I.
PENDAHULUAN
I.2. Tujuan
Adapaun tujuan dari makalah ini yaitu menjelaskan cara pengolahan buah
kelapa mulai dari tempurung, daging dan air kelapa menjadi produk-produk yang
memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
I.3. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan dan
resep baru pengolahan buah kelapa menjadi prduk yang memiliki nilai ekonomis
yang tinggi.
II. PEMBAHASAN
II.1.
dahulu.
Setelah kering, tempurung kelapa dipanaskan didalam tungku (pirolisis) hingga
membentuk arang.
Setelah terbentuk arang, kemudian arang tersebut digiling sampai membentuk
serbuk arang. Serbuk arang tersebut kemudian dicampur dengan perekat,
5. Asap disuling lagi untuk kedua kalinya. Hasilnya berupa asap cair yang
berwarna putih yang termasuk kelas satu. Lantaran tanpa aroma, asap cair itu
digunakan sebagai bahan pengawet bahan makanan siap saji seperti mie basah,
bakso, dan tahu.
Arang yang telah dicuci dikeringkan dengan oven dengan selama 6 jam.
Pemanasan
dilanjutkan lagi pada suhu 100o C selama 20 menit, dinginkan dengan air dingin
secara cepat, ditambah asam sitrat sampai pH 4,0, bahan pengawet 0,1% dan flavor
0,1%, lalu ditutup. Mutu produk koktil kelapa dapat dipertahankan sampai 6 minggu.
Selain itu, buah kelapa muda dapat juga diolah sebagai berikut : Air kelapa disaring
dan daging kelapa dikerik, kemudian campuran air kelapa dan daging kelapa
ditambah sirup (kadar total padatan 15 Brix) dan pH 4,5 (penambahan asam sitrat),
dimasukkan dalam kantong plastik tebal 0,07 mm, dipasteurisasi, setelah dingin
disimpan pada suhu 10oC
II.2.2. Selai kelapa (Lay & Pasang, 2012)
Pengolahan selai kelapa muda diperlukan penambahan gula. Perbandingan
daging kelapa muda umur 8-9 bulan dan gula 1:1. Untuk pengolahan selai dibutuhkan
bahan yang dapat memberikan tingkat homogenitas tinggi. Kadar protein,
galaktomanan dan fosfolipida tinggi, menunjang sifat yang dibutuhkan produk selai.
Pengolahan selai dilakukan dengan cara: daging buah kelapa muda dihaluskan
lalu dimasak sambil diaduk, disamping itu gula dimasak sampai agak berubah warna
seperti karamel, kemudian dituangkan ke dalam adonan daging kelapa muda yang
mulai masak. Campuran tersebut dimasak lagi sambil diaduk hingga berbentuk pasta,
kemudian ditambah natrium benzoat 0,1% dan asam sitrat 0,05%, dikemas pada
kemasan botol, dan produk ini dapat disimpan selama 2 bulan.
II.2.3. Minyak kelapa
Pengolahan minyak cara kering skala kecil yang dikembangkan di Sri Lanka
dengan metode Intermediate Moisture Content (IMC) adalah sebagai berikut : kelapa
diparut dan dikeringkan dengan sinar matahari, kelapa parut kering (kadar air 1112%) dikempa dengan alat semi mekanis menghasilkan minyak tidak berwarna,
aroma khas, kadar air 0,1%, kadar ALB 0,1% dengan hasil samping bungkil putih.
Kelemahan metode IMC adalah kapasitas olah rendah 200 butir per hari dan
pengeringan ampas kelapa tergantung cuaca. Teknologi ini lebih sesuai pada daerah
dengan upah tenaga kerja rendah dan terdapat industry pengolahan yang
menggunakan bahan baku bungkil putih.
Pengolahan minyak kelapa cara kering sistem mekanis dengan skala
menengah yang populer adalah metode Tinytech Oil Mill (TOM) dari India dan
metode direct micro expelling system (DMES) dari Australia. Metode TOM
menggunakan bahan baku kopra dengan kapasitas olah 3 ton kopra/hari. Kopra
dengan digiling dan dipanaskan, dikempa dan disaring untuk memperoleh minyak
kelapa kasar dan bungkil. Metode DMES menggunakan cara pengolahan daging
kelapa segar dengan kapasitas olah untuk 24 jam operasi adalah 60-150 kg minyak
murni . Daging kelapa diparut, dikeringkan dengan sistem oven, dan dikempa untuk
menghasilkan minyak berkadar ALB kurang dari 0,02%.
Teknologi pengolahan cara kering yang menggunakan bahan baku kopra telah
berkembang secara luas sampai sekarang dalam industri pengolahan minyak kelapa
skala besar, yakni : (a) pengolahan minyak kelapa kasar dengan sistem kempa
mekanis kapasitas 20-150 ton kopra/hari, (b) pengolahan minyak kelapa kasar dengan
bahan pelarut kapasitas 150 ton kopra/hari dan (c) pengolahan minyak makan dan
tepung kelapa kapasitas 150 ton kopra/hari.
Pengolahan minyak kelapa cara basah (Wet process) adalah cara pengolahan
minyak melalui proses santan terlebih dahulu. Santan difermentasi atau dimasak,
disaring untuk memperoleh minyak kelapa. Pengolahan minyak cara basah di tingkat
petani mempunyai kapasitas olah rendah, tidak efisien, dan minyak mudah tengik
karena pemasakan kurang sempurna. Minyak kelapa yang diolah secara tradisional
dengan cara basah dikenal dengan nama minyak klentik.
Pada tahun 1971, pengolahan minyak cara basah yang dikenal dengan metode
Aqueous Process mulai dikembangkan. Teknik pengolahannya adalah daging kelapa
diparut, ditambahkan air dengan perbandingan 1:1, dikempa untuk memperoleh
santan. Santan disentrifuse menghasilkan tiga lapisan yakni krim (lapisan atas), skim
(lapisan tengah) dan residu (lapisan bawah). Pada proses lanjut, krim akan
menghasilkan minyak, skim menghasilkan cocopro syrup, dan residu menghasilkan
cocotein. Minyak yang dihasilkan bermutu tinggi, dikategorikan sebagai minyak
murni (clear oil atau natural oil), dan hasil ikutannya berupa tepung kelapa dan arang
(Hagenmaier, 1977).
II.2.4. Coconut milk (Kartika Sari, 2011)
Coconut milk merupakan emulsi minyak dalam air sehingga berupa larutan
pekat dan berwarna putih, mempunyai aroma kelapa. Coconut milk dikenal dengan
nama dagang seperti : coconut cream, natural coco-extract, dan creama de coco.
Spesifikasi produk coconut milk sangat tergantung dari tingkat kematangan buah
kelapa sebagai bahan baku utama, sehingga komposisi produk pada beberapa negara
berbeda pula.
10
dihasilkan daging buah, tempurung, dan air kelapa. Kulit air yang masih
melekat pada daging buah, kemudian dikupas
Daging buah kemudian dicuci dengan air untuk memisahkan kotoran yang
terikut pada proses sebelumnya.
Pada proses Hagenmaier yang merupakan proses tertua (sejak 1977),
Daging buah yang sudah dicuci kemudian dihaluskan pada hammer mill
dengan ukuran produk 30 mesh. Daging buah halus kemudian diumpankan ke
proses
Penambahan air berkisar antara 35% - 100% berat daging buah halus dengan
suhu operasi 22,2C - 60C. Pulp yang terbentuk kemudian difiltrasi dengan
cara ditekan dengan tekanan 140 psi pada leaf filter (hydraulic press) atau
dapat juga menggunakan
dipisahkan dari filtrat yang berupa coconut milk kemudian disaring kembali
pada centrifuge untuk memisahkan kotoran terikut. Coconut milk kemudian
dipanaskan (pasteurization) pada suhu 115,6C secara cepat untuk kemudian
didinginkan sampai suhu 38C dan siap untuk dikemas.
11
ditambahkan air setara dengan berat coconut milk, serta stabilizer sebesar 3%
dari larutan. Produk kemudian dihomogenisasi dan langsung dikemas dalam
keadaan panas pada kaleng. Kaleng kemudian dipanaskan sampai 121C
12
pada retort selama 45 menit (proses seaming kaleng) dan didinginkan untuk
disimpan.
13
60C - 70C. Pulp yang terbentuk kemudian difiltrasi dengan screw press. Ampas
yang dihasilkan kemudian dipisahkan dari filtrat yang berupa coconut milk dan
kemudian dipanaskan (pasteurization) pada suhu 70C dengan penambahan
stabilizer berupa 600 ppm sodium metabisulphite dan 240 gr pectin (starch).
Coconut milk setelah proses sterilisasi kemudian dihomogenkan pada
homogenizer untuk kemudian didinginkan dan siap dikemas. (Linden EAP)
14
15
minyak VCO yang baru. Tahapan pengolahan dengan teknik pemancingan adalah
sebagai berikut:
1. Pilih kelapa yang cukup umur dan segar, cuci bersih dan diparut
2. Santankan dengan menambah 2 liter air untuk tiap 1 kg kelapa parut
3. Taruh santan di wadah plastik tembus pandang dan diamkan selama 2-3
jam,sehingga terbentuk dua lapisan : krim santan dan air.
4. Ambil krim santan dengan cara menyendok perlahan-lahan. Simpan di wadah
plastik yang tembus pandang.
5. Campur krim santan dengan minyak VCO (yang sudah jadi) dengan
perbandingan 3-5 : 1, kemudian aduk rata selama 20 menit.
6. Biarkan dan lihat reaksinya. Mulai pada jam ke-8, pada wadah akan terbentuk
3 lapisan : Minyak murni, blondo dan air.
7. Sendoki minyak perlahan-lahan lalu saring dengan kertas saring.
8. Minyak ini yang disebut VCO. Minyak akan terus terbentuk sampai lebih
kurang jam ke-16.
9. Setelah selesai pisahkan dan ambil blondo. Masak blondo dengan api sedang.
Blondo ini bisa menghasilkan minyak kualitas kedua (K-2). Untuk
mendapatkan 1 liter VCO, dibutuhkan sekitar 10-12 butir kelapa.
3c. metode Wet Milling dengan Metode sentrifugasi
Teknik sentrifugal ditujukan untuk memisahkan emulsi. Teknologi ini telah
banyak dipakai oleh produsen dalam negeri yang umumnya dilakukan dengan
digabungkan dengan teknik pendinginan ataupun pembekuan sehingga dapat
memisahkan emulsi.
1. Santan dibekukan frezer khusus cepat beku agar pemisahan air dan endapan
kelapa parut lebih cepat. Dalam waktu 30 menit, krim kaya minyak terlihat di
bagian atas.
2. Air yang telah terpisah dari ampas diputar dengan kecepatan 900 rpm (rotate
per minute) pada mesin sentrifugal. Tiga lapisan terpisah satu samam lain
terbentuk dari proses itu; blondo, air, dan minyak.
3. Tahap akhir, penyaringan menggunakan kain saring untuk menjaring partikel
kecil yang dapat menjadi endapan.
2.2.6. Desicated coconut
16
Desiccated coconut (kelapa parut kering) merupakan salah satu produk yang
menggunakan daging buah kelapa sebagai bahan baku. Desiccated coconut berwarna
putih, memiliki rasa dan bau khas kelapa. Kelapa parut kering memiliki ukuran
partikel, yaitu extra fine, fine, macaroon, medium, coarse, shreds and treads, dan
sliced, dan yang umum diperdagangkan adalah medium, macaroon dan extra fine.
Karakteristik kima dan fisik kelapa parut kering: kadar lemak 65-71 %, asam lemak
bebas 0,15-0,30, bakteri (Samonella) negatif, warna putih, dan kadar air 2,5-3,5 %.
Desiccated coconut dimanfaatkan secara luas pada industri konveksionari
(candy) sebagai bahan penambah aroma dalam pembuatan coklat batangan atau
sebagai pengisi produk berbasis kacang-kacangan, industri pengolahan kue, industri
es krim, dan konsumsi rumah tangga. Pengolahan desiccated coconut prinsipnya
mengeringkan daging buah kelapa pada kondisi yang higienis. Tahap-tahap
pengolahan desiccated coconut meliputi seleksi bahan baku, pengeluaran tempurung
dan kulit ari, pencucian dan stabilisasi, penggilingan/pemarutan, pengeringan,
pendinginan dan pengemasan.
2.2.7. Tepung ampas kelapa
Ampas kelapa dari jenis kelapa umur 11-12 bulan, diperoleh kadar protein
4,11%, serat kasar 30,58%, lemak 15,89%, kadar air 4,65%, kadar abu 0.66% dan
karbohidrat 74,69%. Tepung adalah bahan baku pada pembuatan berbagai jenis
makanan (kue), selain berfungsi sebagai sumber pati (gizi), juga pembentuk struktur.
Sifat fisik tepung yang diperhatikan adalah harus berwarna putih dan tidak
bergumpal.
Kadar serat kasar yang tinggi (30,58 %) dari tepung dari ampas kelapa sangat
baik digunakan sebagai salah satu bahan dalam membuat formula makanan, khusus
bagi konsumen yang berisiko tinggi terhadap obesitas, kardiovaskuler dan lain-lain.
Tepung kelapa hanya diolah dari hasil samping pembuatan santan, maka bahan baku
yang digunakan sebaiknya mengikuti bahan baku pembuatan santan. Untuk
memperpanjang daya simpan ampas kelapa sebaiknya dikeringkan sapai kadar air
17
18
19
20
1. Pekak dan ketumbar disangrai sampai harum, kemudian dihaluskan bersamasama dengan bumbu lain kecuali gula dan garam.
2. Bumbu halus direbus bersama-sama dengan air kelapa sampai mendidih,
kemudian disaring dengan kain saring.
3. Gula merah ditumbuk halus.
4. Selanjutnya masukkan gula, garam, karamel dan gum arab, rebus kembali
sampai mendidih dan segera dikemas dengan botol steril. Bila ingin rasa asin
garam bisa ditambah sesuai selera.
21
Gambar 10. Diagram alir pembuatan kecap asin dan kecap manis
2.3.2. sirup kelapa (Yanti &Asni, 2007)
Proses pengolahan sirup air kelapa dilakukan dengan cara penambahan gula
pada air kelapa, yang kemudian dipanaskan, dan setelah mendidih dimasukkan ke
dalam botol. Untuk membuat sirup air kelapa yang memenuhi standard yang perlu
diperhatikan adalah kualitas fisiko kimia, dan organoleptik, yang mengacu pada
persyaratan mutu yang telah ditetapkan oleh SNI
Sirup yang dibuat secara umum memiliki kandungan gula yang tinggi, karena
dalam penyajiannya dibutuhkan pengenceran dengan sejumlah air. Oleh karena itu
penambahan sukrosa (gula pasir) ke dalam bahan baku menjadi mutlak, sehingga
22
sampai seberapa tepat konsentrasi gula yang dipakai sangat mempengaruhi kualitas
fisik kimia dan organoleptik sirup yang dihasilkan. Selain berpengaruh pada daya
simpan sirup air kelapa, juga berpengaruh pada nilai ekonomis sirup air kelapa ini
jika nanti akan dipasarkan. Konsentrasi gula untuk pengolahan sirup air kelapa
sekitar 65%. Penambahan CMC pada sirup air kelapa dapat meningkatkan kualitas
sirup, dan CMC juga dapat meningkatkan kekentalan serta memperbaiki penampakan
sirup menjadi lebih homogen. Bahan yang digunakan adalah air kelapa matang (tua),
gula pasir, CMC, asam sitrat, esense, dan Natrium benzoate.
23
III.KESIMPULAN
III.1.
Kesimpulan
Kelapa merupakan produk yang memiliki potensi besar untukdijadikan
manfaat yang dapat menambah nilai ekonomis dari kelapa. Kelapa dapat di olah
mejadi beberapa produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti arang aktif,
briket tempurung kelapa, asap cari dari tempurung kelapa, minyak kelapa, minyak
kelapa murni, coconut milk, kelapa parut kering, VCO, tepung ampas kelapa, kecap
air kelapa, sirup air kelapa.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
dan Na2CO3 sebagai adsorben untuk mengurangi kadar fenol dalam air
limbah. Jurnal Teknik Pomits. Vol 2(1); 116-120.
Setiaji, A. H. B. 2011. Pengembangan pengolahan kelapa terpadu untuk industri kecil
diperdesaan. Bulletin Teknologi Pascapanen Pertanian. Vol 7(2).
Suhartana. 2007. Pemanfaatan tempurung kelapa sebagai bahan baku arang aktif dan
aplikasinya dalam penjernihan air limbah industri petis di tambak lorok
Semarang. Momentum. Vol3(2); 10-15.
Yanti, L. dan N. Asni. 2007. Teknologi pengolahan sirup kelapa ramah lingkingan
untuk pemberdayaan petani di lahan pasang surut provinsi jambi. Prosiding
kkonferensi nasional kelapa VIII.
Yunus, M. 2011. Teknologi pembuatan asap cair dari tempurung kelapa sebagai
pengawet makanan. Jurnal sains dan inovasi, 7(1); 53-61.