Disusun Oleh:
Nim : 2011102010010
Kelompok : 1 (Satu)
OKTOBER, 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat dan
Akuatik yang berjudul’’Gambaran Darah Pada Udang ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Immunologi Organisme Akuatik. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Gambaran Darah dikehidupan sehari-hari bagi para pembaca
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu yang telah membantu saya dalam menyelesaikan Laporan Immunologi Organisme
Akuatik , terima kasih atas bantuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini
Saya menyadari bahwa laporan praktikum ini masih belum maksimal dan jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun akan sangat saya nantikan
Praktikan
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................v
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum........................................................................................................2
1.3 Manfaat Praktikum......................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................3
BAB III. METODE KERJA....................................................................................................5
3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................................................5
3.2 Alat dan Bahan............................................................................................................5
3.3 Cara Kerja....................................................................................................................6
3.4 Analisa data................................................................................................................7
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................8
4.1 Hasil Pengamatan........................................................................................................8
4.2 Pembahasan.................................................................................................................8
BAB V. PENUTUP.................................................................................................................10
5.1 Kesimpulan................................................................................................................10
5.2 Saran..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11
LAMPIRAN............................................................................................................................12
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.Dokumentasi.......................................................................................................12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
dalam budidaya perikanan. Sehingga tidak sedikit dari para pembudidaya memilih
komoditastersebut tertutama dari udang. Udang dan moluska termasuk dalam hewan avertebrata
yang tingkat taksonnya lebih rendah dibandingkan dengan ikan dan rentan terhadapserangan
penyakit. Seringkali kegiatan budidaya udang mendapati kerugian akibatserangan penyakit baik
dari bakteri maupun virus. Meskipun primitif, namun crustacean dan moluska memiliki sistem
imun non spesifik dalam menghadapi invansi patogen.Karena lebih primitif, maka kehadiran dari
sistem imun spesifik sangat rendah bahkantidak dijumpai pada krustasea dan moluska.
Darah merupakan bagian penting dari sistem transpor di dalam tubuh. Darah merupakan
jaringan yang berbentuk cair yang dialirkan melalui saluran vaskular, terdiri dari dua komponen
yaitu plasma dan sel-sel darah. Darah ikan tersusun atas cairan plasma dan sel-sel darah yang
terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit). Di
dalam plasma darah terkandung garam-garam anorganik (natrium klorida, natrium bikarbonat dan
natrium fosfat), protein (dalam bentuk albumin, globulin, dan fibrinogen), lemak (dalam bentuk
lesitin dan kolesterol) serta zat-zat lainnya misalnya hormon, vitamin, enzim dan nutrien.
Darah udang disebut hemolim yang memiliki kandungan hemocyanin yang dapat berfungsi
sebagai hemoglobin pada ikan yakni mengangkut oksigen. Dalam hemolim juga terdapat
immunoreaktif yang sensitive terhadap keberadaan molekul asing yakni lektin. Lectin ini bekerja
secara aktif karena spesifitasnya kuat dan terbentuk dari guloprotein. Perbedaan utama ikan dan
udang juga adalah keberadaan sel memori. Pada udang, setelah invansi pathogen selesai, sel yang
1
memproduksi lektin akan kehilangan kemampuan dalam mengingat agen infeksius. Adapun sel
yang diketahui bersifat sebagai sel fagosit pada udang disebut hemosit. Menurut Chapman (1998)
bahwa sel pertahanan utama udang adalah hemosit. Hemosit memiliki kemampuan untuk
fagositosis sel asing dan yang lain membungkus se lasing tersebut sehingga membuatnya tidak
aktif lagi. Jadi mekanisme pertahanan tubuh udang lebih primitive dan tunggal dalam mengontrol
infeksi dan tidak terdapat sistem pendukung primer. Disamping lecktin terdapat juga lisazim yang
fugsinya hamper sama pada ikan yakmi sebagai enzim yang dapat melisis sel asing
Adapun tujuan dari pratikum ini adalah Mahasiswa mampu mempelajari metode pengukuran
dan pengamatan bebrapa parameter gambaran darah serta aktifasi system im/n non-spesifik pada udang
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah Mahasiswa memahami gambaran darah pada udang serta
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan jumlah hemosit sampai batas tertentu, biasanya diikuti dengan perubahan
komposisi diferensiasi sel-sel hemosit (Hartinahet et.al.,2014). Hemosit dapat dijadikan parameter
kuantitatif dalam mengukur respon stres pada udang. Kemampuan inang untuk melawan bahan
asing serta beberapa respon terhadap infeksi dipengaruhi oleh total hemosit sehingga hemosit yang
rendah dapat menyebabkan kerentanan pada serangan patogen. Peningkatan total hemosit
meningkatkan status kesehatan organisme karena memiliki peluang untuk membentuk sel-sel
fagositosis yang sangat berperan dalam mempertahankan diri dari serangan mikroorganisme
Udang mempunyai kemampuan daya tahan tubuh alami yang bersifat non spesifik terhadap
serangan penyakit. Penyakit yang sering menyerang daya tahan tubuh udang kebanyakan
dariorganisme patogen. Respon non spesifik pada udang sebagai daya tahan tubuh alami dapat
diketahui dengan melihat aktivitas fagositosis atau aktivitas memakan sel dan Total Hemosit Count
(THC). Hemosit sebagai sistem imun pertama pada kelompok udang dan avertebrata memiliki
peranan penting untuk mengeluarkan partikel asing dalam hemocoel malalui proses fagositosis,
enkapsulasi 12 dan aggregasi modular. Peran hemosit kemudian berlanjut dalam proses
penyembuhan luka melalui aktivitas cellular clumping serta membawa dan melepaskan
Darah dianggap sebagai jaringan khusus yang menjalani sirkulasi, terdiri dari sel-sel
dalam plasma darah. Darah merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk
melihat kelainan yang terjadi pada organisme tersebut, baik yang terjadi karena penyakit
ataupun karena keadaan lingkungan. Sehingga dengan mengetahui gambaran darah dapat
6
mengetahui kondisi kesehatan suatu organisme (Delman and Brown, 1989 dalam Prasetyo et al,
2008).
Sistem peredaran darah mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai alat transport oksigen,
karbondioksida, sari-sari makanan, maupun hasil metabolisme. Darah membawa substansi dari
tempatnya dibentuk ke semua bagian tubuh dan menjaga tubuh untuk dapat melakukan
fungsinya dengan baik. Eritrosit (sel darah merah) membawa oksigen, leukosit (sel darah putih)
menjaga tubuh dari serangan patogen sedangkan kombinasi trombosit dan faktor pembeku
berperan menyumbat kebocoran pembuluh darah tanpa menghambat alirannya (Fujaya, 2004).
Hemosit memiliki peranan penting dalam respon seluler pertahanan tubuh crustacean seperti
fagositosis, enkapsulasi, melanisasi, dan komunikasi antar sel. Berdasarkan ada tidaknya granular
sitoplasma, hemosit dibagi menjadi 3 yaitu sel hyaline, semi granular dan granular Sel hialin dan
semi semi granular berperan sebagai system pertahanan tubuh terutama dalam proses
fagositosisAkan tetapi, sel semi granular jarang berperan dalam proses fagositosis melainkan sel
hialin yang lebih berperan sehingga sel hialin berperan utama sebagai sel fagosit sedangkan sel semi
7
BAB III
METODE PENELITIAN
Praktikum ini dilaksanakan pada hari selasa pada tanggal 7 November 2023 pada
pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Histologi dan Nutrisi, Fakultas
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
1. Diambil darah ikan dilakukan dgn penyuntikan 40°, lalu darah di ambil Secara perlahan sehingga
4. Dicampurkan hingga homogen menggunakan vortex. Vortex mixer merupakan alat untuk menghomogen-
6. Dibuat Sediaan ulas dan mengambil sampel larutan darah dan dikeringkan, sediaan ulas difiksasi dan
9
BAB IV
4.2 Pembahasan
melindungi tubuh dari Pengaruh biologis luar dengan mengindentiFikasi dan membunuh
Pategen serta sel tumor. Sistem ini mendekteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yg
luas. Organisme akan Melindungi tubuh dari infeksi bakter, sampai cacing parasit serta
menghancurkan zat asing aan memusnakan dari sel Organisme yang sehat dan Jaringan agar
tetap berfungsi Seperti biasa Fagositosis Suatu proses aktif dengan dimulai dengan angur
Patogen Oleh Sel makrofag kemudian Putegen akan dimasukan ke dalam vagosma yang akan
10
Sistem imun invertebrate tidak memiliki limfosit atau sel penghasil antibodi,namun memiliki
mekanisme yang sama dengan sistem imun non spesifik padavertebrata. Sehingga hewan-hewan
invertevrata sangat mengandalkan keterlibatankomplemen dan reseptor pengenal pola yang berasal
dari protein untuk berasosiaidengan pathogen. Sedangkan komplemen berupa kinerja biokimia dari
sistem imunyang membantu melisis pathogen dan juga terdapat dihampir semua makhluk
hidup.Menurut Nijkamp and Parmhan (2010) bahwa beberapa invertebrata, termasuk berbagai
jenis serangga,kepiting, dan cacingmemiliki bentuk respon komplemen yangtelah dimodifikasi yang
berkembang dan masih bertahan padarespon imun turunan yang ditemukan di seluruh bentuk
Udang dan ikan berbeda dalam kemampunnya merespon invansi pathogen.Darah udang disebut
hemolim yang memiliki kandungan hemocyanin yang dapat berfungsi sebagai hemoglobin pada ikan
yakni mengangkut oksigen. Dalam hemolim 3 juga terdapat immunoreaktif yang sensitive
terhadap keberadaan molekul asing yaknilektin. Lectin ini bekerja secara aktif karena spesifitasnya
kuat dan terbentuk dariguloprotein. Perbedaan utama ikan dan udang juga adalah keberadaan sel
memori. Padaudang, setelah invansi pathogen selesai, sel yang memproduksi lektin akan
kehilangankemampuan dalam mengingat agen infeksius. Adapun sel yang diketahui bersifatsebagai
sel fagosit pada udang disebut hemosit. Menurut Chapman (1998) bahwa
sel pertahanan utama udang adalah hemosit. Hemosit memiliki kemampuan untukfagositosis sel asing
dan yang lain membungkus sel asing tersebut sehinggamembuatnya tidak aktif lagi. Jadi mekanisme
pertahanan tubuh udang lebih primitivedan tunggal dalam mengontrol infeksi dan tidak terdapat
sistem pendukung primer.Disamping lecktin terdapat juga lisozim yang fugsinya hamper sama pada
THC dan DHC menujukkan aktivitas pertahanan seluler pada udang sedangkan PO dan lisosim
11
menunjukkan aktifitas pertahanan humoral pada sistem non spesifik. Diketahui bahwa pada pertahanan seluer,
hemosit merupakan faktor yang sangat penting dalam sistem pertahanan seluler yang bersifat non spesifik.
