Anda di halaman 1dari 25

UJIAN TENGAH SEMESTER

PRAK. SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMI SOLID


“KRIM LUKA BAKAR”


KELOMPOK 6 :
Adi Sofyan : 332198420092
Annissa Agustin : 332198420012
Khairun Nissa : 332198420024 DOSEN :
Nia Apriyanti : 332198420080 Mega Efrilia, S.Farm., M.Farm., Apt
Meiana Dwi Andini, S.Si., M.Farm.,
Apt
JUDUL

“ Krim Anti Luka Bakar Dari Ekstrak Air Daging Daun Aloe Vera”
TUJUAN


1. Mengenal dan memahami bahan dan cara pembuatan sediaan krim dengan
berbagai jenis basis dan mengamati pengaruh basis terhadap karakteristik
fisik dan pelepasan bahan aktif.

2. Melakukan penelitian terhadap ekstrak air lidah buaya untuk mengetahui


apakah ekstrak air lidah buaya aloe vera yang di peroleh, apakah sudah
memenuhi parameter standar mutu sehingga dapat digunakan dalam
formulasi.
SEDIAAN YANG DIBUAT :
KRIM LUKA BAKAR

 Definisi

Menurut FI edisi 3, krim adalah bentuk sedian setengah padat, berupa emulsi mengandung air
tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.

 Kekurangan Sediaan Krim :


o Sulit dalam pembuatan, karena pembuatan krim harus dalam keadaan panas.
o Gampang pecah, karena dalam pembuatan formula tidak pas.
o Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m, karena terganggu sistem campuran
terutama disebabkan penambahan salah satu fase berlebihan.

 Kelebihan Sediaan Krim :


o Mudah menyebar rata dan praktis.
o Mudah dibersihkan atau dicuci.
o Cara kerja berlangsung sampai jaringan setempat.
o Tidak lengket terutama tipe m/a.
PREFORMULASI ZAT AKTIF



Cera alba (malam putih) (FI edisi 3 hal. 140)
o Pemerian : zat padat, lapisan tipis bening, putih kekuningan, bau khas lemah
o Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol 95%
o Kegunaan : zat tambahan

 Parafin cair (paraffinum liquidum) (FI edisi 3 hal. 474)


o Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarna, hampir tidak berbau,
hampir tidak berasa
o Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam kloroform dan dalam eter
o Kegunaan : laksativum

 Metylparaben / nipagin (FI edisi 3 hal. 378)


o Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa kemudian agak
membakar diikuti rasa tebal
o Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%)
o Kegunaan : zat tambahan (zat pengawet)
PREFORMULASI ZAT AKTIF


 Propylparaben / nipasol (FI edisi 3 hal. 535)
o Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa
o Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol 95%
o Kegunaan : zat tambahan (zat pengawet)

 Span 80 (Rowe, et al., 2009)


o Pemerian : cairan kental warna krem – kecoklatan, rasa dan bau khas.
o Kelarutan : larut atau terdispersi dalam minyak, larut dalam banyak pelarut
organik, tidak larut dalam air, tapi dapat terdispersi secara perlahan.
o Kegunaan : zat tambahan.
ALOE VERA (DAUN LIDAH BUAYA)


 Lidah buaya (aloe vera) merupakan salah satu tanaman yang secara
empiris dapat digunakan untuk menyembuhkan luka bakar. Ekstrak
air daging daun aloe vera mengandung saponin dan flavonoid,
mengandung tanin dan polifenol. Saponin dapat digunakan sebagai
pembersih sehingga efektif untuk menyembuhkan luka terbuka,
sedangkan tanin dapat digunakan sebagai pencegahan terhadap
infeksi luka karena mempunyai daya antiseptik dan obat luka bakar.
Flavonoid dan polifenol mempunyai aktivitas sebagai antiseptik
(Harborne, 1987).
PERMASALAHAN FARMASETIK


 Pada sediaan krim ini merupakan sediaan dosis ganda untuk
mencegah kontaminasi bakteri dan sediaan menjadi tengik, kita perlu
menambahkan zat pengawet, zat pengawet yang digunakan yaitu
methylparaben dan propylparaben, zat aktif utama dari sediaan ini
adalah daging aloe vera, jadi untuk itu perlu dilakukan ekstraksi dan
beberapa tahap pengujian untuk menjamin kualitas dan mutu ekstrak
daging aloe vera yang digunakan.
KOMPOSISI SEDIAAN


 Formulasi untuk krim anti luka bakar dari esktrak air daging daun lidah
buaya (aloe vera)

R/ Cera alba 16%


Parafin cair 45%
Span 80 5%
Methylparaben 0,1%
Propylparaben 0,2%
Ekstrak daging aloevera 15%
Aquadest ad 100%
PENIMBANGAN dan PERHITUNGAN


Cera alba = 16/100 x 100 = 16g
Parafin cair = 45/100 x 100 = 45g
Span 80 = 5/100 x 100 = 5g
Methylparaben = 0,1/100 x 100 = 0,1g
Propylparaben = 0,2/100 x 100 = 0,2g
Ekstrak daging aloevera = 15/100 x 100 = 15g
Aquadest ad 100% = 100 – (16 + 45 + 5 + 0,1 + 0,2 + 15) = 18,7g
ALAT dan BAHAN

ALAT

BAHAN
• Lumpang dan alu • Cera alba 16%
• Pipet tetes • Parafin cair 45%
• Sendok tanduk • Span 80 5%
• Spatula • Methylparaben 0,1%
• Anak timbangan • Propylparaben 0,2%
• Timbangan • Ekstrak daging aloevera
• Cawan uap 15%
• Batang pengaduk • Aquadest ad 100%
• Gelas ukur
• Alat uji daya lekat
• Alat uji daya sebar
• Kertas pH
• Gelas beaker
PROSEDUR PEMBUATAN


1. Setarakan timbangan, siapkan alat, tara cawan uap, ambil bahan obat lalu
timbang bahan obat
2. Panaskan lumpang dan alu
3. Buat basis cream, timbang cera alba + span 80 + parafin cair +
propylparaben, masukan ke dalam satu cawan, lebur di atas water bath
suhu 70°C (fase minyak)
4. Masukaan methylparaben ke erlenmeyer + aqua secukupnya, kocok ad
larut (fase air) (Massa 1)
5. Masukkan hasil leburan ke lumpang panas, gerus ad homogen, tambah
massa 1 gerus ad terbentuk basis cream
6. Masukkan ekstrak daging lidah buaya ke lumpang + basis cream sedikit
demi sedikit gerus ad homogen
7. Lakukan evaluasi sediaan krim
MATERI dan METODE PROSES EKSTRAK
DAGING DAUN LIDAH BUAYA

 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini Aloe vera, Cera alba, Natrium benzoate, Setil alkohol, Span
80, Paraffin liquidum, Metilparaben, Propilparaben, Aquades, FeCl3 5%, HCl 2N, Larutan Sudan III.

 Alat
Pisau, Oven, Water bath, Cawan porselen, Blender , Alat-alat gelas, Alat uji daya lekat, Viknometer,
Magnetic stirrer, Alat uji daya lekat sebar, Neraca analitik, Saringan, Sendok tanduk, Mortar dan
stamper.

 Ektraksi Daun Lidah Buaya


Sampel lidah buaya diperoleh dicuci dengan air mengalir, dipotong pangkalnya 5 cm lalu di ukuran
diperkecil dengan dipotong dan dikupas kulitnya (kulit daun dibuang). Daging lidah buaya ditimbang
sebanyak 1600 g dan diblender, selanjutnya dilarutkan dengan air (dengan perbandingan 1:1). Lidah
buaya diekstraksi dengan teknik infudasi. Lidah buaya diblender kemudian panaskan dengan suhu
70°C selama 15 menit, kemudian disaring dan selanjutnya dipekatkan sampai menjadi ekstrak kental
(Wirya, 2012; Wijaya dkk., 2013).
HASIL dan PEMBAHASAN STANDARISASI
EKSTRAK LIDAH BUAYA

 Standarisasi Ekstrak

Standarisasi ekstrak daging daun lidah buaya meliputi, pengujian penetapan susut
pengeringan, kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam,
penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam
etanol dan skrining fitokimia.

Parameter Hasil
Susut Pengeringan 26, 33%
Kadar Abu Total 1, 3 %
Kadar Abu Tidak Larut Asam 2, 1%
Kadar Sari yang Larut dalam Air 11, 9%
Kadar Sari yang Larut dalam Etanol 12, 01%
 Susut Pengeringan
Uji susut pengeringan bertujuan untuk mengetahui kandungan air pada suatu bahan.

 Uji Kadar Abu Total 


Pengujian kadar abu total dilakukan untuk mengetahui kadar abu dari ekstrak daging lidah
buaya telah memenuhi parameter standar mutu yang telah ditetapkan. Kadar abu total yang
diperoleh sebesar 1,3%, dimana hasil ini sesuai dengan persyaratan Farmakope Herbal
Indonesia tidak lebih dari 1,5%.

 Uji Kadar Abu Tidak Larut Asam


Kadar abu tidak larut asam yang diperoleh sebesar 2,1 %. Hasil yang diperoleh memenuhi
persyaratan kadar abu tidak larut asam sebesar 4,5% (Kemenkes RI, 2009).

 Uji Kadar Sari Larut Dalam Air dan Larut Dalam Etanol
Penetapan kadar sari larut air dilakukan untuk mengetahui persentase senyawa polar
dan semi non polar sampai non polar pada ekstrak. Hasil standarisasi kadar sari larut air
ekstrak aloe vera adalah 12%, dimana hasil tersebut memenuhi syarat Farmakope
Herbal Indonesia yaitu tidak kurang dari 11,3%. Hasil standarisasi kadar sari larut
etanol ekstrak aloe vera adalah 12,01%, dimana hasil tersebut memenuhi syarat yaitu
tidak kurang dari 2,3% (Kemenkes RI, 2009).
 Skrining Fitokimia Ekstrak
Skrining fitokimia yang dilakukan meliputi uji saponin, tanin, dan flavonoid.

Skrining Fitokimia

Pustaka
Fluoresensi kuning
Hasil
Terdapat
Flavonoid intensif pada UV fluoresensi kuning (+)
366 nm intensif pada UV
366 nm
Tanin Terbentuk warna Terjadi warna (+)
kecoklatan kecoklatan
Ada busa yang
Saponin bertahan ± 10 menit Terbentuk busa (+)
setinggi 1-10 cm

Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak air aloe vera
mengandung golongan senyawa saponin, tannin, dan flavonoid.
 Penetapan Kadar Flavonoid Total

Dilakukan untuk mengetahui kadar flavonoid yang terkandung dalam ekstrak
daging lidah buaya karena flavonoid merupakan kandungan kimia yang
berperan sebagai antiinflamasi pada luka bakar. Kadar flavonoid yang
diperoleh sebesar 2,9%. Hasil kadar flavonoid yang diperoleh memenuhi
persyaratan literature yaitu tidak lebih dari 3,50 % (Depkes RI, 2008).

 Identifikasi Dengan FT - IR
Identifikasi senyawa flavonoid ekstrak lidah buaya menggunakan FT - IR
untuk melihat gugus fungsi pada sampel.
EVALUASI SEDIAAN KRIM

 Uji Organoleptis

Menggunakan panca indra, mulai dari bau, warna, tekstur sedian, konsistensi
pelaksanaan menggunakan subyek responden (dengan kriteria tertentu)
dengan menetapkan kriterianya pengujianya (macam dan item), menghitung
prosentase masing - masing kriteria yang di peroleh, pengambilan keputusan
dengan analisa statistik.

 Uji Homogenitas
Terbentuk masa krim yang homogeny dan terdistribusi merata, cara : oleskan
cream diatas kaca objek, amati homogenitas bahan aktif dalam basis

 Uji Daya Lekat Krim


Ekstrak daging lidah buaya yaitu memiliki waktu melekat 86 detik.
EVALUASI SEDIAAN KRIM


 Uji Daya Sebar Krim
Ekstrak daging lidah buaya diperoleh tanpa beban (P = 2,4 cm, L= 2,2 cm), dengan 4,1
cm, L= 4 cm), dengan beban 100 gram (P = 4,8 cm, L = 4,7 cm), dengan beban 50 gram
(P = 5,3 cm, L= 5,1cm) berarti krim ekstrak daging lidah buaya mampu menyebar
dengan luas jika digunakan.

 Uji pH
Bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan krim yang dibuat memiliki pH yang aman
agar tidak mengiritasi kulit, pH kulit 4,5 – 6,5 (Tranggono,2007). Hasil uji pH diperoleh
pH krim ekstrak daging lidah buaya memenuhi persyaratan, yaitu sebesar 5,2.

 Uji Viskositas
Uji viskositas dilakukan untuk melihat kekentalan dan laju aliran partikel dalam produk
herbal skin cream.
KESIMPULAN


 Dalam proses pembuatan sediaan krim, kesulitannya adalah mempertahankan
keadaan panas, apabila suhu nya tidak panas basis cream akan pecah ketika di
campur dan menjadi tidak homogen (sediaan gagal).

 Hasil standarisasi ekstrak daging lidah buaya menunjukan bahwa ekstrak


daging lidah buaya memenuhi persyaratan parameter standar mutu ekstrak,
yang meliputi pengujian penetapan susut pengeringan, kadar abu total,
penetapan kadar abu tidak larut dalam asam, penetapan kadar sari yang larut
dalam air, penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, dan skrining fitokimia
sehingga ekstrak daging lidah buaya dapat digunakan dalam pembuatan
formulasi.

 Krim anti luka bakar aloe vera di gunakan sebagai obat oles topikal pada luka
bakar dan berperan sebagai antiseptik.
SARAN


 Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai optimasi formula krim
lidah buaya untuk mendapatkan sediaan yang lebih baik, dan
dilakukan uji transport senyawa aktif secara in-vitro dan in-vivo serta
dilakukan uji farmakologi anti luka bakar untuk sediaan krim lidah
buaya.
KEMASAN
KOMPOSISI :
Tiap 10 gram mengandung :
Ekstrak Aloe Vera 15%
INDIKASI :
Luka bakar pada kulit


Spancera Aloe Cream
10 gr

Imported by :
PT.Znskinbeuaty.e
Jl. Mawar No. 16, Jakarta

BPOM : NA11201300213
Exp : 17/06/2023

Spancera Aloe Cream


LEFLET (INFORMASI OBAT)
SPANCERA ALOE CREAM
Ekstrak Aloe Vera 15%

Komposisi :
Ekstrak aloe vera 15% 

Indikasi :

Untuk mengobati luka bakar kulit
 
Efek Samping :
Dapat menyebabkan reaksi alergi
 
Cara pakai :
2-3x sehari, oleskan pada area yang terbakar
 
Kemasan :
Dus. tube @ 10 gram
No reg :12345676543xbx
 
STABIL SELAMA 30 HARI SETELAH KEMASAN DI BUKA
CARA PENYIMPANAN
Simpan pada suhu dibawah 30°C
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
 
DIPRODUKSI OLEH :
PT. ZNSKINBEAUTY. E
JAKARTA INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA


 Farmakope Indonesia edisi 3
 Rowe, et al., 2009
 Atiyeh, B. S., M. Costagliola, S. N. Hayek, and S. A. Dibo. 2006. Effect of
Silver on Burn Wound Infection Control and Healing: Review of The
Literature. Burns. 33: 139.
 Depkes RI. 1995a. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.
 Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penentuan Cara Modern Menganalisa
tumbuhan . Bandung: ITB.
 Kemenkes RI. 2009. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA


 Monafo, W. 2009. Initial Management of Burns. The New England Journal
of Medicine, 335(21): 1-6.
 Sari, L. R. O. K. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional dengan Pertimbangan
Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, 3(1): 1-7.
 Vijayalakshmi, R. and R. Ravindhran. 2012. Preliminary Comparative
Phytochemical Screening of Root Extracts of Diospyrus ferrea (Wild.) Bakh
and Aerva lanata (L.) Juss. Ex Schultes. Asian Journal of Plant Science and
Research. 2(5): 583.
 Wirya, L.P.A.I. 2012. Pemberian Ekstrak Air Lidah Buaya (Aloe vera L.)
Memperbaiki Profil Lipid Darah Tikus Jantan WistardDengan Dislipidemia.
Tesis. Denpasar: Pasca Sarjana Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai