Anda di halaman 1dari 7

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GLIKOGEN

Oleh
Nama : Hayatun Nufus
NIM : B1A019048
Asisten : Marisa Karomatunnisa
Tanggal : 19 Juni 2020

LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GLIKOGEN
I. TUJUAN
1.1 Mengisolasi glikogen dari hati sapi
1.2 Mengidentifikasi glikogen dari hati sapi

II. TEORI DASAR


Glikogen merupakan sumber polisakarida utama pada sel manusia dan hewan.
Glikogen yang merupakan bentuk simpanan dari glukosa terdapat hampir pada semua
jaringan tubuh terutama pada hati dan otot. Jumlah glikogen berbeda dalam berbagai
jaringan bergantung pada penyediaan glukosa dan kebutuhan energi. Walau kadar
glikogen lebih banyak terdapat di hati (3-5%) daripada di otot (0,5-1%), tetapi jumlah
glikogen seluruhnya lebih banyak di otot karena massa otot lebih banyak. (Suarsana,
Priosoeryanto, Wresdiyati, Bintang 2010)
Glikogen disimpan oleh tubuh dengan tujuan sebagai penyedia sementara
glukosa sebagai bahan bakar atau sebagai bahan penghasil fosfat berenergi tinggi.
Anabolisme dan katabolisme glikogen di dalam hati dan otot bergantung pada
ketersediaan glukosa serta aktivitas tubuh. Kondisi tubuh normal, glukosa ditimbun
sebagai glikogen. Apabila ada kelebihan glukosa maka glikogen dipecah kembali
menjadi glukosa bila diperlukan. Mekanisme sintesis glikogen (glikogenesis) atau
sebaliknya katabolisme glikogen (glikogenolisis) selain melibatkan serangkaian
fungsi enzim juga kedua hormon yang dihasilkan oleh pankreas, yaitu hormon insulin
dan glukagon. (Suarsana, Priosoeryanto, Wresdiyati, Bintang 2010)
Glukosa yang berlebih dapat disimpan sebagai cadangan energy dalam bentuk
glikogen. Biosentesis glikogen dari glukosa disebut glikogenesis. Glikogen dalam
tubuh berfungsi sebagai sumber energi untuk sebagian besar fungsi sel dan jaringan.
Glikogen dalam hati berfungsi untuk mempertahankan kadar normal glukosa dalam
darah sehingga dapat digunakan oleh semua organ yang ada di dalam tubuh. Glikogen
dalam otot berfungsi untuk menghasilkan glukosa yang akan digunakan oleh sel otot
sendiri. (Mustakin, Tahir 2019)
Sintesis dan penguraian glikogen di hati diatur oleh perubahan hormon yang
memberi sinyal mengenai kebutuhan glukosa darah. Tubuh mempertahankan kadar
glukosa darah sekitar 80 mg/dL untuk memastikan bahwa otak dan jaringan lain yang
bergantung pada glukosa untuk membentuk ATP mendapat pasokan yang terus
menerus. Tidak adanya glukosa dalam makanan, yang diberi sinyal oleh penurunan
rasio insulin/glukagon, mengaktifkan glikogenolisis hati dan menghambat sintesis
glikogen. Epinefrin yang memberi sinyal peningkatan penggunaan glukosa darah dan
bahan bakar lain untuk olahraga dan situasi darurat juga mengaktifkan glikogenesis
hati. Hormon yang mengatur metabolisme glikogen hati pada dasarnya bekerja
melalui perubahan status fosforilasi glikogen sintase dalam jalur biosintetik dan
glikogen fosoforilase dalam jalur degradatif.(Marks, Marks, Smith 1996)
Glikogen merupakan polimer α-D-glukopiranosa yang struktur kimianya
identik denan amilopektin, namun cabang-cabang glikogen lebih pendek dan banyak.
Glikogen tidak larut dalam alkohol, tidak mereduksi pereaksi Fehling atau Benedict,
dan tidak membentuk osazon bila dipanaskan dengan larutan fenilhidrazin. Glikogen
dapat larut dalam air dan ada bagian yang membentuk dispersi koloid. Penambahan
iodium memberi warna merah sampai coklat. Jadi, berbeda dengan amilum yang
memberikan warna biru bila diberi iodium. (Sumardjo, 2006)

III. METODOLOGI PERCOBAAN


III.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain satu set alat sentrifuge klinik, mortar, pisau
tajam, gelas ukur, Erlenmeyer, tabung reaksi, hotplate, pipet tetes, cawan porselin.
Bahan yang digunakan adalah hati sapi, KOH, kalium iodida, etanol, indikator
phenolphthalein, aguades, dan iod.
III.2 Prosedur
1. Hati dihaluskan terlebih dahulu kemudian dipindahkan dalam Erlenmeyer
2. Ditambahkan KOH 60% dan digojog selam 45 menit dengan konstan
3. Ditambahkan 20 mL aquades dan digojog selama 45 menit
4. Dididihkan selama 10 menit
5. Digojog untuk menghilangkan buih yang terbentuk
6. Larutan dipindahkan dalam tabung reaksi
7. Ditambahkan kalium iodida 1 gram
8. Ditambahkan etanol 96% 7 mL
9. Ditambahkan indikator phenolphthalein 3 tetes
10. Ditambahkan HCl 37% sampai warna pink menghilang
11. Dipindahkan larutan ke vacutainer
12. Disentrifuge 3000 rpm selama 10 menit
13. Diambil hasil sentrifugasi dipindahkan ke dalam cawan porselin dan dikeringkan
14. Ditimbang dan dicatat hasil isolasi glikogen
15. Ditambahkan 5% iod dalam 10% KI dan diamati warna yang terbentuk.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil

No Perlakuan Pengamatan
1 Hati dihaluskan dan dipindahkan ke Diperoleh hati sapi yang sudah hancur
dalam erlenmeyer
2 Ditambahkan KOH 60% ke dalam Hati sapi dan KOH bercampur
erlenmeyer dan digojog selam 45
menit dengan konstan
3 Ditambahkan 20 mL aquades ke Diperoleh larutan hati sapi, aquades
dalamm erlenmyer dan digojog selama dan KOH berwarna merah hati gelap.
45 menit.
4 Erlenmeyer dididihkan selama 10 Setelah mendidih terbentuk buih
menit
5 Erlenmeyer digojog lagi untuk Mula-mula terbentuk buih sangat
menghilangkan buih yang terbentuk banyak namun buih habis sedikit demi
kemudian larutan dipindahkan dalam sedikit.
tabung reaksi .
6 Larutan ditambahkan kalium iodida 1 Warna larutan berubah sedikit menjadi
gram lebih coklat
7 Ditambahkan etanol 96% 7 mL ke Tidak ada perubahan warna
dalam larutan di tabung reaksi
8 Larutan ditetesi indikator Warna larutan berubah menjadi pink
phenolphthalein sebanyak 3 tetes
9 Ditambahkan HCl 37% ke dalam Warna pink menghilang dan larutan
tabung reaksi menjadi kuning
10 Larutan dipindahkan ke vacutainer dan Hasil sentrifugase berupa larutan hati
disentrifuge 3000 rpm selama 10 yang berwarna kuning cerah dan
menit memiliki endapan
11 Hasil sentrifugasi dipindahkan ke Larutan kering membentuk endapan
dalam cawan porselin dan dikeringkan berwarna hitam kecoklatan tapi ada
sedikit serbuk berwana putih di antara
endapan (glikogen terisolasi)
12 Endapan ditimbang Tidak melakukan pengamatan, tidak
diketahui berat molekul glikogen
13 Ditambahkan 5% iod dalam 10% KI Serbuk/endapan dari larutan hati yang
dikeringkan berubah warna menjadi
coklat gelap.

IV.2 Pembahasan
Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam
tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Di dalam tubuh, organ hati
dan jaringan otot merupakan dua komponen utama yang digunakan oleh tubuh untuk
menyimpan glikogen. Pada hati kususnya di dalam sel hati (hepatosit), glikogen dapat
menyusun sampai 8% dari berat segar (100-120 gr pada orang dewasa) segera setelah
makan. Kadar glikogen lebih banyak terdapat di hati (3-5%) daripada di otot (0,5-1%)
(Baynes 2005). Mekanisme sintesis glikogen (glikogenesis) terjadi jika kadar glukosa
dalam tubuh meningkat sedangkan katabolisme glikogen (glikogenolisis) diperlukan
jika tubuh kekuranganselain glukosa. (Hidayaturrahmah, Santoso, Nurlely 2017)
Isolasi glikogen yang dilakukan pada percobaan ini menggunakan hati sapi.
Hati sapi dihaluskan dan dimasukan ke dalam erlenmeyer kemudian ditambahkan
KOH 60%, digojog selama 45 menit, ditambahkan aquades 20mL dan digojog selama
45 menit lagi. Setelah terbentuk larutan hati, erlenmyer didihkan selama 10 menit
kemudian digojog kembali. Larutan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan kalium iodida 1 gram, etanol 96% 7 mL, indikator phenolphthalein 3
tetes, dan HCl 37%. Kemudian larutan disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm
selama 10 menit. Hasil sentrifugase dipindahkan ke cawan porselin dan dikeringkan.
Setelah mengering, endapan ditimbang dan ditambahkan 5% iodium dalam 10% KI.
Penambahan KOH 60% untuk mengekstrak glikogen dalam hati sapi,
sedangkan penambahan aquades untuk mencuci hasil ekstrak dalam hati sapi.
Penggojogan pertama dan kedua untuk mendapatkan ekstrak glikogen hati sapi yang
homogen. Larutan perlu dididihkan agar air dapat menguap sedangkan penggojogan
ketiga untuk menghilangkan busa. Kalium iodida dan etanol 96% untuk
mengendapkan glikogen. Indikator phenolphthlaein dan HCl berfungsi untuk
menetralkan larutan. Larutan disentrifugase untuk memisahkan filtrat (glikogen)
dengan supernatan (kandungan lainnya). Larutan setelah sentrifugase harus
dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan air yang masih terkandung dalam
glikogen. Penambahan Iod dalam KI berfungsi untuk menguji adanya glikogen.
Glikogen dalam hati sapi diisolasi dengan sentrifugasi dan prinsip ekstraksi
oleh KOH. KOH yang dilarutkan dalam hati sapi hanya akan menarik atau mengikat
glikogen saja tanpa mengikat kandungan hati sapi yang lainnya, seperti protein,
lemak, dll. Kotoran yang tersisa akan dihilangkan dengan penambahan aquades.
Larutan perlu didihkan agar didapatkan glikogen murni yang benar-benar terpisah dari
pengotor atau zat-zat lainnya dan juga untuk menghilangkan uap-uap air. Sentrifugase
menggunakan vacutainer berfungsi untuk mengendapkan glikogen dalam larutan.
Endapan yang diperoleh berupa glikogen murni dan perlu dikeringkan agar
kandungan airnya menghilang.
Salah satu metode untuk menguji adanya glikogen pada bahan pangan yaitu
dengan uji iodin. Prisip dari pengujian iodin yaitu amilum atau pati yang bereaksi
dengan iodin akan membentuk warna biru, dekstrin membentuk warna merah
keunguan, dan glikogen akan membentuk warna merah kecoklatan. Larutan iodin
yang direaksikan dengan endapan glikogen akan membentuk warna merah sampai
coklat gelap yang disebabkan karena adanya penyerapan iodin pada struktur cincin
glikogen yang saling berikatan sehingga membentuk komples berwarna merah
kecoklatan. Hal ini sesuai dengan (Musta, 2018), yang menyatakan bahwa glikogen
yang bereaksi dengan glikogen akan membentuk warna merah kecoklatan. (Mustakin,
Tahir 2019)

V. KESIMPULAN
V.1Prosedur isolasi glikogen dari hati sapi dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip
ekstraksi dan sentrifugase
V.2Identifikasi glikogen dilakukan dengan menggunakan uji iodium yang menunjukan
warna merah hingga coklat gelap.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayaturrahmah, Santoso, H., B., Nurlely, (2017). Profil Kadar Glikogen Hati Tikus Putih
Hiperglikemia Setelah Pemberian Ekstrak Minyak Ikan Patin (Pangasius
hypopthalmus). Borneo Journal Pharmascientech. 1(2), 15-23
Marks, D. B., Marks A. D., Smith, C. M., (1996). Biokimia Kedokteran Dasar:Sebuah
Pendekatan Klinis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Mustakin, F., Tahir, M., M., (2019). Analisis Kandungan Glikogen Pada Hati, Otot, Dan Otak
Hewan. Jurnal Canrea. 2(2), 75-80
Musta, R. (2018). Waktu Optimum Hidrolisis Pati Limbah Hasil Olahan Ubi Kayu (Manihot
esculenta Crantz var. Lahumbu) Menjadi Gula Cair Menggunakan Enzim α-Amilase
Dan Glukoamilase. Indonesian Journal of Chemical Research, 5(2), 498–507.
Suarsana, N., Priosoeryanto, B., P., Wresdiyati, T., Bintang, M., (2010). Sintesis Glikogen
Hati dan Otot pada Tikus Diabetes yang Diberi Ekstrak Tempe. Jurnal Veteriner. 11(3),
190-195
Sumardjo, D., (2006). Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai