Anda di halaman 1dari 7

YULIANTI PATTANG N111 12 351 FARMAKOGNOSI ANALITIK B

Komposis : Zingiberis Rhizoma (25%) Zingiberis aromaticae Rhizoma (20%) Languatis Rhizoma (20%) Kaempferiae Rhizoma (15%) Curcumae domesticae Rhizoma (10%) Dan ramuan-ramuan lainnya 100%. Di prosuksi : CV Putri Sakti Husada Jawa Timur, Bahan kimia yang terkandung :Fenilbutason Khasiat dan Kegunaan: menambah nafsu makan, mengobati masuk angin, penyakit magh, perut kembung, capek-capek, dan menyehatkan badan. Izin edar : Tidak Terdaftar, mencantumkan No. Izin Edar fiktif TR 013611911

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Obat tradisional dilarang mengandung: a. Etil alkohol lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan pengenceran; b. Bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat; c. Narkotika atau psikotropika; dan/atau d. Bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan/atau berdasarkan penelitian membahayakan kesehatan.

Fenilbutazon merupakan salah satu obat turunan pirazol (fenazon) yang sering digunakan untuk pengobatan reumatik maupun sebagai anti inflamasi. Efek samping Fenilbutason yang terdapat dalam jamu dan tidak di konsumsi semuai dengan resep dokter, dapat menyebabkan mual, muntah, ruam kulit, penimbunan cairan, perdarahan lambung, perforasi lambung, reaksi hipersensitivitas (Sindrom Steven Johnsons), hepatitis, gagal ginjal, leukopenia, anemia aplastik dan agranulositosis.

Dilakukan dengan menyiapkan 3 macam larutan yang akan diuji melalui analisis kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kromatogafi Lapis Tipis menggunakan fase diam Silika gel F254 dan fase gerak dikloretan-dietil eter-metanol-air (77:13:8:1,2) dengan jarak pengembangan 8 cm. Larutan yang digunakan yaitu Larutan A, berisi sampel jamu yang belum diketahui apakah mengandung bahan kimia obat (fenilbutazon) atau tidak, Larutan B, yakni larutan yang berisi sampel jamu dan serbuk fenilbutazon dan Larutan C, merupakan fenilbutazon standar. Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang 500 mg serbuk jamu yang akan diteliti (larutan A). Sejumlah yang sama juga ditimbang untuk dibuat larutan B yang kedalamnya ditambah 5 mg fenilbutazon yang telah dihaluskan. Setelah itu dilakukan ekstraksi (digojog 30 menit) untuk masing-masing larutan A dan B dengan menggunakan campuran pelarut kloroform-metanol (9:1).

Hasil ekstraksi kemudian disaring dan diperoleh filtrat berwarna kuning. Selanjutnya filtrat diuapkan sampai kering untuk menghilangkan sisa-sisa pelarutnya, sehingga akan diidentifikasi murni senyawa yang terkandung dalam sampel.Kemudian sisa penguapan tersebut dilarutkan dengan 1 ml metanol dan dimasukkan ke dalam flakon sebagai sampel untuk uji KLT (kromatografi lapis tipis). Selanjutnya dilakukan elusi plat KLT dengan fase gerak dikloretan-diatil etermetanol-air (77 : 13 : 8 : 1,2), dengan jarak pengembangan 8 cm. pada ke 3 larutan . hasil positif dapat dilihat dari hasil pembanding dari antara sampel dan pembanding.

Anda mungkin juga menyukai