Kelompok 06
Penanggung Jawab :
Nur Azizah Zahro (A1F018006)
Nadine Denonita (A1F018024)
Iftitah Syawaliyah H. (A1F018044)
Elvara Dwifaningrum (A1F018066)
Ghanafalhan Ridhya F. (A1F018086)
A. Latar Belakang
Ragi yang diisolasi dari produk tanaman telah dinilai untuk produksi etanol
dari jus kelapa sawit. Beberapa ragi dan bakteri asam laktat telah diidentifikasi
dalam nira aren. Namun, penelitian ini melibatkan kinetika enzimatik dari
fermentasi yang menghubungkannya dengan populasi mikroba yang berubah
dapat menjelaskan perubahan kimia yang terjadi pada getah pada berbagai tahap
fermentasi. Jumlah gula yang tinggi dalam getah telah menghambat studi enzim
dalam getah ini. Getah aren menemukan aplikasi sebagai zat asam selain
penggunaannya sebagai sumber yang kaya gula dan minuman beralkohol. Studi
kinetika fermentasi dapat memberikan petunjuk untuk memodulasi kondisi
fermentasi sesuai penggunaan akhir yang diperlukan. Getah yang disadap dari
Cocos nucifera (kelapa) dikonsumsi secara luas dalam bentuk segar maupun
fermentasi. Ada kebutuhan untuk memahami fermentasi alami getah melalui
analisis kuantitatif berbagai biomolekul dan enzim yang bertanggung jawab atas
perubahan bersama dengan dinamika mikroba.
B. Tujuan
Getah kelapa sawit dikumpulkan dari pohon kelapa lokal. Semua bahan
kimia dan reagen yang digunakan untuk penelitian ini memiliki tingkat analitis.
Glucose oksidase-peroksidase yang digunakan untuk estimasi glukosa diperoleh
dari Agappe Diagnostics Ltd, India.
Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 7.00 pagi. Sampel diinkubasi pada
suhu 30 ± 0.5 ℃. Setiap sampel dibagi menjadi dua bagian. Satu bagian
segera diproses untuk studi mikroba. Kemudian bagian lainnya di sentrifugasi
pada 7000 rpm selama 20 menit pada suhu 4℃. Fraksi sel dicuci dengan salin
steril dan dilakukan analisis. PH fraksi bebas sel dicatat. Fraksi bebas sel dan
suspensi sel disimpan pada -20℃ saat tidak digunakan.
Reduksi gula dalam sel bebas getah diukur dengan metode DNSA. Total gula
diukur dengan metode asam PhenolSulfuric. Untuk 0,5 ml sampel yang akan
dianalisis, ditambahkan dan dicampur dengan fenol 5%, kemudian diikuti
dengan penambahan 2 ml asam sulfat dan inkubasi selama 10 menit. Setelah
itu sampel dicampur dan absorbansi dibaca 490nm setelah 20 menit. Glukosa
yang digunakan adalah glukosa oksidase-peroksidase.
Uji pektinase
Metode hemositometri untuk jumlah sel ragi getah diencerkan 10 kali dalam
Saline yang mengandung sukrosa 4% dan suspense dimasukkan ke dalam
ruang haemocytometer. Sel-sel ragi dihitung di bawah pembesaran 40x di
enam ruang RBC. Morfologi dicatat dan jumlah sel dihitung per ml.
Pengenceran pada waktu 0h, 6h, 9h, 14h dan 18h dibuat dalam salin steril
yang mengandung 0,01% tween-80 dan sukrosa 4%. Mikroba dari setiap
pengenceran disebarkan ke agar-agar MRS. Kemudian pelat diinkubasi dalam
kondisi kedap udara selama 48 jam.
III. TINJAUAN PUSTAKA
Pohon kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk famili Palmae dari genus Cocos.
Getah pohon palem mengandung konsentrasi gula total yang berbeda tergantung
pada spesiesnya. Setiap pohon palem memiliki karakteristik tersendiri dalam cara
produksi getah seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Getah palem dari berbagai jenis pohon palem
Menurut Kurniawan, et al., (2018), salah satu contoh nira kelapa Cocos
Nucifera dari Malang, Jawa Timur, mengandung 70,85% sukrosa, 3,00% glukosa
dan 2,92% fruktosa. Sementara menurut Shetty, et al., (2017), total kandungan
gula dalam getah segar sekitar 15,6%. Getah pohon palem mengandung sebanyak
10-18% total gula dan sukrosa 9-11%. Getah kelapa adalah bahan baku untuk
berbagai produk, misalnya sirup palem, madu palem, permen palem, produk
makanan ringan, molase, dan cuka kelapa. Getah kelapa diperoleh dengan
memotong batang perbungaan pohon kelapa yang biasanya dilakukan pada sore
hari. Gula juga dapat dibuat dari getah pohon palem bernama “nira”. Pohon
kelapa secara tradisional dimanfaatkan untuk diambil nira yang memiliki
kandungan utama berupa sukrosa. Sukrosa adalah gula non-pereduksi yang
ditemukan di getah pohon palem. Sebagian besar gula pereduksi mungkin timbul
dari hidrolisis sukrosa. Gula yang dihasilkan timbul karena aksi invertase pada
sukrosa menghasilkan glukosa dan fruktosa. Gula ini digunakan oleh populasi
mikroba untuk perkembangbiakan mikroba.
Bakteri asam laktat (BAL) dan ragi adalah pemain utama dalam fermentasi
getah pohon kelapa. Invertase diekspresikan oleh banyak spesies ragi. Ragi yang
toleran alkohol kemungkinan ada dalam fermentasi getah kelapa dan
mengekspresikan sejumlah invertase. Selain produksi invertase, ragi dikenal untuk
mengekspresikan enzim yang bertanggung jawab untuk produksi alkohol dari gula
pereduksi, sementara populasi BAL bukan sumber yang kaya invertase. Aktivitas
invertase adalah salah satu kontributor utama dalam fermentasi getah kelapa, kecil
kemungkinan aktivitas invertase akan sangat rendah. Invertase sering ditemukan
sebagai enzim intraseluler. Dalam sel ragi, invertase cenderung terlokalisasi dalam
ruang periplasmik. Pektinase adalah kompleks pektin esterase (PE) dan
depolimerase pektin. Tiga enzim yang paling banyak terkandung pada fermentasi
getah kelapa adalah polygalacturonase (PG), polygalacturonate lyase (PGL) dan
PE. Enzim-enzim ini mengkatalisasi pemecahan pektin dengan berat molekul
tinggi menjadi unit-unit yang lebih kecil.
Bakteri asam laktat (BAL) merupakan bakteri berbentuk batang dan salah
satu organisme yang memfermentasi bahan pangan melalui fermentasi karbohidrat
dan umumnya menghasilkan sejumlah besar asam laktat. Bakteri ini memberikan
kontribusi yang cukup besar terhadap perbaikan flavour, tekstur, dan masa simpan
produk fermentasi. BAL mempunyai distribusi yang luas dan kemampuan tumbuh
pada berbagai substrat organik dan kondisi seperti kondisi asam, basa, suhu
rendah, suhu tinggi, kadar garam tinggi, anaerob. Jumlah mikroba dalam suatu
proses fermentasi sangatlah menentukan karena jumlah mikroba merupakan salah
satu fungsi dari pembentukan produk. Selama fermentasi, sel bakteri
memanfaatkan glukosa supaya dapat bertahan hidup dan berkembangbiak, serta
mengubahnya menjadi asam laktat. Sebagian besar spesies BAL diketahui motil
imotil / lamban, sedangkan bakteri asam asetat dilaporkan aktif bergerak.
Sementara, Lactococcus lactis termasuk mikroorganisme anaerob fakultatif,
homofermentatif yang bermetabolisme sesuai dengan jalur Embden Meyerhof-
Parnas (EMP). Glukosa dalam kondisi aerob akan terkatabolisme mengikuti jalur
Embden Meyerhof-Parnas (EMP), menjadi piruvat dan energi dalam bentuk ATP.
Piruvat dalam kondisi aerob akan terkonversi menjadi CO2 dan NADH melalui
siklus Krebs. Piruvat dalam kondisi anaerob dapat terkonversi menjadi asam
laktat (Amema, et al., 2017).
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dengan keadaan
anaerobik (tanpa oksigen). Secara umum fermentasi adalah salah satu bentuk
respirasi anaerobik, akan tetapi ada juga definisi yang mengatakan fermentasi
sebagai perombakan media organik pada mikroorganisme anaerob atau fakultatif
anaerob dengan menggunakan senyawa organik sebagai aseptor elektron terakhir.
Pada proses fermentasi dalam keadaan anaerobik alkohol akan terbentuk dari gula
dan gula tersebut merupakan bahan utama untuk berlangsungnya proses
fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat, dan
hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari
fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Fermentasi etanol alkohol dan CO2
oleh mikroba, Karbohidrat akan dipecah dahulu menjadi gula sederhana yaitu
dengan hidrolisa pati menjadi unit – unit glukosa (Amema, et al., 2017). Etanol
adalah alkohol yang didapat dari fermentasi bahan-bahan yang mengandung gula,
pati, atau selulosa. Mikroorganisme yang digunakan dalam proses fermentasi
diperoleh dari jamur, khamir, ataupun bakteri. Pada proses fermentasi, komponen
- komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun
metabolisme mikroba. Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan yang
berkualitas rendah serta berfungsi dalam pengawetan bahan dan merupakan suatu
cara untuk menghilangkan zat antinutrisi atau racun yang terkandung dalam suatu
bahan makanan (Moede, et al., 2017).
Menurut Utami, et al. (2012), studi kinetika fermentasi dilakukan untuk
memahami setiap proses fermentasi yang menggambarkan pertumbuhan sel dan
pembentukan produk oleh mikroba. Kinetika fermentasi disajikan secara
kuantitatif dalam parameter-parameter, seperti kecepatan pertumbuhan spesifik
(µ), doubling time (td), jumlah penggandaan (n), hasil pertumbuhan (Yx/s),
pembentukan produk (Yp/s), dan efisiensi pembentukan produk selama
fermentasi. Penentuan kecepatan pertumbuhan spesifik (µ) ini berdasarkan fase
pertumbuhan logaritmik. Hal ini dikarenakan saat pertumbuhan sel berada pada
fase logaritmik terjadi balance growth, yaitu sel-sel bakteri tumbuh dengan
kecepatan yang sama, sehingga laju pertumbuhan spesifik akan sama. Seperti
kecepatan pertumbuhan spesifik, penentuan waktu penggandaan (td) ini juga
berdasarkan fase logaritmik. Waktu penggandaan berbanding terbalik dengan
kecepatan pertumbuhan spesifik. Semakin besar nilai kecepatan pertumbuhan
spesifiknya, maka semakin cepat waktu penggandaannya. Sedangkan, derajat
multiplikasi (n) memiliki hubungan yang berbanding lurus dengan kecepatan
pertumbuhan spesifik, yaitu semakin tinggi kecepatan pertumbuhan spesifiknya,
maka semakin tinggi pula derajat multipikasinya. Selama proses fermentasi terjadi
konsumsi nutrisi dan dihasilkan produk metabolit yang disajikan dengan hasil
pertumbuhan (Growth Yield Constant) Yx/s. Sementara, pembentukan produk
pada fermentasi disajikan dalam Product Yield Constant (Yp/s).
Dengan diketahui perilaku kinetika fermentasi bakteri pada media, akan
diketahui fase-fase pertumbuhan bakteri dan produktivitasnya. Penelitian Amema,
et al. (2017) tentang fermentasi alkohol dari nira aren menunjukkan, diawal
proses fermentasi laju pertumbuhan mikroba menunjukkan grafik yang meningkat
secara tajam karena pada jam ke 2 pertambahan mikroba khamir selama 1 jam.
Peningkatan yang membentuk garis landai dari jam pengamatan ke 2 sampai jam
pengamatan ke 8 merupakan puncak dari laju pertumbuhan maksimal (Vmax).
Fermentasi awal menghasilkan kadar etanol yang paling rengah, karena mikroba
berada pada ase adaptasi dan aktivitas mikroba juga belum optimal untuk
menguraikan glukosa menjadi alkohol. Kemudian kadar etanol selama fermentasi
mengalami peningkatan, sedangkan kadar gula mengalami penurunan. Kadar gula
tertinggi terdapat pada waktu fermentasi awal. Semakin banyak glukosa yang
terdapat dalam bahan, semakin tinggi jumlah alkohol yang dihasilkan dari
perombakan glukosa tersebut. Semakin besar jumlah mikroba perombak pati
menjadi glukosa, dan mikroba perombak glukosa menjadi alkohol, kadar alkohol
yang dihasilkan semakin tinggi. Terjadi penurunan kadar glukosa pada bahan
selama fermentasi dari jam ke jam karena glukosa diubah menjadi etanol oleh
yeast (Amema, et al., 2017).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Bakteri Asam Laktat adalah predominan flora dalam nira kelapa hingga
waktu inkubasi 7 jam. BAL akan menurun jumlahnya sejalan dengan peningkatan
jumlah yeast didalam nira. Pada akhir 13 jam fermentasi, jumlah LAB adalah
2,5x10 7 cfu / ml. Peningkatan jumlah yeast disertai dengan peningkatan invertase
terlihat mencapai 26 U / ml pada akhir inkubasi selama 16 jam dan peningkatan
dalam gula reduksi 7,39 ± 0,87%. Kandungan alkohol yaitu sekitar 4,1%.
B. Saran
Amema, D. Ch., Tuju, T., & Rawung, H. 2017. Fermentasi Alkohol dari Nira
Aren (Arenga Pinnata Merr.) dengan menggunakan Metode Fed Batch.
Cocos, 1(9): 1 – 6.
Kurniawan, T., Jayanudin, Kustiningsih, I., & Firdaus, M. A. 2018. Palm Sap
Sources, Characteristics, and Utilization in Indonesia. Journal of Food and
Nutrition Research, 6(9): 590 – 596.
Moede, F. H., Gonggo, S. T., & Ratman. 2017. Pengaruh Lama Waktu Fermentasi
terhadap Kadar Bioetanol dari Pati Ubi Jalar Kuning (Ipomea batata L.). J.
Akad. Kim. 6, 6(2): 86 – 91.
Ngọc NTM, Minh NP & Dao DTA. 2013. Isolation and Characterization of Yeast
Strains for Palm (Borassus Flabelliffer) Wine Fermentation. International
Journal of Engineering Research Technology, 2 (11): 3602-3615.
Ouoba L, Kando C, Parkouda C, Sawadogo-Lingani H, Diawara B & Sutherland
JP. 2012. The Microbiology of Bandji, Palm wine of Borassus Akeassii
from Burkina Faso: Identification and Genotypic Diversity of Yeasts, Lactic
Acid and Acetic Acid Bacteria. Journal of Applied Microbiology, 113(6):
1428-144.
Shetty, P., Avila D’Souza, Sangeetha Poojari, Jayadurgi Narayana & Priya
Rajeeva. 2017. Study of Fermentation Kinetics of Palm Sap from Cocos
nucifera. Int. J. Appl. Sci. Biotechnol, 5(3): 375-381.
Shetty, P., D’Souza, A., Poojari, S., Narayana, J., & Rajeeva, P. 2017. Study of
Fermentation Kinetics of Palm Sap from Cocos nucifera. International
Journal of Applied Sciences and Biotechnology (IJASBT), 5(3): 375 – 381.
Utami, R., Widowati, E., & Kamil, A. 2012. Kajian Kinetika Fermentasi Asam
Laktat oleh Lactococcus lactis FNCC 0086 pada Media Sari Buah Semu
Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) dengan Variasi Sumber Nitrogen.
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, 5(2): 48 – 55.