TUGAS MANDIRI
OBSTETRI FISIOLOGI
The Endometrium and Decidua: Pregnancy
DISUSUN OLEH :
Sonia Wulandari
1720332020
Dosen MK :
Prof. Dr. dr. Yusrawati, SpOG(K)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapat bantuan berbagai pihak,
untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah memberi
dukungan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapakan demi kesempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada pihak-pihak yang memerlukan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
1.1 Latar Belakang...............................................................................................5
1.2 Tujuan............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................7
2.1 The Endometrium..........................................................................................7
2.1.1 Pengertian Endometrium.........................................................................8
2.1.2 Anatomi dan fisiologi..............................................................................8
2.1.3 Jaringan Maternal Pada Sistem Komunikasi Feto-Maternal.................10
2.1.4 Fungsi Utama Uterus............................................................................10
2.1.5 Fungsi Endometrium.............................................................................11
2.1.6 Efek Estrogen........................................................................................11
2.1.7 Efek Progesteron...................................................................................13
2.2 Desidua.........................................................................................................13
2.2.1 Definisi..................................................................................................13
2.2.2 Struktur Desidua...................................................................................14
2.2.3 Reaksi Desidua......................................................................................16
2.2.4 Pendarahan Desidua..............................................................................16
2.2.5 Histologi Desidua..................................................................................17
2.2.6 Penuaan Desidua...................................................................................18
2.2.7 Prolaktin Dalam Desidua......................................................................18
2.2.8 Fungsi Khusus Desidua........................................................................20
2.3 Persiapan Endometrium untuk Implantasi..................................................21
2.3.1 Siklus Haid............................................................................................21
2.3.2 Siklus dengan Implantasi......................................................................22
2.3.3 Reaksi Desidua......................................................................................23
2.4 Akomodasi Kehamilan Adalah Fungsi Utama Endometrium/Desidua.......23
BAB III PENUTUP...............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
4
DAFTAR GAMBAR
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang The Endometrium and Decidua: Pregnancy
BAB II
PEMBAHASAN
Vaskularisasi Endometrium :
Arteri spiralis bergelung di endometrium dan desidua
Arteri yg berbentuk spiral atau bergelung pada endometrium manusia
berasal dari arteri arkuata yg merupakan cabang dari pembuluh-pembuluh
uterus.
Perubahan aliran darah arteri spiralis endometrium
Endometrium mendapat darah dari dua jenis pembuluh yaitu :
◦ Arteri lurus yang memperdarahi 1/3 basal endometrium
◦ Arteri berbentuk kumparan atau spiral (ikal), yang memperdarahi
2/3 jaringan superfisial
9
Gambar 2.1
Pembuluh Darah Endometrium
Gambar 2.2
Endometrium terdiri atas dua lapisan yaitu lapisan fungsional dan basal
10
2.2 Desidua
2.2.1 Definisi
Desidua merupakan endometrium yang sangat khusus dan telah
dimodifikasi untuk kehamilan dan memiliki fungsi plasentasi hemokorial. Fungsi
yang terakhir ini memiliki fungsi plasentasi hemokorial. Fungsi yang terakhir ini
memiliki kesamaan dengan proses invasi trofoblas, dan berbagai penelitian telah
dilakukan untuk menyelidiki interaksi antara sel-sel desidua dan trofoblas yang
menginvasi. Desidualisasi transformasi endometrium sekretorik menjadi desidua
bergantung pada estrogen, progesterone dan faktor-faktor yang dieksresikan oleh
blastokista yang berimplantasi. Hubungan khusus antara desidua dan trofoblas
yang menginvasi ini tampaknya menentang hukum imunologi transplantasi.
Desidua adalah endometrium yang mengalami spesialisasi pada
kehamilan. Komunikasi biokimiawi antara unit feto-plasenter dan ibu harus
berlangsung timbal balik melalui desisua. Pandangan klasik mengenai desidua
menggambarkan desidua sebagai lapisan tipis dalam diagram anatomis, suatu
komponen struktural minor yang inaktif. Sekarang kita tahu bahwa desidua adalah
jaringan yang sangat aktif.
