Anda di halaman 1dari 6

Uji Seliwanoff

- merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus keton atau disebut juga
ketosa
- Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna
merah pada larutannya.
Selanjutnya digunakan reagen Selliwanoff untuk membedakan antara glukosa, fruktosa, dan
arabinosa. Ketika tiga jenis larutan tersebut ditambahkan reagen Selliwanoff, tidak terjadi
perubahan warna sehingga warnanya tetap bening. Setelah dipanaskan, maka untuk glukosa
dan arabinosa warnanya tetap bening sedangkan untuk fruktosa warnanya berubah menjadi
merah muda. Hal ini terjadi karena reagen Selliwanoff, yang merupakan larutan resorsinol
(1,3-dihidroksibenzena) dalam asam HCl, mampu mengubah fruktosa menjadi
hidroksimetilfurfural yang kemudian akan bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa
berwarna merah. Adanya sifat yang khas dari Selliwanoff untuk menunjukkan keberadaan
gugus keton, menyebabkan reagen ini bereaksi positif hanya terhadap fruktosa bukan dengan
yang lainnya (glukosa dan arabinosa).

Di dalam uji Seliwanoff ada pembentukan 4-hidroksimetilfurfural yang terjadi pada reaksi
antara fruktosa, sukrosa, galaktosa, glukosa, dan arabinosa yang mendasari uji seliwanof.
Fruktosa merupakan ketosa, dan sukrosa terbentuk atas glukosa dan fruktosa, sehingga reaksi
dengan pereaksi Seliwanof akan menghasilkan senyawa berwarna jingga. Warna jingga yang
muncul disebabkan oleh senyawa kompleks. Dalam percobaan yang dilakukan sukrosa dan
fruktosa memberikan warna merah jingga, sedangkan pada galaktosa, glukosa, dan arabinosa
memberikan warna jingga pucat. Hidroksimetilfurfural yang mengalami kondensasi akan
membentuk senyawa kompleks.

Uji Seliwanoff adalah adalah sebuah uji kimia yang digunakan untuk membedakan gula
aldosadan ketosa. Uji ini didasarkan pada fakta bahwa ketika dipanaskan, ketosa akan lebih
cepat terdehidrasi dari pada aldosa. Lima sampel yang diujikan dalam pengujian ini adalah
adalah aquades,glukosa, fruktosa, sukrosa, dan pati. Jika dipanaskan, karbohidrat yang
mengandung gugu keton akan menghasilkan warna merah pada larutannya. Hasil pengamatan
percobaan menunjukan bahwa fruktosa dan sukrosa bereaksi positif dengan pereaksi
Seliwanoffmenghasilkan larutan berwarna merah. Sedangkan aquades, glukosa, dan
patibereaksi negatif dengan pereaksi Seliwanoff. Fruktosa dan sukrosa yang menghasilkan
larutan warna merah mengidentifikasi adanaya kandungan ketosa dalam karbohidrat jenis
monosakarida itu. HCL yang terkandung dalam pereaksi seliwanoff mendehidrasi fruktosa
menghasilkan hidroksifurfuralsehingga furfural mengalami kondensasi membentuk larutan
berwarna merah. Warna merah larutan sukrosa disebabkan oleh sukrosa yang terhidrolisis
menjadi glukosa dan fruktosa. Hal ini sesuai dengan pendapat Michael (2006) yang
menyatakan bahwa ketosa dapat didehidrasi lebih cepat dari pada aldosa sehingga diperoleh
turunan furfural yang selanjutnya berkondensasi dengan resorsinol membentuk kompleks
merah. Uji seliwanoff bereaksi negatif terhadap glukosa dan pati karena pati merupakan
polisakarida dan glukosa merupakan aldosa dan ketosa.

Uji Seliwanoff adalah uji yang spesifik dalam mengidentifikasi gula ketosaheksosa seperti
fruktosa. Dalam pengujian ini golongan aldosa tidak bereaksi, sedangkan ketosa mengalami
proses dehidrasi untuk memberikan derifat furfuralnya yang kemudian akan mengalami
kondensasi dengan dan membentuk senyawa kompleks yang berwarna merah (Sumardjo,
2006). Percobaan menunjukan hasil bahwa larutan yang diuji pada larutan fruktosa dan
sukrosa menghasilkan warna larutan yang spesifik yakni warna merah yang
mengidentifikasikan adanya kandungan ketosa dalam karbohidrat jenis monosakarida. HCl
yang terkandung dalam pereaksi Seliwanoff mendehidrasi ruktosa menghasilkan hidroksi
furfural sehingga furfural mengalami kondensasi setelah penambahan resorsinol membentuk
larutan yang berwarna merah . Pada sukrosa apabila dipanaskan terlalu lama dapat
menunjukkan hasil yang positif terhadap pereaksi Seliwanoff. Hal ini terjadi karena adanya
pemanasan berlebihan menyebabkan sukrosa terhidrolisis menghasilkan fruktosa dan glukosa
sehingga fruktosa inilah yang nantinya akan bereaksi dengan pereaksi Seliwanoff
menghasilkan larutan berwarna orange. Hasil negatif dihasilkan oleh larutan aquades, glukosa
dan pati ini dikarenakan larutan tersebut merupakan larutan yang tidak memiliki gugus keton
sehingga uji coba menghasilkan hanya warna kekuningan pada masing-masing larutan.
Hal yang menyebabkan dihasilkannya endapan merah bata ini karena ini berasal dari Fehling
yang memiliki ion Cu2+ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan
diendapkan berwarna merah bata (Cu2O).
aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis, menjadi Cu+,
yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata. Gula pereduksi
merupakan gula yang memiliki gugus alkalis atau keton bebas atau terdapat gugus OH
glikosidis pada strukturnya (Sumardjo, 2006).
RCHO + 2 Cu2+ + 5 OH- RCO2- + Cu2O + 3 H2O
Percobaan menunjukkan hasil bahwa larutan fruktosa dan sukrosa menghasilkan warna
larutan yang spesifik yakni warna merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa larutan fruktosa
dan sukrosa mengalami oksidasi dan mampu mereduksi senyawa yaitu melepaskan O2
sehingga terbentuk tembaga oksida (Cu2O).

