Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Enzim” Ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang berikan
oleh bapak/ibu dosen mata kuliah Biokimia Perikanan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang Enzim bagi penulis dan pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu selaku dosen pada mata kuliah
Biokimia Perikanan yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga kami dapat menambah
pengetahuan mengenai mata kuliah Biokimia Perikanan khususnya pada materi Enzim.
Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja
sama dan berperan serta menyusun makalah ini dan pihak yang telah membagikan
pengetahuannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat membantu kami agar lebih baik
lagi kedepannya.
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan struktur molekul enzim .......................................................................................4
Gambar 2.2 Mekanisme kerja enzim. .................................................................................................6
Gambar 2.3 Proses terikatnya substrat pada enzim model anak kunci – kuncinya. ...................7
Gambar 2.4 Proses terikatnya substrat pada enzim model Induced-fit. ......................................7
Gambar 2.5 Katalisator menurunkan batas energi aktivasi reaksi kimia. Pada puncak ....... 10
pembatas energi aktivasi, terjadi keadaan transisi. ...................................................................... 10
Gambar 2.6 Proses terikatnya konsentrasi substrat pada inhibitor .......................................... 12
Gambar 2.7 Mekanisme feedback inhibition ................................................................................ 13
Gambar 2.8 Mekanisme Sequential Feedback Inhibition ........................................................... 13
Gambar 2.9 Proses perubahan zymogen oleh kerja enzim membentuk enzim aktif ................ 14
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
Pendahuluan
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi enzim
2. Mengetahui struktur, sisi aktif enzim dan mekanisme kerja enzim
3. Mengetahui kofaktor pada enzim
4. Mengetahui koenzim dan senyawa yang dipindahkan
5. Mengetahui Klasifikasi dari enzim
6. Mengetahui sifat-sifat dari enzim
7. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim
8. Mengetahui activator dan inhibitor pada enzim
9. Mengetahui contoh kasus dalam bidang perikanan
2
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Enzim
Enzim merupakan protein komplek yang diproduksi oleh sel hidup untuk membantu
proses biokimiawi yang spesifik (Agustono dkk., 2011). Enzim adalah protein yang
berfungsi sebagai katalisator, senyawa yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Enzim
berikatan dengan substrat dan mengarahkannya dengan tepat untuk bereaksi (Marks dkk,
2000).
Enzim berfungsi sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi di dalam sel
maupun di luar sel. Enzim tidak menciptakan reaksi baru. Enzim hanya menyebabkan suatu
reaksi berlangsung lebih cepat. Tanpa daya katalitik enzim, reaksi pencernaan makanan
akan berlangsung sangat lambat sehingga kehidupan tidak dapat berlangsung (Marks dkk,
2000). Suatu enzim dapat mempercepat suatu proses reaksi hingga
108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada tanpa katalis ( Poedjiadi dan Supriyanti, 2009 ).
Enzim katalisator berikatan dengan reaktan, yang disebut substrat, mengubah reaktan
menjadi produk, lalu melepaskan produk. Walaupun enzim dapat mengalami modifikasi
selama urutan ini, pada akhir reaksi enzim kembali ke bentuk asalnya. Selain meningkatkan
kecepatan reaksi, enzim mengadakan cara untuk mengatur kecepatan reaksi dalam jalur
metabolik tubuh (Marks dkk, 2000).
Protease merupakan enzim proteolitik yang mengkatalisis pemutusan ikatan peptida
pada protein ( Puspitasari, 2012). Protease ekstraseluler lebih dikenal dengan nama enzim
proteolitik atau protease yang merupakan enzim yang dapat menghidrolisis protein menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti peptida-peptida kecil dan asam amino,
karena yang dipecah adalah rantai peptida, maka enzim tersebut dinamakan juga peptidase).
Lipase ialah enzim yang memecah ikatan ester pada lemak, sehingga terjadi asam lemak
dan gliserol ( Poedjiadi dan Supriyanti, 2009 ).
