Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

SHAMPOO

Disusun Oleh :

1. Ika Haryani ( 202001207P)


2. Meida Nursanti ( 202001208P)
3. Mirda Suis ( 202001209P)
4. Nadya Nunyai ( 202001210P)
5. Ovi Nenna ( 202001211P)
6. Riyanti Amalia ( 202001212P)

JURUSAN FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
2021
SHAMPOO

A. Tujuan Penelitian
1. Dapat membuat shampo gel dari tanaman lidah buaya (Aloe vera) menggunakan
metode beker.
2. Dapat mengetahui penambahan bahan yang tepat untuk pembuatan shampo gel
dari tanaman lidah buaya (Aloe vera)

B. Dasar Teori
Shampo adalah salah satu sediaan semisolid yang merupakan produk topikal
yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa untuk
memberikan efek lokal dan kadang-kadang sistemik. Sampo adalah sediaan yang
mengandung surfaktan dalam bentuk yang cocok dan berguna untuk menghilangkan
kotoran dan lemak yang melekat pada rambut dan kulit kepala agar tidak
membahayakan rambut, kulit kepala, dan kesehatan si pemakai (Visvanattan, 2007).
Shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya dengan air
dengan tujuan untuk melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk
melindungi rambut dan membersihkan kotoran yang melekat. Namun tidak semua
sampo berupa cairan atau digunakan dengan campuran air, ada juga sampo kering
berupa serbuk yang tidak menggunakan air.
Formulasi untuk sampo harus mengandung bahan-bahan yang berfungsi
sebagai surfaktan, foaming agent dan stabilizer, opacifier, hydrotopes, viscosity
modifier, dan pengawet (Mottram, 2000).
Aloe vera (lidah buaya) adalah salah satu jenis tanaman yang mempunyai
kandungan nutrisi yang lengkap diantaranya vitamin A, B 1 , B 2 , B 3 , B 21 ,C dan E
selain itu aloe vera juga mengandung 17 asam amino salah satunya adalah lisin yang
mampu menembus kulit dengan baik dan menyuburkan rambut. Asam amino yang
terkandung dapat membantu perkembangan sel-sel baru dimana mampu
meregenerasi folikel-folikel rambut yang menyebabkan rambut tumbuh dengan baik
(Gayatri, 2011).
Dalam praktikum ini akan dibuat shampo gel, dimana shampo ini dibuat
dengan menggunakan gel dari lidah buaya (Aloe vera) serta dengan meningkatkan
viskositas dari shampo cair biasa. Shampo gel lidah buaya ini dibuat dengan
menggunakan metode beker.
C. Alat dan Bahan
1. Alat : Batang pengaduk, Cawan porselin, Gelas kimia, Gelas ukur, Sendok
tanduk, Sudip, Ultraturax, Waterbatch.
2. Bahan : Air, alcohol, Aloe vera, Asam stearate, Citric acid, Gliserin,
karbopol, Lap kasar, Metil paraben, Na2 EDTA, Metil paraben,
Propil paraben, Sodium laurilsulfat, Tissue, TEA

D. Prosedur Kerja

1. Karbopol didispersikan kedalam air panas (60-70o C)


2. Diaduk dengan menggunakan ultraturax dengan kecepatan 395
rpm selama 2 menit
3. Didinginkan sampai 20-25o C
4. Masing-masing fase dipanaskan pada beker gelas yang berbeda
diatas water batch
5. Pada fase minyak dimasukkan propil paraben, asam stearat dan α-
tokoferol pada suhu 70o C dan diaduk hingga homogen
6. Pada beker fase air dimasukkan EDTA, metil paraben, gliserin,
natrium lauril sulfat, TEA, dan aloe vera pada suhu 80oC
7. Dimasukkan fase internal (fase minyak) kedalam fase eksternal
(fase air) dengan pengadukan terus menerus hingga minyak
hampir dingin
8. Kedua campuran fase tersebut dimasukan kedalam karbopol yang
telah didispersikan kedalam air
9. Dilakukan pengocokan dengan ultraturax dengan kecepatan 600
rpm selama 2 menit
10. Dicampur hingga homogen
E. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Hasil Pengujian
No Uji yang dilakukan
+ -
1. Uji busa
2. Uji kelarutan warna
3. Uji konduktivitas