Kemampuan hemosit dalam aktivitas fagositosis yang dapat meningkat pada kejadian infeksi, menunjukkan
pertahanan tubuh yang bersifat selulerMeningkatnya ketahanan tubuh udang dapat diketahui dari
meningkatnya aktivitas fagositosis sel-sel hemosit. Fagositosis merupakan mekanisme pertahanan non spesifik
yang secara umum dapat melindungi adanya serangan pathogen (Fontaine and Lightner, 1974). Sedangkan PO
diketahui terlibat dalam proses melanization, cell-adhesion, degranulation dan 9 encapsulation. Dimana respon
imun di krustasea yang dapat diaktivasi oleh B-glukan dan dibandingkan dengan aktivasi respon imun
(Novriadi dan Ibtisam, 2014). Hemosit berperan penting dalam menghilangkan benda asing yang masuk ke
dalam tubuh krustaseaKrustase sebagai hewan avertebrata rentan terhadap invansi pathogen, sehingga aktivitas
fogositik yang dilakukan sel hyaline sangat penting. Pada umumnya hemosit pada krustasea tidak berbeda
dengan hewan lain dalam hal melakukan fagositosis dan juga menghilangkan partikel asing yang terlalu besar
Gambaran darah suatu organisme dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan yang sedang
dialami oleh organisme tersebutPerubahan pada darah dapat dijadikan sebagai indikasi adanya perubahan
kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi (mikroorganisme) ataupun non-infeksi (lingkungannutrisi,
genetik)Penyimpangan fisiologis ikan akan menyebabkan komponen- komponen darah juga mengalami
perubahanPerubahan gambaran darah dan kimia darahbaik secara kualitatif maupun kuantitatifdapat
menentukan kondisi kesehatannyaDalam budidaya, diketahuinya faktor kesehatan ikan sangat penting guna
12
BAB
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
udang disebut hemolim yang memiliki kandungan hemocyanin yang dapat berfungsi
kesehatan yang sedang dialami oleh organisme tersebutPerubahan pada darah dapat
dijadikan sebagai indikasi adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor
4. Hemosit merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh secara selular padaudang.
5. Hemosit memiliki kemampuan untukfagositosis sel asing dan yang lain membungkus
sel asing tersebut sehinggamembuatnya tidak aktif lagi. Jadi mekanisme pertahanan
tubuh udang lebih primitivedan tunggal dalam mengontrol infeksi dan tidak terdapat
5.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanto, E., Liviawaty, E. 2006. Pengedalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kansius.
Yogyakarta.
Delman and Brown, 1989 dalam Prasetyo et al, 2008. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dwi Sri.
Bogor
Ermantianingrum A. A., Sari R., Prayitno S. B. 2013. Potensi Chlorella sp. sebagai imunostimulan untuk
pencegahan penyakit bercak putih (White Spot Syndrome Virus) pada udang windu (Penaeus
monodon). Journal of Aquaculture Management and Technology. 1 (1): 206-221.
Shalaby, A. M, Khattab, Y. A,. and Rahman, A. (2006). Effects 0f Garlic (Allium sativum) And
Chloramphenicol On Growth Performance, Physiological Parameters and Survival Of Nile Talapia
(Oreochromis niloticus). J. Venom. Anim. Toxins incl. Trop. Dis
Novriadi, R. 2015. Meneropong Sistem Kekebalan Tubuh Udang. Researchgate. Akuatekno.
Tenriulo, A., Parenrengi, A., & Tampangallo, R. (2014). Respons Imun Udang Windu , Penaeus
Monodon Yang Membawa Marker Dna Tahan Penyakit Setelah Dipapar Bakteri Patogen
Vibrio harveyi. In Forum Inovasi Teknologi Akualtur (pp. 991–999).
14
LAMPIRAN
Lampiran 1 Analisa Data
317
¿ X 100=62 %
508
Lampiran 2 Dokumentasi
15