Anda di halaman 1dari 11

Uji Molisch

Prinsip uji molisch adalah suatu reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat atau H2SO4
membentuk cincin fuktural atau hidroksi metil fuktural ketika bereaksi dengan alfa naftol yang ada
pada reagen. Reaksi ini kemudian akan membentuk suatu warna kompleks ungu pada permukaan
larutan. Pada uji molisch sampel monosakarida akan bereaksil lebih cepat daripada disakarida dan
polisakarida. Hal ini dapat terjadi karena bentuk monosakarida yang sudah merupakan bentuk paling
sederhana sehingga tanpa perlu menunggu lebih lama, sampel monosakarida sudah bereaksi.
berbeda halnya dengan disakarida dan polisakarida yang berbentuk lebih kompleks sehingga sulit
bereaksi.

Berikut Reaksi yang terjadi

Mekanisme terbentuknya cincin ungu adalah karbohidrat oleh asam sulfat pekat akan
dihidrolisa menjadi monosakarida, lalu monosakarida tersebut mengalami dehidrasi oleh asam sulfat
menjadi furfural. Jika senyawanya berupa heksosa-heksosa maka senyawa yang terbentuk berupa
hidroksimetil furfural. Furfural tersebut dengan adanyaα -naftol akan berkondensasi membentuk
senyawa kompleks berwarna ungu. Dehidrasi pentose akan menghasilkan furfural, dehidrasi heksosa
akan menghasilkan hidroksimetil furfural sedangkan dehidrasi ramnosa membentuk metilfurfural
(Sudarmadji, 2010).

Tabel 1 Uji Molisch

Sampel Hasil Perubahan Warna Gambar


Tidak berwarna –
Glukosa Tidak bereaksi
cokelat tua

Tidak berwarna –
Fruktosa Tidak bereaksi
cokelat tua

Tidak berwarna –
Sukrosa Tidak bereaksi
cokelat

Keterangan: (+) : mengandung karbohidrat

(-) : tidak mengandung karbohidrat

Berdasarkan uji molisch yang telah dilakukan terdapat perbedaan antara hasil di literatur
dengan keadaan sebenarnya. Hal itu seharusnya terdapat cincin berwarna ungu pada salah satu
sampel seperti glukosa,dll. Namun hasil yang diperoleh adalah negatif seluruhnya yaitu ditandai
pada praktikum hanya terbentuk dua warna yaitu bening dengan coklat tanpa diperoleh cincin
berwarna ungu. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu asam sulfat.

Perlu diingat bahwa karbohidrat dalam asam encer walaupun dipanaskan akan tetap stabil,
tetapi apabila dengan asam pekat maka senyawa furfural akan dihasilkan. Pentosa-pentosa hampir
secara kuantitatif semua terhidrasi menjadi furfural. Maka dari itu asam sulfat pekat digunakan
dalam uji molisch, dan sangat penting untuk diperhatikan. Penggunaan asam sulfat pekat berfungsi
untuk menhidrasi karbohidrat menjadi senyawa furfural(poedjiadi,1994).

Apabila asam pekat ditambahkan pada larutan sampel secara hati-hati melalui dinding
tabung reaksi, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas kedua larutan cair ini akan terbentuk
cincin ungu karena kondensasi furfural dengan α -naftol (Poedjiadi, 1994). Jika langsung ke larutan
maka akan merusak langsung karbohidrat dan yang terbentuk adalah warna ungu pada larutan.
Selain itu, pemberian melalui dinding akan memberikan bentuk cincin yang sempurna.

Pada uji Molisch, cincin ungu yang sudah terbentuk harus dihindari dari guncangan karena
bila terkena guncangan maka partikel alcohol yang melindungi karbohidrat akan terurai dan asam
pekat akan masuk lalu merusak karbohidrat yang ada. Pemanasan tidak dilakukan karena asam
pekat sudah bersifat panas (eksoterm) sehingga apabila dilakukan pemanasan, reaksi kondensasi
cincin ungu akan terlalu cepat sehingga tak dapat terlihat dan karbohidrat akan rusak terlebih
dahulu ( Poedjiadi, 2005).

