Anda di halaman 1dari 6

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan februari 2018 sampai maret

2019 di Laboratorium Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekstrak etanol daun

beluntas (P. indica L.), pereaksi Dragendrof, FeCl3, HCl, Mg, akuades,

alkohol, NaCl 0,9 %, natrium benzoate, sorbitol, sirup simpleks, oleum citrus

dan etanol 96%.

D. Alat/Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu blender (Philips®),

timbangan analitik (Presica®), Rotary evaporator, oven, batang pengaduk,

botol coklat, beackerglass (Pirex®), spatula, corong gelas, tabung reaksi

(Pirex®), labu alas bulat, oven, penjepit, pipet tetes, pipet ukur (Pirex ®),

waterbath, pH meter (Jenway®), hot plate (Stuart®), wadah sirup (botol), dan

aluminium foil.

E. Variabel

Dalam penelitian ini, variable dibagi menjadi dua, antara lain:

16
1. Variable Bebas : Konsentrasi ekstrak daun beluntas (pluchea indica

L.) dalam sediaan sirup.

2. Variable Terikat : Karakteristik fisik sediaan sirup ekstrak daun

beluntas (homogenitas, organileptik, dan pH).

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan mengenai variable-variabel pada

penelitian ini, maka diberikan definisi operasional sebagai berikut:

1. Ekstrak daun beluntas adalah ekstrak yang berasal dari daun beluntas yang

dibuat dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%.

2. Antifertilitas merupakan suatu obat atau bahan obat yang dapat

mengurangi atau menurunkan tingkat kesuburan.

3. Uji karakteristik didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau

kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan

sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin

identitas, kekuatan, dan kualitas produk yang meliputi penampilan, warna,

aroma, dan perubahan bentuk.

4. Homogenitas merupakan proses atau beberapa proses yang digunakan

untuk membuat campuran menjadi seragam.

5. pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.

6. Organoleptis atau uji indera merupakan cara pengujian dengan

menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya

penerimaan terhadap produk.

17
7. Sirup daun beluntas adalah sediaan yang diformulasikan dari ekstrak daun

beluntas dengan bahan tambahan lain yang sesuai.

G. Prosedur Penelitian

1. Pengumpulan sampel

Sampel daun beluntas (Pluchea indica L.) diambil di Jl. Buburanda

Andounohu, pada pukul 07.00 WITA. Daun (Folium), diambil daun tua

(bukan daun kuning) daun kelima dari pucuk. Daun dipetik satu persatu secara

manual (Mullyani dkk, 2013).

2. Pengolahan sampel

Sampel daun beluntas yang diperoleh kemudian dicuci bersih sambil

dilakukan sortasi basah. Pencucian dilakukan hingga bersih menggunakan air

mengalir dan kemudian ditiriskan. Sampel selanjutnya dirajang menjadi

potongan kecil agar proses pengeringan berlangsung lebih cepat. Sampel

dikeringkan dengan cara dikeringkan dibawah sinar matahari yang ditutupi

kain hitam. Sampel yang kering dihaluskan menggunakan blender untuk

mengubah ukuran sampel menjadi lebih kecil dengan luas permukaan yang

lebih besar sehingga dapat memaksimalkan proses maserasi.

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode ekstraksi dingin yaitu

maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Metode maserasi dipilih

karena prosesnya mudah, peralatan yang digunakan lebih sedikit dan

sederhana (Rahman, 2009). Selain itu, untuk mencegah rusaknya senyawa

yang dapat terjadi apabila dilakukan metode ekstraksi dengan cara panas.

Pemilihan etanol sebagai pelarut didasarkan atas kemampuan pelarut tersebut

18
untuk menarik senyawa-senyawa yang terkandung dalam sampel tanaman

sebanyak-banyaknya. Selain itu etanol juga merupakan salah satu pelarut yang

aman dan diperbolehkan atau disarankan oleh BOPM dan juga menurut

Farmakope IV (1995).

Proses maserasi dilakukan selama tiga hari dengan penggantian pelarut

bertujuan untuk memaksimalkan proses ekstraksi senyawa kimia yang

terkandung dalam sampel (Harbone, 1996). Dalam proses maserasi diperlukan

pengadukan berkala hal ini bertujuan untuk menghindari memadatnya serbuk

sehingga pelarut sulit menembus bahan dan kesulitan mengambil senyawa-

senyawa aktif karena serbuk yang digunakan banyak. Selanjutnya dilakukan

penyaringan dengan menggunakan kertas saring dan filtrate yang diperoleh

dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak

etanol daun beluntas kemudian ekstrak diuapkan dalam water bath hingga

diperoleh ekstrak yang konsisten dan dihitung rendamen ekstrak (Depkes,

2000).

3. Skrining fitokimia

a. Uji alkaloid

Ekstrak ditambahkan dengan 0,5 HCl 2%. Larutan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 2-3 tetes reagen Dragendrof.

Jika larutan membentuk endapan jingga, maka ekstrak mengandung

alkaloid (Sangi, 2008).

19
b. Uji tannin

Ekstrak ditambahkan larutan FeCl3 0,5 M. Jika larutan menghasilkan

warna hijau kehitaman atau biru tinta, maka ekstrak mengandung

tannin (Sangi, 2008).

c. Uji flavonoid

Ekstrak dicampur dengan 5 mL etanol, dikocok dan dipanaskan.

Dikocok lagi kemudian disaring dan ditambahkan Mg 0,2 g serta 3

tetes HCl pekat pada asing-masing filtrat. Terbentuknya warna merah

atau jingga pada lapisan etanol menunjukkan adanya flavonoid

(Harbone, 1987).

4. Pembuatan Sirup Ekstrak Daun Beluntas

Sirup yang dibuat terbagi atas tiga konsentrasi yang tiap 1 mL sirup

mengandung ekstrak etanol daun beluntas dengan konsentrasi 1%, 2%

dan 3%. Tiap dosis akan dibuat masing-masing 100 mL. Formulasi sediaan

sirup ekstrak etanol daun beluntas dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Formula sediaan sirup ekstrak daun beluntas (Pluchea indica

L.).

Bahan Konsentrasi

F1 (%) F2 (%) F3 (%)


Ekstrak etanol
daun Beluntas 1 2 3
Natrium benzoat 0,02 0,02 0,02
Sorbitol 20 20 20
Sirup Simpleks 20 20 20
Oleum citri qs qs qs
Aquades Ad 100 mL Ad 100 mL Ad 100 mL

20
5. Pengujian Karakteristik Sirup Ekstrak Daun Beluntas

Pengujian kelayakan sediaan sirup ekstrak etanol daun beluntas

menggunakan beberapa jenis pengujian karakterstik fisik dan kimiawi yang

merupakan persyaratan kelayakan sediaan sirup yaitu

a. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan berdasarkan parameter pencampuran

sediaan sirup. Jika sirup yang telah jadi dibiarkan beberapa saat dan sediaanya

tercampur dengan baik atau tidak adanya bahan campuran yang mengendap

maka sediaan tersebut dapat dikatakan homogen dan sebaliknya.

b. Organoleptik

Pengujian organoleptik terhadap produk dengan parameter warna,

aroma, tekstur, dan rasa sediaan sirup (Muawanah dkk, 2012).

c. pH

Tingkat keasaman atau pH diukur dengan menggunakan pH meter. pH

meter dikalibrasi dengan cara dicelupkan dalam larutan buffer pH 7,

kemudian dibilas dengan aquades. pH meter dicelupkan dalam sampel sirup,

didiamkan beberapa saat dan hasilnya dapat dilihat dari angka yang tertera di

layarnya (Hapsari dkk, 2013).

21

Anda mungkin juga menyukai