ACARA 2
PENGOLAHAN KOPI
Disusun Oleh:
Kelompok 2
Ayunda Nurchandra A1M013029
Nadhila Benita Prabawati A1M013040
A. Latar Belakang
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan
ekstraksi biji tanaman kopi. Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu kopi
arabika (Coffea arabica) dan kopi robusta (Coffea canephora) (Edy Panggabean,
2011). Kopi merupakan salah satu minuman yang tersebar luas dan termasuk
minuman yang mayoritas banyak diminum di dunia (Sofyana Nadya, 2011).
Teknologi budi daya dan pengolahan kopi meliputi pemilihan bahan tanam
kopi unggul, pemeliharaan, pemangkasan tanaman dan pemberian penaung,
pengendalian hama dan gulma, pemupukan yang seimbang, pemanenan, serta
pengolahan kopi pasca panen. Pengolahan kopi sangat berperan penting dalam
menentukan kualitas dan cita rasa kopi (Rahardjo, 2012).
Saat ini, peningkatan produksi kopi di Indonesia masih terhambat oleh
rendahnya mutu biji kopi yang dihasilkan sehingga mempengaruhi pengembangan
produksi akhir kopi. Hal ini disebabkan, karena penanganan pasca panen yang tidak
tepat antara lain proses fermentasi, pencucian, sortasi, pengeringan, dan
penyangraian. Selain itu spesifikasi alat/mesin yang digunakan juga dapat
mempengaruhi setiap tahapan pengolahan biji kopi.
Kopi mengandung senyawa antioksidan dalam jumlah yang cukup banyak.
Adanya antioksidan dapat membantu tubuh dalam menangkal efek perusakan oleh
senyawa radikal bebas dalam tubuh dan memperbaiki sel-sel yang rusak. Kopi dapat
membantu kita agar tetap terjaga dan fokus (Edy Panggabean, 2011).
Komponen yang terdapat pada biji kopi adalah kafein, kaffeol, trigonelline,
amino acid, karbohidrat, alifatik acid, chlorogenat acid, lemak, mineral, komponen
volatil, dan komponen karbonil. Kafein yang terdapat dalam kopi merupakan
stimulan dari sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan kinerja otak.
B. Tujuan
Kopi adalah salah satu komoditi andalan Indonesia. Hasil komoditi ini
menempati urutan ketiga setelah karet dan lada. Pada tahun 2008 produksi kopi di
Sumatera Selatan telah mencapai 155.372 ton terbagi dalam beberapa daerah
penghasil kopi. Kopi digemari tidak hanya dikarenakan citarasanya yang khas, kopi
memiliki manfaat sebagai antioksidan karena memiliki polifenol dan merangsang
kinerja otak. Kopi juga memiliki banyak kekurangan. Masalah utama dari
pengkonsumsian kopi adalah nilai kafein yang terkandung dalam kopi. Kafein apabila
dikonsumsi berlebihan dapat meningkatkan ketegangan otot, merangsang kerja
jantung, dan meningkatkan sekresi asam lambung (Mulato, 2001). Pengurangan kadar
kafein (dekafeinasi) dalam kopi perlu dilakukan sampai batas aman konsumsi kafein
yaitu pada dosis 100-200 mg per hari. Sehingga kopi hanya dapat dikonsumsi pada
ambang batas aman konsumsi kafein yaitu 2 sampai 4 gelas per hari. Penurunan kadar
kafein kopi dapat dilakukan dengan melakukan proses dekafeinasi.
Pengolahan Biji Kopi, dilakukan dengan metoda pengolahan basah atau semi-
basah, agar diperoleh biji kopi kering dengan tampilan yang bagus, sedangkan buah
campuran hijau, kuning, merah diolah dengan cara pengolahan kering. Hal yang
harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau sak selama
lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga aroma dan
citarasa biji kopi menjadi kurang baik dan berbau busuk (fermented). Biji kopi dapat
diolah dengan beberapa cara yaitu: pengolahan cara kering, pengolahan basah, dan
pengolahan semi basah.(Ernawati., et al., 2008)
Bahan :
1. Biji kopi
2. Air
3. Gula pasir
B. Prosedur Kerja
Dibagi biji kopi menjadi 2 perlakuan yaitu biji A (melalui proses dekafeinasi)
dan Biji B (tanpa dekafeinasi)
Dilakukan proses dekafeinasi pada biji kopi A (rebus pada air mendidih
selama 15 menit) setelah itu dioven terlebih dahulu selama 2 jam
↓
Biji kopi A dan B disangrai pada waktu tertentu (20, 30, 40 menit)
Dinginkan biji
Diuji sensori dengan menyeduh 5% bubuk kopi dalam 10% larutan gula
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Parameter 1 2 3 4 5 6
Berat awal biji (g) 100 100,1 100 100,06 100,07 100,4
Berat awal biji sangai (g) 86,4 85,7 84,8 81,5 80,6 82,3
Rendemen biji sangrai (%) 86,4 85,61 84,8 81,45 80,54 81,97
Berat awal bubuk setelah 50,37 52,99 54,02 50,19 50,63 52,02
diayak (g)
Rendemen bubuk kopi (%) 50,37 52,94 54,02 50,16 50,59 51,81
Kadar air biji kopi mentah 12,91 12,40 13,27 13,17 13,06 12,5
(%) bk
Kadar air bubuk kopi 4,65 3,75 2,04 8,09 7,73 6,64
sangrai (%) bk
Keterangan:
1 = Dekafeinasi, penyangraian 20 menit
2 = Dekafeinasi, penyangraian 30 menit
3 = Dekafeinasi, penyangraian 40 menit
4 = Tanpa dekafeinasi, penyangraian 20 menit
5 = Tanpa dekafeinasi, penyangraian 30 menit
6 = Tanpa dekafeinasi, penyangraian 40 menit
4. Perhitungan
Rendemen biji kopi setelah disangrai
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑠𝑎𝑛𝑔𝑟𝑎𝑖
x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑗𝑖
86,4 81,5
Tim 1 = x 100% = 86,4 % Tim 4 = 100,06 x 100% = 81,45%
100
85,7 80,6
Tim 2 = 100,1 x 100% = 85,61% Tim 5 = 100,07 x 100% = 80,54%
84,8 82,3
Tim 3 = x 100% = 84,8% Tim 6 = 100,4 x 100% = 81,97%
100
42,2047−41,9429
Tim 1 = 42,2047−40,1770 x 100 % = 12,91 %
44,4213−44,1687
Tim 2 = 44,4213−42,3843 x 100 % = 12,40 %
50,8901−50,6248
Tim 3 = x 100 % = 13,27 %
50,8901−48,8901
44,578−44,3079
Tim 4 = 44,578−42,5267 x 100 % = 13,17 %
42,4402−42,1755
Tim 5 = 42,4402−40,4130 x 100 % = 13,06 %
44,95508−44,6925
Tim 6 = 44,95508−42,85508 x 100 % = 12,50 %
64,5496−64,4562
Tim 1 = 64,5469−62,5402 x 100 % = 4,65 %
61,3159−61,2392
Tim 2 = 61,3159−59,2717 x 100 % = 3,75 %
52,682−52,6404
Tim 3 = 52,682−50,6390 x 100 % = 2,04 %
66,3016−66,1325
Tim 4 = 66,3016−64,2103 x 100 % = 8,09 %
61,5249−61,3538
Tim 5 = 61,5249−59,4420 x 100 % = 7,73 %
67,0408−66,9041
Tim 6 = 67,0408−64,9815 x 100 % = 6,64 %
5. Uji organoleptik
Sampel 123 (Dekafeinasi, penyangraian 20 menit)
Panel Warna Warna Warna Aroma Rasa Rasa Kesukaan
bubuk ampas seduhan pahit asam
P1 1 1 1 4 2 4 2
P2 1 1 1 1 1 2 2
P3 1 1 1 2 2 1 2
P4 1 2 2 2 2 1 2
P5 1 1 1 1 2 1 2
P6 1 1 1 2 3 3 2
P7 1 1 2 2 2 2 1
P8 1 1 1 2 1 1 3
P9 1 2 1 3 4 4 1
P10 1 1 1 2 1 1 1
P11 1 1 1 3 2 1 2
P12 1 1 1 2 2 3 2
P13 2 2 2 2 2 3 4
P14 1 1 1 2 2 2 2
P15 1 1 1 1 1 1 1
Jumlah 16 18 18 31 29 30 29
Rata- 1,0 1,2 1,2 2,0 1,9 2 1,9
rata
Keterangan:
- Warna bubuk kopi - Warna ampas
1 = cokelat 1 = cokelat
2 = cokelat tua 2 = cokelat tua
3 = cokelat kehitaman 3 = cokelat kehitaman
4 = hitam kecokelatan 4 = hitam kecokelatan
5 = hitam 5 = hitam
- Warna air seduhan - Kekuatan rasa pahit
1 = cokelat 1 = tidak kuat
2 = cokelat tua 2 = sedikit kuat
3 = cokelat kehitaman 3 = agak kuat
4 = hitam kecokelatan 4 = kuat
5 = hitam 5 = sangat kuat
- Tingkat kesukaan
1 = tidak suka
2 = sedikit suka
3 = agak suka
4 = suka
5 = sangat suka
B. Pembahasan
Kopi merupakan salah satu contoh minuman yang paling terkenal di kalangan
masyarakat. Kopi digemari karena memiliki cita rasa dan aroma yang khas
(Ramalakhsmi et al., 2008). Menurut Rejo et al. (2010), kopi dapat bermanfaat
sebagai zat antioksidan, merangsang kinerja otak an, zat anti kanker. Selain memiliki
kelebihan, kopi juga memiliki kekurangan yaitu mengandung kafein dan asam
organik yang tinggi. Kandungan kafein pada kopi berbeda-beda tergantung dari jenis
kopi dan kondisi geografis dimana kopi tersebut ditanam (Petracco, 2005).
Kandungan asam dan kafein yang tinggi pada kopi tersebut dapat berampak
negatif bagi kesehatan. Pada beberapa orang yang kondisi lambungnya sensitif,
kandungan asam yang berlebih pada kopi juga dapat menyebabkan sakit perut setelah
mengkonsumsinya. Pada praktikum ini, biji kopi diberi perlakuan dekafeinasi dan
tanpa dekafeinasi serta perbedaan lama penyangraian selama 20, 30, dan 40 menit.
Proses dekafeinasi dilakukan dengan perebusan selama 15 menit pada air mendidih
dan dipanaskan dengan oven selama 2 jam. Kadar air bubuk kopi yang dihasilkan
dipengaruhi oleh variasi perlakuan. Proses dekafeinasi yang berupa perebusan dan
pemanggangan dengan oven, akan menguapkan air sehingga kadar air bubuk kopi
terdekafeinasi lebih rendah dari pada bubuk kopi non dekafeinasi. Lama
penyangraian juga mempengaruhi kadar air bubuk kopi. Semakin lama penyangraian
yang dilakukan, akan semakin banyak air yang menguap sehingga kadar airnya lebih
rendah.
Hasil rendemen biji kopi setelah disangrai pada masing-masing perlakuan
semakin menurun ketika lama penyangraian semakin lama. Rendemen adalah
perbandingan antara berat kopi bubuk dibandingkan berat kopi beras. Selama
penyangraian berat biji kopi menyusut karena penguapan air dan senyawa-senyawa
volatile serta pelepasan kulit ari. Bersamaan dengan penguapan air, beberapa
senyawa volatile yang terkandung didalam biji kopiseperti aldehid, furfural, keton,
alkohol, dan ester ikut teruapkan. Selain karena proses sangria, susut berat juga
terjadi selama proses penghalusan karena partikel bubuk yang sangat halus
terbangkelingkungan akibat gaya sentrifugal putaran pemukul mesin dengan teori
menyatakan bahwa penurunan berat biji kopi selama penyangraian akan
menyebabkan nilai rendemen berkurang sesuai dengan lama penyangraian. Kulit biji
kopi yang ikut atau hilang dalam proses penghalusan juga dapat mempengaruhi
banyaknya rendemen yang dihasilkan.
Pada praktikum ini dilakukan uji sensori terhadap kopi yang telah diberi
variasi perlakuan. Variabel yang diamati anatar lain adalah warna bubuk kopi, warna
ampas, warna air seduhan, aroma kopi, rasa pahit, rasa asam, serta tingkat kesukaan.
Warna Ampas
5
4.5
4
3.5
3 Dekaf
2.5 Non dekaf
2
1.5
1
0.5
0
20 menit 30 menit 40 menit
5
4.5
4
3.5
3 Dekaf
2.5 Non dekaf
2
1.5
1
0.5
0
20 menit 30 menit 40 menit
Aroma Kopi
4
3.5
3
2.5 Dekaf
2 Non dekaf
1.5
1
0.5
0
20 menit 30 menit 40 menit
Rasa Pahit
4.5
4
3.5
3 Dekaf
2.5
Non dekaf
2
1.5
1
0.5
0
20 menit 30 menit 40 menit
Kopi memiliki cita rasa pahit yang khas. Cita rasa tersebut dapat
mempengaruhi kesukan konsumen terhadap kopi. Kopi dengan perlakuan
dekafeinasi dan penyangraian 20 menit memiliki rasa pahit yang sedikit kuat
dengan nilai rata-rata 1,9. Sedangkan kopi dengan perlakuan tanpa dekafeinasi
dan penyangraian 20 menit memiliki rasa pahit yang tidak kuat dengan nilai
rata-rata 1,46. Kopi dengan perlakuan dekafeinasi dan penyangraian 30 menit
memiliki rasa pahit yang sedikit kuat dengan nilai rata-rata 2,3. Sedangkan
kopi dengan perlakuan tanpa dekafeinasi dan penyangraian 30 menit memiliki
rasa pahit yang agak kuat dengan nilai rata-rata 3,2. Kopi dengan perlakuan
dekafeinasi dan penyangraian 40 menit memiliki rasa pahit yang kuat dengan
nilai rata-rata 4. Sedangkan kopi dengan perlakuan tanpa dekafeinasi dan
penyangraian 40 menit memiliki rasa pahit yang agak kuat dengan nilai rata-
rata 3,13.
Makin rendahnya nilai sensoris kepahitan berhubungan dengan makin
berkurangnya kandungan kafein, asam klorogenat dan trigonelin dalam biji
kopi. Hal ini terkait dengan proses dekafeinasi dan lama penyangraian. Kafein
merupakan senyawa yang menyebabkan rasa pahit. Proses dekafeinasi dapat
menurunkan kadar kafein sehingga rasa pahit pun ikut menurun.
Rasa Asam
3.5
3
2.5
Dekaf
2
Non dekaf
1.5
1
0.5
0
20 menit 30 menit 40 menit
Kopi dengan perlakuan dekafeinasi dan penyangraian 20 menit
memiliki rasa asam yang sedikit kuat dengan nilai rata-rata 2. Sedangkan kopi
dengan perlakuan tanpa dekafeinasi dan penyangraian 20 menit memiliki rasa
asam yang agak kuat dengan nilai rata-rata 3. Kopi dengan perlakuan
dekafeinasi dan penyangraian 30 menit memiliki rasa asam yang sedikit kuat
dengan nilai rata-rata 2. Kopi dengan perlakuan tanpa dekafeinasi dan
penyangraian 30 menit memiliki rasa asam yang sama dengan perlakuan
sebelumnya dengan nilai rata-rata 2,06. Kopi dengan perlakuan dekafeinasi
dan penyangraian 40 menit memiliki rasa asam yang agak kuat dengan nilai
rata-rata 2,6. Sedangkan kopi dengan perlakuan tanpa dekafeinasi dan
penyangraian 40 menit memiliki rasa asam yang sedikit kuat dengan nilai
rata-rata 2.
Nilai keasaman atau pH biji sangat dipengaruhi oleh kandungan
senyawa asam asam volatil dan non volatil. Senyawa asam volatil seperti
asam asetat, butirat, propionate dan valerat mempunyai titik didik rendah
sehingga akan mudah menguap pada suhu dekafeinasi 1000C. Senyawa asam
non volatil terdiri dari asam klorogenat, oksalat, malat, sitrat dan tartrat akan
terurai membentuk senyawa lain (Charley dan Weaver, 1998). Semakin lama
waktu penyangraian, maka rasa asam akan semakin menurun. Hal ini karena
senyawa yang menyebabkan rasa asam telah terurai pada proses dekafeinasi
dan penyangraian. Namun, terdapat hasil yang kurang sesuai pada perlakuan
dekafeinasi dan lama penyangraian 40 menit yang nilai keasaman nya
meningkat. Hal ini terjadi karena adanya salah persepsi tentang rasa asam
yang dinilai panelis. Panelis belum mampu memahami bagaimana rasa asam
pada kopi.
g) Pengaruh Dekafeninasi / Non Dekafeinasi Terhadap Kesukaan Kopi
Kesukaan
3.5
3
2.5
Dekaf
2
Non dekaf
1.5
1
0.5
0
20 menit 30 menit 40 menit
A. Kesimpulan
Variasi proses pengolahan yaitu dekafeinasi dan tanpa dekafeinasi, serta
perbedaan lama penyangraian yaitu 20, 30, dan 40 menit mempengaruhi berbagai
variabel yang diamati seperti warna bubuk kopi, warna ampas, warna seduhan, rasa
asam, rasa pahit, aroma, dan rendemen. Kopi yang paling disukai konsumen adalah
kopi dengan perlakuan tanpa dekafeinasi dengan lama penyangraian 40 menit.
B. Saran
Sebaiknya pada saat dilakukan uji organoleptik, diusahakan agar panelis lebih
memahami variabel yang diuji sehingga hasil yang didapat tidak bias.
DAFTAR PUSTAKA
Charley, H., dan Weaver, C. 1998. Foods (A Scientific Approach). New Jersey.
Prentice Hall Inc.
Ciptadi, W. dan Nasution, M.Z. 1985. Pengolahan Kopi. Fakultas Teknologi Institut
Pertanian Bogor.
Danarti dan Najayati, S. 2004. Kopi : Budidaya dan Penanganan Pasca Panen.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Mulato, Sri. 2002. Simposium Kopi 2002 dengan tema Mewujudkan perkopian
Nasional Yang Tangguh melalui Diversifikasi Usaha Berwawasan Lingkungan
dalam Pengembangan Industri Kopi Bubuk Skala Kecil Untuk Meningkatkan
Nilai Tambah Usaha Tani Kopi Rakyat. Denpasar : 16 – 17 Oktober 2002. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Panggabean , Edy. (2011). Buku Pintar Kopi. 1st edition. Jakarta : Agromedia
Pustaka
Petracco, M. J. 2005. Our Everuday Cup of Ceffee: The Chemistry Behind Its Magic.
Chemical Education. 82 (8): 1161.
Primadia, A.D . 2009. Pengaruh Peubah Proses Dekafinasi Kopi dalam Reaktor
Kolom Tunggal terhadap Mutu Kopi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta
Ramalakhsmi, K., Kubra I. R., dan Rao LJM. 2008. Antioxidant Potential of Low-
Grade Coffee Beans. Food Research International. 41: 96-103.
Rejo, A., Sri R., dan Tamaria P. 2010. Karakteristik Mutu Biji Kopi pada Proses
Dekafeinasi. Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.
Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara.
Soekarno. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian.
Bharata Karya Aksara. Jakarta.
Sofyana, Nadya. (2011). 1001 Fakta Tentang Kopi. 1st edition. Yogyakarta : Cahya
Atma Pustaka
Sutistyowati. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terhadap Citarasa Seduhan
Kopi. Pelatihan Uji citarasa Kopi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Jakarta.
Wijaya, D. A. dan Yuwono S. S. 2015. Pengaruh Lama Pengukusan dan Konsentrasi
Etil Asetat Terhadap Karkteristik Kopi Pada Proses Dekafeinasi Kopi
Robusta. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(4): 1560-1566.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
LAMPIRAN
Gambar Keterangan
Biji kopi mentah yang akan
disangrai