Disusun oleh:
2020
I. Bahan Baku
Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adkkalah tanaman asli Indonesia yang berasal
dari pulau Banda. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang
hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis.
Tanaman pala tumbuh baik di daerah pegunungan dengan ketinggian kurang dari 700
meter dari permukaan laut. Pohon dengan tinggi lebih dari 18 meter dan berdiameter 30-
45 cm. Buahnya berbentuk peer, lebar, ujungnyka meruncing, kulitnya licin, berdaging
dan cukup banyak mengandung air. Jika sudah masak petik warnanya kuning pucat dan
Bagian yang digunakan pada penelitian adalah biji dari pala. Biji pala tunggal, berkeping
dua, dilidungi oleh tempurung, walaupun tidak tebal tapi cukup keras. Bentuk biji bulat
telur hingga lonjong, mempunyai tempurung berwarna coklat tua dan licin permukaannya
bila sudah cukup tua dan kering. Namun bila buah masih muda atau setengah tua, setelah
dikeringkan warnanya menjadi coklat muda di bagian bawah dan coklat tua di bagian
atasnya dengan permukaan yang keriput dan beraluran. Biji dan fuli yang berasal dari
buah yang cukup tua dimanfaatkan sebagai rempah, sedangkan yang berasal dari buah
yang muda dimanfaatkan sebagai bahan baku minyak pala karena kandungan minyak
atsirinya yang jauh lebih tinggi daripada biji yang berasal dari buah yang tua. Pada buah
muda (umur 4–5 bulan) kadar minyak atsiri berkkisar antara 8–17% atau rata-rata 12%
Keluarga : Myristicaceae
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pahit, agak pedas dan agak
Berdasarkan hasil riset penelitian yang dilakukan National Science and Technology
Authority, dalam bukunya Guidebook on the proper uske of medicinal plants. Buah pala
mengandung senyawa- senyawa kimia yang bermanfaat untuk kesehatan. Kulit dan
daging buah pala misalnya, terkandung minyak atsiri dan zat samak. Sedangkan fuli atau
bunga pala mengandung minyak atsiri, zat samak dan zat pati. Sedangkan dari bijinya
sangat tinggi kandungan minyak atsiri, saponin, miristisin, elemisi, enzim lipase, pektin,
Ekstraksi secara umum merupakan suatu proses pemisahan zat aktif dari suatu padatan
maupun cairan dengan menggunakan bantuan pelarut (Cokrey & Su, 2017).
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada suhu
ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena
melalui perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel
akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder
yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut orgaknik dan ekstraksi senyawa
akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan
pengekstrak untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi melalui cara
memerhatikan kelarutan senyawa bahan alam pelarut tersebut (Corey & Su, 2017).
Biji pala yang telah dikeringkan dihaluskan kemudia diekstrkaksi dengan cara maserasi
selama 3 x 24 jam menggunakan pelarut etanol 95% hasil redestilasi. Hasil ekstraksi
Diketahui :
Perhitungan :
350
x 100% = 70%
500
Pada formula kali ini di buat sediaan berupa sirup. Sirup merupakan salah satu produk
olahan cair yang dikonsumsi sebagian besar orang sebagai minuman pelepas dahaga.
Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa
bahan tambahan, bahan pewangi, dan zat aktif sebagai obat. Sirup adalah larutan oral
yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi. Sirup mengandung paling
Pembuatan ekstrak kental etanol buah pala dilakukan dengan metode maserasi.
Simplisia buah pala sebanyak 750 gram diekstraksi secara maserasi menggunakan etanol
70% sebagai pelarut. Saat Maserasi dilakukan dengan pengocokan selama 6 jam
kemudian didiamkan semalaman. Maserasi dilakukan sebanyak tiga kali. Ekstrak hasil
Pada pembuatan sirup ekstrak pala, sebanyak 1,5 g ekstrak kental dimasukkan ke
dalam gelas beker. Propilen glikol yang telah ditimbang dimasukkan bersama
dengan asam sitrat dalam wadah yang sama, dilakukan pengadukan disertai
dilarutkan dalam akuades dengan pemanasan dalam gelas beker terpisah. Larutan
gula kemudian dicampur denga larutan ekstrak kental dan diaduk hingga
akuades hingga volume tepat 150 ml, dilakukan pengadukan, dan sirup
Formula standar
Sakarosa 62%
danditimbang dalam wadah yang telah ditara, dikeringkan pada suhu 105ºC selama
5 jam dan ditimbang. Dilanjutkan dengan pengeringan dan ditimbang pada jarak 1
jam sampai perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari
0,25%. Kadar air dihitung dalam % v/b. Dimana kadar air untuk ekstrak herba
Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis dinginkan dan timbang. Jika cara ini
arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring kertas saring bebas abu.
Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang sama. Masukkan filtrat kedalam
krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang, hitung kadar abu terhadap
bahan yang telah dikeringkan di udara . Dimana standarisasi kadar abu total untuk
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 mL asam
sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam,
kemudian saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan
air panas, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Lalu hitung kadar abu yang tidak
larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan diudar. Dimana
standarisasi kadar abu tidak larut asam untuk ekstrak herba meniran tidak lebih dari
a. Uji organoleptik
b. Uji homogenitas
larutan sirup.
c. Uji pH sirup
Arief, R. W., AB, F., & Asnawi, R. (2016). POTENSI PENGOLAHAN DAGING
BUAH PALA MENJADI ANEKA PRODUK OLAHAN BERNILAI EKONOMI
TINGGI. Buletin Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat.
https://doi.org/10.21082/bullittro.v26n2.2015.165-174
Cahyanto, H. A. (2017). Pektin Jeruk Bali (Citrus maxima, L) dalam Formulasi Sirup
Kering Buah Mengkudu. Jurnal Riset Teknologi Industri.
https://doi.org/10.26578/jrti.v11i1.2409
Depkes RI. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269
Tentang Rekam Medis. Permenkes Ri No 269/Menkes/Per/Iii/2008.
Fitri, Y. A., Priambodo, D., & Lestari, K. (2016). FORMULASI TABLET DARI
EKSTRAK BIJI PALA (Myristica fragrans Houtt.) BEBAS MIRISTISIN DAN
SAFROL DENGAN METODE GRANULASI BASAH. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Science and Technology Vol.V, V(2), 8–22.
Hidayati, N., Ilmawati, H., & Sara, E. (2015). Penyulingan Minyak Biji Pala: Pengaruh
Ukuran Bahan, Waktu Dan Tekanan Penyulingan Terhadap Kualitas Dan
Rendemen Minyak. Simposium Nasional RAPI XIV-FT UMS.
Lisprayatna, L., Bayu Murti, Y., & Saifullah Sulaiman, T. (2012). FORMULASI
SIRUP EKSTRAK DAUN LEGUNDI (Vitex trifolia L.) SYRUP
FORMULATION OF EXTRACT OF DAUN LEGUNDI (Vitex trifolia L.).
Majalah Obat Tradisional, 17(2), 2012.