Anda di halaman 1dari 9

31

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu meliputi

pembuatan sedian krim untuk luka bakar menggunakan ekstrak biji pinang dan

ekstrak kulit buah naga merah.

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3.1.1 Waktu

Penelitian ini dimulai sejak perumusan masalah (pengajuan judul) pada

bulan November, kemudian penyusunan proposal bulan November-Desember

2023. Seminar proposal pada bulan Januari 2024, pelaksanaan penelitian pada

bulan Januari-Mei 2024, dilanjutkan dengan pengolahan data dan seminar hasil.

Tabel 3.1 Jadwal dan Waktu Penelitian


Waktu penelitian
Kegiatan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Pengajuan Judul
Penyusunan Proposal
Seminar Proposal
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan Data
Seminar Akhir

3.1.2 Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Laboratorium

Farmasetika Universitas Aufa Royhan Di Kota Padangsidimpuan yang berlokasi

di Jl. Raja Inal Siregar Kel. Batunadua Julu Kota Padangsidimpuan 22733

Provinsi Sumatra Utara.

3.2 Populasi dan Sampel

3.1.1 Populasi Penelitian

31
32

Populasi dalam penelitian ini adalah mencit putih dengan usia 2-3 bulan

dalam keadaan sehat dengan berat 100-200 gram dan memiliki kulit normal

dengan jumlah tikus sebanyak 12 ekor.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia dari biji

pinang (Areca catechu L.) sebanyak 500 gr dan simplisia kulit buah naga merah

(Hylocereus polyrizhus) sebanyak 500 gr.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat

Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah antara lain yaitu gelas

standar laboratorium (pyrex), corong (pyrex), pH meter universal, timbangan

digital, blender, ayakan, wadah/ember, pipet tetes, cawan porselin, batang

pengaduk, kertas saring, hot plate, penangas air, kain serbet, pisau dan tissue.

3.3.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak biji pinang

(Areca catechu L.) dan kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus), Asam

stearate, Trietanolamin, Adeps lanae, Paraffin liquit, Nipagin, Nipasol, kloroform,

Na CMC, etanol 70%, Aquades, mencit putih.

3.4 Prosedur Kerja

Menyiapkan bahan simplisia dari biji pinang (Areca catechu L.) dan kulit

buah naga merah (Hylocereus polyrizhus).

1. Tahapan pembuatan simplisia

a. Pengumpulan Bahan Baku

b. Sortasi Basah
33

c. Pencucian

d. Perajangan

e. Pengeringan

f. Sortasi Kering

2. Pembuatan ekstrak etanol dengan metode maserasi dari simplisia biji pinang

(Areca catechu L.)

a. Siapkan bahan simplisia biji pinang (Areca catechu L.) sebanyak 5 kg

b. Bahan baku yang sudah melalui tahapan pembuatan simplisia lalu di

haluskan menggunakan blender sampai halus dan menjadi serbuk

c. Kemudian simplisia ditimbang sebanyak 500 gram di masukkan kedalam

wadah/ember

d. Tambahkan etanol 70% sebanyak 5 Ltr kedalam wadah/ember sampai

seluruh simplisia terendam, perendaman di lakukan selama tiga hari dan

diaduk berulang-ulang selama satu kali sehari

e. Maserat di saring menggunakan kertas saring, kemudian hasil

penyaringan diuapkan menggunakan penangas air hingga diperoleh

ekstraksi kental biji pinang (Areca catechu L.)

3. Pembuatan ekrstrak etanol dengan metode maserasi dari kulit buah naga

merah (Hylocereus polyrizhus)

a. Siapkan bahan simplisia kulit buah naga merah (Hylocereus polyrizhus)

sebanyak 5 kg

b. Kulit buah naga merah (Hylocereus polyrizhus) yang sudah di keringkan

di blender hingga halus dan timbang sebanyak 500 gram


34

c. Kemudian serbuk dituangkan ke dalam wadah/ember dan di tambahkan

etanol 70% sebanyak 5Ltr direndam selama tiga hari

d. Maserat di saring menggunakan kertas saring, kemudian hasil

penyaringan diuapkan menggunakan penangas air hingga diperoleh

ekstraksi kental kulit buah naga merah (Hylocereus polyrizhus)

4. Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia adalah cara mengidentifiksi bioaktif yang belum

tampak dalam suatu uji yang dapat memisahkan bahan alam yang

mengandung alkaloid, flavonoid, tannin,saponin. Skrining fitokimia bertujuan

memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam

bahan yang diteliti (Asiyah, 2018).

a. Alkaloid

Ekstrak sampel dimasukkan sebanyak 2 gr ke dalam tabung reaksi,

kemudian ekstrak di tetesi dengan HCl 2N sebanyak 5 mL dipanaskan lalu

didinginkan dan dibagi menjadi 3 dalam tabung reaksi. Penambahan

pereaksi mayer jika membentuk endapan putih atau kuning mengandung

alkaloid positif.

b. Flavonoid

Ekstrak sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 mL.

Serbuk Mg, 2 mL HCl 2N serta amil alcohol dimasukkan ke dalam tabung

reaksi kemudian ditutup dan dikocok kuat lallu diamkan hingga terbentuk

menjadi 2 fase. Penambahan serbuk Mg bertujuan untuk membentuk ikatan

dengan gugus karbonil pada senyawa flavonoid. Sedangkan penambahan


35

HCl bertujuan untuk membentuk garam flavilium. Hasil positif ditunjukkan

dengan terbentuknya warna jingga pada lapisan amil alcohol.

c. Tanin

Ekstrak sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 3 mL.

kemudian pada tabung pertamma ditetesi larutan FeCl3 10%. Senyawa fenol

positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau kecoklatan, biru atau

hitam. Tabung kedua ditetesi larutan gelatin 1%. Senyawa tanin positif

ditunjukkan dengan pembentukan endapan putih.

d. Saponin

Ekstrak air dikocok pertikal sebanyak 10 mL selama 10 detik kemudian

dibiarkan selama 10 menit. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya

busa yang mantap 10 menit dengan tinggi 1-10 cm. lalu tambahkan beberapa

tetes asam klorida 2N. hasil positif saponin ditunjukkan dengan busa yang

stabil.

5. Prosedur pembuatan sediaan krim

Semua bahan yang sudah di dapat ditimbang sesuai kebutuhan. Bahan

dalam formulasi di pisah anatara fase minyak dan fase air. Masukkan fase

minyak ke dalam cawan porselin, fase minyak yaitu asam stearate, paraffin

liquit, adeps lanae di panaskan diatas hotplat dengan suhu 70°C hingga lebur.

Masukkan fase air ke dalam gelas kimia (pirex) lalu panaskan diatas hotplate

dengan suhu 70°C, fase air yaitu trietanolamin dan aquades. Setelah kedua fase

dipanaskan, masukkan fase air secara perlahan ke dalam fase minyak lalu

tambahkan nipasol dan nipagin aduk dengan konstan sampai diperoleh massa

krim yang homogeny.


36

3.5 Formulasi Sediaan Krim

Dari hasil penelitian sebelumnya, sediaan krim dibuat dengan komposisi

yang dapat menyembuhkan luka bakar dalam waktu 14 hari (Handayani et al.,

2016).

Tabel 3.2 Formulasi Sediaan Krim

R/

Asam stearate 14,5 g

Trietanolamin 1,5 mL

Adeps lanae 3g

Paraffin liquit 5 mL

Nipagin 0,1 g

Nipasol 0,05 g

Aquades ad 100 mL

Konsentrasi ekstrak biji Pinang (Areca catechu L.) dalam pembuatan sediaan

krim masing-masing adalah, 35%, 45%, dan 60% dalam 100 gram dan

konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrizhus) dalam

pembuatan sediaan krim masing-masing adalah 20%, 25% dan 30% dalam 100

gram. Formulasi dasar krim tanpa ekstrak biji pinang dan kulit buah naga merah

dibuat sebagai blanko. Masing-masing formulasi dijelaskan dalam tabel berikut:

Tabel 3.3 Tabel Formulasi Dasar Pembuatan Krim

Bahan (gram) Formula (%)


F0 F1 F2 F3
37

Ekstrak biji pinang (Areca catechu L.) - 25% 30% 35%


Kulit buah naga merah (Hylocereus - 20% 25% 30%
polyrizhus)
Asam stearate (gr) 14,5 14,5 14,5 14,5
Trietanolamin (gr) 1,5 1,5 1,5 1,5
Adeps lanae (gr) 3 3 3 3
Paraffin liquit (mL) 5 5 5 5
Nipagin (gr) 0,1 0,11 0,11 0,1
Nipasol (gr) 0,05 0,05 0,05 0,05
Aquades (mL) Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100

Keterangan:

Formula F0 : blanko (dasar krim tanpa sampel)

Formula F1 : konsentrasi ekstrak biji Pinang 25% dan konsentrasi ekstrak kulit

buah naga merah 20%

Formula F2 : konsentrasi ekstrak biji pinang 30% dan konsentrasi ekstrak kulit

buah naga merah 25%

Formula F3 : konsentrasi ekstrak biji Pinang 35% dan konsentrasi ekstrak kulit

buah naga merah 30%

3.6 Evaluasi Sediaan Fisik

a. Organoleptic

Pemeriksaan uji organoleptik meliputi bau, warna, dan tekstur. Pengujian

dilakukan dengan replikasi pada masing-masing formula sebanyak tiga kali

(Lumentut et al., 2020).

b. Uji homogenitas
38

c. Uji ini dilakukan dengan mengoleskan zat yang akan diuji pada sekeping kaca

atau bahan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen dan

tidak menunjukkan butiran kasar (Lady Yunita Handoyo & Pranoto, 2020).

d. Uji pH

Uji pH bertujuan mengetahui keamanan sediaan krim saat digunakan sehingga

tidak mengiritasi kulit. pH sediaan yang baik sesuai dengan pH kulit yaitu 4.5

– 6.5 (Lumentut et al., 2020).

e. Uji daya sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kemampuan penyebaran salep

pada kulit. Semakin mudah salep diratakan pada kulit maka akan semakin

memperluas area kulit dan absorpsi zat aktifnya semakin besar (Izzati, 2015).

f. Uji daya lekat

Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui kemampuan sediaan untuk

bertahan pada kulit lebih lama. Standar daya lekat krim yang baik yaitu lebih

dari 4 detik (Izzati, 2015).

3.7 Uji Efektivitas

Hewan uji yang digunakan adalah mencit yang sudah dewasa, sehat dan

berumur 2-3 bulan dengan berat badan 100-150 gram sebanyak 12 ekor. Induksi

luka pada punggung mencit dengan cara bulu mencit dicukur pada daerah

punggungnya, kemudian ditempel lempengan besi panas ke area punggung

mencit, setelah luka bakar terlihat diamkan beberapa saat. Oleskan krim tiga kali

sehari pada kulit yang dilukai dengan masing-masing formula kemudian lakukan

pengamatan setiap hari untuk melihat efek yang terjadi. Parameter yang diamati

adalah penyembuhan luka bakar pada mencit (Izzati, 2015).


39

Anda mungkin juga menyukai