Nadya Rahma
05031282025034
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar karotenoid dari berbagai
sampel tumbuhan.
1 Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2 Universitas Sriwijaya
3
2.4. Karotenoid
Karotenoid adalah pigmen terpenoid berwarna kuning hingga oranye-merah
dan disintesis oleh organisme fotosintetik. Ada dua kelompok besar karotenoid
yaitu xantofil (karotenoid yang membawa atom oksigen) dan karotena (karotenoid
yang murni hidrokarbon, tidak memiliki atom oksigen). Karotenoid bertindak
sebagai prekursor vitamin A dan antioksidan. Selain di bidang kesehatan,
karotenoid juga berfungsi sebagai pewarna alami di industri makanan dan
kosmetik. Tumbuhan mengalami fotooksidasi saat terpapar cahaya, dan
karotenoid bertindak sebagai fotoprotektan untuk mencegah kerusakan
fotooksidatif. Karotenoid dapat mencegah pembentukan triplet klorofil yang
berarti klorofil mengikat oksigen dan monooksigen adalah oksidan kuat yang
mengoksidasi klorofil sehingga monooksigen tidak dapat diproduksi. Umumnya
jalur biosintesis karotenoid meliputi tiga tahap, asetil-CoA merupakan prekursor
utama biosintesis karotenoid pada mikroorganisme. Karotenoid memberikan
warna kuning, jingga, merah pada pangan. Jenis karotenoid adalah alfa karoten,
beta karoten, astasantin, likopen, fukosantin (Agustini dan Winarni, 2017).
Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODELOGI PRAKTIKUM
4 Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil dari praktikum pada kali ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Praktikum Analisa Total Karoten
No. Sampel Panjang Gelombang Karotenoid Total
480 nm 645 nm 663 nm (mg/L)
1 Daun Bayam 1,546 1,305 1,837 -158,05 x 10-5
2 Daun Pepaya 1,936 1,437 1,618 -171,67 x 10-5
3 Daun Singkong 0,660 1,766 1,031 -253,42 x 10-5
5 Universitas Sriwijaya
6
4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang analisa total karotenoid. Sampel yang
digunakan pada praktikum kali ini adalah daun bayam, daun pepaya dan daun
singkong. Sampel yang digunakan pada saat praktikum ini menggunakan panjang
gelombang yang berbeda-beda yaitu 480 nm, 645 nm dan 663 nm. Pelarut yang
digunakan saat praktikum ini yaitu aseton yang mempunyai prinsip like dissolve
like yaitu suatu pelarut akan cenderung melarutkan senyawa yang mempunyai
tingkat kepolaran yang sama. Pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan
pelarut non polar akan melarutkan senyawa senyawa non polar (Haryani et al.,
2021). Sesuai dengan prinsip tersebut, pelarut aseton dipilih sebagai pelarut pada
praktikum ini dikarenakan lebih optimal dalam mengekstrak pigmen yang ada
dalam daun sampel. Umumnya analisa karotenoid yang dilakukan lebih
mengutamakan pada tanaman yang memiliki warna khususnya pada tumbuhan
yang berpigmen orange atau jingga dan kuning. Karotenoid dibagi menjadi dua,
yaitu karoten yang terdiri dari α-karoten, β- karoten, dan likopen. Jenis yang
kedua yaitu xantofil yang terdiri dari β- cryptoxanthin, lutein, dan zeaxanthin.
Persamaan antara karotenoid dengan klorofil yaitu terletak pada analisa pigmen
dan yang menjadi perbedaannya yaitu panjang gelombang yang digunakan pada
saat pengukuran nilai absorbansi sampel. Tiga panjang gelombang yang
digunakan pada saat praktikum bertujuan untuk menyerap sinar biru sehingga
sinar biru tersebut memantulkan warna seperti warna kuning, merah ataupun
jingga. Karoten didefenisikan sebagai terpena yang disintesis secara biokimia
diantara delapan satuan isoprena isoprena lainnya (Bawias et al., 2018).
Hasil praktikum yang didapatkan pada perhitungan karotenoid pada sampel
bayam disimpulkan bahwa daun bayam diantara ketiga sampel memiliki total
karotenoid yang besar diantara sampel lainnya yaitu memiliki nilai sebesar -
158,05 x 105 yang berarti daun bayam lebih banyak mengandung karoten
sehingga baik dikonsumsi oleh tubuh. Karotenoid memiliki sifat yang mudah
rusak atau terdegradasi oleh cahaya, panas, dan juga asam. Pemilihan panjang
gelombang 645 nm, 663 nm dan 480 nm karena panjang gelombang akan
mengalami absorbsi yang terbesar. Klorofil dan karoten terabsorbsi pada panjang
gelombang 640-660 nm atau 430-470 nm (Sari dan Hidayati, 2020).
Universitas Sriwijaya
7
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN
8 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Efremila., Wardenaar, E. dan Sisillis, L., 2015. Studi Etnobotani Tumbuhan Obat
Oleh Etnis Suku Dayak di Desa Kayu Tanam Kecamatan Mandor Kabupaten
Landak. Jurnal Hutan Lestari, 3(2), 234-246.
Hendriyani, I. S., Nurchayati, Y. dan Setiari, N., 2018. Kandungan Klorofil dan
Karotenoid Kacang Tunggak (Vigna unguiculata (L.) Walp.) pada Umur
Tanaman yang Berbeda. Jurnal Biologi Tropika, 1(2), 38-43.
Idrus, I., Wahab, S., Nugraha, A. F. dan Bachri, S., 2021. Analisis Senyawa β
Karoten pada Buah Pepaya (Carica papaya L.) Asal kabupaten Konawe
Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Inovasi Sains dan teknologi,
4(2), 1-7.
Khafid, A., Suedy, S. W. A. dan Nurchayati, Y., 2021. Kandungan Klorofil dan
Karotenoid Daun Salam (Syzigium polyanthum) (Wight)Walp.) pada Umur
yang Berbeda. Jurnal Anantomi dan Fisiologi, 6(1), 74-80.
Sari, E. K. dan Hidayati, S., 2020. Penetapan kadar klorofil dan Karotenoid Daun
Sawi (Brassica) Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Journal of
Chemistry, 5(1), 49-52.
9 Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN PERHITUNGAN
• Daun Bayam
(A480+(0,114 x A663))−(0,638 x A645 x V.103 )
Karotenoid (mg/L) = 112,5 x W
= -0,00058
= -5,8 x 10-5 μ mol/L
= -5,8 x 10-5 x 27,25 mg/L = -158,05 x 10-5 mg/L
• Daun Pepaya
(A480+(0,114 x A663))−(0,638 x A645 x V.103 )
Karotenoid (mg/L) = 112,5 x W
= -0,00063
= -6,3 x 10-5 μ mol/L
= -6,3 x 10-5 x 27,25 mg/L = -171,67 x 10-5 mg/L
• Daun Singkong
(A480+(0,114 x A663))−(0,638 x A645 x V.103 )
Karotenoid (mg/L) = 112,5 x W
= -0,00093
= -9,3 x 10-5 μ mol/L
= -9,3 x 10-5 x 27,25 mg/L = -253,42 x 10-5 mg/L
11 Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN GAMBAR
12 Universitas Sriwijaya