identifikasi komponen aktif dilakukan melalui proses fraksinasi ekstrak dan penentuan jenis
senyawa secara kualitatif maupun kuantitatif.
Proses ekstraksi rempah dapat dilakukan dengan cara penyulingan atau ekstraksi dengan
pelarut organic. ekstraksi dengan penyulingan menghasilkan larutan yang mengandung senyawa
senyawa yang mudah menguap (minyak atsiri), sedangkan ekstraksi dengan pelarut organic
akan menghasilkan senyawa senyawa yang tidak mudah menguap. Selanjutnya tahap kedua
dilakukan fraksinasi dan identifikasi senyawa aktif yang dikandung oleh suatu jenis fraksi
ekstrak rempah.
A. Factor penentu Proses Ekstrakasi.
Keberhasilan beberapa metode ekstraksi yang dilakukan sangat ditentukan oleh beberapa
factor : tujuan dilakukan ekstraksi, skala ekstraksi, sifat komponen yang akan diekstrak dan sifat
pelarut yang digunakan.
B. Senyawa Aktif Berbagai Bagian Tanaman Rempah.
Senyawa aktif rempah rempah dapat diperoleh dari berbagai bagian tanaman, seperti umbi,
batang, kulit, daun, rimpang, dan biji. Pemilihan pelarut organic yang akan digunakan dalam
ekstraksi komponen aktif tanaman rempah merupakan factor penting dan sangat menentukan
agar tercapai tujuan dan sasaran ekstraksi komponen. Proses ekstraksi yang menggunakan panas
lebih cepat mengekstrak senyawa yang diinginkan , karena pemansan akan memperbesar
kelarutan.
Sifat penting lainnya adalah kepolaran senyawa dilihat dari gugus polarnya (seperti gugus
OH dan COOH). Senyawa polar lebih mudah larut dalam pelarut polarnya dan senyawa
nonpolarnya lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar.
C. Komponen Aktif Produk Ekstraktif Rempah
Kompoenen aktif produk ekstraktif rempah dapat diperoleh melalui proses ekstraksi,
kemudian hasil ekstrak dilakukan proses fraksinasi, pemisahan komponen aktif dan dilakukan
pemurnian untuk mendapatkan isolate . isolate yang diperoleh dilakukan analisis pencirian
senyawa aktif.
Komponen aktif suatu rempah dapat diidentifikasi dari beberapa jenis ekstrak, seperti
oleoresin dan minyak atsiri.
1. Minyak atsiri.
Minyak atsiri diperoleh dari penyulingan sebagian atau seluruh bagian tumbuhan,
seperti buah, daun, biji, batang, kulit, dan sebagainya. Minyak atsiri adalah konsentrat
berupa cairan yang bersifat hidrofobik dan mengandung komponen volatile dari tanaman.
Senyawa senyawa dalam minyak atsiri tersebut dapat digolongkan ke dalam empat
kelompok besar yang dominan menentukan sifat minyak atsiri yaitu, terpen,
persenyawaan rantai lurus, tidak mengandung rantai cabang, turunan benzene dan
bermacam persenyawaan lainnya. Bagian utama minyak atsiri adalah terpenoid yang
menyebabkan timbulnya wangi, harum, atau bau yang khas pada banyak tumbuhan.
Minyak atsiri dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu minyak atsiri yang
mudah dipisahkan dari koponen murni penyusunannya dan minyak atsiri yang sulit
dipisahkan dari komponen penyusunannya. Komponen utama dipisahkan atau diisolasi
dengan penyulingan bertingkat dalam keadaan vakum, agar terhindar dari terjadinya
isomerasi, polimerasi atau penguraian.
Penyulingan minyak atsiri biji jintan hitam dilakukan dua kali dengan
menggunakan biji yang berbeda dan ulangan yang berbeda pula. Penyulingan pertama
dengan dilakukan tanpa penghalusan dan yang kedua dilakukan dengan penghalusan.
Dari penyulingan pertama diperoleh minyak atsiri dengan rendemen 0,16%. Penyulingan
kedua diperoleh minyak atsiri dengan rendemen sebesar 0,34%
Peningkatan rendemen minyak atsiri jintan hitam yang telah dihaluskan
disebabkan oleh proses penghalusan akan meningkatkan luas permukaan bahan, sehingga
minyak atsiri lebih mudah terekstrak. Bila bahan dibiarkan utuh, minyak atsiri hanya
dapat diekstraksi jika uap air berhasil melalui jaringan tanaman dan mendesaknya ke
permukaan. Hal ini terjadi secara difusi. Jika bahan dihaluskan, ukuran ketebalan untuk
terjadinya proses difusi akan berkurang sehingga laju penguapan minyak atsiri dari bahan
saat penyulingan menjadi lebih cepat. Minyak atsiri jintan hitam terdeteksi adanya
komponen fenol dan komponen terpenoid.
2. Oleoresin