Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIK Pr. An.

MAKANAN DAN MINUMAN ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT SECARA REAKSI WARNA DAN KLT

OLEH : ENY YUNIARTI (09.009) RAHADIAN DWI SWAMIN NANDA (09.026) RINDHA FIOTELA N (09.027)

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG 2009/2010


ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT SECARA REAKSI WARNA DAN KLT

Tujuan : Mahasiswa dapat melakukan analisis karbohidrat secara reaksi warna dan KLT Dasar Teori : Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau keton atau senyawa yang menghasilkan senyawa senyawa ini bila dihidrolisa. Molekul karbohidrat terdiri atas atom atom karbon, hidrogen dan oksigen. Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terhadap gugus OH, gugus aldehid atau gugus keton. Terdapat tiga golongan utama karbohidrat, yaitu :

Monosakarida, atau disebut gula sederhana, terdiri dari satu unit polihidroksi aldehid atau keton. Contohnya :

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam glukosa terdapat dalam buah-buahan dan madu lebah. Dalam alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun.

Fruktosa adalah suatu ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan karenanya disebut juga levulosa. Fruktosa mempunyai rasa lebih manis dari pada gula tebu atau sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3 dhidroksi-benzena) dalam asam clorida.

Galaktosa umumnya berikatan dengan glukosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan. Pada proses oksidasi oleh asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas galaktosa menghasilkan asam musat yang kurang larut dalam air bila dibandingkan dengan asam sakarat yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa.

Oligosakarida, terdiri dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh ikatan kovalen. Contohnya :

Laktosa memiliki gugus karbonil yang berpotensi bebas pada residu glukosa. Laktosa adalah disakarida pereduksi. Selama proses pencernaan, laktosa mengalami proses hidrolisis enzimatik oleh laktase dari sel-sel mukosa usus.

Sukrosa atau gula tebu adalah disakarida dari glukosa dan fruktosa. Sukrosa dibentuk oleh banyak tanaman tetapi tidak terdapat pada hewan tingkat tinggi. Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang diperoleh dari reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang ekuimolekular.

Polisakarida, terdiri dari rantai panjang yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida. Contohnya : 1. Amilum atau pati Merupakan karbohidrat cadangan yang terdapat pada tumbuhan, terdapat dua fraksi pada amilum yaitu fraksi amilase (fraksi tidak bercabang) dan fraksi amilopektin (fraksi bercabang). Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan glukosa. Hidrolisis dapat juga dibantu dengan bantuan enzim amilase.

PGA (Pulvis gummi acasiae) Serbuk gum akasia atau serbuk gum arab Pemerian : serbuk putih atau putih kekuningan,tidak berbau Kelarutan : larut hampir sempurna dalam air, tetapi sangat lambat meninggalkan sisa bagian tanaman dalam jumlah sangat sedikit dan memberikan cairan sejenis mucilago tidak berwarna atau kekuningan kental, lengket, transparan bersifat asam lemah terhadap kertas lakmus biru, praktis tidak larut dalam etanol dan dalam eter.

CMC Na (carboxymethyl celulosum natrium) Karboksilat natrium Garam selulosa karboksimetil eter natrium

Karboksilat selulosa natrium adalah garam natrium dari polikarboksimetil. Eter selulosa mengandung tidak kurang dari 6,5 % dan tidak lebih dari 9,5 % natrium (Na) terhadap zat yang sudah dikeringkan. Pemerian : serbuk atau granul putih sampai krem higroskopik Kelarutan : mudah terdispersi membentuk larutan koloid,tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain. Struktur CMC-Na :

Identifikasi karbohidrat :

1. Reaksi molish Prinsip reaksi ini adalah dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa fulfural. Uji positif jika timbul cincin merah ungu yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetil furfural dengan naftol Reaksi :

2. Uji benedict Uji benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas, seperti yang terdapat pada laktosa dan maltosa. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. uji positif ditandai dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya endapan.

Reaksi uji benedict: O O

R C H + Cu2 + 2OH- R C OH + Cu2O

3. Uji seliwanoff Uji seliwanoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus keton atau disebut juga ketosa. Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi asm levulinat dan hidroksilmetil furfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna merah pada larutannya. Reaksi uji selliwanof :

4. Uji iodine Uji Iodin bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida. Reagent yang digunakan adalah larutan iodine yang merupakan I2 terlarut dalam potassium iodide. Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai poliiodida. Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar), sehingga dapat berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti disakarida dan monosakaraida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan dengan iodin.

5. Uji fehling . Larutan fehling terdiri dari campuran cuprisulfat, Na-tatrat, dan NaOH yang dengan gula reduksi kemudian dipanaskan menghasilkan endapan hijau, kuning orange, atau merah tergantung macam gula reduksi . Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam gula non reduksi adalah sukrosa Reaksi yang terjadi dalam uji fehling adalah :

6. Reaksi Barfoed Untuk mengetahui keberadaan gula pereduksi pada karbohidrat uji :

KH + camp CuSO4 dan CH3COOH Cu2O endapan merah bata. Uji ini berbeda
CuOH2 dengan
Reagen Barfoed

CuO H 2O O karena uji ini dapat membedakan monosakarida dan test fehling dan benedict 2

disakarida berdasarkan prinsip monosakarida akan tereduksi cepat dari pada disakarida. Reaksi uji barfoed :

7. Reaksi Osazon Reaksi ini dapat digunakan baik untuk larutan aldosa maupun ketosa, yaitu dengan menambahkan larutan fenilhidrazin, lalu dipanaskan hingga terbentuk kristal berwarna kuning yang dinamakan hidrazon (osazon). 8. Reaksi Rapid Furfural Untuk mendeteksi keberadaan karbohidrat KH + HCl hidroksi metil furfural + -raphtol kompleks warna ungu HCl pada reagen berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan memberikan suasana asam. Sedangkan -naphtol berfungsi sebagai indikator warna yang akan memberikan warna ungu ketika berikatan dengan kompleks aldosa atau ketosa

9. Reaksi Hidrolisis Selulosa Untuk mengetahui apakah selulosa dapat dihidrolisis menggunakan H2SO4 pekat atau tidak. Selulosa + H2SO4 pekat glukosa + selobiosa + benediot 10. Reaksi Hidrolisis Amilum

Untuk mengetahui apakah amilum dapat terhidrolisis Amilum + HCl pekat dipanaskan + I2 didinginkan + benediot
11. Uji moore

Tambahkan 1ml 2% NaOH pada 1 ml larutan sampel dan dinginkan. Larutan positif jika berwarna kuning dan lama kelamaan menjadi merah kecoklatan. Reaksi uji moore :

Alat dan Bahan : Alat : tabung reaksi rak tabung reaksi gelas pengaduk chamber beaker glass plat tetes plat KLT botol semprot Bahan : sukrosa glukosa laktosa fruktosa dekstrim CMC Na PGA Amylum

Prosedur Kerja :
1. Uji Molish (komposisi : -naftol dalam alkohol)

Mengambil 1ml sampel dimasukkan dalam tabung reaksi Menambahakan 3 tetes pereaksi molish Amati perubahan warna yang terjadi.

2. Uji Fehling (komposisis : Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan KNa tartarat))
-

Mengambil 1ml sampel dimasukkan dalam tabung reaksi Menambahakan 3 tetes pereaksi fehling A , amati perubahan yang terjadi . Menambahkan 3tetes pereaksi fehling B. Amati perubahan warna yang terjadi.

3. Uji Seliwalnof (komposisi : resolsinol dalam HCl) -

Mengambil 1ml sampel dimasukkan dalam tabung reaksi Menambahakan 3 tetes pereaksi seliwalnof. Amati perubahan warna yang terjadi.

4. Uji Iodin -

Mengambil 1ml sampel dimasukkan dalam tabung reaksi Menambahakan 3 tetes pereaksi iodium Amati perubahan warna yang terjadi.

5. Hidrolisis pati -

Buat 10 ml amylum 1 % Ambil 5 ml amylum 1 % dan tambahkan 3 ml HCl pekat panaskan dengan penagas air. Setiap 3 menit periksa dengan tes iodin atau iodium (ambil 1 atau 2 tetes sampel dan uji menggunakan plat tetes ) Setelah larutan menjadi negatif dengan tes iodium, dinginkan dan
a netralkan sisa larutan iodom dengan N 2C2O3 padat.

Lakukan tes fehling Lakukan pula tes benedict terhadap lautan amylum 1 % nonhidrolisis.

6. uji moore -

Mengambil 1ml sampel dimasukkan dalam tabung reaksi Menambahakan 1ml 2% NaOH dan dinginkan. Amati perubahan warna yang terjadi.

7. Uji KLT -

Siapkan larutan gula dan larutan gula campuran yang telah dianalisa Mempuat spot pada plat kaca alumunium foil yang sudah dikeringkan pada suhu 100oC/30 menit. Keringka atau dikondisikan pada suhu kamar. Siapkan chamber yang telah diisi oleh eluen ( aseton:air = 9:1) Masukkan plat kaca dan alumunium foil yang telah di spot dalam bejana kromatografi dan ditutup. Setelah terjadi eluasi pada batas yang telah ditentukan, plat diangkat. Plat dioven pada suhu 100 C selama 10 menit Plat diwarnai dengan H2SO4 10% Plat dioven kembali pada suhu 100oC dalam 25 menit. Amati bentuk spot yang terbentuk dan tentukan nilai Rf.

Hasil Pengamatan : Uji warna : Uji Sampel Molish (+asam) Cincin ungu (+) Cincin ungu semu (+) Cincin ungu (+) Cincin ungu (+) Cincin ungu (+) Cincin ungu (+) Cincin ungu (+) Cincin ungu (+) Cincin ungu (+) Cincin ungu (+) Cincin ungu (+) Fehling Iodin Seliwalnof Moore

Sukrosa

(-)

(-) Kuning oran (-) Kuning (-) Kuning Coklat (-) (-) Kuning (-) Kuning Biru (+) Biru kehitaman (+) Biru (+) Biru (+) Biru (+)

Jingga (+) (-)

(-)

Glukosa

(-)

ge (+) Fruktosa oran ge (+) Dekstrin CMC Na Orange (+) oran ge (+) PGA (-) Larutan biru (-) (-)

(-)

(-)

(-) (-)

(-) (-)

(-)

(-)

Amylum Manihot Amylum oryzae Amylum tritici Amylum solani Amylum maydis

(-) (-)

(-) (-)

(-) (-) (-)

(-) (-) (-)

(-) (-) (-)

Hidrolisis Pati

No

Sampel

Menit 1

3 menit kemudian

Ditambah fehling Larutan hijau Larutan hijau Larutan hijau Larutan hijau Larutan hijau

1 2 3 4 5

Amylum Manihot Amylum oryzae Amylum tritici Amylum solani Amylum maydis

Biru Biru Biru Biru Biru

Kuning Kuning Kuning Kuning Kuning

Hasil KLT

Dari hasil praktikum kromatografi lapis tipis tidak dapat menghasilkan noda, jadi tidak bisa menghitung nilai Rf nya.

Pembahasan Praktikum kali ini dilakukan identifikasi karbohidrat dengan menggunakan reaksi warna dan KLT. Pada metode KLT sampel yang digunakan adalah tiwul. Pada metode reaksi warna menggunakan sampel Sukrosa, Glukosa, Fruktosa, Dekstrin, CMC Na, PGA, Amylum Manihot, Amylum Oryzae, Amylum Tritici, Amylum Solani dan Amylum Maydis. Untuk identifikasi karbohidrat dengan menggunakan metode reaksi warna, sampel ditambahkan dengan pereaksi pereaksi tertentu seperti molish, fehling, selliwalnof, iodin, dan moore. Pereaksi molisch terdiri dari -naftol dalam alkohol yang akan bereaksi dengan furfural. Furfural merupakan hasil reaksi dari dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asam sulfat pekat. Reaksi antara -naftol dan furfural akan menghasilkan senyawa kompleks berwarna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa uji molisch sangat spesifik untuk membuktikan adanya karbohidrat. Hasil reaksi yang positif ditunjukkan dengan warna ungu. Pada larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, dextrin, PGA, CMC-Na, dan amilum memberikan reaksi positif, artinya larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, dextrin, PGA, CMC-Na, dan amilum mengandung karbohidrat. Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid dan gula reduksi. Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel terputus ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam karboksilat. OH- berasal dari NaOH. Endapan merah bata Cu2O yang terbentuk merupakan hasil samping dari reaksi pembentukan asam karboksilat. CMC-Na, fruktosa, glukosa, dan dextrin positif pada uji fehling dengan menunjukkan warna jingga, artinya CMC-Na, fruktosa, glukosa, dan dextrin mengandung gugus aldehid dan merupakan gula reduksi. Pada percobaan uji iodin, amilum yang direaksikan dengan iodium menghasilkan warna biru kehitaman. Amylum Manihot, amilum Maydis, amilum Solani, amilum Tritici, dan amilum Oryzae positif pada uji iodin. Uji seliwanoff merupakan uji spesifik untuk karbohidrat yang mengandung gugus keton atau disebut juga ketosa. Pada pereaksi seliwanoff, terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi asam levulinat dan hidroksilmetil furfural. Jika dipanaskan karbohidrat yang mengandung gugus keton akan menghasikan warna jingga pada larutannya. Warna jingga

yang muncul disebabkan oleh senyawa kompleks. Dalam percobaan yang dilakukan hanya sukrosa memberikan warna merah jingga karena sukrosa terbentuk atas glukosa dan fruktosa. Hal ini dikarenakan fruktosa mengandung gugus keton. Uji Moore bertujuan untuk mengetahui adanya gugus alkali. Uji Moore menggunakan NaOH (alkali/basa) yang berfungsi sebagai sumber ion OH- (alkali) yang akan berikatan dengan rantai aldehid dan membentuk aldol aldehid (aldehida dengan cabang gugus alkanol) yang berwarna kekuningan. Pemanasan bertujuan untuk membuka ikatan karbon dengan hidrogen dan menggantikannya dengan gugus -OH. Dalam percobaan yang dilakukan semua sampel negatif. Hal ini dimungkinkan karena reagen yang digunakan kurang pekat. Pada uji hidrolisis pati, hidrolisis sempurna apabila menjadi senyawa yang lebih sederhana yang terdeteksi pada perubahan warna. Hal ini terlihat pada perubahan warna setiap tiga menit disertai perbedaan hasil hidrolisis pula. Larutan hasil hidrolisis sebelum dilakukan uji fehling untuk menentukan hasil akhir harus dinetralkan terlebih dahulu, karena semula masih dalam suasana asam. Dalam percobaan yang dilakukan pada waktu 3 menit pertama larutan amilum sudah berwarna kuning pucat setelah ditetesi dengan larutan iodium. Dan setelah dinetralkan dengan Na2C2O3 larutan di uji fehling menghasilakan larutan berwarna hijau. Untuk identifikasi karbohidrat dengan menggunakan metode KLT, sampel menggunakan tiwul. Awalnya sampel dihidrolisis dengan asam kemudian di totolkan pada plat kromatografi. Setelah itu dimasukkan dalam chamber yang telah berisi eluen. Eluen yang digunakan campuran aseton : air (9:1). Sebelum plat dimasukkan dalam chamber eluen harus sudah jenuh. Setelah terjadi eluasi pada batas yang telah ditentukan, plat diangkat. Kemudian plat di oven pada suhu 100 C selama 10 menit. Setelah itu plat disemprot dengan H 2SO4, plat di oven lagi pada suhu 100 C selama 25 menit, kemudian amati hasil yang terjadi. Dalam percobaan yang dilakukan hasil tidak dapat di amati karena noda dari sampel dan standar tidak ada yang muncul. Hal tersebut terjadi dimungkinkan karena larutan yang dibuat penotolan tidak pekat.

Kesimpulan
1. Pada larutan glukosa, fruktosa, sukrosa, dextrin, PGA, CMC-Na, dan amilum positif

pada uji molisch, artinya sampel tersebut mengandung karbohidrat.


2. CMC-Na, fruktosa, glukosa, dan dextrin positif pada uji fehling, artinya sampel tersebut mengandung gugus aldehid dan merupakan gula reduksi

3. Amylum Manihot, amilum Maydis, amilum Solani, amilum Tritici, dan amilum Oryzae positif pada uji iodin
4. Sukrosa positif pada uji seliwalnof, artinya sukrosa tersebut mengandung gugus

keton.
5. Pada uji moore semua sampel negatif, dimungkinkan karena reagen yang digunakan

kurang pekat 6. Hasil dari metode KLT tidak dapat diamati

Anda mungkin juga menyukai