stress, jika stress akan menurunkan jumlah eritrosit pada ikan.

Leucocyte pada ikan tidak berwarna, berjumlah antara 150.000 300.000 sel
dalam tiap mm3 darah. Bastiawan (1995) mengemukakan bahwa jumlah leukosit
pada ikan dipengaruhi oleh jenis atau spesies ikan, misalnya jumlah leukosit lele
dumbo lebih banyak dibandingkan dengan ikan mas. Selain jenis ikan, jumlah
leukosit juga dipengaruhi faktor-faktor fisiologis yaitu umur, aktivitas otot, aksitasi
dan masa estras (Coles 1986). Jumlah leukosit akan meningkat ketika ikan sedang
terkena infeksi karena merupakan unit yang aktif dalam sistem pertahanan tubuh,
dan leukosit berperan dalam melawan penyakit infeksi (Kimball 1988). Kemudian
jumlah leukosit juga dapat menurun bila kondisi tubuh stress (Soetrisno 1987).
Faktor- faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit yang normal tersebut harus
dikendalikan selama pemeliharaan ikan agar ikan tidak terserang penyakit infeksi.
18

Beberapa faktor yang mempengaruhi ketidak normalan jumlah leukosit


tersebut adalah menurut Moyle dan Chech (1988), leukosit berfungsi sebagai sistem
pertahanan tubuh yang akan dikirim secara khusus ke daerah yang terinfeksi dan
mengalami peradangan yang serius. Arry (2007) melaporkan bahwa peningkatan
jumlah leukosit total terjadi akibat adanya respon dari tubuh ikan terhadap kondisi
lingkungan pemeliharaan yang buruk, faktor stres dan infeksi penyakit. Penurunan
jumlah leukosit total disebabkan karena adanya gangguan pada fungsi organ ginjal
dan limpa dalam memproduksi leukosit yang disebabkan oleh infeksi penyakit.
Menurut Irianto (2005), salah satu contoh penyakit pada ikan yang menyebabkan
gangguan padaginjal dan limpa antara lain Aeromonas hydrophila.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil Setelah melakukan praktikum ini yaitu :
Jumlah kisaran ikan dalam keadaan normal adalah untuk sel darah merah adalah 20.000-
3.000.000 sel/ml, sedangkan sel darah putih sekitar 20.000-150.000 sel/ml. Hasil pengamatan
kelompok, diketahui bahwa sel darah merah yang terkandung dalam sampel sebesar 980.000
sel/mm3. Angka tersebut dapat dibilang bahwa jumlah sel darah merah pada ikan lele yang
diamati tidak normal. Jumlah eritrosit pada ikan lele adalah 3,18 x 106 sel/ml (Angka et
al,.1985). Jumlah eritrosit pada ikan teleostei berkisar antara 1,05 3,0 x 106 sel/mm3 (Irianto
2005).

5.1 Saran
Pada saat praktikum ini terdapat beberapa kesulitan dalam mengamati haemacytometer
yaitu untuk menemukan kamar hitungnya pada saat perhitungan. Hal ini dikarenakan kondisi
mikroskop yang kurang baik sehingga pengamatan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Sebaiknya mikroskop yang akan digunakan untuk praktikum harus dalam kondisi baik.
Pengenceran pun harus dilakukan sampai sampel darah merah tercampur secara homogen
dengan larutan Hayems dan sel darah putih dengan larutan turks. Selain itu, praktikan
diharapkan lebih teliti dalam menghitung sel darah merah maupun putih agar data yang didapat
merupakan data yang valid.

19
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah. 2004. Penggunaan Imunostimulan Spirulina platensis untuk Meningkatkan


Ketahanan Tubuh Ikan Koi (Cyprinus carpio) terhadap Virus Herpes (Thesis). Bogor:
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Bastiawan. 1995. Pengukuran Jumlah Leukosit, Eritrosit dan Kadar Hemoglobin. Yogyakarta :
Universitas Gajah Mada.
Blaxhall P.C. 1972. The Haematological assesment of the health of fresh water fish. A Review
of Selected Literatur. Journal Fish Biology. 4:593-604.
Chinabut, S., C. Limsuwan, dan P. Katsuwan. 1991. Histology of yhe Walking Catfish, Clarias
batracus.IDRC. Canada. 96 pp.
Coles. 1986. Effect of Cadmium and Nickel Exposure on Haemotological Parameters of
Common Carp Cyprinus carpio. Acta Ichthyological. Volume 35. Halaman 29-38.
Ddellman,D.H, and Brown, M.E. 1999. Buku Teks histology Veteriner I. Universitas
Indonesia. Press. Jakarta.279 hal.
Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Kimball JW. 1992. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga
Lagler, K.F., et al. 1977. Ichthyology. Jhon Willey and Sons. Inc, New York- London. p 506
Manik, Nurdin. 2007. Hubungan Panjang-berat dan Faktor Kondisi Ikan Layang (Decapterus
russelli) dari Perairan Sekitar Teluk Likupang Sulawesi Utara. Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia. UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung LIPI
Moyle, P.B. & J. J. Cech. (1988). Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second Edition. New
Jersey: Prentice Hall.
Nabib, R. dan F. H. Pasaribu. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. DepartemenPendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.IPB.Bogor. 158hal.
Raharjo. 1980. Sistem morfologi dan anatomi ikan. Bandung. 21 hal.
Siregar, S. 1999. Penuntun Praktikum Ichtyology. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau. Pekanbaru. 81 hal (tidak diterbitkan).
Sutrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan, UNSOED : Purwokerto.
Suyanto, S.R., 2007. Budi Daya Ikan Lele. Edisi Revisi. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Svobodova Z, Vyukusova B. 1991. Diagnostik, Prevention and Therapy of Fish Disease and
Intoxication. Research Institute of fish Culture and Hydrobiology Vodnany
Czechoslovakia.
Takashima and T. Hibiya. 1995. An atlas of fish histologi, Normal and Pathological Feature
Second Edition. Kodansha Ltd, Tokyo. 195p.

20
Windarti, T. Efrizal, Chaidir Pulungan, Deni Efizon, Yuliati. 2010. Buku Ajar Fisiologi Hewan
Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 68 halaman
(tidak diterbitkan).

21
LAMPIRAN

22
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat kegiatan

Mikroskop Pisau dan talenan

Pipet Thomma Ikan Lele

Timbangan Haemocytometer

23
Lampiran 2. Bahan kegiatan

Larutan Hayem Larutan Turks

24
Lampiran 3. Kegiatan praktikum

Proses penyedotan darah pada ikan Pengamatan sel darah dari mikroskop
lele

25
Lampiran 4. Tabel Data Hasil Praktikum
Tabel 1. Data Perhitungan Sel Darah Merah Ikan Kelompok 15

Perhitungan Sel Darah Merah Jumlah SDM


Kelom Rata-
per ml
pok Rata
SDM1 SDM2 SDM3 SDM4 SDM5 (sel/mm3)
1 25 27 17 23 26 23,6 1.180.000
2 28 23 25 27 27 26 1.300.000
3 26 21 29 22 23 24,2 1.210.000
4 17 25 21 23 23 21,8 1.090.000
5 29 17 31 26 21 24,8 1.240.000
6 29 25 26 28 26 26,8 1.340.000
7 25 25 20 15 25 22 1.100.000
8 26 23 17 24 27 23,4 1.170.000
9 24 24 12 18 14 18,4 920.000
10 20 25 17 28 16 21,2 1.060.000
11 19 30 14 20 24 21,4 1.070.000
12 49 29 51 13 28 34 1.700.000
13 23 17 20 24 21 21 1.050.000
14 14 27 19 13 27 20 1.000.000
15 23 24 16 12 23 19,6 980.000
16 280 272 297 179 252 256 12.800.000
17 291 266 224 217 255 250,6 12.530.000
18 135 91 163 152 127 133,6 6.680.000
19 215 301 313 251 278 271,6 13.580.000
20 264 315 253 340 283 291 14.550.000
21 207 301 377 247 230 272,4 13.620.000
22 207 268 302 256 305 267,6 13.380.000

Tabel 2. Data Perhitungan Sel Darah Putih Ikan Kelompok 15

Perhitungan Sel Darah Putih Jumlah


SDP per
Kelompok Rata-Rata
ml
SDP1 SDP2 SDP3 SDP4 (sel/mm3)
1 305 370 281 283 309,75 991.200
2 277 202 279 367 281,25 900.000
3 308 370 281 283 310,5 993.600
4 367 308 305 277 314,25 1.005.600
5 279 283 113 202 219,25 701.600
6 314 370 210 205 274,75 879.200
7 367 370 213 202 288 921.600
8 367 314 272 274 306,75 981.600
9 130 134 145 258 166,75 533.600

26
Perhitungan Sel Darah Putih Jumlah
SDP per
Kelompok Rata-Rata
ml
SDP1 SDP2 SDP3 SDP4 (sel/mm3)
10 113 237 147 150 161,75 517.600
11 178 147 230 230 196,25 628.000
12 106 158 255 287 201,5 644.800
13 103 88 92 110 98,25 314.400
14 211 281 287 323 275,5 881.600
15 172 232 215 239 214,5 686.400
16 101 152 153 198 151 483.200
17 122 119 151 98 122,5 392.000
18 101 88 71 98 89,5 286.400
19 141 152 153 144 147,5 472.000
20 115 146 179 156 149 476.800
21 117 111 152 163 135,75 434.400
22 208 156 177 198 184,75 591.200

27

Anda mungkin juga menyukai