Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PVA SEBAGAI PEMBENTUK FILM TERHADAP SIFAT

FISIK PAPER SOAP EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.)
PEMBERSIH WAJAH

Sutra Gustianingrum, Inding Gus mayadi, Pramulani Mulya Lestari

Fakultas Farmasi dan Sains Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Sutra Gustianingrum
1304015501

PVA sebagai pembentuk film dalam pembuatan paper soap menyebabkan


terbentuknya lapisan tipis yang akan mempengaruhi ketebalan, keseragaman
bobot, susut pengeringan, yang semuanya secara tidak langsung akan
mempengaruhi waktu hancur dari paper soap. PVA digunakan karena mudah larut
dalam air, dimana sesuai dengan paper soap yang memiliki karakteristik mudah
larut dalam air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PVA terhadap
kualitas paper soap ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) pembersih wajah.
Paper soap dibuat menjadi 4 formula dengan konsentrasi ekstrak etanol daun sirih
sebesar 1,5% dan PVA 2% ; 4% ; 6% ; 8%. Tiap formula di evaluasi sifat fisiknya
meliputi : organoleptik, keseragaman bobot, ketebalan, waktu hancur, susut
pengeringan, tinggi busa, dan pH. Hasil yang didapat yaitu memiliki keseragaman
bobot yang tidak tetap dan jauh berbeda, memiliki stabilitas busa yang baik,
memiliki ketebalan yang memenuhi syarat dan hasil pH yang tidak memenuhi
syarat. Berdasarkan hasil pengamatan sifat fisik disimpulkan bahwa PVA sebagai
pembentuk film dapat meningkatkan waktu hancur, ketebalan, dan pH pada
sediaan paper soap ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.) pembersih wajah.
Kata kunci : Ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.), PVA, paper soap

PENDAHULUAN

Daun sirih memiliki sifat styptic (menahan perdarahan), vulnerary


(menyembuhkan luka kulit), stomachic (obat saluran pencernaan), menguatkan
gigi, dan membersihkan tenggorokan. Daun sirih juga memiliki kemampuan
antiseptik, mempunyai kekuatan sebagai antioksidan dan fungisida (Moeljanto
dkk, 2003).
Paper soap adalah sabun yang berbentuk lembaran tipis, mempunyai
ketebalan sekitar 10-500 μm. Paper soap memiliki karakteristik mudah larut

1
dalam air, fleksibel (tidak rapuh), single-use, dan penggunaanya mudah dibawa ke
mana saja. Komponen dari paper soap adalah polimer yang larut dalam air dan
sabun (Fujita et al, 1991).
Polyvinil alkohol berbentuk serbuk putih hingga berwarna krem atau serbuk
granul, tidak berbau. Mudah larut dalam air pada suhu kamar, lebih cepat larut
pada suhu lebih tinggi (Anonim, 1993). Lapisan film yang dihasilkan cenderung
lebih elastis dan memiliki fleksibilitas yang baik (Barnard, 2011). Paper soap
dibuat menggunakan PVA sebagai pembentuk film yaitu dengan konsentrasi 2%,
4%, 6%, dan 8%. Variasi konsentrasi PVA dibuat berdasarkan komposisi umum
dari hasil orientasi yang telah dilakukan.

METODE
Bahan
Ekstrak etanol daun sirih (Piper betle L.), PVA, PEG 6000, Natrium lauril
Sulfat, Asam askorbat, Metil paraben, Aqua destilata.
Alat
Timbangan analitik, cawan, gelas ukur, botol timbang (Pyrex), krusible tang,
batang pengaduk, penggaris, beaker glass, eksikator, pH meter, oven, hot plate,
alat cetak paper soap dengan menggunakan loyang ukuran 27x21 cm,
desintegration tester, mikrometer skrup.
Prosedur Penelitian
Penyiapan bahan aktif
Ekstrak etanol daun sirih yang digunakan sebagai bahan aktif diperoleh dari
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO), Bogor.
Karakteristik ekstrak etanol daun sirih
Karakteristik ekstrak etanol daun sirih dilakukan melalui pemeriksaan warna,
aroma, bentuk, rendemen, dan skrining fitokimia.

2
Penyusunan formula paper soap

Tabel 1. Formula Sediaan Paper Soap

Kegunaan Formula (%)


No. Bahan
I II III IV V VI
Ekstrak etanol
1 Zat aktif 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69 0,69
daun sirih
Pembentuk
2 PVA 2 4 6 8 10 12
film
Natrium lauril Pembentuk
3 5 5 5 5 5 5
sulfat busa
4 PEG 6000 Plasticizer 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
5 Metil paraben Pengawet 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18
Natrium
6 Antioksidan 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1
metabisulfit
7 Aqua dest Pelarut 100 100 100 100 100 100

Pembuatan Sediaan Paper Soap


Alat dan bahan disiapkan, setelah itu dilakukan penimbangan zat aktif dan zat
tambahan. Setelah semua bahan ditimbang, PVA didispersikan dengan aquadest
dalam jumlah 10 sampai 40 ml. Kemudian dipanaskan pada suhu 90°C selama 5
menit hingga mencapai suhu ruang (M1). Air ditambahkan sedikit demi sedikit
hingga volume air tercukupi untuk mendispersikan PVA. Natrium metabisulfit
dilarutkan dengan aquadest sebanyak 5 mlhingga larut, masukkan ke dalam M1,
diaduk hingga homogen (M2). Metil paraben dilarutkan dengan aquadest
sebanyak 5 ml hingga larut, masukkan ke dalam M2, diaduk hingga homogen
(M3). PEG 6000 dilarutkan dengan aquadest sebanyak 5 ml hingga larut,
masukkan ke dalam M3, diaduk hingga homogen (M4). Natrium lauril sulfat
dilarutkan dengan sisa aquadest, masukkan ke dalam M4, diaduk hingga homogen
(M5). Ekstrak etanol daun sirih dilarutkan dengan 5 ml etanol hingga larut,
masukkan ke dalam M5, diaduk hingga homogen (M6). Massa homogen yang
telah terbentuk massa koloid dimasukkan ke dalam loyang berukuran 27x21 cm
sebanyak 71 ml. Keringkan di dalam oven pada suhu 50˚C selama ± 18 jam.
Setelah kering diamkan sejenak pada suhu kamar, lalu paper soap dikeluarkan
dari cetakan dan dipotong-potong dengan ukuran 2x2 cm, kemudian lakukan
evaluasi.

3
Evaluasi sediaan paper soap
Evaluasi sediaan paper soap meliputi organoleptik (warna, bau, kelengketan),
keseragaman bobot, ketebalan, waktu hancur, susut pengeringan, uji pH, dan
tinggi busa.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik dan rende men ekstrak etanol daun sirih
Tabel 2. Hasil karakteristik dan rende men ekstrak

Pemeriksaan Hasil

Bentuk Ekstrak kental

Warna Cokelat tua kehitaman

Bau Khas daun sirih

Rendemen 54,9%

Pengamatan karakteristik dari ekstrak etanol daun sirih berdasarkan uji


kualitatif diperoleh bentuk ekstrak kental, warna cokelat tua kehitaman, bau khas
daun sirih, dan rendemen ekstrak sebesar 54,9% dimana berat simplisia kering
yang diperoleh sebesar 500 gram dan ekstrak etanol daun sirih sebesar 274,5
gram.
Skrining fitokimia ekstrak etanol daun sirih
Tabel 3. Hasil skrining fitokimia

Hasil
Sampel Pemeriksaan
pemeriksaan
Ekstrak Etanol
Alkaloid +
Daun Sirih
Tanin +
Flavonoid +
Triterpenoid +

Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan skrining fitokimia ekstrak etanol daun
sirih yaitu memiliki senyawa alkaloid, tanin, flavonoid, dan triterpenoid. Sesuai
dengan sertifikat penguji dari Balitro Cimanggu Bogor.

4
Orientasi PVA pada sediaan paper soap
Orientasi yang dilakukan pada PVA sebagai pembentuk film yaitu pada
konsentrasi 2%; 4%; 6%; 8%; 10%; dan 12%. Namun hasil orientasi P VA pada
konsentrasi 10% dan 12% tidak memasuki syarat pada ketebalan paper soap. Pada
konsentrasi 10% ketebalan yang didapat yaitu 614 µm dan konsentrasi 12%
ketebalan yang didapat yaitu 627 µm. Syarat pada ketebalan paper soap yaitu 10 –
500 µm. Maka dari itu hasil orientasi yang dilanjutkan evaluasi yaitu pada
konsentrasi 2%; 4%; 6%; dan 8%.
Evaluasi sediaan paper soap
Hasil evaluasi sifat fisik masing- masing formula sebagai berikut :
Organoleptis
Tabel 4. Hasil organoleptis paper soap

Formul a
Pengamatan Replika
1 2 3 4
1 CT CM CM CM
Warna 2 CT CM CM CM
3 CT CM CM CM
1 Khas Khas Khas Khas
Bau 2 Khas Khas Khas Khas
3 Khas Khas Khas Khas
1 TL TL TL TL
Kelengketan 2 TL TL TL TL
3 TL TL TL TL

Keterangan :
Khas : Khas daun sirih
CT : Coklat Tua
CM : Coklat Muda
TL : Tidak Lengket

Evaluasi organoleptik sediaan paper soap meliputi bau, warna, dan daya
lengket. Hasil yang didapat yaitu memiliki bau khas yang berasal dari ekstrak
etanol daun sirih. Warna yang dihasilkan dari semua formula berbeda beda,
semakin besar konsentrasi PVA maka warna yang dihasilkan semakin muda. Pada
uji daya lengket dilakukan sesaat setelah pengangkatan dari cetakan, pada saat
dilakukan pengangkatan sediaan dari cetakan, sediaan paper soap tidak

5
mengalami kelengketan sama sekali melainkan terbentuk tekstur fisik yang baik.
Hal ini disebabkan karena sediaan paper soap yang dihasilkan memiliki kadar air
yang sedikit.

Tinggi busa

9
8
7
Tinggi busa (cm)

6
5
4 menit ke-0
3 menit ke-5
2
1
0
F1 F2 F3 F4
Gambar 1. grafik pengukuran tinggi busa

Pengamatan tinggi busa merupakan salah satu cara untuk mengontrol produk
yang menggunakan surfaktan agar menghasilkan sediaan yang sama dalam
menghasilkan busa. Tidak ada syarat maksimum atau minimum dalam
pengukuran tinggi busa, karena busa tidak memiliki kemampuan untuk
membersihkan. Hal ini lebih dikaitkan dengan kesukaan dan estetika
konsumen.Sabun yang baik harus dapat menghasilkan busa dengan maksimal,
tidak membuat kulit kering dan iritasi. Hasil pengukuran tinggi busa sediaan
paper soap setelah dilarutkan dan dibolak-balikkan dalam gelas ukur tertutup
selama 1 menit kemudian diamati penurunan volumenya selama 5 menit. Seluruh
formula yang dibuat menunjukkan penurunan busa yang tidak besar, buih yang
dihasilkan tidak langsung hilang setelah pengocokkan. Oleh sebab itu dapat
dikatakan paper soap yang dihasilkan memiliki stabilitas busa yang baik.

Keseragaman bobot

Pengukuran keseragaman bobot dilakukan dengan cara menimbang paper


soap satu persatu sebanyak 20 buah pada timbangan analitik. Berdasarkan hasil
yang diperoleh, pada F1, F2, F3, dan F4 tidak memenuhi syarat USP. Yaitu lebih
dari 2 paper soap yang beratnya diluar batasan persentase, serta lebih dari satu

6
paper soap yang beratnya lebih dari 2 kali batasan persentase yang diizinkan.
Evaluasi keseragaman bobot paper soap ekstrak etanol daun sirih menunjukkan
ke-empat formula memiliki keseragaman bobot yang tidak tetap dan jauh berbeda.
Keseragaman bobot paper soap yang diperoleh relatif tidak seragam, hal ini
kemungkinan disebabkan karena metode pencetakan paper soap yang dilakukan
secara manual dengan cara mencetak langsung sediaan dengan menggunakan
loyang dan kemudian dipotong menjadi bagian-bagian kecil. Sehingga dapat
mengalami penyimpangan keseragaman bobot yang besar.

Susut pengeringan, pH, Ketebalan, dan Waktu hancur

Tabel 5. Hasil uji s usut pengeringan, pH, ketebalan, dan waktu hancur

F1 F2 F3 F4
Susut pengeringan (%) 2,9182 3,2827 4,4194 4,6151
pH 6,55 6,61 6,66 6,68
Ketebalan (µm) 106,67 140,00 156,67 153,33
Waktu hancur (g/detik) 1’24” 2’29” 3’32” 4’52”

Data susut pengeringan yang dihasilkan yaitu tidak terlalu berbeda.


Perbedaan kadar air yang didapat dipengaruhi oleh cara penyimpanan sediaan,
semakin lama paper soap terpapar dengan kelembaban udara, maka kadar air
dalam sediaan menjadi bertambah. Berdasarakan data yang didapat, paper soap
memiliki kadar air yang cukup stabil.
Dari data evaluasi pH yang didapat, pH yang dihasilkan antara 6,55 – 6,68.
Sedangkan ketentuan yang memenuhi syarat pH menurut SNI yaitu pH untuk
pembersih kulit wajah (4,5 – 6,5). Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari
sediaan terlalu asam maupun terlalu basa, karena dapat menyebabkan iritasi pada
kulit. Sediaan yang terlalu asam atau basa akan merusak mantel kulit, sehingga
dapat menyebabkan kulit tidak terlindungi dari serangan mikroorganisme. Dan
yang paling utama yaitu dapat memicu timbulnya jerawat.Berdasarkan data pH
yang dihasilkan, semua formula tidak memenuhi syarat yang ditetapkan SNI.
Evaluasi ketebalan paper soap menunjukkan adanya perbedaan ukuran dari
tiap formula, F1 menunjukkan hasil yang paling tipis dibandingkan dengan
formula yang lain. Hal ini kemungkinan disebabkan karena perbedaan konsentrasi

7
PVA pada F2, F3, dan F4 yang lebih tinggi sehingga ketebalan paper soap pun
lebih tebal. Namun dari hasil pengukuran ketebalan semua formula paper soap
memberikan hasil yang dapat diterima karena masih memenuhi syarat yang
ditetapkan untuk sediaan paper soap yaitu 10-500 µm.
Hasil evaluasi waktu hancur menunjukkan bahwa paper soap tiap formula
memiliki waktu hancur yang cukup berbeda. Hal ini dikarenakan masing- masing
formula memiliki ketebalan yang berbeda. Sehingga membutuhkan waktu yang
relatif cukup lama untuk membuat paper soap dapat hancur dalam air. Dan juga
dikarenakan semakin tingginya konsentrasi PVA maka semakin sulit juga sediaan
paper soap untuk dapat hancur dalam air. Dapat disimpulkan bahwa semakin
tebal sediaan paper soap dan semakin tinggi konsentrasi PVA yang digunakan
maka semakin meningkat pula waktu yang dibutuhkan untuk dapat hancur dalam
air.

Analisa Statistik

Berdasarkan hasil analisa data waktu hancur dengan uji normalitas, didapat
data dengan nilai signifikansi 0,897 > 0,05 maka Ho diterima. Diperoleh nilai p
(p-value) = 1,000 pada uji homogenitas. dengan demikian pada taraf nyata = 0,05
maka Ho diterima. Sehingga dapat dilanjutkan pada uji one way ANOVA, dimana
hasil signifikan yang didapat yaitu nilai p-value = 0,001 < 0,05 maka terdapat
perbedaan bermakna antar tiap formula. Oleh sebab itu dilanjutkan pada uji
TUKEY HSD (Honestly Significant Differences) sehingga terlihat perbedaan yang
bermakna antar formula.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
dengan penggunaan PVA pada konsentrasi 2%; 4%; 6%; dan 8% sebagai
pembentuk film pada sediaan paper soap dapat meningkatkan waktu hancur yaitu
1’57” – 5’18”, ketebalan yaitu 106,67 µm – 153,33 µm dan pH yaitu 6,55 – 6,68
pada sediaan paper soap pembersih wajah.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Depkes RI.Hlm. 6-455.

Anonim. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Anonim. 1993. Kodeks Kosmetik Indonesia. Edisi 2 vol. 1. Jakarta: Depkes


RI.Hlm. 76-391.

Anonim. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V.Jakarta: Kemenkes RI.Hlm. 47-


1613.

Barnard C. 2011. Investigating the Effect of Various Film-Forming Polymerson


the Evaporation Rate of a Volatile Component in a Cosmetic Formulation
disertasi. Nelson Mandela Metropolitan University.

Butler H. 1992. Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps. 10th Editiom. Kluwer
Academic Publishers. hlm. 453.

Edoga, M. O. 2009. Comparison of Various Fatty Acid Sources for Making Soft
Soap (Part 1): Qualitative Analysis. Journal of Engineering and Applied
Science Vol. 4 No. 2, 110-112.

Fujita, T., Isoda, C., Aketa, K.,. 1991. Film-shape soap. Diambil
dari:http://www.google.ch/patents/US5062986. Diakses pada tanggal 30
September 2016.

Harbone JB. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisa


Tumbuhan.Edisi II. ITB Press. Bandung. Hlm. 49.

Kartasapoetra G. 2004. Budi Daya Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: PT Rineka


Cipta. Hlm. 27 – 28.

Kurniati, E., Widayanti, A., Elfiyani, R. Optimasi Konsentrasi Hidroksipropil


Metilselulosa Sebagai Pembentuk Film Terhadap Sifat Fisik Sediaan Paper
Soap Antiseptik Tangan Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia
galangal (L.) Willd). Jakarta : Fakultas Farmasi dan Sains Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

9
Lachman L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II edisi
Ketiga.Terjemahan: Siti Suyatmi. Depok: UI Press. hlm. 649-655.

Moeljanto RD dkk. 2003. Khasiat & Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab dari
Masa ke Masa. Depok : PT Agromedia Pustaka. Hlm. 7-11.

Ningsih Wida dkk. 2016. Formulasi Masker Peel Off Dengan Beberapa
Konsentrasi Ekstrak Etanol Buah Naga Super Merah (Hylocereus
costaricensis (F.A.C Weber) Britton & Rose). Padang : Sekolah Tinggi
Farmasi Indonesia. Vol. 6 No. 1.

Rowe, M. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 5 th ed.


London:Pharmaceutical Press. p. Hlm. 396, 441.
Rowe, R.C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.
London:Pharmaceutical Press. p. Hlm. 7-651.
Sabrina dkk. 2011. Uji Aktivitas Dan Mekanisme Penghambatan MinyakAtsiri
Daun Sirih (Piper betle, Linn) Dan Ekstrak Etanol Daun Sirih Terhadap
Beberapa Bakteri Gram (+). Dalam: Farmasains. Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. Vol 1 No. 3.

Wade A, Weller PJ. 1994. Handbook of Pharmaceutical Exipients Second


Edition. Pharmaceutical Press London, UK. Hlm. 229.

Wasitaatmadja MS. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta : UI Press.


Hlm. 3-98.

10

Anda mungkin juga menyukai