Gambar 2.3
Endometrium yang mengalami desidualisasi membungkus embrio muda.
Digambarkan pula tiga bagian desidua (basalis, kapsularis dam parietalis)
sumsum tulang yang pada suatu saat masuk ke endometrium dari darah perifer;
tetapi sesudah itu, limfosit-limfosit granular besar ini terbentuk terutama melalui
replikasi in situ di endometrium pada waktu-waktu tertentu dalam siklus.
Pada awal kehamilan, stratum spongiosum desidua terdiri dari kelenjar-
kelenjar besar yang mengalami peregangan dan sering memperlihatkan
hiperplasia yang jelas tetapi hanya dipisahkan oleh sedikit stroma. Mula-mula
kelenjar dilapisi oleh epitel silindris khas uterus dengan aktivitas sekretorik yang
besar. Diperkirakan sekresi kelenjar ini ikut berperan dalam pemberian makan
blastokista selama fase histotrofiknya, sebelum sirkulasi plasenta terbentuk.
Seiring dengan kemajuan kehamilan, epitel secara bertahap menjadi kuboid atau
bahkan menggepeng, kemudian mengalami degenerasi dan terlepas ke dalam
lumen kelenjar. Pada kehamilan tahap akhir, unsur-unsur kelenjar desidua
umumnya sudah lenyap.
Dengan membandingkan desidua parietalis pada usia gestasi 16 minggu
dengan endometrium fase proliferatif dini pada wanita tidak hamil, tampak jelas
bahwa terjadi hipertrofi mencolok tetapi hanya sedikit hiperplasia dari stroma
endometrium selama transformasi desidua.
Desidua basalis ikut serta dalam membentuk lempeng basal (basal plate)
plasenta, dan secara histologis berbeda dari desidua parietalis dalam dua aspek
penting. Pertama, stratum spongiosum desidua basalis terutama terdiri dari arteri
dan vena yang melebar; dan pada kehamilan aterm kelenjar hampir lenyap sama
sekali. Kedua, desidua basalis mengalami invasi oleh sel trofoblastik raksasa yang
muncul pada saat implantasi.
Jumlah dan kedalaman penetrasi sel raksasa ke endometrium sangat
bervariasi. Walaupun secara umum terbatas pada desidua, sel-sel ini dapat
menembus miometrium. Pada keadaan seperti ini, jumlah dan daya invasi sel-sel
ini mungkin sedemikian hebat sehingga memberi gambaran koriokarsinoma bagi
pengamat yang kurang berpengalaman.
desidua, seperti pada plasenta akreta, lapisan Nitabuch biasanya tidak ditemukan.
Juga terdapat pengendapan fibrin yang tidak konstan, stria Rohr, di dasar ruang
antarvilus dan di sekeliling vilus pengikat. McCombs dan Craig (1964)
mendapatkan bahwa nekrosis desidua merupakan suatu fenomena normal pada
trimester pertama dan juga mungkin trimester kedua. Dengan demikian, adanya
desidua nekrotik yang diperoleh melalui kuretase setelah abortus spontan pada
trimester pertama tidak harus diinterpretasikan sebagai suatu kausa atau akibat
dari abortus.
2.2.7 Prolaktin Dalam Desidua
Riddick dkk. (1979) serta Golander dkk. (1978) menyajikan bukti-bukti
meyakinkan bahwa desidua merupakan sumber prolaktin, yang terdapat dalam
jumlah besar di dalam cairan amnion selama kehamilan manusia. Prolaktin
desidua jangan dicampuradukkan dengan laktogen plasenta (hPL), yang
diproduksi hanya oleh sinsitiotrofoblas. Prolaktin desidua adalah produk dari gen
yang sama yang mengkode prolaktin yang dikeluarkan oleh hipofisis anterior.
Kadar prolaktin dalam cairan amnion selama usia kehamilan 20 sampai 24
minggu dapat mencapai 10.000 ng per ml (Tyson dkk., 1972). Seperti dijelaskan
pada , konsentrasi prolaktin dalam cairan amnion sangat tinggi bila dibandingkan
dengan kadar tertinggi prolaktin pada janin (sampai sekitar 350 ng/ml) atau
plasma ibu (sampai sekitar 150 atau 200 ng/ml). Prolaktin yang dihasilkan di
desidua biasanya masuk ke dalam cairan amnion dan hanya sedikit atau tidak ada
yang masuk ke darah ibu. Ini adalah contoh klasik lalulintas molekul yang aneh
antara jaringan ibu dan janin pada sisi parakrin sistem komunikasi janin- ibu.
Faktor-faktor yang mengendalikan sekresi prolaktin di desidua masih
belum dapat dipastikan. Sebagian besar zat yang diketahui berpengaruh, secara
negatif atau positif, terhadap kecepatan sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior—
misalnya dopamin dan agonis dopamin serta thyrotropin-releasing hormone—
tidak mengubah kecepatan sekresi prolaktin oleh desidua (baik in vivo maupun in
vitro). Brosens dkk. (2000) membuktikan bahwa progestin (yaitu,
medroksiprogesteron asetat) bekerja secara sinergis dengan AMP siklik pada sel
stroma endometrium dalam biakan untuk meningkatkan ekspresi prolaktin.
Temuan para peneliti ini menunjukkan bahwa proses desidualisasi, seperti
19
Gambar 2.4
Pengendalian siklus ovarium dan endometrium oleh gonadotropin
Gambar 2.5
Siklus dengan Menstruasi
daun bergerigi. Bagian apikal badan sel dipenuhi dengan secret yang sebagian
dialirkan ke dalam lumen.
D. Fase Sekresi Lanjut
Ketiga lapis selaput lender kini sudah terbentuk lengkap: lapisan basal
(zona basalis) dengan banyak sel dan ujung akhir kelenjar-kelenjar yang tak
terdiferensiasi. Setelah menstruasi selesai dari sini berlangsung pembentukan
kembali suatu lapisan fungsional (zona fungsionalis) dengan jaringan ikat jarang
dan pipa-pipa kelenjar yang meliuk-meliuk dan melebar, lalu suatu lapisan tumpat
(zona kompakta) di bawah permukaan epitel yang dipenuhi sel-sel jaringan ikat
padat. Lapisan ini dilalui oleh saluran-saluran ekskresi kelenjar yang lurus dan
terdiri dari sel-sel epitel kuboid rendah. Dalam endometrium muncul sel-sel
berbutir yang mengandung prolaktin dan relaksin. Sebagai hormone local
keduanya menunjang proses peluruhan pada menstruasi, dan menunjang
perubahan desidual selaput lender pada implantasi.
Apabila tidak terjadi implantasi, ketinggian selaput lender pada minggu
terakhir siklus akan berkurang lagi (A1). Korpus luteum mengalami regresi, dan
karena penurunan estradiol dan progesterone secara tiba-tiba akan dicetuskan
menstruasi. Menstruasi juga aterjadi apabila blastokista dengan cacat genetic tidak
dapat membentuk cukup hCG untuk mempertahankan korpus luteum (mungkin
karena fisiologis menstruasi). Pada pil kontrasepsi yang ditelan sekali minum,
dosis hormone yang tinggi menyebabkan penurunan relative kadar hormone
sehingga mencetuskan menstruasi sebelum blastokista sempat memasuki rongga
rahim.
Jika telah terjadi fertilisasi, blastokista selang sekitar 5 hari sudah berada
dalam rongga rahim dan sesudah 6,5 hari mulai dengan implantasi (2d).
Blastokista menyusup ke dalam zona kompakta selaput lender. Sel-sel trofoblas
blastokista akan memasuki selaput lender, mengadakan lisis dan fagositosis sel-sel
desidua
glikogen, dan lemak menjadi sel-sel polygonal yang besar. Dalam sinusoid-
sinusoid venosa darag terbendung. Perubahan desidual selaput lendir berlangsung
karena pengaruh progesteron, juga pada fase sekresi tanpa implantasi, sehingga
pada tahap itupun sudah digunakan istilah desidua.
Gambar 2.6
Siklus dengan Implantasi
26
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA