NIM : P17120183081
Kelas : 2B
Prodi : D-III Anafarma
Dari hasil uji kelarutan, sampel sedikit larut dalam air dingin. Diduga sampel 1
mengandung 2 molekul karbohidrat yaitu monosakarida atau disakarida dan
polisakarida. Karena pada dasarnya ada polisakarida seperti pati yang mudah larut
dalam air panas bukan air dingin.
Dari hasil uji molish (positif) terbentuk cincin ungu, diduga dalam sampel 1
mengandung semua jenis karbohidrat meliputi monosakarida, disakarida, dan
polisakarida kecuali triosa dan tetrosa karena triosa dan tetrosa tidak dapat
menghasilkan senyawa furfural. Uji molish digunakan untuk uji golongan karbohidrat
secara umum sehingga dapat diketahui apakah sampel mengandung senyawa
karbohidrat atau tidak. Senyawa furfural dihasilkan dari reaksi dehidrasi
monosakarida dengan H2SO4 pekat. Senyawa furfural atau hidroksimetil furfural yang
bereaksi dengan alpha-naftol akan menghasilkan senyawa kompleks merah keunguan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Dari hasil uji bial tidak terbentuk warna biru hijau (negatif), diduga dalam sampel
1 tidak mengandung pentose melainkan mengandung heksosa. Uji bial digunakan
untuk membedakan heksosa dan pentose. Pentosa yang didehidrasi dengan HCl pekat
akan menghasilkan senyawa furfural. Senyawa furfural berkondensasi dengan
orsional (3,5-hidroksi toluena) menghasilkan senyawa kompleks biru hijau. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Pada sampel 1 memberikan hasil negatif pada uji bial karena senyawa furfural yang
dihasilkan dari reaksi dehidrasi dengan HCl pekat dan bereaksi dengan orsinol bukan
berasal dari pentosa sehingga reaksi di atas tidak dapat berlangsung.
Dari hasil uji seliwanof tidak terbentuk larutan berwarna merah (negatif), diduga
dalam sampel 1 tidak mengandung ketoheksosa (fruktose) melainkan aldoheksosa. Uji
seliwanof digunakan untuk membedakan ketoheksosa dan aldoheksosa. Ketoheksosa
yang paling umum adalah fruktose. Karbohidrat dihidrolisis oleh HCl pekat
menghasilkan monosakarida berupa ketoheksosa yang terdehidrasi menjadi senyawa
furfural. Senyawa furfural bereaksi dengan resolsinol menghasilkan senyawa
kompleks berwarna merah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Pada sampel 1 memberikan hasil negatif pada uji seliwanof karena senyawa furfural
yang dihasilkan dari reaksi dehidrasi dengan HCl pekat dan bereaksi dengan
resolsinol bukan berasal dari ketoheksosa (fruktosa) sehingga reaksi di atas tidak
dapat berlangsung.
Dari hasil uji benedict terbentuk endapan merah bata, diduga dalam sampel 1
mengandung karbohidrat yang bersifat sebagai gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa), laktosa, dan maltosa. Uji benedict
digunakan untuk mengetahui adanya karbohidrat yang bersifat sebagai gula pereduksi
berdasarkan reaksi redoks menggunakan ion Cu2+ dalam suasana basa. Karbohidrat
yang memiliki sifat sebagai reduktor akan mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+. Cu+ akan
mengendap menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Dari hasil uji barfoed pada menit ke-5 terbentuk endapan merah bata dan pada
menit ke-10 jumlah endapan yang dihasilkan tetap, diduga dalam sampel 1
mengandung monosakarida karena tidak ada penambahan endapan pada menit ke-6
sampai 12. Uji berfoed digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida
berdasarkan reaksi redoks. Reduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ terjadi dalam suasana asam.
Monosakarida lebih reaktif daripada disakarida pada suasana asam sehingga dalam
mereduksi ion Cu+ monosakarida akan lebih cepat dibandingkan dengan disakarida.
Hasil dari reaksi berupa endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
➢ Iodine Sampel 1
Dari hasil uji iodine terbentuk warna biru, diduga dalam sampel 1 mengandung
polisakarida pati atau amilum. Uji iodine digunakan untuk membedakan polisakarida
dengan karbohidrat lain. Polisakarida yang memiliki struktur rantai heliks akan
berikatan dengan iodine. Pati bereaksi dengan iodine akan menghasilkan kompleks
iod amilum yang berwarna biru. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Kesimpulan (Sampel 1) :
Dari hasil uji kelarutan, sampel larut dalam air dingin. Diduga sampel 2
mengandung molekul karbohidrat berupa monosakarida dan disakarida karena
monosakarida dan disakarida mudah larut dalam air dingin.
Dari hasil uji molish (positif) terbentuk cincin ungu, diduga dalam sampel 2
mengandung semua jenis karbohidrat meliputi monosakarida, disakarida, dan
polisakarida kecuali triosa dan tetrosa karena triosa dan tetrosa tidak dapat
menghasilkan senyawa furfural. Uji Molish digunakan untuk uji golongan karbohidrat
secara umum sehingga dapat diketahui apakah sampel mengandung senyawa
karbohidrat atau tidak. Senyawa furfural dihasilkan dari reaksi dehidrasi
monosakarida dengan H2SO4 pekat. Senyawa furfural atau hidroksimetil furfural yang
bereaksi dengan alpha-naftol akan menghasilkan senyawa kompleks merah keunguan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Dari hasil uji bial (positif) terbentuk warna biru hijau, diduga dalam sampel 2
mengandung pentose. Uji bial digunakan untuk membedakan heksosa dan pentose.
Pentosa yang didehidrasi dengan HCl pekat akan menghasilkan senyawa furfural.
Senyawa furfural berkondensasi dengan orsional (3,5-hidroksi toluena) menghasilkan
senyawa kompleks biru hijau. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
➢ Uji Seliwanof Sampel 2
Dari hasil uji seliwanof (positif) terbentuk larutan berwarna merah, diduga dalam
sampel 2 mengandung ketoheksosa (fruktose). Uji seliwanof digunakan untuk
membedakan ketoheksosa dan aldoheksosa. Ketoheksosa pada umumnya adalah
fruktose. Karbohidrat akan dihidrolisis oleh HCl pekat dan menghasilkan
monosakarida berupa ketoheksosa yang akan terdehidrasi menjadi senyawa furfural.
Senyawa furfural bereaksi dengan resolsinol menghasilkan senyawa kompleks
berwarna merah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
➢ Uji Benedict Sampel 2
Dari hasil uji benedict terbentuk endapan merah bata, diduga dalam sampel 2
mengandung karbohidrat yang bersifat sebagai gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa), laktosa, dan maltosa. Uji benedict
digunakan untuk mengetahui adanya karbohidrat yang bersifat sebagai gula pereduksi
berdasarkan reaksi redoks menggunakan ion Cu2+ dalam suasana basa. Karbohidrat
yang memiliki sifat sebagai reduktor akan mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+. Cu+ akan
mengendap menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Dari hasil uji barfoed pada menit ke-5 terbentuk endapan merah bata dan pada
menit ke-10 jumlah endapan yang dihasilkan bertambah banyak, diduga dalam sampel
2 mengandung disakarida karena ada penambahan endapan pada menit ke-6 sampai
12. Uji berfoed digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida
berdasarkan reaksi redoks. Reduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ terjadi dalam suasana asam.
Monosakarida lebih reaktif daripada disakarida pada suasana asam sehingga dalam
mereduksi ion Cu+ monosakarida akan lebih cepat dibandingkan dengan disakarida.
Hasil dari reaksi berupa endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
➢ Iodine Sampel 2
Dari hasil uji iodine tidak terbentuk warna biru dan coklat. Diduga dalam sampel
2 tidak mengandung polisakarida. Uji iodine digunakan untuk membedakan
polisakarida dengan karbohidrat lain. Polisakarida yang memiliki struktur rantai
heliks akan berikatan dengan iodine. Pati bereaksi dengan iodine akan menghasilkan
kompleks iod amilum yang berwarna biru dan glikogen menghasilkan warna coklat.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Sampel 2 memberikan hasil negatif pada uji iodine karena tidak memiliki struktur
heliks sehingga tidak dapat bereaksi dengan iodium.
Kesimpulan (Sampel 2) :
Dari hasil uji kelarutan, sampel sedikit larut dalam air dingin. Diduga sampel 1
mengandung 2 molekul karbohidrat yaitu monosakarida atau disakarida dan
polisakarida. Karena pada dasarnya ada polisakarida seperti pati yang mudah larut
dalam air panas bukan air dingin.
➢ Uji Molish Sampel 3
Dari hasil uji molish (positif) terbentuk cincin ungu, diduga dalam sampel 3
mengandung semua jenis karbohidrat meliputi monosakarida, disakarida, dan
polisakarida kecuali triosa dan tetrosa karena triosa dan tetrosa tidak dapat
menghasilkan senyawa furfural. Uji Molish digunakan untuk uji golongan karbohidrat
secara umum sehingga dapat diketahui apakah sampel mengandung senyawa
karbohidrat atau tidak. Senyawa furfural dihasilkan dari reaksi dehidrasi
monosakarida dengan H2SO4 pekat. Senyawa furfural atau hidroksimetil furfural yang
bereaksi dengan alpha-naftol akan menghasilkan senyawa kompleks merah keunguan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Dari hasil uji bial tidak terbentuk warna biru hijau (negatif), diduga dalam sampel
3 tidak mengandung pentose melainkan mengandung heksosa. Uji bial digunakan
untuk membedakan heksosa dan pentose. Pentosa yang didehidrasi dengan HCl pekat
akan menghasilkan senyawa furfural. Senyawa furfural berkondensasi dengan
orsional (3,5-hidroksi toluena) menghasilkan senyawa kompleks biru hijau. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Pada sampel 3 memberikan hasil negatif pada uji bial karena senyawa furfural yang
dihasilkan dari reaksi dehidrasi dengan HCl pekat dan bereaksi dengan orsinol bukan
berasal dari pentosa sehingga reaksi di atas tidak dapat berlangsung.
Dari hasil uji seliwanof (positif) terbentuk larutan berwarna merah, diduga dalam
3 mengandung ketoheksosa (fruktose). Uji seliwanof digunakan untuk membedakan
ketoheksosa dan aldoheksosa. Ketoheksosa pada umumnya adalah fruktose.
Karbohidrat akan dihidrolisis oleh HCl pekat dan menghasilkan monosakarida berupa
ketoheksosa yang akan terdehidrasi menjadi senyawa furfural. Senyawa furfural
bereaksi dengan resolsinol menghasilkan senyawa kompleks berwarna merah. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Dari hasil uji benedict terbentuk endapan merah bata, diduga dalam sampel 3
mengandung karbohidrat yang bersifat sebagai gula pereduksi meliputi semua jenis
monosakarida (glukosa, fruktosa, dan galaktosa), laktosa, dan maltosa. Uji benedict
digunakan untuk mengetahui adanya karbohidrat yang bersifat sebagai gula pereduksi
berdasarkan reaksi redoks menggunakan ion Cu2+. Karbohidrat yang memiliki sifat
sebagai reduktor akan mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+. Cu+ akan mengendap
menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Dari hasil uji barfoed pada menit ke-5 terbentuk endapan merah bata dan pada
menit ke-10 jumlah endapan yang dihasilkan tetap, diduga dalam sampel 3
mengandung monosakarida karena tidak ada penambahan endapan pada menit ke-6
sampai 12. Uji berfoed digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida
berdasarkan reaksi redoks. Reduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ terjadi dalam suasana asam.
Monosakarida lebih reaktif daripada disakarida pada suasana asam sehingga dalam
mereduksi ion Cu+ monosakarida akan lebih cepat dibandingkan dengan disakarida.
Hasil dari reaksi berupa endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
➢ Iodine Sampel 3
Dari hasil uji iodine tidak terbentuk warna biru dan coklat tetapi membentuk
endapan putih, diduga dalam sampel tersebut mengandung polisakarida selulosa. Uji
iodine digunakan untuk membedakan polisakarida dengan karbohidrat lain.
Polisakarida yang memiliki struktur rantai heliks akan berikatan dengan iodine.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Sampel 4 memberikan hasil negatif pada uji iodine tetapi menghasilkan endapan putih.
Hal ini menunjukkan polisakarida yang ada dalam sampel tidak memiliki struktur
heliks sehingga tidak bereaksi dengan iodium tetapi dapat menghasilkan endapan
putih.
Kesimpulan (Sampel 3) :
Dari hasil uji kelarutan, sampel sedikit larut dalam air dingin. Diduga sampel 1
mengandung 2 molekul karbohidrat yaitu monosakarida atau disakarida dan
polisakarida. Karena pada dasarnya ada polisakarida seperti pati yang mudah larut
dalam air panas bukan air dingin.
Dari hasil uji molish (positif) terbentuk cincin ungu, diduga dalam sampel 4
mengandung semua jenis karbohidrat meliputi monosakarida, disakarida, dan
polisakarida kecuali triosa dan tetrosa karena triosa dan tetrosa tidak dapat
menghasilkan senyawa furfural. Uji Molish digunakan untuk uji golongan karbohidrat
secara umum sehingga dapat diketahui apakah sampel mengandung senyawa
karbohidrat atau tidak. Senyawa furfural dihasilkan dari reaksi dehidrasi
monosakarida dengan H2SO4 pekat. Senyawa furfural atau hidroksimetil furfural yang
bereaksi dengan alpha-naftol akan menghasilkan senyawa kompleks merah keunguan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Dari hasil uji bial tidak terbentuk warna biru hijau (negatif), diduga dalam sampel
4 tidak mengandung pentose melainkan mengandung heksosa. Uji bial digunakan
untuk membedakan heksosa dan pentose. Pentosa yang didehidrasi dengan HCl pekat
akan menghasilkan senyawa furfural. Senyawa furfural berkondensasi dengan
orsional (3,5-hidroksi toluena) menghasilkan senyawa kompleks biru hijau. Reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut :
Pada sampel 4 memberikan hasil negatif pada uji bial karena senyawa furfural yang
dihasilkan dari reaksi dehidrasi dengan HCl pekat dan bereaksi dengan orsinol bukan
berasal dari pentosa sehingga reaksi di atas tidak dapat berlangsung.
Dari hasil uji seliwanof tidak terbentuk larutan berwarna merah (negatif), diduga
dalam sampel 4 tidak mengandung ketoheksosa (fruktose) melainkan aldoheksosa. Uji
seliwanof digunakan untuk membedakan ketoheksosa dan aldoheksosa. Ketoheksosa
yang paling umum adalah fruktose. Karbohidrat dihidrolisis oleh HCl pekat
menghasilkan monosakarida berupa ketoheksosa yang terdehidrasi menjadi senyawa
furfural. Senyawa furfural bereaksi dengan resolsinol menghasilkan senyawa
kompleks berwarna merah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Pada sampel 4 memberikan hasil negatif pada uji seliwanof karena senyawa furfural
yang dihasilkan dari reaksi dehidrasi dengan HCl dan bereaksi dengan resolsinol
bukan berasal dari ketoheksosa sehingga reaksi di atas tidak dapat berlangsung.
Dari hasil uji benedict terbentuk endapan merah bata, diduga dalam sampel 4
mengandung pereduksi meliputi semua jenis monosakarida (glukosa, fruktosa, dan
galaktosa), laktosa, dan maltosa. Uji benedict digunakan untuk mengetahui adanya
karbohidrat yang bersifat sebagai gula pereduksi berdasarkan reaksi redoks
menggunakan ion Cu2+. Karbohidrat yang memiliki sifat sebagai reduktor akan
mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+. Cu+ akan mengendap menjadi Cu2O yang berwarna
merah bata. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Dari hasil uji barfoed pada menit ke-5 terbentuk endapan merah bata dan pada
menit ke-10 jumlah endapan yang dihasilkan bertambah banyak, diduga dalam sampel
4 mengandung disakarida karena ada penambahan endapan pada menit ke-6 sampai
12. Uji berfoed digunakan untuk membedakan monosakarida dan disakarida
berdasarkan reaksi redoks. Reduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ terjadi dalam suasana asam.
Monosakarida lebih reaktif daripada disakarida pada suasana asam sehingga dalam
mereduksi ion Cu+ monosakarida akan lebih cepat dibandingkan dengan disakarida.
Hasil dari reaksi berupa endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
➢ Iodine Sampel 4
Dari hasil uji iodine terbentuk warna biru, diduga dalam sampel tersebut
mengandung pati atau amilum. Uji iodine digunakan untuk membedakan polisakarida
dengan karbohidrat lain. Polisakarida yang memiliki struktur rantai heliks akan
berikatan dengan iodine. Pati berekasi dengan iodine akan menghasilkan kompleks
iod amilum yang berwarna biru. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Kesimpulan (Sampel 4) :
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari setiap hasil uji, secara keseluruhan
dapat disimpulkan bahwa sampel 1 mengandung molekul karbohidrat glukosa dan
amilosa. Sampel 2 mengandung molekul karbohidrat arabinosa dan sukrosa. Sampel 3
mengandung molekul karbohidrat fruktosa dan selulosa. Sampel 4 mengandung
molekul karbohidrat maltosa dan amilosa.