2.2 Struktur Enzim, Sisi Aktif Enzim dan Mekanisme Kerja Enzim
Enzim yang strukturnya sempurna dan aktif mengkatalisis, bersama-sama dengan
koenzim atau gugus logamnya disebut holoenzim.
3
Gambar 2.1 Bagan struktur molekul enzim
Sisi aktif enzim (active site) adalah bagian dari molekul enzim tempat berikatannya
substrat, untuk membentuk kompleks enzim substrat, dan selanjutnya membentuk produk
akhir. Sisi aktif suatu enzim berbentuk tiga dimensi, sering berupa lekukan pada permukaan
protein enzim, tempat substrat berikatan secara lemah.
Substrat berikatan dengan sisi aktif suatu enzim melalui beberapa bentuk ikatan kimia
yang lemah (misalnya interaksi elektrostatik, ikatan 4able4in, ikatan van der Waals, dan
interaksi hidrofobik). Setelah berikatan dengan bagian sisi aktif enzim, substrat bersama-
sama enzim kemudian membentuk suatu kompleks enzim-substrat, selanjutnya terjadi
proses katalisis oleh enzim untuk membentuk produk. Ketika produk sudah terbentuk
enzim menjadi bebas kembali untuk selanjutnya bereaksi kembali dengan substrat.
Dua model telah diusulkan untuk menjelaskan bagaimana enzim berikatan dengan substrat:
1) Model kunci – dan anak kunci yang diusulkan oleh Emil Fisher pada tahun 1894, yang
menyatakan bahwa bentuk molekul substrat dengan sisi aktif enzim serupa dengan anak
kunci dengan kuncinya.
4
Gambar 2.3 Proses terikatnya substrat pada enzim model anak kunci – kuncinya.
2) Induced-fit model diusulkan pada tahun 1958 oleh Daniel E. Koshland, Jr. yang
menyatakan bahwa terikatnya substrat menyebabkan perubahan konformasi pada bagian
sisi aktif enzim.
5
Cu+2 Oksidase sitokrom
Zn+2 Polymerase DNA, Anhidrase karbonik, Dehidrogenase 6able6i.
Mg +2 Heksokinase, 6-fosfatase glukosa
Mn+2 Arginase
K+ Kinase piruvat (juga memerlukan Mg +)
Ni+2 Urease
Mo Reduktase nitrat
Se Peroksidase glutasion
2.4 Koenzim
Koenzim adalah kofaktor berupa molekul 6able6i kecil yang mentranspor gugus kimia atau
6able6in dari satu enzim ke enzim lainnya. Contoh koenzim mencakup NADH, NADPH
dan 6able6ini trifosfat. Gugus kimiawi yang dibawa mencakup ion hidrida (H– ) yang
dibawa oleh NAD atau NADP+ , gugus asetil yang dibawa oleh koenzim A, formil, metenil,
ataupun gugus metil yang dibawa olehasam folat, dan gugus metil yang dibawa oleh S-
adenosilmetionina. Beberapa koenzim seperti riboflavin, tiamina, dan asam folat adalah
vitamin.
Oleh karena koenzim secara kimiawi berubah oleh aksi enzim, adalah dapat dikatakan
koenzim merupakan substrat yang khusus, ataupun substrat sekunder. Sebagai contoh,
sekitar 700 enzim diketahui menggunakan koenzim NADH. Regenerasi serta pemeliharaan
konsentrasi koenzim terjadi dalam sel. Contohnya, NADPH diregenerasi melalui lintasan
6able6i fosfat, dan S-adenosilmetionina melalui metionina adenosiltransferase.
6
2.5 Klasifikasi Enzim
Enzim diklasifikasikan ke dalam 6 kelas utama berdasarkan tipe reaksi yangdikatalisis
dan beberapa sub kelas seperti tercantum pada Tabel 2.3 dan 2.4 di bawah ini (Mc. Murry,
John & Castellion, Mary E, 1992).
Kelas Kelas Enzim Tipe Reaksi
1 Oksidoreduktase Reaksi reduksi oksidasi (transfer electron dari satu substrat
ke substratlainnya)
2 Transferase Transfer atom atau gugus dari satu substrat ke substrat lain
3 Hidrolase Reaksi hidrolisis (pemecahan ikatan karena adanya air)
4 Liase Penambahan gugus fungsi pada ikatan ranggkap (adisi) atau
pemutusan ikatan rangkap dengan pelepasan gugus fungsi.
5 Isomerase Reaksi isomerisasi (penyusunan ulang atom-atom substrat)
6 Ligase Pembentukan ikatan C-C, C-S, C-O dan C-N diikuti dengan
pemutusan isofosfat dari ATP
Tabel 2.3 Klasifikasi enzim berdasarkan tipe reaksi
7
Banyak enzim yang telah dinamakan dengan menambahkan akhiran ase kepada nama
substratnya, misalnya urease mengkatalisis hidrolisis urea, 8able8i menghidrolisis amilum.
Tetapi banyak pula enzim yang dinamakan tidak berdasarkan nama substratnya, misalnya
tripsin dan pepsin. Juga ada enzim yang dikenal dengan dua nama, misalnya 8able8i yang
dihasilkan kelenjar ludah dinamakan pula 8able8i. Karena itu, dan juga dengan terus
meningkatnya jumlah enzim yang baru ditemukan, suatu dasar penggolongan enzim secara
sistematis telah dikemukakan oleh persetujuan Internasional. Sistem ini menempatkan
semua enzim ke dalam enam kelas utama, masing-masing dengan subkelas, berdasarkan
atas jenis reaksi yang dikatalisisnya
Tiap-tiap enzim ditetapkan ke dalam empat tingkat nomor kelas dan diberikan suatu
nama sistematik, yang mengidentifikasi reaksi yang dikatalisis. Contoh, enzim yang
mengkatalisis reaksi: ATP + D-glukosa ADP + D-glukosa – 6 – fosfat
Nama sistematik formal enzim ini adalah: fosfotransferase ATP: glukosa, yang
menunjukkan bahwa enzim ini mengkatalisis pemindahan gugus fosfat dari ATP ke
glukosa. 8able8ini ditempatkan ke dalam kelas 2 pada 8able 4, dan nomor klasifikasinya
adalah 2.7.1.1, dengan :
❖ bilangan pertama (yaitu 2) menunjukkan nama kelas (transferase),
❖ bilangan kedua (7 ) bagi subkelas (fosfotransferase)
❖ bilangan ketiga (1) bagi sub-sub kelas (fosfotransferase dengan gugus hidroksil
sebagai penerima),
8
❖ bilangan keempat (1) bagi D-glukosa sebagai penerima gugus fosfat. Jika nama
sistematiknya rumit, maka nama biasa dari enzim ini adalah heksokinase.
Gambar 2.5 Katalisator menurunkan batas energi aktivasi reaksi kimia. Pada puncak
pembatas energi aktivasi, terjadi keadaan transisi.
9
Reaksi tanpa menggunakan katalis memerlukan energi aktivasi yang tinggi, reaksi
dengan katalis memerlukan energy aktivasi yang lebih rendah.
2.6.2 Enzim itu Suatu Protein
Struktur dari suatu enzim tidak lain adalah protein, karena aktivitas katalitiknya
bergantung pada integritas strukturnya sebagai protein, walaupun ada beberapa
senyawa yang dapat bertindak sebagai katalis, misalnya RNA.
2.6.3 Enzim itu Khusus
Fungsi enzim itu tertentu, tiap perubahan zat tertentu diperlukan suatu jenis enzim
tertentu pula. Misalnya enzim katalase hanya digunakan untuk menguraikan H2 O2 ,
amilase hanya untuk mengkatalisis amilum sebagai substratnya.
