Anda di halaman 1dari 5

BAB V PEMBAHASAN

Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam tubuh yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Di dalam tubuh, jaringan otot dan hati merupakan dua komponen utama yang digunakan oleh tubuh untuk menyimpan glikogen.Sintesis dan pemecahan glikogen berlangsung lewat jalan yang berbeda. Tergantung pada proses yang mempengaruhinya. Molekul glikogen menjadi lebih kecil atau lebih besar namun hal ini jarang terjadi. Apabila ada, molekul tersebut dipecah sempurna, meski pada hewan kelaparan simpanan glikogen tidak pernah kosong sama sekali. Sekitar 85% D-glukosa yang dihasilkan dari pemecahan glikogen terdapat dalam bentuk 1-fosfatnya, sedang 15% dalam bentuk glukosa bebas (Montgomery 1983). Praktikum kali ini melakukan percobaan mengukur kadar glikogen pada hati tikus. Pengukuran dilakukan dengan cara menggunakan endapan dan filtrat hati. Pertama kali disiapkan sampel yang akan digunakan yaitu hati tikus yang dipuasakan dan yang tidak dipuasakan. Kemudian dibedah dengan terlebh dahulu dimatikan dengan cara dibius dengan eter. Hati tikus yang diperoleh kemudian ditimbang dan diperoleh hati tikus yang dipuasakan 3.2 g sedangkan hati tikus yang dikenyangkan

3.3 g. kedua hati tersebut selanjutnya di potong halus dan di gerus di dalam lumping hingga halus. Hati tikus yang telah halus masing masing dihaluskan ditambahkan larutan KOH 60% sebanyak dua kali berat sampel. Dalam hal ini pada hati tikus lapar ditambahkan 6.4 ml KOH dan pada hati tikus yang tidak di kenyangkan ditambahkan 6.6 ml KOH. Setelah itu proses

penghomogenan dilakukan di atas alat magnetic stiret selama 5 menit. Selanjutnya ditambahkan air seling sebanyak 6.6 ml pada hati tikus tidak dipuasakan dan 6.4 ml pada hati tikus yang dipuasakan dan di panaskan selama 5 menit. Pemanasan di sini bertujuan untuk menghomogenkan glikogen dengan air. Selanjutnya di lakukan penyaringan. Filtrat hasil saringan diambil 2 ml dan masing-masing ditambahkan 0.5 g Kid an 7 ml etanol serta beberapa tetes indicator phenolftalein sehinggah warna larutan berwarna. Kemudian diberi larutan HCl 50% sebanyak 8 tetes untuk tikus yang tidak dipuasakan dan 7 tetes untuk tikus yang dipuasakan. glikogen Fungsi sehingga dari larutan HCL pada adalah saat untuk proses

menghidrolisis

membantu

homogenisasi yang akhirnya kadar glikogen hati dapat ditentukan. Larutan filtrate yang tidak digunakan dimasukkan ke tabung sentrifuge dan tabung reaksi kira-kira sebanyak 2 ml pada tiap tabung. Kemudian 2 tabung filtrate tanpa penambahan dan 2 tabung filtrat dengan penambahan di sentrifuge selama 15 menit. Hasil sentrifuge yaitu

supernatant dan endapan terbentuk, dimana endapan yang diambil kemudian disaring dan dikeringkan. Bobot glikogen yang di peroleh pada hati tikus yang dipuasakan sebanyak 0.15 g dan untuk glikogen hati tikus yang tidak dipuasakan sebanyak 0.2 g. Pada uji kualitatif, sampel filtrate yang 2 ml sebelumnya masingmasing ditambahkan beberapa tetes larutan I-KI. Diperoleh hasil pengamatan kedua larutan berwarna merah namun lebih pekat pada glikogen hati tikus yang tidak dipuasakan. Berdasarkan hasil perhitungan maka diketahui bahwa kadar glukosa hati pada tikus yang tidak puasa lebih besar daripada tikus puasa. Hal ini sesuai dengan Prijanti (2008), menurutnya cadangan glikogen dalam hati akan digunakan ketika keadaan lapar, hal ini dikarenakan dalam keadaan puasa glikogen di hati dipecah melalui proses

glikogenolisis menjadi glukosa yang langsung ditransfer ke darah. Glikogen yang dipecah akan menyebabkan glukosa di hati menjadi lebih sedikit. Glikogen sewaktu-waktu diubah jadi glukosa sebagai sumber energi. Ketika puasa lemak tubuh dirombak jadi asam lemak dan gliserol, lalu diubah menjadi glukosa, untuk menjamin agar kadar gula darah tetap dan sumber energi bagi metabolisme dan gerakan tubuh selalu cukup. Puasa merupakan salah satu kondisi yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan utama pada saat kelaparan adalah senyawa

penghasil energi. Jawaban fisiologis pertama terhadap kekurangan pangan adalah mempertahankan kadar glukosa darah. Glikogen hati hanya dapat menyediakan glukosa selama beberapa jam, dan setelah itu terjadi proses glukoneogenesis dalam hati yang membutuhkan substrat dari jaringan lain. Substrat ini berasal dari asam amino glikogenik dan lemak (Montgomery1983). Menurut Montgomery (1983), pada tikus yang tidak puasa kadar glikogen hati lebih besar daripada tikus puasa. Hal tersebut dikarenakan pada sebelum tikus diambil hatinya keadaan kandungan glukosa pada tubuhnya masih dipasok secara normal dan belum memakai kadar glikogen pada tubuhnya. Setelah ingesti makanan yang mengandung karbohohidrat, kadar glukosa darah akan naik.

Montgomery R, Dryer RL, Conway TW, Spector AA. 1983. Biokimia: Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus-Kasus Jilid 1. Diterjemahkan Ismadi M. Yogyakarta : Penerbit Gajah Mada University Press. Prijanti. AR. 2008. Metabolisme Karbohidrat. Jakarta : FKUI.

Anda mungkin juga menyukai