Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Mikrobiologi Industri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikrobia sebagai komponen


untuk industri atau mengikut sertakan mikrobia dalam prosesnya. Mikrobia dalam industtri
mengasilkan beberapa macam produk, diantaranya zat kimia, seperti asam organik, gliserol dan
alkohol. Selain itu juga antibiotik, zat tumbuh, enzim, makanan dan minuman, pengawet dan
sebagainya.
Dalam suatu proses fermentasi hal yang sangat penting adalah media fermentasi. Karena segala
proses metabolisme tergantung bahan (medium) yang tersedia. Terdapat banyak sumber nutrisi
yang harus dipenuhi dalam membentuk media suatu fermentasi adalah Sumber karbon yang
terdiri dari molasses, pati, sulphite waste liquor, selulosa, whey, hidrokarbon, minyak dan lemak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pembentukan Media


Pada umumnya fermentasi membutuhkan media cair, untuk membantu proses pernafasan.
Meskipun demikian, fermentasi substrat padat juga banyak digunakan. Media fermentasi harus
memenuhi kebutuhan nutrisi mikroorganisme dan mendukung proses teknik perlakuan objek.
Nutrisi mikroorganisme harus terbentuk/ terformulasikan untuk mendukung proses sintesis
dalam membentuk produk yang diinginkan begitu juga biomassa sel dan metabolik tertentu
Suatu strain yang mampu memberikan hasil yang tinggi dari produk yang diinginkan saat
dikembangkan dalam laboratorium belum tentu memberikan hasil yang sama ketika
diaplikasikan dalam skala industry. Dalam bidang industri yang diperlukan adalah medium yang
cocok secara ekonomi. Medium tersebut dapat berupa padat atau cair.
Pada fermentasi antibiotika, bahan baku yang digunakan tidak boleh mahal, karena
produk yang dihasilkan tidak mahal. Namun pada produksi steroid, produk bernilai lebih mahal
sehingga penggunaan substrat dapat dipilih yang lebih dominan agar dihasilkan produk yang
lebih banyak. Dalam fermentasi konvensional, umumnya dipakai bahan baku yang tidak mahal,
misalnya biji-bijian, daging, prosesing serat dan sebagainya. Dalam perkembangan produk
bioteknologi dibutuhkan medium yang mahal seperti untuk pertumbuhan sel mamalia dan
tanaman.
Medium kultur harus mengandung semua elemen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
mikroba, dalam proporsi yang serupa dengan dengan adanya sel pada mikroba.

Tabel 1. Unsur-unsur yang ada pada mikroba


Unsur Fungsi fisiologi Berat kering (%)

Hidrogen Penyusun senyawa organik 8


Oksigen Penyusun senyawa organik 20
Karbon Penyusun senyawa organik 50
Nitrogen Penyusunan protein, asam 14
nukleat dan koenzim
Sulfur Penyusun protein dan 1
beberapa koenzim
Fosfor Penyusun asam nukleat, 3
fosfolipid dan koenzim
Magnesium Kofaktor pada sejumlah 0,5
reaksi enzim (ATP)
Mangan Kofaktor pada beberapa 0,1
enzim
Kalsium Kofaktor pada beberapa 0,5
enzim (protease)
Besi Penyusun sitokrom, 0,2
protein non-heme dan
kofaktor pada beberapa
enzim
Kobalt Penyusun vitamin B12 0,03
Tembaga, Seng, Penyusun beberapa enzim 0,03
Molybdeum

Umumnya yang disebut makronutrien adalah yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar
seperti C, H, O dan N. Mesonutrien dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit seperti Mg, P, S
dan mikronutrien dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit seperti Fe, Cu, Zn dam Mo
Kebanyakan fermentasi, kecuali keterlibatan substrat padat, membutuhkan jumlah air
yang banyak dalam pembentukan media. Kebutuhan media secara umum termasuk didalamnya
adalah sumber karbon, yang mana sebenarnya semua industri fermentasi menghasilkan energi
dan unit karbon untuk biosintesis, dan sumber nitrogen, sumber fosfor, sulfur dan unsur lain
yang diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit juga harus tersedia, dan beberapa
mikroorganisme membutuhkan penambahan vitamin, seperti biotin dan riboflavin. Fermentasi
aerobik tergantung pada oksigen yang berkelanjutan sedangkan fermentasi anaerob
membutuhkan aerasi awal dari media, misalnya fermentasi bir. Biasanya, media menggabungkan
buffer atau pengontrol pH dengan penambahan asam ataupun basa, dan agent antibusa yang
mungkin dibutuhkan. Pada beberapa proses, pendahuluan, senyawa induksi atau inhibitor
dikenalkan pada tingat/ taraf tertentu dari fermentasi.
Saat kebutuhan unsur mikroorganisme sudah ditetapkan, sumber nutrisi yang cocok dapat
digabungkan kedalam media untuk memenuhi permintaan ini. Meskipun demikian, ini penting
untuk diketahui, masalah potensial dapat timbul ketika menggunakan senyawa tertentu.
Misalnya, mempercepat metabolism dapat menekan pembentukan produk. Untuk menagani
masalah ini, dilakukan penambahan medium segar secara berkala ataupun kontinyu. Perlakuan
ini dapat diangkat untuk memelihara konsentrasi zat (yang mengganggu pembentukan produk)
sehingga relatif rendah agar tidak lagi bersifat menekan. Nutrisi media tertentu atau kondisi
lingkungan dapat mempengaruhi tidak hanya fisiologi dan biokimia tetapi juga morfologi dari
mikroorganisme tersebut. Di dalam beberapa yeast, sel tunggal dapat berkembang ke dalam
pseudo-miycelium atau flocculate, filament jamur dapat membentuk lempengan. Hal mungkin
tidak sebagai keinginan utama, namun perubahan morfologi dapat mempengaruhi produk dan
sifat fermentasi yang lain.
Fermentasi skala industri pada dasarnya menggunakan pembagian kompleks untuk mendapatkan
harga ongkos yang efektif, dimana sumber karbon dan nitrogen hampir tidak dapat ditegaskan
dengan jelas. Kebanyakan didapat dari material alami seperti hewan dan tumbuhan, sering juga
menggunakan by produk dari industry lainnya dengan divariasikan komposisi variabel. Pengaruh
variasi batch-to-batch harus ditentukan. Percobaan skala kecil, biasanya dipertunjukkan dengan
setiap batch baru untuk substrat, khususnya untuk menguji adanya tabrakan yield produk dan
tahap pemulihan produk.
Fermentasi adalah suatu proses dimana komponen-komponen kimiawi dihasilkan sebagai
akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba tanpa bantuan oksigen. Fermentasi
dapat meningkatkan nilai gizi bahan yang berkualitas rendah serta berfungsi sebagai pengawetan
bahan dan merupakan suatu cara untuk menghilangkan zat antinutrisi yang terkandung dalam
suatu bahan makanan.
Berdasarkan media yg digunakan, fermentasi secara umum dibagi menjadi dua model
utama yaitu fermentasi media cair (Submerged Fermentation) dan fermentasi media padat (Solid
state fermentation).

2.1.1 Fermentasi media padat (Solid State Fermentation)


Fermentasi media padat merupakan proses fermentasi yang berlangsung dalam substrat
tidak larut, namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak mengalir bebas. Produk dari
fermentasi media padat misalnya oncom, kecap, dan tape.

a. Keuntungan
1) Medium yang digunakan relatif sederhana
2) Ruang yang diperlukan untuk peralatan fermentasi relatif kecil,karena air yang digunakan
sedikit.
3) Inokulum dapat disiapkan secara sederhana
4) Kondisi mediumtempat pertumbuhan mikroba mendekati kondisi habitat alaminya
5) Aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada ruang diatara tiap partikel substratnya
6) Produk yang dihasilkan dapat dipanen dengan mudah

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi


1. Kadar air
2. Temperatur
3. Pertukaran gas

2.1.2 Fermentasi Media Cair (Submerged Fermentation)


Submerged Fermentation adalah fermentasi yang melibatkan air sebagai fase kontinyu
dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan atau substrat, baik sumber karbon maupun mineral
terlarut atau tersuspensi sebagai partikel-partikel dalam fase cair. Fermentasi cair meliputi
minuman anggur dan alkohol, fermentasi asam cuka, yogurt dan kefir.

a. Keuntungan
1. Hampir disemua bagian tangki terjadi fermentasi
2. Kontak antar reaktan dan bakteri semakin besar
b. Kelemahan
Biaya operasi relatif mahal

c. Jenis-jenis media cair


1) Fermentasi yang diagitasi dimana substratnya larut dalam air
Jenis fermentasi ini dikerjakan dalam suatu labu atau gelas yang cocok atau lebih modern
dengan menggunakan fermentor dimana substratnya larut sempurna dalam air.

2) Fermetasi yang diagitasi dimana zat yang tidak larut dalam air tersuspensi fase cair
Pada fermentasi ini substrat zat padat tidak larut dalam air tetapi dalam bentuk bubuk-
bubuk halus yang tersuspensi dalam sejumlah air yang banyak.

3) Fermentasi yang diagitasi dimana zat cair yang tidak larut dalam air tersuspensi dalam
fase cair
Jenis fermentasi ini dan mekanisme pengambilan substrat sama dengan yang kedua,
kecuali sifat bersifat cair.

4) Fermentasi yang tidak diagitasi dimana substratnya larut dalam fase cair
Pada fermentasi ini substrat larut dalam air tetapi medianya tidak diagitasi atau dikocok.
Pengambilan substrat melalui fase cair.

2.2 Sumber Karbon


Kebutuhan karbon dapat ditentukan dari koefisien hasil biomasa (Y) maka:

total biomassa yang diproduksi


Ycarbon (g/g) = karbon awal yang digunakan

Pada fermentasi komersial perhitungan koefisien yield untuk semua nutrisi biasanya menjadi
dasar. Setiap nutrient dapat dihitung melalui rangkaian perlakuan pada percobaan batch-culture
dimana substrat yang spesifik hanya menjadi media pembatas pertumbuhan dan nutrient yang
lain sebagai excess. Dengan memvariasi konsentrasi awal dari substrat pembatas pertumbuhan
yang kemudian diplotkan dengan total pertumbuhan pada konsentrasi disetiap batch, sehingga Y
dapat ditentukan. Meskipun demikian, nilai yang didapatkan dapat menceritakan pada kondisi
yang spesifik dengan memvariasi pH dan temperatur, yang dapat merubah nilai Y. Jenis variasi
organisme juga dapat menujukkan perbedaan koefisien yield (Y) pada substrat yang sama.

Tabel 2. Pertumbuhan yield (Ycarbon) pada medium minimum dengan variasi sumber karbon dan
energy
Yglucosa Yethanol Ymethanol Yoktana
Pertumbuhan aerob
- Aspergilus nidulans 0,61
- Candida utilis 0,51 0,68
- Escherchia coli 0,52
- Phicia angusta 0,36
- Penicillium chrysogenum 0,43
- Pseudomonas aeruginosa 0,43
- Pseudomonas species 0,54 1,07
- Saccharomyces cereviceae 0,56 0,63
Pertombuhan anaerob
- Moorella thermacetica 0,11
- Escherchia coli 0,13
- Klebsiella pneumonia 0,12
- Saccharomyces cereviceae 0,12
Perbedaan dapat juga tetrjadi pada satu individu misalnya Saccharomyces cereviceae tumbuh
pada glukosa yang menpunyai koefisien biomasa (Y) 0,56 dan 0,12 g/g pada kondisi aerob dan
anaerob.
Sebagian besar mikroba dapat menggunakan berbagai tipe nutrisi yang telah diketahui.
Senyawa karbon yang digunakan dapat berasal dari senyawa C2 sederhana (asam asetat, etanol)
sampai senyawa kompleks (polisakarida, protein) dan senyawa aromatik. Ada pula mikroba
yang hanya dapat menggunakan substrat terbatas. Pada sumber karbon lain tidak dapat tumbuh
dengan baik. Sebagai contoh adalah Methylomonas dan Methylococcus yang hanya
menggunakan metana dan methanol sebagai sumber karbon dan energy.
Senyawa karbon yang digunakan dapat berasal dari senyawa C2 sederhana (asam asetat,
etanol) sampai senyawa kompleks (polisakarida, protein) dan senyawa aromatik.
Jumlah molekul ATP yang dibentuk dari sumber karbon dan energi dalam medium dapat
dihitung berdasarkan berat kering yang diperoleh sebagai fungsi ATP yang dihasilkan selama
katabolisme sumber energi.
Energi diperoleh terutama melalui 2 jalan:
1. Fosforilasi substrat
Fosforilasi Substrat adalah pembentukan ATP dengan cara mentransfer secara langsung
gugus fosfat ke ADP.
2. Fosforilasi oksidatif
Suatu lintasan metabolisme dengan penggunaan energi yang dilepaskan oleh oksidasi
nutrien untuk menghasilkan ATP, dan mereduksi gas oksigen menjadi air.

