Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FORMULASI DAN TEKNOLOGI

SEDIAAN OBAT ALAM

FORMULASI SEDIAAN SIRUP EKSTRAK BUAH PALA

Disusun oleh:

Firda Ainnurohmah E18015

Hanifah Shofwatul Atikah E18025

Set Putra Binu E16075

POLITEKNIK INDNUSA SURAKARTA

2020
I. Bahan Baku

Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adkkalah tanaman asli Indonesia yang berasal

dari pulau Banda. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang

hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis.

Tanaman pala tumbuh baik di daerah pegunungan dengan ketinggian kurang dari 700

meter dari permukaan laut. Pohon dengan tinggi lebih dari 18 meter dan berdiameter 30-

45 cm. Buahnya berbentuk peer, lebar, ujungnyka meruncing, kulitnya licin, berdaging

dan cukup banyak mengandung air. Jika sudah masak petik warnanya kuning pucat dan

membelah dua, kemudian jatuh (Arief et al., 2016).

Bagian yang digunakan pada penelitian adalah biji dari pala. Biji pala tunggal, berkeping

dua, dilidungi oleh tempurung, walaupun tidak tebal tapi cukup keras. Bentuk biji bulat

telur hingga lonjong, mempunyai tempurung berwarna coklat tua dan licin permukaannya

bila sudah cukup tua dan kering. Namun bila buah masih muda atau setengah tua, setelah

dikeringkan warnanya menjadi coklat muda di bagian bawah dan coklat tua di bagian

atasnya dengan permukaan yang keriput dan beraluran. Biji dan fuli yang berasal dari

buah yang cukup tua dimanfaatkan sebagai rempah, sedangkan yang berasal dari buah

yang muda dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak pala karena kandungan minyak

atsirinya yang jauh lebih tinggi daripada biji yang berasal dari buah yang tua. Pada buah

muda (umur 4–5 bulan) kadar minyak atsiri berkkisar antara 8–17% atau rata-rata 12%

(Hidayati et al., 2015).


MYRISTICAE SEMEN

Nama Lain : Pala, Nutmeg, Nux Moschata

Nama Tanaman Asal : Myristica fragrans (Houtt)

Keluarga : Myristicaceae

Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengankdung miristin (bersifat membius),

kamfen, minyak lemak terutkama berupa gliserida dari asam

miristinat, asam oleat dan asakm linoleat, zat putih telur

Penggunaan : Bahan pewangi, karminativa, stimulansia setempat terhadap

saluran pencernaan, miristin bekrkhasiat membius, menyebabkan

rasa kantuk dan memperlambat pernafasan

Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pahit, agak pedas dan agak

menimbulkan rasa tebal di lidah.

Berdasarkan hasil riset penelitian yang dilakukan National Science and Technology

Authority, dalam bukunya Guidebook on the proper uske of medicinal plants. Buah pala

mengandung senyawa- senyawa kimia yang bermanfaat untuk kesehatan. Kulit dan

daging buah pala misalnya, terkandung minyak atsiri dan zat samak. Sedangkan fuli atau

bunga pala mengandung minyak atsiri, zat samak dan zat pati. Sedangkan dari bijinya

sangat tinggi kandungan minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi, enzim lipase, pektin,

lemonena dan asam oleanolat.

II. METODE PEMBUATAN EKSTRAK

Ekstraksi secara umum merupakan suatu proses pemisahan zat aktif dari suatu padatan

maupun cairan dengan menggunakan bantuan pelarut (Cokrey & Su, 2017).
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada suhu

ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena

melalui perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel

akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder

yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut orgaknik dan ekstraksi senyawa

akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan

pengekstrak untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi melalui cara

memerhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut (Corey & Su, 2017).

Biji pala yang telah dikeringkan dihaluskan kemudia diekstrkaksi dengan cara maserasi

selama 3 x 24 jam menggunakan pelarut etanol 95% hasil redestilasi. Hasil ekstraksi

kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak

kental (Fitri et al., 2016)

. Kemudian di hitung rendemen dengan rumus :

Bobot ekstrak yang dihasilkan


x 100%
Bobot simplisia kering k

Diketahui :

Bobot biji pala serbuk = 500 gram

Bobot ekstrak yang dihasilkan = 350 gram

Perhitungan :

350
x 100% = 70%
500

Jadi rendemen yang di hasilkan sebesar 70% dari simplisia .


III. BENTUK SEDIAAN

Pada formula kali ini di buat sediaan berupa sirup. Sirup merupakan salah satu produk

olahan cair yang dikonsumsi sebagian besar orang sebagai minuman pelepas dahaga.

Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa

bahan tambahan, bahan pewangi, dan zat aktif sebagai obat. Sirup adalah larutan oral

yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi. Sirup mengandung paling

sedikit 50% sukrosa dan biasanya 60-65% (Cahyanto, 2017).

IV. CARA KERJA

IV.1. PEMBUATAN EKSTRAK KENTAL

Pembuatan ekstrak kental etanol buah pala dilakukan dengan metode maserasi.

Simplisia buah pala sebanyak 750 gram diekstraksi secara maserasi menggunakan etanol

70% sebagai pelarut. Saat Maserasi dilakukan dengan pengocokan selama 6 jam

kemudian didiamkan semalaman. Maserasi dilakukan sebanyak tiga kali. Ekstrak hasil

maserasi dipekatkan dengan evaporator vacum kemudian ekstrak dikentalkan di dalam

oven suhu 50° sampai diperoleh ekstrak yang kental(“PENGARUH KONSENTRASI

EKSTRAK ETANOL BUAH PALA (Myristica Fragrans) TERHADAP DAYA

HAMBAT Staphylococcus Aureus,” 2017).

IV.2. PEMBUATAN SEDIAAN SIRUP

Pada pembuatan sirup ekstrak pala, sebanyak 1,5 g ekstrak kental dimasukkan ke

dalam gelas beker. Propilen glikol yang telah ditimbang dimasukkan bersama
dengan asam sitrat dalam wadah yang sama, dilakukan pengadukan disertai

pemanasan hingga terbentuk larutan homogen. Propilen glikol merupakan bahan

yang membantu meningkatkan kelarutan senyawa dalam ekstrak. Gula halus

dilarutkan dalam akuades dengan pemanasan dalam gelas beker terpisah. Larutan

gula kemudian dicampur denga larutan ekstrak kental dan diaduk hingga

homogen. Sirup dimasukkan ke dalam labu takar 150 mL lalu ditambahkan

akuades hingga volume tepat 150 ml, dilakukan pengadukan, dan sirup

dimasukkan ke dalam botol (Lisprayatna et al., 2012).

IV.3. FORMULA SEDIAAN KAPSUL

Formula standar

R/ Ekstrak pala 1,5

Propilen glikol 11%

Sakarosa 62%

Asam sitrat 0,3%

Aquades add 150ml

Sediaan volume satu boto = 150ml

Komposisi Jumlah Berat (gram)


Ekstrak kental 1,5
Propilen glikol 16,5
Sakarosa 93
Asam sitrat 4,5
Aquades 34,5
Formula produksi masal 15000ml

Komposisi Jumlah Berat (gram) Jumlah Bahan (gram)


Ekstrak kental 1,5 150
Propilen glikol 16,5 1650
Sakarosa 93 9300
Asam sitrat 4,5 450
Aquades 34,5 3450

V. EVALUASI EKSTRAK PALA

A. Perhitungan Kadar Air Uji

Kadar air dilakukan dengan metode gravitimetri. Dimasukkan 10 gram zat

danditimbang dalam wadah yang telah ditara, dikeringkan pada suhu 105ºC selama

5 jam dan ditimbang. Dilanjutkan dengan pengeringan dan ditimbang pada jarak 1

jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari

0,25%. Kadar air dihitung dalam % v/b. Dimana kadar air untuk ekstrak herba

meniran tidak lebih dari 17%(Depkes RI, 2008).

B. Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 3 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang seksama,

dimasukkankedalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, diratakan.

Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis dinginkan dan timbang. Jika cara ini

arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring kertas saring bebas abu.

Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat kedalam

krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang, hitung kadar abu terhadap

bahan yang telah dikeringkan di udara . Dimana standarisasi kadar abu total untuk

ekstrak herba meniran tidak lebih dari 3,5%(Depkes RI, 2008).


C. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 mL asam

sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam,

kemudian saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan

air panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Lalu hitung kadar abu yang tidak

larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan diudar. Dimana

standarisasi kadar abu tidak larut asam untuk ekstrak herba meniran tidak lebih dari

1,5% (Depkes RI, 2008).

VI. EVALUASI SEDIAAN SIRUP

a. Uji organoleptik

Pengujian organoleptik dilakukan dengan mengamati sediaan sirup dari bentuk,

rasa, bau, dan warna sediaan.

b. Uji homogenitas

Pengujian dilakukan dengan mengamati sediaan, apakah ada partikel/endapan pada

larutan sirup.

c. Uji pH sirup

Sebanyak 0,5 mL sirup diencerkan dengan 5 mL akuades, kemudian diukur nilai pH

dari larutan tersebut(Depkes RI, 2008).


VII. DAFTAR PUSTAKA

Arief, R. W., AB, F., & Asnawi, R. (2016). POTENSI PENGOLAHAN DAGING
BUAH PALA MENJADI ANEKA PRODUK OLAHAN BERNILAI EKONOMI
TINGGI. Buletin Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat.
https://doi.org/10.21082/bullittro.v26n2.2015.165-174

Cahyanto, H. A. (2017). Pektin Jeruk Bali (Citrus maxima, L) dalam Formulasi Sirup
Kering Buah Mengkudu. Jurnal Riset Teknologi Industri.
https://doi.org/10.26578/jrti.v11i1.2409

Corey, E. J., & Su, W. (2017). Metode Ekstraksi. Tetrahedron Letters.

Depkes RI. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269
Tentang Rekam Medis. Permenkes Ri No 269/Menkes/Per/Iii/2008.

Fitri, Y. A., Priambodo, D., & Lestari, K. (2016). FORMULASI TABLET DARI
EKSTRAK BIJI PALA (Myristica fragrans Houtt.) BEBAS MIRISTISIN DAN
SAFROL DENGAN METODE GRANULASI BASAH. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Science and Technology Vol.V, V(2), 8–22.

Hidayati, N., Ilmawati, H., & Sara, E. (2015). Penyulingan Minyak Biji Pala: Pengaruh
Ukuran Bahan, Waktu Dan Tekanan Penyulingan Terhadap Kualitas Dan
Rendemen Minyak. Simposium Nasional RAPI XIV-FT UMS.

Lisprayatna, L., Bayu Murti, Y., & Saifullah Sulaiman, T. (2012). FORMULASI
SIRUP EKSTRAK DAUN LEGUNDI (Vitex trifolia L.) SYRUP
FORMULATION OF EXTRACT OF DAUN LEGUNDI (Vitex trifolia L.).
Majalah Obat Tradisional, 17(2), 2012.

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK ETANOL BUAH PALA (Myristica


fragrans) TERHADAP DAYA HAMBAT Staphylococcus aureus. (2017). Jurnal
EduBio Tropika.

Anda mungkin juga menyukai