2.6.4 Enzim ada yang bisa bekerja bolak-balik
Beberapa enzim kerjanya dapat bolak balik, misalnya enzim lipase dapat bekerja
untuk mengkatalisis molekul lemak menjadi komponen penyusunnya, yaitu asam
lemak dan gliserol atau sebaliknya menyusun lemak dari komponennya.
Lemak ↔ gliserol + asam lemak.
10
2.7.3 Konsentrasi Enzim, Substrat dan Kofaktor
Jika pH dan suhu suatu sistem enzim adalah konstan, dan jumlah substrat berlebihan,
maka laju reaksi adalah sebanding dengan jumlah enzim yang ada. Sebaliknya jika pH,
suhu dan konsentrasi enzim konstan, maka laju reaksi adalah sebanding dengan jumlah
substrat.
2.7.4 Inhibitor
Aktivitas suatu enzim dapat dihambat oleh suatu senyawa yang dikenal sebagai
inhibitor. Inhibitor digolongkan menjadi 2 jenis utama, yaitu:
1) yang bekerja secara tidak dapat balik (irreversible),
2) yang bekerja secara dapat balik (reversible).
Penghambat yang irreversible adalah golongan yang bereaksi dengan, atau merusakkan
suatu gugus fungsional pada molekul enzim yang penting bagi aktivitas katalitiknya.
Sebagai contoh, adalah senyawa diisoprofilfluorofosfat (DFP), yang menghambat enzim
asetilkolinesterase, yaitu enzim yang penting di dalam transmisi impuls syaraf.
Asetilkolinesterase mengkatalisis hidrolisis asetilkolin, suatu senyawa neurotransmitter
yang berfungsi di dalam bagian sinaps yang dihasilkan oleh ujung syaraf (akson) yang telah
menerima impuls. Asetilkolin yang dihasilkan diteruskan ke sel syaraf lainnya atau ke
efektor (misalnya otot) untuk meneruskan impuls syaraf. Akan tetapi, sebelum impuls
kedua dapat dipancarkan melalui sinaps, asetilkolin yang dihasilkan setelah impuls pertama
harus dihidrolisis oleh asetilkolisnesterase pada sambungan sel syaraf. Produk penguraian
asetilkolin oleh asetilkolinesterase adalah asetat dan kolin, dan tidak memiliki aktivitas
transmitter.
Penghambat DFP sangat reaktif, dan bereaksi dengan bagian sisi aktif dari enzim
asetilkolinesterase, yaitu gugus hidroksil dari residu serin essensial, sehingga enzim tidak
aktif untuk mengkatalisis asetilkolin. DFP merupakan gas syaraf yang pertama kali
ditemukan, jika diberikan pada hewan, hewan tersebut menjadi lemah, tidak dapat lagi
melaksanakan fungsi bagian-bagian tertentu, karena impuls syaraf tidak lagi dapat
ditransmisikan secara normal. Tetapi, terdapat manfaat lain dari DFP. Senyawa ini
menyebabkan berkembangnya malation dan insektisida lain yang relatif tidak beracun bagi
manusia. Malation diubah oleh enzim-enzim pada insekta, menjadi penghambat aktif
asetilkolinesterase insekta tersebut.
DFP telah ditemukan menghambat semua jenis enzim, banyak diantaranya yang
mampu mengkatalisis hidrolisis ikatan peptida atau ester. Golongan ini tidak hanya
mencakup asetilkolinesterase, tetapi juga tripsin, khimotripsin, elastase, fosfoglukomutase,
11
dan kokoonase, suatu enzim yang dihasilkan oleh larva ulat sutra untuk menghidrolisis
serat-serat sutra kepompong, dan menyebabkan larva dapat dibebaskan. Semua enzim yang
dihambat oleh DFP memiliki residu serin essensial pada sisi aktifnya, yang berpartisipasi
dalam aktivitas katalitiknya.
Jenis kedua adalah, penghambat enzim yang dapat balik, yang dapat digolongkan
menjadi 2 jenis, yaitu:
1) zat penghambat yang bersaingan (kompetitif),
2) zat penghambat yang tidak bersaingan (non-kompetitif)
Zat penghambat yang bersaingan itu mempunyai struktur mirip dengan struktur
molekul substrat. Suatu penghambat kompetitif berlomba dengan substrat untuk berikatan
dengan sisi aktif enzim, tetapi, sekali terikat tidak dapat diubah oleh enzim tersebut. Ciri
penghambat kompetitif adalah penghambatan ini dapat dihilangkan dengan meningkatkan
konsentrasi substrat.
12
Pengontrolan model feedback inhibition, dimana enzim yang bekerja pada tahap awal
(E1) dihambat kerjanya oleh produk akhir (Z), memberikan keuntungan pada sel, yaitu
organisme tersebut dapat mengatur supply energi, dan mencegah menumpuknya senyawa
intermediet (B-C-D …) selama proses metabolisme terjadi.
Banyak jalur metabolisme dalam tubuh organisme berbentuk cabang, sehingga proses
feedback inhibition yang terjadi dapat berlangsung di beberapa lokasi. Mekanisme
penghambatan ini dinamakan sequential “feedback inhibition”.
Pada beberapa jenis jalur metabolisme, produk akhir dapat berikatan dengan enzim
bukan pada sisi aktif enzim tetapi pada titik control lainnya. Jenis enzim demikian
dinamakan “enzim alosterik”. Enzim alosterik sering berbentuk protein yang memiliki
beberapa subunit protein dan memiliki satu atau lebih sisi aktif pada masing-masing sub-
unitnya. Terikatnya substrat pada sisi aktif enzim akan menginduksi perubahan konformasi
protein pada enzim tersebut yang memungkinkan sisi aktif lainnya memiliki afinitas untuk
berikatan dengan molekul substrat.
Enzim alosterik dikontrol oleh molekul efektor (activator dan inhibitor) yang berikatan
pada enzim pada bagian tertentu dari enzim tersebut di luar sisi aktif enzim, dan selanjutnya
dapat menyebabkan perubahan konformasi sisi aktif enzim yang dapat mempengaruhi
kecepatan enzim tersebut. Molekul activator alosterik dapat meningkatkan laju kerja enzim,
sedangkan molekul nhibitor alosterik dapat menurunkan kerja enzim.
Kontrol kerja enzim lainnya dapat berbentuk pengaturan pada proses terjadinya enzim
yang aktif yang berasal dari enzim yang belum aktif (proenzim atau zymogen). Contoh,
beberapa jenis enzim diproduksi oleh kelenjar tertentu dalam tubuh masih berupa proenzim
atau zymogen yang belum aktif. Aktivasi zymogen menjadi enzim aktif bisa dilakukan oleh
13
enzim lainnya yang sudah aktif. Sebagai contoh, enzim tripsin, pertama kali diproduksi
oleh pankreas masih berupa tripsinogen. Tripsinogen dibawa ke usus halus dan diaktivasi
oleh enzim enteropeptidase yang dihasilkan oleh usus halus membentuk enzim tripsin yang
aktif. Selanjutnya enzim tripsin dapat mengaktivasi balik tripsinogen atau zymogen lainnya
misalnya chymotrypsinogen dan proelastase menjadi chymotripsin dan elastase.
Gambar 2.9 Proses perubahan zymogen oleh kerja enzim membentuk enzim aktif
14
Hal ini juga didukung oleh Hastuti (2001), hidrolisis yang terjadi dengan enzim
proteolitik adalah putusnya ikatan peptida dari ikatan substrat. Hidrolisis protein dilakukan
oleh enzim endogenus dan dibantu oleh enzim eksogenus. Enzim hidrolitik berperan
sebagai enzim eksogenus. Adanya penambahan enzim ini membantu menghasilkan asam
amino lebih banyak sehingga pakan dikonsumsi dapat termanfaatkan dengan lebih efisien.
Peranan enzim sendir terhadap bidang perikanan adalah :
• Pada ikan herbivora, omnivora, maupun karnivora terdapat enzim karbohidrase,
protease, dan lipase.
• Keberadaan enzim enzim pencernaan berhubungan dengan makanan. Pada ikan
herbivore aktivitas enzim karbohidrase lebih tinggi daripada protease dan lipase,
sedangkan pada ikan karnivora dan omnivore aktivitas kerja enzim protease dan lipase
lebih tinggi daripada enzim karbohidrase
• Enzim – enzim tersebut berperan sebagai katalisator dalam hidrolisis protein, lemak,
dan karbohidrat menjadi bahan – bahan yang sederhana.
15
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Enzim adalah senyawa organik yang berperan sebagai katalis yaitu untukmempercepat
proses dan reaksi kimia yang sedang berlangsung. Enzim bekerja secara spesifik pada
satu jenis substrat. Namun, ada satu enzim yang dapat bekerja pada beberapa jenis
substrat. Enzim sangat berguna untuk bagi manusia, hewan,dan tumbuhan. Oleh karena
itu, keberadaan enzim sangat dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan di alam ini.
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah substrat,suhu,
keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH(tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yangdapat
mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhuatau pH yang
sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akanmengalami
kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim kehilangan fungsinyasama sekali.
Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang
menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator adalah yangmeningkatkan aktivitas
enzim. Banyak obat dan racun adalah inihibitor enzim.
Dalam bidang perikanan enzim sering digunakan sebagai pembuatan pakan dapat
membantu dan mempercepat proses pencernaan sehingga nutrien dapat cukup tersedia
untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Semakin banyak enzim yang
ditambahkan kedalam pakan, maka akan menghasilkan lebih banyak protein yang
dihidrolisis menjadi asam amino, sehingga akan meningkatkan daya cerna ikan terhadap
pakan.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih banyak kekurangan, untuk dari itu
apabila pembaca merasa tidak puas dengan makalah yang kami sajikan, silahkan bagi
pembaca untuk mencari tambahan referensi yang lain yang dapat menambah wawasan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Akhdiya, A. 2003. Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Protease Alkalin Termostabil. Buletin
Plasma Nutfah 9: 98-102
Hasan, O.D.S. 2000. Pengaruh Pemberian Enzim Papain Dalam Pakan Buatan Terhadap
Pemanfaatan Protein dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurame (Osphronemus gourame
Lac). Tesis. Institut Pertanian Bogor. 57 Hlm
Hastuti, D. 2001. Pengaruh Ekstrak Bromelin Sebagai Agensia Bating Terhadap Kekuatan
Teknik dan Suhu Kerut pada Penyamakan Full Nabati Kulit Kelinci Lokal. [Skripsi].
Fakultas Peternakan UNSOED,Purwokerto.
Marks, D. B., A. D. Marks dan C. M. Smith. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar Sebuah
Pendekatan Klinis. Penerbit EGC. Jakarta.
Moon, S.H. and S.J. Parulekar., 1993, Some Observation on Protease Producing in Continuous
Suspention Cultures of Bacillus firmus, Biotech, Bioeng, 41:43-54
Muchtadi, D., N. S. Palupi. M. Astawan. 1992. Enzim Dalam Industri Pangan. Pusat Antar
Universitas Pangan Dan Gizi. Itb. Bogor
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, “Dasar-dasar Mikrobiologi 1”, Alih bahasa:
Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S. L., UI Press, Jakarta.
Prasetya, A. 2011. Sejuta Manfaat dan Kehebatan Enzim. Sinar Kejora, Yogyakarta.
Puspitasari, 2012 , Isolasi. Karateristik dan Degradasi Protein Oleh Bakteri Proteolitik Aerob
Dari Tanki Septik, Institut Teknologi Surabaya. Surabaya.
17
Putri, S.E.S. 2015. Pengaruh Penambahan Enzim Hidrolitik dan Probiotik Terhadap Profil
Darah Dan Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus Linnaeus, 1758)
Diinfeksi Bakteri Streptococcus Sp. Skripsi. Universitas Gadjah Mada.
18