2. Pembahasan
Metode pembuatan shampo ini menggunakan metode beker. Menurut buku
Teknologi Liquida dan semisolid (2014), kedua fase dipisahkan dalam beker yang
berbda. Kemudian masing-masing dipanaskan pada suhu berbeda. Untuk fase air
dipanaskan pada suhu 70º C sedangkan fase minyak pada suhu 80º C. Perbedaan
suhu ini dilakukan karena minyak lebih lama dingin daripada air, sehingga jika suhu
air lebih rendah dari minyak maka air akan terlebih dahulu dingin sehingga suhunya
tidak sama lagi dengan minyak (Tungadi, 2014).
Pertama-tama HPMC didispersikan ke dalam air panas yang suhunya 60-
70°C. Kemudian diaduk dengan ultraturax dengan kecepatan 100 rpm selama 6
menit dan didinginkan sampai suhu 20-25°C. Setelah dipanaskan fase minyak dan
fase air, dimasukkan fase minyak ke dalam fase air setelah itu dicampur dengan
ultraturax. Kemudian dimasukkan HPMC dan diaduk lagi dengan ultraturax dengan
kecepatan 600 rpm selama 2 menit sampai homogen.
Selanjutnya dilakukan evaluasi emulsi yaitu uji busa dan uji tipe emulsi
dengan menggunakan uji kelarutan warna dan uji konduktivitas. Berdasarkan
evalusi tersebut, pada uji busa shampo aloe vera menghasilkan tinggi busa
yaitu 20 cm. menurut Mita (2009) persyarata tinggi busa pada umumnya yaitu
berkisar 1,3-22 cm. sehingga dari hasil yang diperoleh maka busa dari
shampoo aloe vera ini menghasilkan busa yang baik. Sedangkan pada uji tipe
emulsi kelarutan warna, dengan menggunakan metilen blue shampo aloe vera
merupakan tipe emulsi minyak dalam air. Hal ini ditandai dengan meresapnya
metilen blue hingga kebawah sediaan. Pada uji tipe emulsi dengan
konduktivitas juga dapat dibuktikan bahwa tipe emulsi shampo aloe vera
merupakan tipe minyak dalam air, hal ini dapat dibuktikan dengan menyalanya
sumber listrik saat sebuah elektroda dicelupkan kedalam emulsi. Hal ini terjadi
karena jumlah air dalam formula ini lebih banyak, dimana air merupakan
penghantar arus listrik yang lebih baik. Langkah terakhir shampo aloe vera
dikemas dalam kemasan botol yang tertutup rapat dan terlindung dari cahaya
dan diberi etiket.

F. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Metode yang digunakan dalam pembuatan shampo gel lidah buaya (Aloe
vera) yaitu metode beker dimana fase air dan fase minyak dipanaskan diatas
waterbatch pada beker dan suhu yang berbeda (fase air 80°C, fase minyak
70°C).
2. Untuk menghasilkan shampo lidah buaya (Aloe vera) yang aman memiliki
viskositas yang baik, busa yang stabil, dan dapat mengoptimalkan kerja
detergen ditambahkan bahan seperti pengental dan penstabil busa (contohnya
HPMC), pengawet (contohnya metil paraben), antioksidan (contohnya α-
tokoferol) dan emolien (contohnya gliserin).

G. Daftar Pustaka
Anonim, 2003. Clear Conditioning Shampoo. Lubrizol Corporation

Ansel,H,C.2011. Pengantar Benruk Sediaan Farmasi.Jakarta: UI Press

Balsam, M. S. 1992. Cosmetics Science And Technology Second Edition.


London: Jhon Willi and Jan, Inc

Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia. Jakarta: DEPKES RI

Djubaedah, E. 2003. Pengolahan Lidah Buaya Dalam Sirup. Bogor: Balai


Besar Industri Argo

Faizatun,Dkk.2008. Formulasi Shampoo Ekstrak Bungan Chamomile Dengan


Hidroksi Propel Metal Selulisa Sebagai Pengental. Jakarta: Universitas
Pancasila

Gayatri. 2011. Buku Cerdas Untuk Perempuan Aktif. Jakarta: Gugus Media

Lachman, 2008. Teori dan Praktik Farmasi Industri. Jakarta: UI Press


Mita,S,M. 2009. Pengembangan Ekstrak Etanol Kubis Asal Kabupaten Bandung Barat
Dalam Bentuk Shampoo Antiketombe Terhadap Jenis Masesezia Furfur.
Surabaya: Farmasi Universitas Padjajaran

Mottram, F.J. L. 2000. Hair Shampoos. Kluwer Academic Publishers: Printed In Great
Britain

Novianty, T. 2008. Pengaruh Formulasi. Jakarta: FMIPA UI

Oz,M. 2010. Being Beautiful. Bandung: Media Utama

Parrot, F.L. 1968. Pharmaceutical Technology. Lowd. Burgess Publishing Company

Putra,H.2009. Pembuatan Shampo Dengan Bahan Baku Sodium Laurel Sulfat. Medan:
Uniersitas Sumatra Utara

Rowe, R.C. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Excipient. London: Pharmaceutical


Press

TUGAS PERCOBAAN
SHAMPOO

1. Jelaskan Dengan detail bahan dalam formula tersebut ( Kadar dan Fungsinya )

Jawab :

Dalam formulasi shampoo lidah buaya Dalam formulasi ini menggunakan


sodium lauril sulfat (SLS) sebagai deterjen yang mempunyai gugus hidrofilik dan
gugus lipofilik. SLS merupakan detergen yang baik karena garamnya berasal dari
asam kuat, larutan yang netral. Detergen jenis SLS dangat mudah didegradasi secara
biologis oleh mikrooganisme dan tidak berakumulasi di lingkungan. Selain detergen
dalam formulasi ini digunakan kombinasi surfaktan asam stearat dan TEA
(Trietanolamin). Saat TEA direaksikan dengan asam stearat, sediaan yang dibentuk
akan bertindak sebagai emulgator minyak dalam air yang sangat baik.
Pengawet yang digunakan dalam formulasi ini merupaka pengawet golongan
paraben yaitu metil paraben dan propil paraben. Pengawet golongan ini digunakan
secara luas sebagai pengawet antimikroba dalam produk kosmetik, makanan dan
minuman. Kombinasi pengawet ini sering dilakukan karena menurut lachman
(2008), mikroorganisme dapat tinggal di dalam air atau kedua-duanya serta dengan
kombinasi tersebut meningkatkan efektivitas kerja pengawet baik penambahan
spectrum aktivitas atau beberapa sifat sinergis.
Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA), dalam formulasi ini digunakan sebagai
pengkhelat. Bahan pengkhelat digunakan untuk mengkhelat logam-logam yang
terdapat dalam air atau bahan lain sehingga dapat mencegah berkurangnya
evektifitas surfaktan (Faizatun, 2008). Selain pengkhelat, digunakan Hydroxi Propil
Metil Celulosa (HPMC) sebagai pengental. HPMC menurut jurnal Faizatun (2008)
memiliki sifat alir pseudoplastis, struktur HPMC dapat memperkuat dinding serta
memperlambat kecepatan alir. Selain itu HPMC dapat meningkatkan stabilitas fisik
sediaan sehingga shampoo lebih mudah dituang (Faizatun, 2008).
Sebagai pengontrol pH, dalam formulasi ini digunakan pendapar dari
golongan sitrat baik asam maupun garamnya. Keduanya dapat menurunkan pH
sehingga pengguna tidak teritasi akibat alkali sabun (Faizatun, 2008). Dalam
formulasi ini juga digunakan emolien atau pelembut yaitu gliserin. Emolien dapat
mengisi ruang antar desqualing keratinosit untuk membentuk permukaan halus serta
dapat meningkatkan kohesi dari sel-sel keratinosit sehingga ujung-ujung sel tidak
menggulung (Balsam, 2002). Bahan selanjutnya yaitu antioksidan yang digunakan
adalah α-tokoferol. Antioksidan dapat mengahalangi proses oksidasi dengan cara
menetralisir radikal bebas. α-tokoferol merupakan antioksidan untuk perlindungan
kulit, dapat memanjakan kulit dengan memperpanjang usia sel-sel kulit (Novianty,
2008). Selanjutnya pelarut yang digunakan dalam formulasi ini adalah air. Menurut
Sari (2013) air merupakan pelarut yang berlimpah dan murah, serta merupakan
pelarut yang semi polar baik untuk digunakan sebagai pelarut untuk berbagai
produk.

2. Usulkan penambahan eksipien bila diperlukan ( Corigen, Odoris, Coloris )

Jawab :

Di tambahkan pewangi Aleovera (odoris) dan pewarna ( colris ) misalnya metilen


blue.

3. Lakukan Evaluasi sediaan yang dibuat berdasarkan literature yang ada

Jawab :

Evaluasi emulsi yaitu uji busa dan uji tipe emulsi dengan menggunakan uji
kelarutan warna dan uji konduktivitas.

Sedangkan pada uji tipe emulsi kelarutan warna, dengan menggunakan metilen
blue shampo aloe vera merupakan tipe emulsi minyak dalam air. Hal ini ditandai
dengan meresapnya metilen blue hingga kebawah sediaan. Pada uji tipe emulsi
dengan konduktivitas juga dapat dibuktikan bahwa tipe emulsi shampo aloe vera
merupakan tipe minyak dalam air, hal ini dapat dibuktikan dengan menyalanya
sumber listrik saat sebuah elektroda dicelupkan kedalam emulsi. Hal ini terjadi
karena jumlah air dalam formula ini lebih banyak, dimana air merupakan
penghantar arus listrik yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai