Anda di halaman 1dari 23

PATOFISIOLOGI

Disusun Oleh :

1. Mirda suis
2. Nadya nunyai
3. Ovi nenna
4. Riyanti amalia

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ADILA


BANDAR LAMPUNG
2021-2022
SOMATOSENSORI

A. Somatosensori

Sensasi somatosensori adalah sensasi yang terjadi dari tubuh.Sensasi


somatosenseri ini umumnya hanya terjadi pada sensasi peraba saja dan
medianya adalah kulit.Namun yang sebenarnya sistem somatosensori ini dibagi
menjadi 3,sistem tersebut antara lain (Pinel 2009) sebagai berikut:
1 .Sistem eksteroreseptif, yakni indra kulit sebagai mediannya dalam menerima
stimuli dari lingkungan luar
2. Sistem Proprioseptif, yakni memonitor informasi tentang posisi tubuh yang
datangnya dari reseptor- reseptor di otot,sendi,serta organ keeseimbangan
3. Sistem Interoseptif, yakni stimulusnya berupa in formasi umum tentang kondisi
dalam tubuh seperti temperatur dan tekanan darah.

a. Sistem eksteroreseptif
Sistem eksteroreseptif ini juga Memiliki 3 bagian tersendiri dalam
mempersepsi stimuli,yaitu
 Bagian yang mempersepsi stimuli mekanik (peraba)

 Bagian yang mempersepsi stimuli thernal (temperatur)

 Bagian yang mempersepsi stimuli nosiseptif (rasa sakit)

Setiap detik setiap menit setiap hari otak anda harus tetap menjaga apa yang
menyentuh kulit anda, mengontrol dimana kaki dan tangan anda berada, dan
apakah anda berjalan atau berlari. Semua itu secara otomatis dan efisien diatur
oleh cuping parietal (Parietal Lobe).
Cuping parietal (parietal lobe) berlokasi langsung dibelakang cuping
frontal. Fungsi cuping parietal mencakup pengolahan informasi sensori
dari bagian bagian tubuh, meliputi menyentuh, meletakkan posisi anggota
badan, merasakan suhu dan sakit, serta melakukan beberapa fungsi kognitif
seperti memperhatikan dan memahami objek.Pengetahuan mengenai apa yang
anda sentuh, atau seberapa panasnya air yang anda siapkan untuk mandi,
berhubungan dengan korteks somatosensori. Korteks ini merupakan potongan
kecil dari korteks yang berlokasi pada bagian depan cuping parietal dan menjulur
ke bawah. Korteks somatosensori memproses informasi sensori tentang
sentuhan/perabaan anggota badan, rasa sakit dan suhu. Korteks somatosensori
sebelah kanan dapat menerima informasi dari sisi kiri badan, dan sebaliknya.
Kerusakan pada satu bagian korteks somatosensori dapat mengakibatkan
kehilangan perasaan pada suatu bagian tubuh, namun sama sekali
tidak mengakibatkan kehilangan perasaan pada bagian tubuh
lainnya.

B. Fungsi Kullit
 Fungsi Kulit Sebagai Perlindungan
Salah satu fungsi yang paling penting dari kulit adalah
perlindungan. Kulit mencegah patogen berbahayadan zat beracun
memasuki tubuh. Kecuali ada luka pada kulit, Kulit merupakan organ
terbesar dari tubuh yang menolak penyerapan air ketika hujan. Perlawanan
ini adalah karena sebagian besar bagian luar kulit yang dikenal
sebagai epidermis. Kesehatan epidermis sangat diperlukan karena juga
berfungsi sebagai penangkal bakteri, virus dan kuman berbahaya lainnya.

 Fungsi Kulit Sebagai Pengatur suhu


Kulit kita membantu tubuh kita mempertahankan suhu internal
yang konstan. Ketika suhu lingkungan naik, pembuluh darah hadir
dalam melebarkan kulit. Dengan cara ini, banyak panas yang hilang dari
tubuh. Di sisi lain, dalam menanggapi lingkungan yang dingin, pembuluh
darah mengerut, sehingga mengurangi kehilangan panas tubuh. Kelenjar
keringat hadir dalam kulit juga memainkan peran penting dalam
regulasi suhu. Keringat akan lebih banyak diproduksi ketika suhu
lingkungan naik. Penguapan keringat dari kulit menciptakan efek
pendinginan. Di sisi lain, folikel rambut membantu menjaga suhu tubuh
saat terkena lingkungan yang dingin. Ketika rambut berdiri di ujung
kulit, sebuah fenomena yang lebih dikenal sebagai merinding, udara yang
terperangkap di antara mereka bertindak sebagai insulator untuk
mencegah hilangnya panas.
Kulit kita bertindak sebagai penghalang untuk mencegah
hilangnya air dari tubuh. Tubuh manusia terdiri dari 60 sampai 65 persen
air dan pemeliharaan tingkat air yang diperlukan untuk kelangsungan
hidup tubuh kita. Jadi, kulit melakukan tindakan ini dan membantu
kita untuk mencegah dehidrasi yang kadang - kadang dapat
menyebabkan mematikan.

 Fungsi Kulit Sebagai Penghapusan Racun


Melalui memproduksi keringat, kulit membantu membuang racun
dalam tubuh kita, seperti urea. Untuk menjaga kesehatan yang optimal,
manusia perlu memiliki kulit yang sehat. Jika kulit tidak berfungsi
dengan benar karena sakit atau alasan lain, penumpukan bahan beracun
dapat menyebabkan hilangnya elastisitas kulit, pada beberapa kasus,
peningkatan keriput atau noda dan menyebabkan kanker kulit.

 Produksi Vitamin D
Kulit kita mengandung zat yang disebut ergosterol, yang
bertanggung jawab untuk sintesis vitamin D. Pada paparan sinar
matahari, ergosterol diubah menjadi vitamin D2 yang merupakan salah
satu bentuk dari lima jenis vitamin D. Vitamin D adalah vitamin
steroid dan meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfor bersama-sama
dengan metabolisme mereka.

C. Anatomi Kulit
Kulit merupakan organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh.
Seluruh kulit beratnya sekitar 16%berat tubuh, tebalnya kuliat bervariasi
mulai ari 0,5 mm sampai dengan 6 mm tergantung letak, umur, dan jenis
kelamin (Psikologi Faal,2014).
Pada dasarnya kulit dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Epidermis
Lapisan basal atau stratum germinativum

 Lapisan basal merupakan lapisan epidermis paling bawah dan


berbatas dengan dermis. Dalam lapisan basal terdapat melanosit.
Melanosit adalah sel dendritik yang membentuk melanin. Melanin
berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari.
 Lapisan malpighi atau stratum spinosum.
Lapisan malpighi atau disebut juga prickle cell layer (lapisan
akanta) merupakan lapisan epidermis yang paling kuat dan tebal.
Terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang
besarnya berbeda- beda akibat adanya mitosis serta sel ini
makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Pada
lapisan ini banyak mengandung glikogen.
 Lapisan granular atau stratum granulosum (Lapisan Keratohialin).
Lapisan granular terdiri dari 2 atau 3 lapis sel gepeng, berisi
butir- butir (granul) keratohialin yang basofilik. Stratum
granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki dan
tempat sel-sel kulit menghasilkan lemak dan molekul lainnya
.
 Lapisan lusidum atau stratum lusidum.
Lapisan lusidum terletak tepat di bawah lapisan korneum. Terdiri
dari sel sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah
menjadi protein yang disebut eleidin.
 Lapisan tanduk atau stratum korneum.
Lapisan tanduk merupakan lapisan terluar yang terdiri dari
beberapa lapis sel sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan
protoplasmanya telah berubah menjadi keratin. Pada permukaan
lapisan ini sel-sel mati terus menerus mengelupas tanpa terlihat.

2.Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Terdiri dari lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-
elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua
bagian .
 Pars papilare,yaitu bagian yang menonjol ke epidermis dan berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah. Sifatnya tipis dan mengandung jaringan ikat
jarang.

 Pars retikulare,
yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan. Bagian ini terdiri
atas serabut- serabut penunjang seperti serabut kolagen, elastin, dan
retikulin. Sifatnya tebal dan mengandung jaringan ikat padat (Psikologi
Faal.2014) . Lapisan ini mengandung pembuluh darah, saraf, rambut,
kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea.

3.Hipodermis (Subkutis)

Lapisan hipodermis adalah lapisan kulit paling terdalam, yang juga


sering disebut dengan lapisan subkutan atau subkutis. Lapisan subkutan
mengandung lemak paling banyak untuk melindungi tubuh serta membantu
tubuh untuk menyesuaikan diri dengan suhu luar. Namun, lemak yang
terdapat dalam lapisan ini tidak sama dengan lemak viseral yang jahat
akibat gaya hidup yang buruk. Lapisan lemak dalam lapisan subkutan akan
selalu berada di bawah kulit. Jumlahnya pun bisa bervariasi pada setiap
individu tergantung dari komposisi lemak dalam tubuh. Selain mengandung
lemak, di lapisan ini juga terdapat banyak pembuluh darah. Hipodermis juga
berperan sebagai pengikat kulit ke otot dan berbagai jaringan yang ada di
bawahnya.

D. MEKANISME SISTEM SOMATOSENSORI


Mekanisme dalam proses perabaan dimulai dari masuknya
stimulus mengenai kulit, kemudian akan diterima oleh reseptor resptor
dan berproses menjadi sinyal sinyal neuron melalui serabutserabut saraf
yang akan membawa informasi dari reseptor-reseptor kulit dan reseptor
somatosensory lainnya berkumpul di saraf dan akan di teruskan ke
sumsum tulang belakang melalui dorsal roots (akar dorsal). Daerah
tubuh yang dirangsang oleh akar dorsal kiri dan kanan di segmen
sumsum tulang belakang tentu disebut dermatorma (dermatome).

Dalam sistem somatosensory terdapat dua jalur utama untuk


mengirimkan stimuls yang diterima dari masing- masing sisi tubuh ke
otak

1. Jalur dengan Sistem Kolom Dorsal

Jalur dengan sistem ini adalah jalur yang cenderung membawa


informasi tentang sentuhan dan proprioseptif (sensasi pergerakan otot).
Jalur dalam sistem ini dimulai dari neuron neuron sensori memasuki
sumsum tulang belakang melalui akar dorsal kemudian naik secara
ipsilateral ke dalam kolom dorsal. Selanjutnya bersinapsis dengan
neuron lainnya di nuklei donucleiedula. Lalu, akson akson neuron tersebut
menyebrang secara kontralateral ke sisi otak yang lain dan naik ke
lemniscus medial dilanjutkan ke nucleus posterior ventral di thalamus.
Selain itu, nucleus posterior ventral juga menerima input dari tiga
cabang saraf trigeminal yang membawa informasi somatosensory dari
daerah daerah kontralateral wajah. Sebagian besar neuron dari nucleus
posterior ventral akan dikirim ke korteks somatosensori primer, dan
sebagian lainnya dikirim ke somatose nsori sekunder atau korteks
parietal posterior.

Perlu diketahui, neuron neuron kolom dorsal yang berasal dari


jari kaki adalah neuron terpanjang dalam tubuh manusia. Ketiga
cabang saraf trigeminal membawa informasi rasa sakit dan
temperature dari wajah ke tempat nuclei talamik yang sama, yang
kemudian akan dikirim ke korteks somatosensory primer dan korteks
somatosensory sekunder dan bagian otak lainnya.

2. Jalur dengan Sistem Anterolateral

Jalur dengan sistem ini adalah jalur yang cenderung


membawa informasi tentang rasa sakit dan temperatur. Jalur dalam
sistem ini dimulai dari neuron neuron memasuki sumsum tulang
belakang melalui akar dorsal. Neuron- neuron tsb langsung bersinapsis
dengan neuron lainnya. Sebagian besar akson neuron bersebrangan
kontralateral kemudian naik ke otak di porsi anterolateral sumsum tulang
belakang. Sebagian lainnya tidak bersebrangan, tetapi naik secara lurus
(ipsilateral). Sistem antrolateral terdiri dari tiga traktus yang berbeda yaitu
:
 Saluran Spinothalamik ( berproyeksi ke nucleus posterior ventral
thalamus)
 Saluran Spinoretikuler ( berproyeksi ke formasi retikuler)
 Saluran Spinotektal ( berproyeksi ke tectum collicul).

E. Faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit


1. Kerusakan pada Koerteks Somatosensori Primer
Korteks Somatosensori Primer atau (SI) terletak di bagian Postcentral
Gyrus. SI digunakan untuk menerima input dari bagian bagian tubuh yang
mampu melakukan diskriminasi taktil yang paling halus (contohnya : tangan,
bibir, lidah). Kerusakan yang terjadi sering kali lebih ringan karena terdiri
dari banyak jalur. Sehingga bila satu jalur cedera masih ada jalur lainnya.

2. Agnosia Somatosensor

 Asterognosia

Adalah Seseorang yang mengalami hambatan dalam mengenali suatu


objek melalui sentuhan (seperti stereognosis di atas), tetapi tidak ada
kelainan dalam intelektual, maupun dalam saraf- saraf sensorisnya
 Somatognosia
yaitu kegagalan untuk mengenali bagian tubuhnya sendiri
Asomatognosia umumnya berkaitan dengan kerusakan hemisphere
sebelah kanan atau lobus parietal posterior kanan sehingga
mempengaruhi sisi kiri tubuh saja (bersifat unilateral).
NYERI

A. Definisi

Nyeri menurut IASP (Internastional Assosiation for the Study of Pain)


adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan atau yang cenderung merusak jaringan, atau seperti yang
dimaksud dengan kata kerusakan jaringan. Secara patofisiologi yang mendasari
dapat berupa nyeri nosiseptif ataupun nyeri neuropatik.

B. Klasifikasi Nyeri

1. Nyeri akut terjadi karena adanya kerusakan jaringan yang akut dan
tidak berlangsung lama. Sedangkan nyeri kronik, tetap berlanjut
walaupun lesi sudah sembuh. Ada yang memakai batas waktu 3 bulan
sebagai nyeri kronik.

2. Nyeri nosiseptif adalah nyeri inflamasi yang dihasilkan oleh


rangsangan kimia, mekanik dan suhu yang menyebabkan aktifasi
maupun sensitisasi pada nosiseptor perifer (saraf yang bertanggung
jawab terhadap rangsang nyeri). Nyeri nosiseptif biasanya
memberikan respon terhadap analgesik opioid atau non opioid. Nyeri
neuropatik merupakan nyeri yang ditimbulkan akibat kerusakan
neural pada saraf perifer maupun pada sistem saraf pusat yang
meliputi jalur saraf aferen sentral dan perifer, biasanya digambarkan
dengan rasa terbakar dan menusuk.

C. Mekanisme terjadi nyeri

Reseptor nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujungujung saraf


bebas yang berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis,
deformasi, suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan kimia. Pada rangsangan yang
intensif, reseptor-reseptor lain misalnya badan Pacini dan Meissner juga
mengirim informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri. Zat-zat kimia yang
memperparah nyeri antara lain adalah histamin, bradikini, serotonin, beberapa
prostaglandin, ion kalium, dan ion hydrogen. Masing-masing zat tersebut
tertimbun di tempat cedera, hipoksia, atau kematian sel. Nyeri cepat (fast pain)
disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta, nyeri lambat (slow pain)
disalurkan ke korda spinalis oleh serat C lambat. Serat-serat C tampak
mengeluarkan neurotransmitter substansi P sewaktu bersinaps di korda spinalis.
Setelah di korda spinalis, sebagian besar serat nyeri bersinaps di neuron-neuron
tanduk dorsal dari segmen. Namun, sebagian serat berjalan ke atas atau ke
bawah beberapa segmen di korda spinalis sebelum bersinaps. Setelah
mengaktifkan sel-sel di korda spinalis, informasi mengenai rangsangan nyeri
dikirim oleh satu dari dua jaras ke otak - traktus neospinotalamikus atau traktus
paleospinotalamikus. Informasi yang di bawa ke korda spinalis dalam serat-serat
A delta di salurkan ke otak melalui serat-serat traktus neospinotalamikus.
Sebagian dari serat tersebut berakhir di reticular activating system dan
menyiagakan individu terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar berjalan ke
thalamus. Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks sensorik somatik
tempat lokasi nyeri ditentukan dengan pasti. Informasi yang dibawa ke korda
spinalis oleh serat-serat C, dan sebagian oleh serat A delta, disalurkan ke otak
melalui serat-serat traktus paleospinotalamikus. Serat-serat ini berjalan ke
daerah reticular dibatang otak, dan ke daerah di mesensefalon yang disebut
daerah grisea periakuaduktus. Serat- serat paleospinotalamikus yang berjalan
melalui daerah reticular berlanjut untuk mengaktifkan hipotalamus dan system
limbik. Nyeri yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik memiliki lokalisasi
difus dan menyebabkan distress emosi berkaitan dengan nyeri.

D. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Nyeri

1) Faktor psikodinamik. Arti simbolik dari gangguan tubuh mungkin


berhubungan dengan penebusan dosa atau kesalahan atau agresi yang
ditekan. Nyeri dapat berfungsi sebagai cara untuk mendapatkan cinta, suatu
hukuman karena kesalahan, dan cara untuk menebus kesalahan serta
bertobat akan keburukan. Mekanisme pertahanan yang digunakan oleh
pasien dengan gangguan nyeri adalah pengalihan, substitusi, dan represi.

2) Faktor perilaku. Perilaku sakit adalah didorong jika disenangi dan dihambat
jika diabaikan atau dihukum.

3) Faktor interpersonal. Nyeri yang sukar disembuhkan dipandang sebagai cara


untuk memanipulasi dan mendapatkan keuntungan dalam hubungan
interpersonal.

4) Faktor biologis. Korteks cerebral dapat menghambat pemicuan serabut nyeri


aferen. Serotonin kemungkinan merupakan neurotransmitter utama di dalam
jalur inhibitor desenden, dan endorphin juga berperanan dalam modulasi
nyeri oleh sistem saraf pusat. Defisiensi endorphin tampaknya berhubungan
dengan penguatan stimuli sensorik yang datang. Beberapa pasien mungkin
memiliki gangguan nyeri, bukannya gangguan mental lain, karena struktural
sensorik dan limbik atau kelainan kimiawi yang mempredisposisikan mereka
mengalami nyeri.

E. Faktor yang mempengaruhi respon nyeri

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri diantaranya


yaitu berupa usia, jenis kelamin, etnis dan budaya:

a. Usia Batasan usia menurut Depkes RI (2009) yaitu anak-anak mulai usia
0-12 tahun, remaja usia 13-18 tahun, dewasa usia 19-59 tahun, lansia usia
lebih dari 60 tahun. Usia mempunyai peranan yang penting dalam
mempersepsikan dan mengekspresikan rasa nyeri. Pasien dewasa
memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri dibandingkan pada lansia.
Nyeri dianggap sebagai kondisi yang alami dari proses penuaan. Cara
menafsirkan nyeri ada dua. Pertama, rasa sakit adalah normal dari proses
penuaan. Kedua sebagai tanda penuaan. Usia sebagai faktor penting
dalam pemberian obat. Perubahan metabolik pada orang yang lebih tua
mempengaruhi respon terhadap analgesik opioid. Banyak penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui pengaruh usia terhadap persepsi nyeridan
hasilnya sudah tidak konsisten.

b. Jenis kelamin

Respon nyeri di pengaruhi oleh jenis kelamin. Logan dan Rose (2004)
telah melakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk mengetahui
perbedaan respon nyeri antara laki-laki dan perempuan. Hasilnya
menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki- laki dan perempuan dalam
merespon nyeri yaitu perempuan mempunyai respon nyeri lebih baik dari
pada laki-laki.

c. Etnis

Data-data menunjukkan bahwa golongan kulit hitam di Amerika


menunjukkan toleransi yang rendah bila dibandingkan orang kulit hitam
untuk stimulus spesifik termasuk rasa panas, nyeri iskemik, tekanan,
dingin. Orang kulit hitam juga menunjukkan rating yang lebih tinggi
terhadap intensitas dan ketidaknyamanan nyeri dan lebih sering
melakukan strategi penghindaran nyeri pasif . Hal ini sejalan dengan
penelitian yang melaporkan bahwa orang kulit hitam memiliki level nyeri
lebih tinggi untuk migrain, nyeri pasca operasi, nyeri myofasial dan nyeri
kronik non kanker. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa faktor etnik dapat
memiliki hubungan langsung terhadap aspek sensitivitas nyeri dan
pelaporannya.

d. Pendidikan Tingkat pendidikan mempunyai hubungan negatif dengan


persepsi nyeri, semakin rendah pendidikan menyebabkan peningkatan
intensitas nyeri dan disabilitas akibat nyeri. Hal tersebut berhubungan
dengan strategi coping, yaitu konsekuensi masing-masing individu untuk
menilai suatu keadaan.

e. Budaya Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka


berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut
kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.
Suza (2003), menemukan bahwa orang Jawa dan Batak mempunyai
respon yang berbeda terhadap nyeri. Dia menemukan bahwa pasien Jawa
mencoba untuk mengabaikan rasa sakit dan hanya diam, menunjukkan
sikap tabah, dan mencoba mengalihkan rasa sakit melalui kegiatan
keagamaan. Ini berarti bahwa pasien Jawa memiliki kemampuan untuk
mengelolanya. Di sisi lain, pasien Batak merespon nyeri dengan
berteriak, menangis, atau marah dalam rangka untuk mendapatkan
perhatian dari orang lain, sehingga menunjukkan ekspresif. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan budaya yang berbeda
dinyatakan dalam cara yang berbeda yang mempengaruhi persepsi nyeri.
SAKIT KEPALA

A. Definisi

Nyeri kepala atau headache adalah suatu rasa nyeri atau rasa yang
tidak enak pada daerah kepala, termasuk meliputi daerah wajah dan
tengkuk leher (Perdossi, 2013). Secara umum, nyeri kepala dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder.
Nyeri kepala primer merupakan nyeri kepala yang dialami oleh seseorang
tanpa adanya kelainan yang mendasarinya, sedangkan nyeri kepala
sekunder terjadi sebagai akibat adanya kelainan, seperti akibat trauma
kepala. Nyeri kepala primer lebih sering terjadi daripada nyeri kepala
sekunder.

B. Mekanisme nyeri

1. Rangsangan yang menganggu diterima oleh nosiseptor (reseptor


nyeri) polimodal dan mekanoreseptor di meninges dan neuron
ganglion trigeminal

2. Pada innervasi sensoris pembuluh darah intrakranial (sebagian besar


berasal dari ganglion trigeminal) di dalamnya mengandung
neuropeptida seperti CGRP / Calcitonin Gene Related Peptide,
Substance P, Nitric oxide, bradikinin, serotonin yang semakin
mengaktivasi / mensensitisasi nosiseptor

3. Rangsangan di bawa menuju cornu dorsalis cervical atas

4. Transmisi dan modulasi nyeri terletak pada batang otak


( periaquaductal grey matter, nucleus raphe magnus, formasio
retikularis)

5. Hipotalamus dan sistem limbik memberikan respon perilaku dan


emosional terhadap nyeri

6. Pada talamus hanya terjadi persepsi nyeri

7. Dan terakhir pada korteks somatosensorik dapat mengetahui lokasi


dan derajat intensitas nyeri

C. Faktor – faktor Pemicu Nyeri Kepala

1. Stres

Sebagian besar literatur menunjukkan bahwa stres dan gangguan


emosional sebagai pemicu utama serangan nyeri kepala.18 Pendapat
tersebut didukung oleh berbagai penelitian yang menemukan bahwa
peristiwa kehidupan yang penuh stres dan emosi yang intens adalah
pemicu yang paling umum di seluruh sampel, di kedua jenis kelamin.
Stres akut dapat mempengaruhi jalur modulatory biologis yang
menyebabkan peningkatan sensitivitas korteks migrain. Namun demikian,
ada kurangnya bukti eksperimental. Selanjutnya, Shoonman et al. gagal
menemukan bukti untuk menghubungkan perubahan obyektif dalam
parameter yang diukur terkait dengan stres, seperti kortisol saat serangan
migrain, meskipun fakta bahwa pasien disebutkan secara subjektif
menyatakan bahwa mengalami stres sebelum nyeri kepala. Dominasi
stres yang dirasakan di banyak studi dapat dijelaskan oleh temuan Houle
et al. yang mendeteksi bahwaa efek kumulatif dari tingkat stres yang
tinggi dikombinasikan dan durasi tidur yang rendah yang mempengaruhi
aktivitas nyeri kepala, dengan demikian, menunjukkan stres yang
bertindak sebagai pemicu ditingkatkan ketika berinteraksi dengan faktor
lain.

2. Usia

Nyeri kepala adalah penyakit yang sering terjadi, dapat mempengaruhi


orang di semua kelompok umur di seluruh dunia, yang menyebabkan
prestasi kerja rendah dan gangguan kualitas hidup. Pada penelitian di Iran
(Parviz Bahrami, 2012) menyimpulkan bahwa frekuensi nyeri kepala
primer menunjukkan tren menurun dengan meningkatnya usia, sementara
nyeri kepala sekunder tampaknya meningkat secara signifikan dengan
usia, terutama setelah 50 tahun.22 Pola tidur akan berubah sejalan dengan
pertambahan usia. Bayi baru lahir mengalami tidur REM yang lebih
panjang dibanding anak-anak dan dewasa. Bayi cukup bulan akan
menghabiskan sekitar 50% total waktu tidurnya pada tidur REM. Pada
usia dewasa, total tidur REM yaitu 20 sampai 25% waktu tidur.
Gangguan tidur berupa berkurangnya kuantitas dan kualitas tidur yang
dapat menyebabkan terjadinya migrain umumnya dipicu oleh perubahan
neurotransmitter, kadar serotonin mempengaruhi tidur REM dan migrain,
dimana serotonin bekerja mengatur tidur REM. Selama serangan migrain
terjadi.

3. Kebisingan

Kebisingan sebagai pemicu migrain sebagian besar dilaporkan dari


data retrospektif dan tidak secara khusus diidentifikasi dalam penelitian
besar. Martin dkk (2006) menguji respon fisiologis untuk tantangan
kebisingan diukur dalam 24 subjek migrain dan 44 subjek dengan nyeri
kepala tipe tegang. Kebisingan di suatu area yang melebihi nilai ambang
batas 85 dB dengan suara yang gaduh dan waktu kerja 8 jam/hari secara
terus menerus dapat menyebabkan gangguan pekerjaan. Sehingga
kebisingan merupakan salah satu bentuk stressor. Stressor diterima
sebagai stres oleh hipotalamus, dan akan mengaktifkan sistem saraf
simpatis “Fight or flight”. Hal ini dapat menyebabkan otot menjadi
tegang di sekitar tulang tengkorak dan terjadiah vasokonstriksi pembuluh
darah. Aliran darah yang semakin berkurang dapat menghambat
masuknya oksigen dan terjadi penumpukan asam laktat. Dan proses
tersebut yang mengawali terjadinya nyeri kepala.

4. Masa Kerja

Masa kerja berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja mulai dari


masuk bekerja sampai saat ini. Saat menemukan lingkungan kerja yang
baik maka tidak ada yang perlu di khawatirkan. Namun, saat
mendapatkan kondisi lingkungan pekerjaan yang kurang nyaman, beban
kerja yang banyak, kelelahan dapat memicu terjadi nyeri kepala. Pada
penelitian yang dilakukan Panagiotis (2015), hampir setengah dari subyek
melaporkan kelelahan sebagai pemicu penting nyeri kepala.

5. Sinar Matahari

Mekanisme paparan cahaya memperburuk kejadian nyeri kepala tipe


23 migrain sampai saat ini tidak jelas. Noseda (2010) mengusulkan
bahwa adanya modulasi pada neuron talamokortikal yang sensitif dalam
duramater sebagai mekanisme yang mungkin terjadi. Dalam kasus, efek
cahaya memicu pada otak melalui retina dan saraf optik mungkin berbeda
dari pasien migrain lainnya. Chakravarty (2010) menyatakan bahwa
variasi dalam intensitas rangsangan, seperti kecerahan sinar matahari,
merupakan faktor pemicu di migren.

6. Lapar

Mekanisme dimana lapar dan melewatkan makan memicu nyeri


kepala mungkin terkait dengan perubahan dalam serotonin dan
norepinefrin di jalur batang otak, atau pelepasan hormon stres seperti
kortisol. Hipoglikemia bisa berpotensi berkembang menjadi nyeri kepala.
Setelah mengkonsumsi karbohidrat yang berlebihan, nyeri kepala
vaskular juga dapat terjadi sebagai respons terhadap sekresi insulin cepat
dan secara reaktif menurunkan gula darah. Untuk menghindari terjadiya
nyeri kepala karena hipoglikemik, penderita migrain harus makan tiga
kali sehari dengan makanan yang seimbang, menghindari makan
karbohidrat yang berlebihan setiap makan serta tidak boleh mengabaikan
sarapan pagi sebelum beraktifitas.
Temperature Regional

A. Definisi

Temperature regional merupakan suatu sistem yang terorganisir dan


memiliki sistem pengaturan yang selalu saling berkoordinasi untuk
mempertahankan kondisi tubuh agar selalu dalam keadaan stabil secara
fisiologi. Jika terjadi gangguan secara fisiologi maka tubuh akan selalu
merespon dan berusaha untuk dapat mengembalikan ke keaadaan normal
melalui suatu mekanisme umpan balik negatif dan positif.

B. Mekanisme Pengaturan Suhu dengan Kaidah Fisik


Dikenali sebagai kaidah fisik karena pengaturan lebih banyak kepada
penggunaan otot-otot tubuh dan secara fisik. Di antara kemungkinan yang
akan terjadi ialah:

 Apabila suhu bahan tinggi, termoreseptor akan mentransfer suhu pada


kulit, di otak, hipotalamus akan berfungsi sebagai termostat untuk
mengatur suhu darah yang melaluinya, mekanisme koreksi akan
diarahkan atau dirangsang oleh hipotalamus dengan menggunakan
koordinasi tubuh.

Mekanisme koreksi apabila suhu badan tinggi ialah:

1. Vasodilasi yaitu pembuluh darah mengembang untuk berdekatan


dengan kulit (lingkungan luar) yang memungkinkan panas dibebaskan
keluar.
2. Bulu kulit ditegaskkan untuk mengurangi udara yang terperangkap
pada kulit supaya panas mudah dibebaskan karena udara adalah
konduktor panas yang baik. Bulu kulit diatur oleh otot erektor.
3. Lebih banyak darah pada kulit (kulit kelihatan merah) - Memudahkan
panas darah terbebas keluar melalui proses penyinaran.
4. Berpeluh - Air keringat yang dirembes oleh kelenjar keringat
mempunyai panas pendam tentu yang tinggi dapat menyerap panas
yang tinggi dan terbebas ke lingkungan sekitar apabila air peluh
menguap.

 Apabila suhu tubuh rendah, termoreseptor akan menaikkan suhu pada


kulit, di otak hipotalamus akan berfungsi sebagai termostat mengatur
suhu darah yang melaluinya, mekanisme koreksi akan diarahkan atau
dirangsang oleh hipotalamus dengan menggunakan koordinasi badan.

Mekanisme koreksi apabila suhu badan rendah ialah:

1. Vasokonstriksi yaitu pembuluh darah menyempit untuk menjauhi kulit


agar panas tak banyak keluar ke lingkungan sekitar.
2. Bulu kulit ditegakkan agar lebih banyak udara yang terperangkap pada
kulit supaya panas sukar dibebaskan karena udara adalah konduktor
panas yang baik. Bulu kulit diatur oleh otot erektor.
3. Kurang darah pada kulit (Kulit kurang kelihatan kemerahan atau
pucat) - Kurang mengalami proses penyinaran untuk mencegah panas
terbebas keluar lingkungan.
4. Kurangnya keringat - Saat kurang air keringat dirembeskan oleh
kelenjar peluh maka panas tak banyak dibebaskan melalui penguapan
air peluh.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Modul bahan ajar cetak, Anatomi


Fisiologi Manusia, Cetakan pertama 2016.

2. Anissa, Homeostasis dan Sistem Umpan Balik Positif Negatif, 2018.

3. Bahan ajar Anatomi Fisiologi Manusia, Universitas Batam

4. Mochamad Bahrudin, Nyeri (pain), Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai