Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrobiologi Industri merupakan suatu usaha memanfaatkan mikrobia


sebagai komponen untuk industri atau mengikut sertakan mikrobia dalam
prosesnya. Mikrobia dalam industtri mengasilkan beberapa macam produk,
diantaranya zat kimia, seperti asam organik, gliserol dan alkohol. Selain itu juga
antibiotik, zat tumbuh, enzim, makanan dan minuman, pengawet dan sebagainya.

Dalam suatu proses fermentasi hal yang sangat penting adalah media
fermentasi. Karena segala proses metabolisme tergantung bahan (medium) yang
tersedia. Terdapat banyak sumber nutrisi yang harus dipenuhi dalam membentuk
media suatu fermentasi adalah Sumber karbon yang terdiri dari molasses, pati,
sulphite waste liquor, selulosa, whey, hidrokarbon, minyak dan lemak. Semua
kebutuhan unsur dan sumber nutrisi yang lain seperti nitrogen, air, mineral,
vitamin, oksigen dan lain sebagainya akan dijelaskan dalam makalah yang
berjudul “Media Fermentasi”

1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Fermentasi?

2. Bagaimanakah Pembentukan Media Fermentasi?

3. Bagaimanakah Sumber Mineral, Vitamin dan Prekursor dalam Media


Fermentasi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Fermentasi.

2. Mengetahui Proses Pembentukan Media Fermentasi.

3. Mengetahui sumber mineral, vitamin, dan perkursor dalam media


fermentasi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fermentasi

2.1.1 Pengertian Fermentasi

Dalam arti umum menurut Tarigan (1988) fermentasi dapat didefinisikan


sebagai proses metabolisme dimana akan terjadi perubahan-perubahan kimia
dalam substrat organik, kegiatan atau aktivitas mikroba yang membusukkan
bahan-bahan yang difermentasi. Perubahan kimia tadi tergantung pada macam
bahan, macam mikroba, pH, suhu, adanya aerasi atau usaha lain yang berbeda
dengan faktor-faktor diatas, misalnya penambahan-penambahan bahan tertentu
untuk menggiatkan fermentasi.

Berdasarkan kebutuhan oksigen, maka fermentasi dibedakan menjadi dua


yaitu fermentasi aerob adalah proses disimilasi bahan-bahan disertai dengan
pengambilan oksigen. Proses ini disebut juga proses respirasi atau oksibiosis
contohnya fermentasi asam nitrat, asam cuka dan lain-lain.

Fermentasi anaerob, yaitu fermentasi yang tidak membutuhkan oksigen


tetapi bahan-bahan lain akan bertindak sebagai haccaptor, misalnya aldehide atau
physic acid. Mikroba yang melakukan fermentasi ini adalah ragi, beberapa jamur
dan bakteri (Tarigan, 1988).

Berdasarkan proses yang dihasilkan oleh mikroba, fermentasi dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu:

1. Fermentasi yang memproduksi sel mikroba (biomass). Produksi komersial


dari biomass dapat dibedakan menjadi produksi yeast untuk industri roti, dan
produksi sel mikroba untuk digunakan sebagai makanan manusia dan hewan.

2. Fermentasi yang menghasilkan enzim dari mikroba. Secara komersial, enzim


dapat diproduksi oleh tanaman, hewan, dan mikroba, namun enzim yang
diproduksi oleh mikroba memiliki beberapa keunggulan yaitu, mampu
dihasilkan dalam jumlah besar dan mudah untuk meningkatkan produktivitas
bila dibandingkan dengan tanaman atau hewan.

3. Fermentasi yang menghasilkan metabolit mikroba. Metabolit mikroba dapat


dibedakan menjadi metabolit primer dan metabolit sekunder. Produk
metabolisme primer yang dianggap penting contohnya etanol, asam sitrat,
polisakarida, aseton, butanol, dan vitamin. Sedangkan metabolit sekunder

2
yang dihasilkan mikroba contohnya antibiotik, pemacu pertumbuhan, inhibitor
enzim, dan lain-lain.

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Fermentasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses fermentasi, antara lain


adalah sebagai berikut :

1. PH

Makanan yang mengandung asam biasanya tahan lama, tetapi jika oksigen
cukujumlahnya dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung terus,
maka daya awet dari asam tersebut akan hilang. Tingkat keasaman sangat
berpengaruh dalam perkembangan bakteri.kondisi keasaman yang baik untuk
bakteri adalah 4,5-5,5. Mikroba tertentu dapat tumbuh pada kisaran pH yang
sesuai untuk pertumbuhannya. Khamir dapat hidup pada pH rendah yaitu antara
1-2.

2. Suhu

Suhu yang digunakan dalam fermentasi akan mempengaruhi mikroba yang


berperan dalam proses fermentasi. Suhu optimal pada proses fermentasi yaitu 35°
C dan 40° C.

3. Oksigen

Derajat an aerobiosis adalah merupakan faktor utama dalam pengendalian


fermentasi. Bila tersedia O2 dalam jumlah besar, maka produksi sel-sel khamir
dipacu. Bila produksi alkohol yang dikehendaki, maka diperlukan suatu
penyediaan O2 yang sangat terbatas. Produk akhir dari suatu fermentasi sebagian
dapat dikendalikan dengan tegangan O2 substrat apabila faktor-faktor lainnya
optimum.

4. Substrat

Mikroba memerlukan substrat yang mengandung nutrisi sesuai dengan


kebutuhan untuk pertumbuhannya.

5. Waktu

Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi


pertumbuhannya. Pada kondisi optimal, bakteri akan membelah sekali setiap 20
menit. Untuk beberapa bakteri memilih waktu generasi yaitu selang waktu antara

3
pembelahan, dapat dicapai selama 20 menit. Jika waktu generasinya 20 menit
pada kondisi yang cocok sebuah sel dapat menghasilkan beberapa juta sel selama
7 jam.

2.1.3 Hal-Hal yang diperlukan dalam Fermentasi

Sebagai suatu proses fermentasi memerlukan:

1. Mikroba sebagai inokulum

2. Tempat (wadah) untuk menjamin proses fermentasi berlangsung dengan


optimal

3. Substrat sebagai tempat tumbuh (medium) dan sumber nutrisi bagi


mikroba

2.2 Pembentukan Media

Pada umumnya fermentasi membutuhkan media cair, untuk membantu


proses pernafasan. Meskipun demikian, fermentasi substrat padat juga banyak
digunakan. Media fermentasi harus memenuhi kebutuhan nutrisi mikroorganisme
dan mendukung proses teknik perlakuan objek. Nutrisi mikroorganisme harus
terbentuk/ terformulasikan untuk mendukung proses sintesis dalam membentuk
produk yang diinginkan begitu juga biomassa sel dan metabolik tertentu (Waites,
dkk, 2005).

Suatu strain yang mampu memberikan hasil yang tinggi dari produk yang
diinginkan saat dikembangkan dalam laboratorium belum tentu memberikan hasil
yang sama ketika diaplikasikan dalam skala industri. Dalam bidang industri yang
diperlukan adalah medium yang cocok secara ekonomi. Medium tersebut dapat
berupa padat atau cair (Hidayat, dkk, 2006)

Pada fermentasi antibiotika, bahan baku yang digunakan tidak boleh


mahal, karena produk yang dihasilkan tidak mahal. Namun pada produksi steroid,
produk bernilai lebih mahal sehingga penggunaan substrat dapat dipilih yang lebih
dominan agar dihasilkan produk yang lebih banyak. Dalam fermentasi
konvensional, umumnya dipakai bahan baku yang tidak mahal, misalnya biji-
bijian, daging, prosesing serat dan sebagainya. Dalam perkembangan produk
bioteknologi dibutuhkan medium yang mahal seperti untuk pertumbuhan sel
mamalia dan tanaman (hidayat, dkk, 2006).

4
Medium kultur harus mengandung semua elemen yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan mikroba, dalam proporsi yang serupa dengan dengan adanya sel
pada mikroba (Waites, dkk, 2005).

Tabel 1. Unsur-unsur yang ada pada mikroba

Unsur Fungsi fisiologi Berat kering (%)


Hidrogen Penyusun senyawa 8
organic
Oksigen Penyusun senyawa 20
organic
Karbon Penyusun senyawa 50
organic
Nitrogen Penyusunan protein, asam 14
nukleat dan koenzim
Sulfur Penyusun protein dan 1
beberapa koenzim
Fosfor Penyusun asam nukleat, 3
fosfolipid dan koenzim
Magnesium Kofaktor pada sejumlah 0,5
reaksi enzim (ATP)
Mangan Kofaktor pada beberapa 0,1
enzim
Kalsium Kofaktor pada beberapa 0,5
enzim (protease)
Besi Penyusun sitokrom, 0,2
protein non-heme dan
kofaktor pada beberapa
enzim
Kobalt Penyusun vitamin B12 0,03
Tembaga, Seng, Penyusun beberapa enzim 0,03
Molybdeum
(sumber: Hidayat, dkk, 2006)

Umumnya yang disebut makronutrien adalah yang dibutuhkan dalam


jumlah yang besar seperti C, H, O dan N. Mesonutrien dibutuhkan dalam jumlah
yang lebih sedikit seperti Mg, P, S dan mikronutrien dibutuhkan dalam jumlah
yang sangat sedikit seperti Fe, Cu, Zn dam Mo (hidayat,dkk, 2006).

Kebanyakan fermentasi, kecuali keterlibatan substrat padat, membutuhkan


jumlah air yang banyak dalam pembentukan media. Kebutuhan media secara
umum termasuk didalamnya adalah sumber karbon, yang mana sebenarnya semua
industri fermentasi menghasilkan energi dan unit karbon untuk biosintesis, dan
sumber nitrogen, sumber fosfor, sulfur dan unsur lain yang diperlukan dalam
jumlah yang sangat sedikit juga harus tersedia, dan beberapa mikroorganisme

5
membutuhkan penambahan vitamin, seperti biotin dan riboflavin. Fermentasi
aerobik tergantung pada oksigen yang berkelanjutan sedangkan fermentasi
anaerob membutuhkan aerasi awal dari media, misalnya fermentasi bir. Biasanya,
media menggabungkan buffer atau pengontrol pH dengan penambahan asam
ataupun basa, dan agent antibusa yang mungkin dibutuhkan. Pada beberapa
proses, pendahuluan, senyawa induksi atau inhibitor dikenalkan pada tingat/ taraf
tertentu dari fermentasi (waites, dkk, 2005).

Saat kebutuhan unsur mikroorganisme sudah ditetapkan, sumber nutrisi


yang cocok dapat digabungkan kedalam media untuk memenuhi permintaan ini.
Meskipun demikian, ini penting untuk diketahui, masalah potensial dapat timbul
ketika menggunakan senyawa tertentu. Misalnya, mempercepat metabolism dapat
menekan pembentukan produk. Untuk menagani masalah ini, dilakukan
penambahan medium segar secara berkala ataupun kontinyu. Perlakuan ini dapat
diangkat untuk memelihara konsentrasi zat (yang mengganggu pembentukan
produk) sehingga relatif rendah agar tidak lagi bersifat menekan. Nutrisi media
tertentu atau kondisi lingkungan dapat mempengaruhi tidak hanya fisiologi dan
biokimia tetapi juga morfologi dari mikroorganisme tersebut. Di dalam beberapa
yeast, sel tunggal dapat berkembang ke dalam pseudo-miycelium atau flocculate,
filament jamur dapat membentuk lempengan. Hal mungkin tidak sebagai
keinginan utama, namun perubahan morfologi dapat mempengaruhi produk dan
sifat fermentasi yang lain.

Fermentasi skala industri pada dasarnya menggunakan pembagian


kompleks untuk mendapatkan harga ongkos yang efektif, dimana sumber karbon
dan nitrogen hampir tidak dapat ditegaskan dengan jelas. Kebanyakan didapat dari
material alami seperti hewan dan tumbuhan, sering juga menggunakan by produk
dari industry lainnya dengan divariasikan komposisi variabel. Pengaruh variasi
batch-to-batch harus ditentukan. Percobaan skala kecil, biasanya dipertunjukkan
dengan setiap batch baru untuk substrat, khususnya untuk menguji adanya
tabrakan yield produk dan tahap pemulihan produk (Waites, dkk, 2005).

Faktor utama yang mempengaruhi pilihan akhir bahan baku tersendiri


yang diikuti/ digunakan (waites, dkk, 2005).

1. Ongkos dan pendapatan; sempurnanya, bahan haruslah tidak mahal dan


tidak perlu ditanya kualitasnya dan setiap tahun/ sepanjang tahun bahan tersebut
dapat didapatkan.

2. Pengendaliannya mudah untuk bentuk padatan ataupun cairan, begitu juga


ongkos penyimpanan misalnya memerlukan pengontrolan suhu.

6
3. Kebutuhan sterilisasi dan potensi masalah perubahan sifat.

4. Pembentukan, pencampuran, pengompleksan sifat viskositas yang


mungkin mempengaruhi pergerakan dan aerasi selama fermentasi dan proses
tingkat downstream.

5. Konsentrasi produk target yang dicapai, kecepatan pembentukannya, dan


yield per gram substrat yang digunakan.

6. Level dan range ketidakmurnian dan muncul dan berkembangan produk


yang tidak diinginkan selama proses berlangsung.

7. Kesehatan dan keselamatan untuk semua.

Bahan mentah substrat harus disesuaikan dengan ekonominya, namun jika


tingkat ketidakmurnian dari substrat tinggi, maka tidak menutup kemungkinan
akan membutuhkan ongkos lebih dan pemulihan yang kompleks. Selain itu juga
membutuhkan purifikasi pada downstream dan bisa juga meningkatkan biaya
penanganan limbahnya. Sifat fisika dan kimia dalam medium yang terbentuk
dapat mempengaruhi operasi sterilisasi. Medium yang mudah disterilkan dengan
panas yang relatif rendah adalah yang sangat penting. Panas tidak hanya
mengurangi komposisi spesifik/ tertentu, namun juga membentuk inhibitor by
produk (penghalang) yang dapat menjadi pengganggu pada proses downstream
(waites, dkk, 2005).

2.2.1 Fermentasi Media Cair

Fermentasi media cair diartikan sebagai fermentasi yang melibatkan air


sebagai fase kontinyu dari sistem pertumbuhan sel yang bersangkutan atau
substrat baik sumber karbon maupun mineral terlarut atau tersuspensi sebagai
partikel-partikel dalam fase cair. Fermentasi cair meliputi minuman anggur dan
alkohol, fermentasi asam cuka, yogurt dan kefir.

Fermentasi cair dengan teknik tradisional tidak dilakukan pengadukan,


berbeda dengan fermentasi teknik fermentasi cair modern melibatkan fermentor
yang dilengkapi dengan pengaduk agar medium tetap homogen, aerasi, pengatur
suhu (pendingin atau pemanasan) dan pengaturan pH. Proses fermentasi cair
modern dapat dikontrol lebih baik dan hasil uniform dan dapat diprediksi. Juga
tidak dilakukan sterilisasi, namun pemanasan, perebusan dan pengukusan
mematikan banyak mikroba competitor.

Jenis-jenis fermentasi media cair yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

7
a. Fermentasi yang diagitasi dimana substratnya larut dalam air.

Jenis fermentasi ini dikerjakan dalam suatu labu atau gelas yang cocok
atau yang lebih modern dengan menggunakan fermentor dimana substratnya larut
sempurna dalam air. Pengambilan substrat oleh mikroba melalui fase larutan
dalam air. Pada kultur labu yang dikocok, agitasi dilakukan dengan bantuan alat
pengocok (shaker). Pada fermentor agitasi dikerjakan dengan pengaduk yang
dijalankan oleh motor dan dapat dibantu oleh aerasi (gelembung udara).

b. Fermentasi yang diagitasi dimana zat yang tak larut dalam air tersuspensi
dalam fasa cair.

Pada fermentasi ini substrat zat padat tidak larut dalam air tetapi dalam
bubuk-bubuk halus yang tersuspensi dalam sejumlah air yang banyak. Garam dan
zat hara lain mungkin terlarut dalam air. Konsentrasi substrat dalam media dapat
bervariasi mulai dari satu persen sampai pada suatu keadaan yang menyerupai
bubur. Pengambilan substrat oleh mikriba biasanya disertai dengan produksi suatu
faktor yang dapat melarutkan yang mungkin sifatnya ekstraseluler atau terletak
didalam dinding dalam air sehingga partikel substrat tersipresi secara merata
dalam medium yang mengandung air agar terjadi kontak dengan mikroba secara
maksimum.

c. Fermentasi yang diagitasi dimana zat cair yang tak larut dalam air
tersuspensi dalam fase cair.

Jenis fermentasi ini dan mekanisme pengambilan substrat dengan yang kedua
kecuali substrat bersifat cair.

d. Fermenatasi yang tidak diagitasi dimana substratnya larut dalam fasa cair.

Pada fermentasi ini substrat larut dalam air tetapi medianya tidak diagitasi atau
dikocok. Pengambilan substrat melalui fase cair. Medium didistribusikan berupa
larutan yang dangkal dalam suatu baki atau dalam suatu wadah yang mempunyai
permukaan yang luas dan dalamnya media biasanya 2,5 – 5,0 cm untuk produksi
yang sangat tinggi.

2.2.2 Fermentasi Media Padat

Fermentasi media padat merupakan proses fermentasi yang berlangsung


dalam substrat tidak terlarut, namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak
mengalir bebas. Produk dari fermentasi media padat misalnya oncom, kecap, dan
tape.

8
Fermentasi media (substrat) padat mempunyai kandungan nutrien per
volume jauh lebih pekat sehingga hasil per volume dapat lebih besar. Adapun
faktor yang mempengaruhi fermentasi media padat diantaranya:

a. Kadar air: kadar optimum tergantung pada substrat, organisme, dan tipe
produk akhir. Kisaran kadar air yang optimal adalah 50-75%. Kadar air yang
tinggi akan mengakibatkan penurunan porositas, pertukaran gas, difusi oksigen,
volume gas, tetapi meningkatkan resiko kontaminasi dengan bakteri.

b. Temperatur: temperatur berpengaruh pada laju reaksi biokimia selama


proses fermentasi

c. Pertukaran gas: pertukaran gas antara fase gas dengan substrat padat
mempengaruhi proses fermentasi.

2.3 Media Fermentasi

2.3.1 Pengertian Media Fermentasi

Medium merupakan bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dapat
digunakan untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat fisiologi, dan
perhitungan jumlah bakteri. Medium merupakan faktor penentu yang utama
berhasil tidaknya suatu proses fermentasi.

2.3.2 Jenis-Jenis Media Fermentasi

Berdasarkan komponen kimianya, medium fermentasi dapat dibedakan menjadi:

1. Media Sintetik

Media Sintetik adalah media yang komponen utamanya bahan anorganik

2. Medium non-sintetik (kompleks)

Medium non-sintetik (kompleks) yang komponen utamanya bahan organik.


Misalnya ekstrak kentang, ekstrak kecambah.

3. Medium diperkaya

Media diperkaya yaitu media yangditambah senyawa tertentu, untuk


menumbuhkan mikroba tertentu.

4. Media Selektif

9
Media selektif adalah ditambah senyawa tertentu agar untuk menseleksi
mikroorganisme tertentu.

2.3.3 Pemilihan Media Fermentasi

Kriteria pemilihan media fermentasi antara lain:

1. Konsentrasi produk dalam media maksimum

2. Kecepatan pembentukan produk maksimum

3. Produk samping yang tidak diinginkan seminimal mungkin

4. Permasalahan yang dihadapi dari segi pelaksanaan proses, aerasi, agitasi,


ekstraksi dan pemurnian produk serta penanganan limbah seminimal mungkin.

5. Harganya relatif murah, kualitasnya konsisten dan kontinuitas


ketersediaannya terjamin.

6. Yield produk per unit substrat maksimum.

Contoh: Tetes gula tebu, tetes gula bit, serealia, pati, glukosa, sukrosa dan laktosa
sebagai sumber karbon.

Garam amonium, urea, nitrat, bungkil kedele sebagai sumber nitrogen.

2.3.4 Komponen Penyusun Media

Medium fermentasi memiliki fungsi untuk menyediakan semua nutrisi


yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memperoleh energi, pembentukan
sel dan biosintesis produk-produk metabolisme. Oleh karena itu, suatu medium
fermentasi harus mengandung komponen-komponen yang diperlukan oleh
mikroorganisme dalam proses fermentasi. Komponen-komponen tersebut adalah:

1. Sumber Mineral (Air)

Mineral penting dalam formulasi media yaitu magnesium (Mg), kalium


(K), sulfur (S), kalsium (Ca) dan klor (Cl) harus ditambahkan secara khusus.
Kobal (Co), Tembaga (Cu), Besi (Fe), Mangan (Mn), Molibdenum (Mo) dan Seng
(Zn) penting dalam aktivitas mikroba, dan umumnya terdapat dalam bahan dasar
sebagai impurities (pada tetes atau limbah pati jagung). Harus ada penelitian
untuk menentukan kebutuhannya secara tepat. Pendekatan dilakukan dengan
mengukur kadar abu mikrobia (5% berat biomass) dan umumnya tediri atas
fosfor 60%, sulfur 20 % dan logam-logam.

10
Media fermentasi seperti CaCO3 juga dibutuhkan oleh mikroorganisme
sebagai sumber nutrisi dan mineral untuk pertumbuhannya dalam memperoleh
energi, pembentukan sel, dan biosintesis produk-produk metabolisme.
Penambahan sumber karbon seperti glukosa dan mineral lain seperti NaCl salah
satunya, dilakukan untuk menunjang pertumbuhan mikroorganisme sehingga
dengan memberikan nutrisi dan mineral tambahan ketersediaan nutrien bagi
mikroorganisme dapat terjamin yang membuat mikroorganisme dapat melakukan
metabolismenya dengan baik dan dapat memproduksi produk dengan aktivitas
terbaik. Selain itu, NaCl juga berfungsi sebagai media selektif atau media
penghambat dalam menekan. pertumbuhan mikroorganisme lain dan merangsang
pertumbuhan mikroorganisme yang diinginkan. Semua proses fermentasi, kecuali
solid-substrat fermentasi, memerlukan sejumlah besar air karena air merupakan
komponen utama dalam medium fermentasi digunakan sebagai pelarut alami.

2. Sumber Vitamin

Sumber yang digunakan untuk merancang media fermentasi juga harus


mengandung setidaknya beberapa dari yang diperlukan vitamin sebagai
kontaminan ringan. Sumber karbon dan nitrogen biasanya sudah mengandung
vitamin. Pada produksi asam asetat perlu penambahan Ca pantotenat. Pada
produksi asam glutamat perlu penambahan biotin.

Banyak bakteri dapat mensintesis semua vitamin yang diperlukan dari elemen
dasar. Untuk bakteri lainnya, jamur berfilamen dan ragi, mereka harus
ditambahkan sebagai suplemen untuk media fermentasi. Paling alami karbon dan
nitrogen Sumber juga mengandung setidaknya beberapa dari yang diperlukan
vitamin sebagai kontaminan ringan. Lainnya yang diperlukan faktor pertumbuhan,
asam amino, nukleotida, asam lemak dan sterol, ditambahkan baik dalam bentuk
murni atau, untuk ekonomi alasan, sebagai tanaman lebih murah dan ekstrak
hewan. Mikroba tertentu tidak dapat menyintesis factor tumbuhan untuk dirinya
sendiri. Beberapa mikroba tidak membutuhkan factor tumbuh. Sebagian contoh
sejumlah spesies bakteri tumbuh secara baik pada medium sederhana campuran
dari glukosa-amonium, campuran garam-garam jika membutuhkan factor tumbuh
biasanya kelompok vitamin Biasanya senyawa yang mirip, asam amino tertentu
atau beberapa asam lemak. Factor tumbuh dibutuhkan dalam kosentrasi rendah
oleh mikrobia auksotrof .Pertumbuhan auksotrof berkaitan dengan konsentrasi
tersebut. Sebagai teladan, strain bakteri asam laktat Lactobacilus arabinosus
memberikan reaksi terhadap adanya 10-7 g biotin/L.

Banyak factor tumbuh ikut dalam reaksi enzim karena membentuk bagian
struktur berbagai enzim. Factor tumbuh biasanya ada dalam bahan yang
digunakan sebagai sumber karbon dan nitrogen dalam pembuatan medium. Dapat

11
pula factor tumbuh diberikan dalam medium seperti ekstrak khamir, ekstrak hati,
atau residu destilasi untuk meningkatkan hasil (misalnya dalam produksi
riboflavin secara fermentasi)

Factor tumbuh mungkin dapat pula digunakan dalam konsentrasi tinggi.


Satu contohnya adalah muatan auksotrof yang digunakan dalam produksi asam
amino. Dalam fermentasi lisin, jumlah treonin atau metionin (factor tumbuh untuk
produksi lisin ) tidak dapat lebih dari 200mg/L.

Banyak bakteri dapat mensintesis semua vitamin yang diperlukan dari


elemen dasar. Untuk bakteri lainnya, jamur berfilamen dan ragi, mereka harus
ditambahkan sebagai suplemen untuk media fermentasi. Paling alami karbon dan
nitrogen Sumber juga mengandung setidaknya beberapa dari yang diperlukan
vitamin sebagai kontaminan ringan. Lainnya yang diperlukan faktor pertumbuhan,
asam amino, nukleotida, asam lemak dan sterol, ditambahkan baik dalam bentuk
murni atau, untuk ekonomi alasan, sebagai tanaman lebih murah dan ekstrak
hewan.

3. Prekursor

Beberapa komponen dalam medium berfungsi sebagai pengendali


pembentukan produk prekursor, penghambat atau pemacu proses metabolisme.
Penambahan prekursor fenil asam asetat akan meningkatkan produksi penisilin
hingga tiga kali lipat. Pembentukan gliserol akan dipercepat dengan penambahan
Na-metabisulfit karena pembentukan asetaldehida dihambat. Akumulasi asam
glutamat dalam media akan bertambah dengan penambahan penisilin karena
meningkatnya permeabililtas dinding sel. Akumulasi asam sitrat akan naik dengan
adanya fosfat pada pH 2.0 karena terhambatnya pembentukan asam oksalat.
Penambahan pati dan maltosa yang bersifat sebagai inducer dapat memacu
pembentukan amilase oleh Aspergillus sp. Penambahan selulosa akan memacu
pembentukan enzim selulaseoleh Trichoderma viridae.

Beberapa fermentasi membutuhkan suplemen precursor spesifik terutama


untuk produksi metabolit sekunder. Jika dibutuhkan, maka penambahan sering
dilakukan dengan jumlah yang terkontrol dan dalam bentuk yang relatif murni.
Contoh nya adalah asam fenilasetat atau penilalasetamida yang ditambahkan
sebagai precursor rantai sampimg dalam produksi penisilin. D-treonin digunakan
sebagai precursor dalam produksi L-isoleusin oleh serratia marcescens, dan asama
antranilat ditambahkan pada produksi L-triptofan oleh khamir Hansenula
anomala.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Formulasi media merupakan tahap yang penting dalam industri fermentasi.


Sehingga, biaya pembuatan media merupakan faktor kritis bagi aspek ekonomi
suatu proses fermentasi. Dalam industri fermentasi diperlukan substrat yang
murah, mudah, tersedia, dan efisien penggunaannya

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan sumber karbon dan nitrogen


(rasio C : N) dalam industri fermentasi adalah : dapat memproduksi biomassa
dengan hasil maksimum untuk setiap gram substratnya , dapat menekan
pembentukan produk yang tidak diinginkan sampai serendah mungkin , dan
memungkinkan pembentukan produk fermentasi dengan laju maksimum serta
mutu yang konsisten.

3. Terdapat empat kelompok mikroba berdasarkan sumber energi, karbon,


dan elektron, yaitu : Fotoautotrofik litotrof, Fotoheterotrofik organotrof,
Kemoautotrofik litotrof, dan Kemoheterotrofik organotrof

4. Medium fermentasi memiliki fungsi untuk menyediakan semua nutrisi


yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memperoleh energi, pembentukan
sel dan biosintesis produk-produk metabolisme dengan komponen- komponen air,
sumber karbon, sumber nitrogen, mineral, vitamin, buffer, anti buih, oksigen.

5. Media fermentasi terbagi menjadi dua yaitu fermentasi media cair (liquid
state fermentation, LSF) dan fermentasi media padat (solid state fermentation,
SSF) dan proses fermentasi dapat dilakukan melalui kultur permukaan yang
menggunakan medium padat atau semi padat dan kultur terendam yang
menggunakan medium cair

13
DAFTAR PUSTAKA

Arpansi Andiko,. 2008. “Fermentasi Antibiotik” (Online)


http://andheklawbae.blogspot.com (di akses pada 27 September 2017)

Hidayat, Nur., dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Waites, M.J., dkk. 2005. Industrial Microbiology. An Introduction. Malden:


Blackwell Science Ltd.

Bioteknologi Fermentasi. http://staff.uny.ac.id/biotekfermentasi05.pdf (di akses


pada 27 September 2017)

14

Anda mungkin juga menyukai