Uji Benedict

Uji Benedict digunakan untuk mengetahui kandungan gula pereduksi. Uji Barfoed digunakan
untuk membedakan disakarida pereduksi dengan monosakarida]

Uji Benedict digunakan untuk mengetahui kandungan gula pereduksi. Pereaksi benedict
untuk menguji keberdaan gula pereduksi. Pereaksi benedict terdiri dari larutan yang mengandung
kuprisulfat , natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu++ dari kuprisulfat
menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium
sitrat membuat pereaksi benedict lemah. Endapan terbentuk dapat berwarna merah , hijau, kuning
atau merah bata. Warna endapan ini bergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa.
Pereaksi benedict lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan untuk pemeriksaan glukosa dalam
urine (Poedjiadi, 2005).

Tabel 2 Uji Benedict

Sampel Hasil Perubahan Warna Gambar


Tidak berwarna –
Glukosa +
endapan merah bata

Tidak berwarna –
Fruktosa +
endapan merah bata

Tidak berwarna –
Sukrosa -
biru

Tidak berwarna –
Maltosa + hijau mendekati
merah
Tidak berwarna –
Laktosa +
endapan merah bata

Tidak berwarna -
Pati -
biru

Keterangan: (+) : mengandung gula pereduksi pada sampel

(-) : tidak mengandung gula pereduksi pada sampel

Hasil yang diperoleh menunjukkan glukosa, fruktosa, maltosa, dan laktosa dapat berekasi
dengan perekasi Benedict karena memiliki gugus aldehida dan keton bebas sedangkan sukrosa dan
pati tidak termasuk gula pereduksi karena kedua karbon dari masing-masing unitnya (Glukosa dan
fruktosa) bertautan dalam ikatan glikosidik sehingga tidak memilki gugus hemiasetal (Hart 2003).
Adapun tujuan dari dilakukannya pemanasan tersebut adalah untuk mempercepat reaksi
antara logam Cu dalam pereaksi benedict dengan sampel. Berdasarkan literatur bahwa
monosakarida (glukosa, fruktosa & galaktosa) dan disakarida (sukrosa, laktosa, dan maltosa) dengan
hasil pengamatan menunjukan kontrol positif. Lalu pada praktikum, pada hasil pengamatan
didapatkan bahwa glukosa 1%, fruktosa 1%, laktosa 1% dan maltosa 1% positif mengandung gula
pereduksi.

Uji Barfoed
Uji Barfoed digunakan untuk membedakan disakarida pereduksi dengan
monosakaridaPereaksi barfoed terdiri atas larutan kupriasetat dan asam asetat dalam air, dan
digunakan untuk membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Monosakarida dapat
mereduksi lebih cepat daripada disakarida. Jadi Cu2O terbentuk lebih cepat oleh monosakarida
daripada disakrida, dengan anggapan bahwa konsentrasi monosakarida dan disakarida dalam
larutan yang tidak berbeda banyak. Tauber dan klenier membuat modifikasi atas pereaksi ini, yaitu
dengan menggantikan asam asetat dengan asam laktat dan ion Cu+ yang dihasilkan direaksikan
dengan pereaksi warna fosfomolibdat hingga menghasilkan warna biru yang menunjukkan adanya
monosakarida. Disakarida dengan konsentrasi rendah tidak memberikan hasil positif. Perbedaan
antara pereaksi barfoed dengan pereaksi fehling atau benedict ialah bahwa pada pereaksi barfoed
digunakan pada suasana asam (Poedjiadi, 2005).

Apabila karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohidrat ini akan teroksidasi. Gugus
aldehida pada karbohidrat akan teroksiadasi menjadi gugus karboksilat dan terbentuklah asam
monokarboksilat. Debagai contoh galaktosa akan teroksidasi menjadi asam galaktonat, sedangkan
glukosa akan menjadi asam glukonat(Poedjiadi, 2005).

Tabel 3 Uji Barfoed

Sampel Hasil Perubahan Warna Gambar


Glukosa + Hijau Tua

Fruktosa + Hijau

Hijau muda
Sukrosa +
Ada endapan
Hijau muda
Maltosa -
Ada endapan

Hijau muda
Laktosa +
Ada endapan
Pati - Hijau muda

Keterangan: (+) : termasuk golongan monosakarida

(-) : tidak termasuk monosakarida

Pada uji barfoed yang bertujuan untuk membedakan antara monosakarida dengan
disakarida dan polisakarida banyak sekali terjadi ketidak susuaian dengan literatur yang ada.
Pereaksi barfoed yang mengandung kupri asetat jika direaksikan dengan gula gula pereduksi
(monosakarida) akan membentuk endapan kupri oksida berwarna merah sedangkan jika
direaksikan dengan gula gula pereduksi (disakarida) akan bereaksi sangat lambat dengan
pereaksi barfoed sehingga tidak akan menghasilkan endapan merah kecuali waktu percobaan
diperlama. Pada hasil percobaan yang praktikan lakukan semua sampel (bahan uji)
mempunyai hasil yang sama yaitu larutan berwarna hijau dengan endapan berwarna putih
kecuali glukosa. Hal ini mungkin terjadi akibat kurangnya perhatian terhadap pemanasan
sampel yaitu kontrol terhadap suhu pemanasan dan waktu pemanasan.

Uji Fermentasi

Pada uji fermentasi merupakan uji proses produksi energi dalam sel pada keadaan
anaerobik. Jenis fermentasi dibagi dua yaitu fermentasi media padat dan media cair. Saat praktikum
digunakan fermentasi media cair, yaitu fermentasi yang melibatkan air sebagai fase kontinu dari
sistem pertumbuhan sel yang bersangkutan atau substrat baik sebagai sumber mineral terlarut atau
tersuspensi sebagai partikel dalam fase cair. Uji fermentasi dilakukan pada sampel glukosa, maltosa
dan pati. Dalam ragi terdapat enzim yang dapat mencerna amilum sampai menjadi CO2 dan H2O,
juga enzim sukrosa (invertase) maupun fruktokinase.

Tabel 4 Uji Fermentasi

Sampel V CO2 (mL) pada menit ke- Isapan


5 10 15 20 25 30

Glukosa 4,5 >5,0 - - - - Ada CO2

Fruktosa 0,7 2,8 4,2 4,9 >5,0 >5,0 Ada CO2

Sukrosa 5,6 >6,5 - - - - Ada CO2

Maltosa 1,5 3,0 5,5 - - - Ada CO2

Laktosa 0,5 1,0 2,2 3,4 4,2 4,9 Ada CO2

Tidak
Pati 0,3 0,8 1,3 1,9 2,4 2,9
ada CO2

Gambar 1 gambar 2 gambar 3

Pada uji fermentasi fruktosa yang praktikan lakukan didapati hasil yauitu tebentuknya
gas CO2 yang ditandai dengan adanya isapan saat sampel yang terdapat pada tabung
fermentasi di tambahkan NaOH. Pada percobaan ini reaksi yang terjadi antara fruktosa
dengan ragi terjadi cukup lama padahal frukttosa merupakan karbohidrat yang sederhana
karena tergolong karbohidarat monosakarida. Hal ini mengkin terjadi akibat saat menggerus
atau menghaluskan ragi, ragi dibiarkan terlalu lama berinteraksi dengan udara terbuka baru
kemudian direaksikan dengan fruktosa sehimgga reaksi yang dihasilkan berlangsung lama.

Anda mungkin juga menyukai