Glukosa (C6H12O6) merupakan gula paling sederhana digunakan sebagai sumber karbon
yang mana merupakan unsur paling besar dalam medium fermentasi, melalui fermentasi glukosa
akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini dilakukan oleh ragi, dan digunakan
pada produksi makanan. berdasar berat. Kebanyakan kapang menggunakan glukosa sebagai
sumber karbonnya. Beberapa jasad dapat menggunakan lebih dari satu sumber karbon.
Sumber karbon yang umum digunakan adalah karbohidrat, antara lain; serealia, umbi
ketela pohon, jagung dan lain-lain. Selain itu juga yang umum digunakan adalah sukrosa yang
diperoleh dari gula tebu, laktosa yang diperoleh dari gula susu serta corn step liquor dari hasil
samping ekstrak pati jagung dan molase, malt extract, starch, sulphite waste liquor, selulosa serta
whey.
a. Molase
Molase adalah limbah industri gula yang tentunya lebih murah atau sebuah produk
sampingan dari tebu dan produksi gula. Molase berbeda dengan bahan baku yang umum
digunakan dalam produksi alkohol seperti jagung dan kentang. Bahan ini mengandung
karbohidrat yang disimpan sebagai pati sehingga harus mengalami perlakuan awal dengan
memasaknya dan membutuhkan kerja enzim untuk menghidrolisis pati menjadi gula yang dapat
difermentasi. Sebaliknya karbohidrat dalam molase siap untuk difermentasi tanpa perlakuan
pendahuluan karena berbentuk gula.

b. Ekstrak Gandum
Ekstrak cair dari gandum dapat dibentuk seperti sirup yang secara khusus digunakan untuk
sumber karbon yang biasanya untuk pembentukan filament pada jamur, ragi dan actinomycetes.
Sterilisasi media yang mengandung ekstrak gandum harus dikontrol dengan hati-hati untuk
mencegah pemanasan berlebih. Unsur yang menurukan gula dan asam amino cenderung
menghasilkan produk reaksi maillard ketika dipanaskan pada pH yang rendah. Muncullah
produk kondensat berwarna coklat hasil dari reaksi kelompok amino dari amin, asam amino dan
protein dengan kelompok karbonil dari penurunan gula, keton dan aldehid. Tidak hanya karena
warnanya yang berubah tetapi juga hasil hilangnya materi yang menyebabkan fermentasi dan
produk beberapa reaksi yang menghalangi pertumbuhan mikroorganisme.

c. Pati
Pati jagung paling banyak dipakai, dapat juga diperoleh dari sereal yang lain atau potongan
akar. Untuk digunakannya dalam fermentasi, pati biasanya dikonversi menjadi sirup gula, yang
mengandung paling banyak glukosa. Ini pertama-tama berubah menjadi agar-agar kemudian
dihidrolisis dengan mengencerkan asam atau enzim amilolitik.
Setelah dihidrolisis meggunakan enzim tanaman atau amylase mikroba, terjadi proses
kontinyu (proses symba) dikembangkan di Swedia untuk produksi biomassa menggunakan
khamir Endomycopsis fibulinger untuk menghidrolisis pati menjadi gula yang dapat
difermentasi.

d. Sulphite Waste Liquor


Sulphite Waste Liquor (SWL) dari industri kertas mengandung gula dari hidrolisis
hemiselulosa dalam kayu. Komposisi SWL tergantung kayu yang digunakan. Gula yang
mengandung limbah yang berasal dari pembuatan bubur kertas industri terutama digunakan
untuk budidaya ragi.
e. Selulosa
Selulosa paling dominan ditemukan sebagai lignoselulosa dalam dinding sel tumbuhan,
yang mana terbentuk dari 3 polimer yaitu: selulosa, hemiselulosa dan lignin. Lignoselulosa
tersedia dari pertanian, hutan, limbah industri maupun domestik. Komponen selulosa adalah
sebagian kristal, bertatahkan dengan lignin, dan menyediakan luas permukaan kecil untuk
serangan enzim. Ini umumnya digunakan dalam fermentasi substrat padat untuk menghasilkan
berbagai jamur.

f. Whey
Whey adalah produk samping dari suatu indutri harian (industri keju ataupun susu). Whey
merupakan hasil samping keju yang merupakan protein yang sulit menggumpal seperti kasein
pada keju. Bahan ini cukup mahal untuk dijual. Oleh karena itu laktosa pekat sering disiapkan
untuk fermentasi selanjutnya dari penguapan whey disertai dengan pemindahan protein susu
yang digunakan sebagai misalnya, suplemen makanan.

g. Lemak dan Minyak


Minyak nabati dan minyak ikan biasanya digunakan sebagai sumber karbon primer atau
suplementer, khususnya produksi antibiotic. Minyak nabati umumnya terbuat dari biji kapas,
jagung, buah zaitun, palm, dan kedelai. Oleh karena itu, minyak dapat berguna secara khusus
dalam operasi fed-batch, dengan kapasitas cadangan dibutuhkan utuk memuat penambahan ke
sumber karbon.

2.3 SUMBER MINERAL

Mineral penting dalam formulasi media yaitu magnesium (Mg), kalium (K), sulfur (S),
kalsium (Ca) dan klor (Cl) harus ditambahkan secara khusus. Kobal (Co), Tembaga (Cu), Besi
(Fe), Mangan (Mn), Molibdenum (Mo) dan Seng (Zn) penting dalam aktivitas mikroba, dan
umumnya terdapat dalam bahan dasar sebagai impurities (pada tetes atau limbah pati jagung).
Media fermentasi seperti CaCO3 juga dibutuhkan oleh mikroorganisme sebagai sumber
nutrisi dan mineral untuk pertumbuhannya dalam memperoleh energi, pembentukan sel, dan
biosintesis produk-produk metabolisme.
Penambahan sumber karbon seperti glukosa dan mineral lain seperti NaCl salah satunya,
dilakukan untuk menunjang pertumbuhan mikroorganisme sehingga dengan memberikan nutrisi
dan mineral tambahan ketersediaan nutrien bagi mikroorganisme dapat terjamin yang membuat
mikroorganisme dapat melakukan metabolismenya dengan baik dan dapat memproduksi produk
dengan aktivitas terbaik
BAB II
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Untuk membentuk media fermentasi harus mencukupi kebutuhan mikroorganisme yang
terlibat. Nurisi berupa makro nutrient seperti C, H, O, N diperlukan dalam jumlah yang cukup
banyak. Sedangkan Mikronutrien seperti Mg, P, S, Fe, Cu, Zn dan Mo diperlukan dalam jumlah
yang sangat sedikit.
Media yang merupakan sumber karbon dapat di temukan pada molase, ekstrak gandum,
pati, sulphite waste liquor, selulosa, whey dl.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Nur., dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi.


Waites, M.J., dkk. 2005. Industrial Microbiology. An Introduction. Malden: Blackwell Science
Ltd.

Anda mungkin juga menyukai