Anda di halaman 1dari 3

Kesalahan yang timbul pada saat titrasi adalah penentuan titik akhir, kesalahan ini

disebabkan karena perubahan warna yang seharusnya yerjadi adalah dari coklat
pekat, kemudian kuning, lalu berubah menjadi putih pucat. Perubahan warna dari
kuning ke putih tersebut tidak terlalu kontras dan menyebabkan titik akhir sulit
ditentukan.
Berdasarkan praktikum volume titrasi cukup banyak apabila dibandingkan dengan
kelompok lain dengan sample yang sama yaitu sebanyak 9,2 mL HCl yang terpakai.
Penentuan ini juga hanya dilakukan 1 kali (simplo), sehingga nilai rata-ratanya tidak
dapat diketahui.
Untuk mengetahui hasil pengujian tersebut benar atau tidak, maka perlu
dibandingkan dengan titrasi blanko yang dilakukan oleh kelompok lain, akan tetapi
dalam titrasi blanko juga terjadi kesalahan yaitu pelarut yang dipergunakan untuk
melarutkan KOH adalah aquadest, padahal pelarut yang seharusnya dipergunakan
adalah alkohol. Hal ini menyebabkan volume titrasi tinggi dan tidak terjadi
perubahan warna, perubahan warna yang terjadi seharusnya adalah dari merah
muda menjadi bening saat titik akhir tercapai, akan tetapi yang terjadi adalah
larutan menjadi semakin pekat dan tidak terjadi perubahan warna menjadi bening
kembali. Sehingga hasil titrasi sample tidak dapat dihitung, karena perbandingan
dengan titrasi blanko tidak dapat dilakukan.

Pada percobaan ini dilakukan penentuan angka penyabunan


dari lemak. Bilangan penyabunan adalah jumlah alkali yang dibutuhkan
untuk menyabunkan sejumlah contoh minyak. Bilangan penyabunan
dinyatakan dalam jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk
menyabunkan 1 gram minyak.
Angka penyabunan menunjukan berat molekul lemak dan minyak
secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang
pendek. Mempunyai berat molekul yang relative kecil, akan mempunyai
angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila mempunyai berat
molekul yang besar, maka angka penyabunan relative kecil, angka
penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) KOH yang
dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Penentuan

bilangan penyabunan dilakukan untuk mengetahui sifat minyak dan


lemak. Pengujian sifat ini dapat digunakan untuk membedakan lemak
yang satu dengan yang lainnya.
Pada percobaan KOH yang digunakan dilarutkan dalam alkohol hal ini
penambahan alkohol dimaksudkan untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisis
agar dapat membantu mempermudah reaksi dengan basa dalam pembentukan
sabun karena lemak larut dalam alkohol dan tidak larut dalam air
Pada proses penyabunan dilakukan pemanasan. Tujuan pemanasan adalah
untuk mempercepat reaksi penyabunan. Pemanasan dilakukan dengan
metode refluks. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur
titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. sampel yang akan diuji disabunkan
dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan
trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau
lemak.
Reaksi Penyabunan :

Proses selanjutnya adalah mendinginkan larutan dengan menggunakan es,


penggunaan es dalam proses pendinginan dimaksudkan untuk menurunkan suhu
larutan sehingga ketika titrasi tidak terlalu panas. Apabila Suhu larutan terlalu tinggi
maka dikhawatirkan terjadinya penguapan KOH.Metode yang dilakukan untuk
menentukan jumlah KOH yang
dikonsumsi oleh lemak digunakan metode titrasi balik. Yaitu dengan
mentitrasi dari KOH berlebih sisa dari reaksi penyabunan. Hal ini
dibuktikan warna pink jika diberikan indikator pp. Jumlah KOH total

ditentukan dengan titrasi blanko. Maka jumlah KOH yang digunakan


untuk proses penyabunan adalah selisih dari jumlah KOH hasil titrasi
tersebut. Biasanya bilangan penyabunan tergantung dari berat molekul.
Minyak yang memiliki berat molekul rendah akan mempunyai bilangan
penyabunan lebih tinggi dari minyak yang berat molekulnya tinggi.
Reaksi Balik : KOH sisa +HCL KCL + H2O

Anda mungkin juga menyukai