A. Pengambilan Sampel
menunjukan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
beluntas dengan spesies Pluchea indica L., hasil determinasi tanaman dapat
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun beluntas yang
Daun beluntas diambil saat pagi hari (pukul 10.00) dimana pada jam tersebut
proses fotosintesis telah selesai dilakukan, hal ini bertujuan untuk memperoleh
kandungan senyawa secara optimal pada daun. Daun (Folium), diambil daun
tua (bukan daun kuning) daun kelima dari pucuk. Daun dipetik satu persatu
bagian batang. Berat sampel basah daun beluntas yang diperoleh sebesar 1 kg.
tanah dan pengotor lainnya yang masih melekat pada daun beluntas. Setelah
dilapisi dengan kain hitam pada bagian atas dari sampel. Pengeringan tidak
22
merusak senyawa-senyawa yang tidak tahan panas yang terkandung didalam
tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama.
asing atau pengotor-pengotor lain yang masih ada pada simplisia, kemudian
ditimbang dan diperoleh berat simplisia kering sebesar 750 gram. Simplisia
untuk mengubah ukuran sampel menjadi lebih kecil dengan luas permukaan
gram kemudian diekstraksi dengan pelarut etanol 96% sebanyak 4 liter dengan
ekstraksi dengan cara panas. Pemilihan etanol 96% sebagai pelarut karena
etanol merupakan salah satu pelarut yang aman dan diperbolehkan atau
disarankan oleh BPOM 2009, dan juga menurut Farmakope IV (1995) etanol
memiliki kemampuan menyari mulai dari senyawa non polar sampai senyawa
polar.
Proses maserasi berlangsung selama 3x24 jam, artinya setiap 1x24 jam
residu dan filtrat harus dipisahkan dan diganti dengan pelarut yang baru yang
23
dalam sampel. Diharapkan dari waktu maserasi tersebut pelarut dapat menarik
yang diperoleh kemudian ditimbang dan diperoleh berat ekstrak kental sebesar
B. Skrining Fitokimia
baik secara individu maupun kolektif. Tanaman obat mengandung bahan aktif
penting terutama dari senyawa metabolit sekunder dengan struktur yang unik
sekitar 40% dari bahan obat. Beberapa golongan senyawa metabolit sekunder
sesuai untuk golongan senyawa yang diuji yaitu alkaloid, flavonoid, saponin,
dan tanin. Hasil skrining fitokimia ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.)
24
Tabel 2. Hasil skrining fitokimia.
1 gram ekstrak + 5
Alkaloid mL HCl 2N + 3 Warna Jingga Positif
tetes pereaksi
Dragendorff
1 gram ekstrak +
Flavonoid serbuk Mg 0,2 gr + Warna Jingga Positif
3 tetes HCl
1 gram ekstrak + 1
Tanin mL besi (III) Warna Hijau Positif
klorida 0,5 M kehitaman
spermatogenesis terganggu.
yang terdiri dari larutan Bismuth subnitrat dan kalium iodida. Nitrogen dari
25
menghasilkan larutan dengan warna jingga. Hal ini menunjukkan ekstrak daun
yaitu enzim yang mengakatalis konversi androgen menjadi estrogen yang akan
terbentuk perubahan warna menjadi merah atau jingga (Setyowati dkk., 2014).
Susetyarini (2013), tanin dari daun beluntas (Pluchea indica L.) segar dapat
akan menimbulkan warna biru tua, biru kehitaman atau hijau kehitaman.
Perubahan warna terjadi karena penambahan FeCl3 bereaksi dengan salah satu
gugus hidroksil yang ada pada senyawa tanin (Susanty, 2014). Pada pengujian
26
Senyawa antifertilitas dari tumbuhan obat bekerja dengan 2 cara, yaitu
melalui efek sitotoksik dan melalui efek hormonal yang menghambat laju
sistem hormon. Diduga tanin pada daun beluntas bekerja sebagai senyawa
struktur kimia mirip steroid. Steroid merupakan struktur dasar dari hormon
penelitian bahwa penggunaan ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.) dapat
berupa tanin, alkaloid dan flavonoid bahwa kadar testosteron tertinggi pada
tikus putih jantan yang diberi flavonoid sebesar 501,48 ng/dl. Kadar
27
terendah pada tikus putih jantan yang diberikan alkaloid sebesar 158,50 ng/dl.
penurunan jumlah rata-rata sel spermatid testis kiri dan testis kanan yang ditandai
dengan adanya penurunan yang signifikan jumlah rata- rata sel spermatid testis
kiri dan testis kanan untuk masing-masing kelompok Tingkat penurunan jumlah
rata-rata sel spermatid testis kiri dan testis kanan semakin besar sebanding dengan
Hewan percobaan dalam perlakuan tersebut juga tidak tampak mengalami efek
samping ataupun mati akibat pemberian ekstrak beluntas. Oleh karena itu
yaitu ekstrak etanol daun beluntas dengan tiga variasi konsentrasi yaitu 1%,
2% dan 3%. Tiap dosis dibuat masing-masing 100 mL. Salah satu faktor yang
yang sesuai syarat mutu sediaan sirup, dan tidak menyebabkan terjadinya
28
yang sesuai agar menghasilkan produk sirup yang baik. Bahan tambahan yang
(oleum citrus), sirup simpleks serta aquades. Susunan formula sediaan sirup
Tabel 3. Formula sediaan sirup ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.)
Bahan Konsentrasi
dalam air yang tinggi menjadikan natrium benzoat lebih sering digunakan
secara oral, intravena, atau untuk menentukan fungsi hati. Natrium benzoat
dalam sirup simpleks sambil dipanaskan di atas hot plate. Tujuan pemanasan
29
Penambahan sorbitol adalah sebagai perasa. Dibandingkan dengan
sukrosa, penyerapan sorbitol oleh tubuh lebih lambat (Suseno dkk, 2008).
Dalam sediaan sirup efektif untuk mencegah kristalisasi disekitar tutup botol
(Rowe, 2009). Serta oleum citrus yang berfungsi sebagai pengaroma dalam
sediaan.
1. Uji Organoleptik
mengamati langsung dari segi penampilan, warna, dan aroma dari sediaan
yang diamati secara visual. Hasil uji organoleptik dapat dilihat pada Tabel
4.
dkk (2014), syarat mutu sediaan sirup untuk segi keadaannya yaitu aroma,
30
Dari hasil uji organoleptik yang tertera pada Tabel 3. Menunjukan
bahwa sediaan yang dihasilkan sesuai syarat mutu sediaan sirup yang telah
ditetapkan yaitu ketiga sediaan memiliki aroma yang khas yaitu aroma
khas jeruk, warna hijau dan rasa jeruk manis. Aroma khas jeruk dan rasa
jeruk manis berasal dari bahan pengaroma Oleum citrus. Meskipun bahan
dapat menutupi aroma khas dan rasa pahit dari ekstrak yang digunakan.
Warna hijau yang dihasilkan merupakan warna dasar dari ekstrak daun
beluntas.
2. Uji Homogenitas
gumpalan dan endapan dalam larutan, hal ini karena tidak terdapat
perbedaan sifat antara bahan dan zat aktif yang digunakan (Lachman,
yang homogen dan memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu tidak adanya
31
bahwa bahan-bahan tambahan dan ekstrak daun beluntas tercampur
dengan baik.
3. Uji pH
Pengujian pH merupakan salah satu parameter yang penting karena
nilai pH yang stabil dari larutan menunjukkan bahwa proses distribusi dari
bahan dasar dalam sediaan merata. Nilai pH yang dianjurkan untuk sirup
pada Tabel 6.
Dari ketiga sediaan sirup yang diperoleh masih masuk dalam rentang batas
32
pH menurut (Lachman, 1994), sehingga masih aman untuk digunakan
pada sediaan oral. Pada pengujian pH semua sirup yang dihasilkan masih
33