3. Uji Benedict
- merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas
- Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas
dalam suasana alkalis
- biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya
pengendapan CuCO3
- uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta
adanya endapan.
Uji Benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat)
pereduksi. Gula pereduksi adalah gula yang mengalami reaksi hidrolisis dan bisa diurai
menjadi sedikitnya dua buah monosakarida. Gula pereduksi bereaksi dengan pereaksi maka
aakan menghasilkan endapan berwarna merah bata (Cu2O). gula pereduksi didasarkan pada
prinsip reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang mengendap sebagai Cu2O berwarna merah bata.
Dari hasil pengamatan percobaan glukosa dan sukrosa bereaksi positif terhadap uji Benedict.
Glukosa bereaksi positif disebabkan karena glukosa mampu mereduksi senywa pengoksidasi,
dimana yang pereduksinya adalah ujung yang mengndung aldehida. Hal ini sesuai dengan
literature Anam, dkk (2013) bahwa gula reduksi adalah monosakarida (glukosa,fruktosa,dan
galaktosa), glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dan mengendap sebagai Cu2O yang berwarna
merah bata. Aquades, fruktosa, dan pati negatif dengan pereaksi Benedict. Menurut literatur
Anam,dkk (2013) contoh dari gula pereduksi adalah monosakarida (glukosa,fruktosa, dan
galaktosa) dan disakarida (laktosa dan maltose) kecuali sukrosa dan pati. Ketidak sesuaian
antara hasil pengamatan sukrosa dan fruktosa dengan literature kemungkinan disebabkan oleh
kesalahan praktikan dalam proses praktikum seperti pada saat pengambilan larutan sehingga
larutan terkontaminasi dengan zat lainnya.

Ada tidaknya sifat mereduksi pada disakarida, dalam hal ini adalah maltosa, laktosa, dan
sukrosa, dapat diketahui dengan menggunakan reagen Benedict yaitu suatu larutan yang
mengandung kuprisulfat, natrium karbonat, dan natrium sulfat. Suatu sakarida yang memiliki
gugus aldehida atau keton bebas dapat mereduksi Cu2+ dalam benedict menjadi Cu+
sehingga terjadi perubahan warna larutan dari biru menjadi merah. Jika dilihat dari ikatan
glikosidiknya, maka diketahui bahwa maltosa dan laktosa adalah gula pereduksi sebab masih
memiliki gugus aldehida bebas sedangkan sukrosa bukan gula pereduksi karena gugus
aldehida dan ketonnya digunakan untuk berikatan glikosidik. Namun berdasarkan hasil
percobaan, ternyata sukrosa yang telah ditambahkan benedict dan dipanaskan, berubah warna
dari biru menjadi orange muda mirip dengan maltosa dan laktosa yang warnanya berubah
dari biru menjadi orange tua. Hal ini dimungkinkan karena adanya kesalahan atau
kekurangtelitian pada saat praktikum.
Uji Benedict
Prinsip dari uji ini yaitu bila larutan tembaga yang basa direduksi oleh karbohidrat yang
mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan membentuk cupro oksida (Cu2O) yang
berwarna kuning sampai merah. Adanya perubahan warna hijau, kuning, jingga atau merah
menunjukkan reaksi positif.
Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan terlihat semua bahan yang digunakan berupa
amilum, glukosa, fruktosa, maltosa dan agar-agar yang digunakan pada uji benedict
menunjukkan reaksi positif karena yang ditandai dengan perubahan warna yang terjadi pada
amilum sebelum ditetesi berwarna bening setelah ditetesi bewarna biru, glukosa pada
awalnya bening setelah ditetesi berubah warna menjadi merah bata, fruktosa dan maltosa dari
bening menjadi warna merah bata dan pada agar-agar dari bening menjadi biru serta pada
sukrosa warnanya berubah menjadi biru setelah ditetesi. Semua percobaan di atas ditetesi
dengan reagen benedict dan masing-masing dipanaskan sampai 2 menit. Hal ini sudah sesuai
dengan teori bahwa pada uji benedict reaksi positif ditandai dengan adanya warna hijau,
kuning, jingga dan warna merah.
Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid dalam
gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula
pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah
menjadi glukosa dan mannosa dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan
pereaksi benedict. Alasan mengapa fruktosa begitu mudah teroksidasi adalah dalam larutan
basa fruktosa berada dalam kesetimbangan dengan dua aldehida diastereometik serta
penggunaan suatu zat antara tautomerik enadiol (Fessenden 1982).
Aquades, glukosa dan pati tidak menunjukan warna merah bata alias tidak bereaksi
diarenakan bukan gula pereduksi. . Hasil yang negatif pada percobaan dapat disebabkan
dalam proses pemanasan yang terlalu cepat. Sedangkan pati berdasarkan percobaan dan
literatur hasilnya sesuai literatur yaitu negatif. Namun, pada pemanasan cukup lama dapat
dihasilkan endapan merah bata pada polisakarida sebab memerlukan waktu lama untuk
mengubah gugus-gugusnya menjadi lebih sederhana sebelum bereaksi dengan pereaksi
Benedict.
Pada uji Benedict larutan tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas dengan membentuk kuproksida yang berwarna. Gula pereduksi
beraksi dengan pereaksi menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi
terdapat gugus aldehid dan OH laktol. OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C
pertama yang menentukan karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan. Sekalipun aldosa
atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam
kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus
aldehida atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor. Hasil uji positif
ditunjukkan oleh galaktosa, glukosa, maltosa, dan arabinosa, sedangkan untuk karbohidrat
jenis fruktosa, sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif. Fruktosa memberikan hasil yang
negatif yang seharusnya memberikan hasil positif, karena fruktosa bukanlah gula pereduksi.
Tetapi memiliki gugus -hidroksi keton, maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan
manosa dalam suasana basa serta memberikan hasil positif dengan pereaksi benedict.
Sedangkan sukrosa tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom karbon anomerik
keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak lagi terdapat gugus
aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai terbuka, hal ini menyebabkan
sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi Benedict.

Uji Iod
Uji iod merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui bahan-bahan yang
digunakan dalam pengujian mengandung iodium dan pati yang dapat membentuk ikatan
kompleks berwarna biru.
Hal ini tidak sesuai dengan teori dimana prinsip dari uji iodium dapat membentuk
ikatan kompleks yang berwarna biru, kemungkinan hal ini terjadi karena kondisi larutan yang
tidak memungkinkan atau dikarenkan praktikan yang kurang teliti dalam melakukan
percobaan ini.

Pada uji coba Iodin, digunakan 4 larutan uji yaitu pati, glukosa, sukrosa, dan aquades.
Percobaan menunjukkan hasil bahwa hanya larutan pati yang menghasilkan warna larutan
yang spesifik yakni warna ungu atau hitam kebiruan. Sedangkan larutan yang lainnya
menghasilkan warna orange jernih. Hal ini menunjukkan bahwa pati menghasilkan larutan
yang positif terhadap kandungan polisakarida sehingga menghasillkan warna hitam kebiruan.
Terbentuknya warna hitam kebiruan disebabkan molekul amilosa dan amilopektin yang
membentuk suatu melekul dengan molekul dari larutan iodium. Sedangkan pada larutan
glukosa, sukrosa, dan aquades tidak berwarna biru kehitaman karena bukan merupakan jenis
polisakarida sehingga tidak dapat bereaksi dengan larutan iodium dan hanya terbentuk warna
orange jernih pada masing-masing larutan.

Uji Iodin

- Digunakan untuk menunjukkan adanya polisakarida

- Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru

- Amilopektin dengan iodin akan memberi warna merah ungu

- sedangkan dengan glikogen dan dekstrin akan membentuk warna merah coklat

Uji yang terakhir yaitu uji Iodin. Uji Iodin bertujuan untuk mengetahui kandungan
polisakarida. Berfungsi untuk mendeteksi kandungan amilosa atau amilum yang ditandai
dengan warna biru atau ungu pekat. Hasil pengamatan percobaan menunjukan bahwa pati 1%
karena positif terhadap larutan iodin, sedangkan aquades, glukosa, dan sukrosa bereaksi
negatif. Pati menunjukan reaksi positif terhadap larutan iodine karena dalam larutan pati
terdapat unit-unit glukosa yang membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan
konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Hal inilah yang menyebabkan pati menghasikan warna
ungu kehitaman atau ungu pekat pada saat percobaan. Sesuai dengan pendapat Fessenden
(1986) yang menyatakan bentuk rantai heliks ini menyebabkan pati dapat membentuk
kompleks dengan molekul iodin yang dapat masuk ke dalam spiralnya sehingga
menyebabkan warna biru tuapada kompleks tersebut.

Anda mungkin juga menyukai