Anda di halaman 1dari 51

SISTEM SARAF

1. Susunan saraf pusat (SSP)


a. Otak
b. Sumsum tulang belakang

2. Susunan saraf tepi (perifer)

a. susunan eferen (yg menghantarkan impuls listrik dari ssp ke jar perifer
melalui neuron eferen (motoris)) terbagi atas:
• Saraf otonom (otot polos): mengendalikan organ dalam secara tidak sadar
a. Sistem (orto) simpatis (adrenergik)
b. Sisitem Parasimpatis (kolinergik)
• Saraf Motoris (otot lurik)

b. saraf sensoris/aferen yang menghantarkan impuls dari perifer ke ssp melalui


neuron aferen (sensory)
SISTEM SARAF PUSAT
(Otak & Med.Spinalis)

Bagian Bagian
Aferen SISTEM SARAF TEPI Eferen

Saraf Motorik Saraf Motorik


Otonom Somatik

Simpatis Parasimpatis

Otot Polos
Otot Jantung Otot Rangka
Somatik Viseral
Kelenjar
Organ RESEPTOR Organ EFEKTOR
2
• Impuls eksogen diterima oleh reseptor (sel
penerima) diteruskan ke otak dan sumsum
tulang belakang
• Impuls dapat berupa: stimuli nyeri, suhu,
perasaan, penglihatan, pendengaran dll.
SEL SARAF MENURUT BENTUK
DAN FUNGSI :

1. Sel saraf sensorik


2. Sel saraf motorik
3. Sel saraf asosiasi
SEL SARAF ASOSIASI

• Sel saraf ajustor → untuk menghubungkan sel saraf


sensori dan motorik .

• Sel saraf konektor → untuk menghubungkan neuron


satu dengan neuron lainnya .
SEL SARAF ASOSIASI
Obat-obat SSP
1. Analgetika Perifer (non narkotika)
• merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer
• Indikasi: meringankan nyeri tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan
kesadaran,Tidak adiktif
• Beberapa obat bersifat antipiretika dan atau anti radang.
• Golongan obat:
a. Pasetamol
b. Salisilat: Asetosal, salisilamida
c. NSAIDs (AINS): menghambat Prostaglandin (Ibubrofen, Piroxicam, dll)
d, Derivat Antranilat: Mefenamat
e. Derivat Pirazolinon: Metamizol
f. Lainnya: Benzidamin (Tantum)
• ESO: terutama ika digunakan jk panjang dan dosis tinggi dapat :
Gangguan lambung-usus (b,c,e) kerusakan darah (a,b,d, e), kerusakan hati dan ginjal
(a,c), reaksi alergi kulit, hati2 pada ibu hamil dan menyusui (asetosal, metamizol, AINS)

• IO: memperkuat efek antikoagulan (kecuali parasetamol)


2. Analgetika antiradang dan obat Rema: AINS
3. Analgetika Narkotika
4. Sedative dan Hipnotika
5. Anestetika umum dan lokal
6. Antiepilepsi
7. Obat Parkinson dan Demensia
8. Antipsikotika
9. Antidepressive
SSO (Susunan Saraf Otonom)
• Disebut susunan saraf vegetatif
• Terdiri dari saraf-saraf dan ganglia (majemuk dari
ganglion=simpul saraf) yang merupakan persarafan ke
semua otot polos dari berbagai organ (bronchia, lambung,
usus, pembuluh darah, kelenjar ludah, keringat,
pencernaan, jantung, dll).
• Jantung merupakan otot lurik dengan kerja sebagai otot
polos.
• Fungsi SSO: mengatur secara otomatis keadaan fisiologis yg
konstan: suhu badan, tekanan, peredaran darah dan
pernafasan.
Penerusan impuls oleh neurotansmitter

Susunan saraf motoris Susunan saraf otonom


Mengatur otot lurik Mengatur otot polos

Impuls listrik dikirim secara langsung Impuls disalurkan ke organ tujuan


dari ssp melalui saraf motoris ke otot (efektor) secara tidak langsung .
Saraf otonom di beberapa tempat
Penerusan impuls ke otot lurik dengan terkumpul di sel-sel ganglion dimana
neurohormon acetilkolin. terdapat sinaps (sela diantara 2
neuron/ sel saraf).
Saraf yg meneruskan impuls dari SSP
ke ganglia dinamakan neuron
preganglioner, sedangkan saraf antara
ganglia dengan organ ujung/efektor
disebut neuron postganglioner.
Penerusan impuls...SS Otonom samb
• Impuls listrik dari SSP dalam sinaps dialihkan dari
satu neuron kepada yg lain secara kimiawi melalui
neurotransmitter (neurohormon).
• Apabila suatu neuron impuls tiba di sinaps maka
pada saat itu neuron membebaskan suatu
neurohormon di ujungnya yg melintasi sinaps dan
merangsang neuron berikutnya. Di neuron itu impuls
secara elektris diteruskan lagi. Pada ujungnya
dibebaskan pula neurohormon tsb untuk secara
kimiawi melintasi sinaps dst sampai impuls tiba di
organ efektor.
Saraf kolinergik Saraf adrenergik
Semua neuron Neuron postganglioner dari
preganglioner baik dari Saraf Orto simpatis
Saraf Orto simpatis meneruskan impuls dari
maupun dari saraf simpatis SSP dengan melepaskan
menghasilkan neurohormon adrenalin,
neurohormon asetilkolin dan atau noradrenalin pada
Neuron postganglioner dari ujungnya.
Saraf orto simpatis Adrenalin dapat juga
menghasilkan acetilkolin. dihasilkan oleh bagian
dalam (medulla) dari anak
ginjal
Comparison of Divisions

13
Efek stimulasi Saraf Orto simpatis dan Saraf Simpatis
terhadap organ tubuh
organ reseptor kontEfek stimulasi
Saraf adrenergik Saraf kolinergik
Mata (pupil) - diperbesar diperkecil
Paru-paru (bronchia) Beta dilatasi konstriksi
jantung Beta Daya kontraksi diperkuat, diperlemah
denyutan dipercepat

Arteriola Beta konstriksi Diperlambat, dilatasi


Vena - konstriksi Diperlambat, dilatasi
Lambung-usus (peristaltik, Beta Relakasi atau dikurangi -
dan sekresi)

Kantong kemih, empedu dan - relaksasi Diperbesar, konstriksi


rahim berubah-ubah

Rahim yg mengandung, kulit Beta konstriksi -


dan otot-otot
Mekanisme neurohormon
Merupakan mekanisme inaktivasi, berfungsi untuk
akumulasi dari neurohormon dan terangsangnya saraf
tertentu secara kontinue.
a. Setelah meneruskan impuls transmitter diuraikan oleh
enzim dalam darah dan jaringan.
b. Acetilkolin diuraikan oleh enzim kolinesterase
c. Nor adrenalin dalam darah mengalami desmetilasi
oleh metil transferase (COMT) dan deaminasi oleh
monoamine oksidase (MAO) dalam hati dan diujung
neuron .
Obat Otonom
Obat-obat otonom adalah obat yang dapat
mempengaruhi penerusan impuls dalam SSO
dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan,
pembebasan, atau penguraian neurotransmitter
atau mempengaruhi kerjanya reseptor khusus.
Penggolongan
• Zat-zat yang bekerja terhadap Saraf Orto
simpatis , yaitu :
a.Simpatomimetika (adrenergika), yang
meniru efek dan perangsangan SO oleh
noradrenalin, seperti efedrin, isoprenalin,
amfetamin.
b. Simpatolitika (adrenolitika), yang menekan
saraf simpatis atau melawan efek adrenergik
seperti alkaloida secale dan propanolol.
• Zat-zat yang bekerja terhadap Saraf
Parasimpatis, yaitu :
a. Parasimpatomimetik (kolinergika), yang
meniru perangsangan parasimpatis oleh
asetilkolin, seperti pilokarpin dan
fisostigmin.
b. Parasimpatolitik (antikolinergika), yang
melawan efek kolinergika seperti alkaloida
belladone dan propantelin
• Zat-zat perintang ganglion
Zat ini merintangi penerusan impuls dalam sel-sel ganglion
simpatis dan parasimpatis, seperti senyawa amonium
kwarterner.

• Obat otonom perifer yg dapat mempengaruhi fungsi SSP:


– Adrenergika (efedrin, amfetamin ) menstimulasi SSP
– Antikolinergik (atropin, dan derivatnya): menekan SSP dengan efek
sedativ
– Fenotiazin: memblok reseptor NA di otak dg efek sedative
– Reserpin: menghabiskan persediaan NA dalam jaringan perifer dan efek
sedativ
– Zat perintang MAO merintangi penguraian NA dan Serotonin shg
menimbulkan efek stimulasi SSP (antidepresi).
– Klonidin: meredakan tonus pembuluh saraf ortosimpatis dan menurunkan
tekanan darah.
ADRENERGIK
Saraf (Orto)simpatis (SO)
A. Adrenergika (simpatomimetika)
Adrenergika atau simpatomimetika adalah
zat-zat yang dapat menimbulkan (sebagian)
efek yang sama dengan stimulasi susunan
ortosimpatikus (SO) dan melepaskan
noradrenalin di ujung-ujung sarafnya.
Berdasarkan titik kerjanya pada sel-sel efektor
dari organ ujung adrenergik dibagi menjadi
reseptor α (alpha) dan β (beta). Berdasarkan efek
fisiologisnya dibagi menjadi α1 (alpha-1) dan α2
(alpha-2) serta β1 (beta-1) dan β2 (beta-2)
Pada umumnya stimulasi pada reseptor
menghasilkan efek-efek sebagai berikut:
a. Alfa-1 : menimbulkan vasokonstriksi dari otot
polos dan menstimulir sel-sel kelenjar
dengan bertambahnya sekresi ludah dan
keringat.
b. Alfa-2 : menghambat pelepasan noradrenalin
pada saraf-saraf adrenergik dengan turunnya
tekanan darah, pelepasan Acetilkolin di saraf
kolinergik dalam usus terhambat shg
menurunkan peristaltik usus.
c. Beta-1 : memperkuat daya dan frekuensi kontraksi
jantung.
d. Beta-2 : bronkodilatasi dan stimulasi metabolisme
glikogen dan lemak.

Lokasi reseptor ini umumnya adalah sebagai berikut :


a. Alfa-1 dan beta-1 : postsinaptis, artinya lewat
sinaps di organ efektor.
b. Alfa-2 dan beta-2 : presinaptis dan ekstrasinaptis,
yaitu dimuka sinaps atau diluarnya, seperti dikulit
otak, rahim, dan trombosit.
Pengolongan adrenergika
Adrenergika dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu :
Zat-zat yang bekerja langsung pada reseptor
organ tujuan (adrenalin, NA, isoprenalin), efedrin
dan dopamin dapat bekerja langsung & tak
langsung.

Zat-zat yang bekerja tidak langsung, yaitu


dengan cara merangsang pengeluaran NA dari
tempat penyimpanannya (di ujung saraf
adrenergik/simpatik),contoh : efedrin,
amfetamin, guanetidin,dan reserpin.
Penggolongan dapat juga menurut jenis reseptor yang
khusus distimulasi oleh obat tersebut :
Adrenergika Efek-alfa Efek beta-1 Efek beta-2

Adrenalin x x x
Noradrenalin x x o
Fenilefrin x o o
Efedrin x x x
Norefedrin x x x
Oksifedrin o x o
Dopamin x x x
Dobutamin o x o
Serotonin x x -
Isoprenalin dan turunannya o x x
Salbutamol dan turunannya o o x
Isoksuprin o x x
Ritodin o o x
Nafazolin dan turunannya x o o
Amfetamin dan turunannya x o o

X : efek utama; o : efek ringan; - : tidak berefek


Penggolongan secara kimiawi
1. Derifat feniletil amin
• Zat dengan 2 gugus-OH pd cincin-aromatis :
Katecholamin (adrenalin, NA, isoprenalin)
• Zat dengan 1 gugus-OH (posisi meta) : fenilefrin
• Zat tanpa gugus-OH : efedrin, amfetamin dan
turunannya (efek SSP terkuat).

2. Derivat imidazolin : ksilometazolin, nafazolin dan


turunannya yang berdaya dekongestif pada mukosa
hidung & efek sentral ringan.
Penggunaan adrenergika
• Pada shock guna memperkuat kerja jantung (beta-1)
dan melawan hipotensi (alfa-1), contoh : adrenalin
dan noradrenalin(NA)
• Pada asma untuk broncodilatasi (beta-2), contoh :
salbutamol dan turunannya, adrenalin dan efedrin
• Pada hipertensi , menurunkan ketahanan perifer &
dinding pembuluh dg memblok pelepasan NA (alfa-2)
& alfa-1. contoh : propranolol
• Sebagai vasodilator perifer (beta-2) di betis,
contoh : buflomedil pd penyakit claudicatio
intermittens
LANJUTAN

• Pada pilek guna menciutkan mukosa yang


bengkak (alfa), contoh : turunan imidazol,
efedrin dan adrenalin
• Sebagai midriatikum guna melebarkan pupil
(alfa), contoh : fenilefrin dan nafazolin
• Pada obesitas yaiu untuk menekan nafsu
makan, contoh : fenfluramin dan mazindol
• Pada nyeri haid & menghambat kontraksi
untuk relaksasi otot rahim (beta-2), contoh :
ritodrin
Efek samping adrenergika
• Pada dosis biasa, adrenergika menimbulkan
efek samping pada jantung dan SSP yaitu
jantung berdebar,nyeri kepala, gelisah dsb.
Untuk itu perlu hati-hati jika diberikan pada
penderita yang mengindap infark jantung ,
hipertensi dan hipertirosis.
• Tachyfylaxis, bila digunakan lama. Efek ini
semacam resistensi yang terjadi jika diberikan
berulang pada waktu yang singkat. Contoh :
efedrin & adrenergik kerja tak langsung
karena habisnya cadangan NA.
Zat-zat tersendiri
• Adrenalin atau epinefrin
memiliki semua khasiat adrenergik alfa dan beta dengan
efek beta lebih kuat seperti stimulasi jantung dan
bronkodilatasi. Efek samping pada dosis tinggi adalah
nekrosis jaringan akibat vasokonstriksi dan akhirnya
kolaps.
• Isoprenalin
memiliki efek bronkodilatasi dan stimulasi jantung, untuk
pengobatan dan pencerahan serangan asma. Efek
samping pada dosis tinggi pada jantung adalah berdebar,
gelisah, gemetar dan muka merah. Turunan yang
digunakan adalah fenetrol, terbutalin dan salbutamol.
• Fenilefrin
obat ini terutama berdaya alfa adrenergis secara tak
langsung dengan jalan pembebasan noradrenalin
dari ujung saraf. Berdaya vasokonstriksi perifer
dengan meningkatkan tensi sehingga digunakan
pada kolaps. Penggunaan lain sebagai midriatikum
(5-10%) dan dekongestivum hidung dan mata.
• Derivat imidazolin
senyawa ini digunakan sebagai dekongestivum pada
selaput lendir bengkak di hidung dan mata pada
keadaan pilek, selesma (rhinitis dan sinusitis)
dengan kerja lebih lama dari efedrin.
• Amfetamin
amfetamin adalah kelompok amin
simpatomimetik yang termasuk kelompok
psikostimulansia yang bercirikan menstimulasi
SSP dan memperkuat pernapasan (berkhasiat
bronkodilatasi lemah).
ADRENOLITIKA
B. Adrenolitika (simpatolitika)
Adrenilotika atau simpatolitika adalah zat-zat
yang melawan sebagian atau seluruh aktifitas
Susunan Saraf Simpatis. Berdasarkan
mekanisme dan titik kerjanya, adrenolitika
dapat dibagi dalam 3 kelompok, yakni zat-zat
penghambat reseptor adrenergis (alfa bloker
dan beta bloker) dan zat-zat penghambat
neuron adrenergis.
• Alfa bloker
adalah zat-zat yang memblokir dan menduduki
reseptor alfa sehingga melawan vasokonstriksi
perifer yang disebabkan noradrenalin. Efek
utamanya adalah vasodilatasi perifer untuk
mempelancar darah dibagian kulit. Seperti
derivat imidazolin (tolazolin, fentolamin),
derivat haloalkilamin (dibenamin,
fenoksibenzamin), alkaloida secale (ergotamin,
ergotoksin), prazosin, tetrazosin dan yohimbin.
• Beta bloker
Zat-zat yang menduduki reseptor beta
sehingga melawan efek stimulasi noradrenalin
pada jantung dan efek bronkodilatasinya.
Digunakan pada pengobatan gangguan
jantung (angina pektoris, aritmia), hipertensi
dan meringankan kepekaan jantung oleh
rangsangan stress, emosional dan kerja berat.
Contohnya propanolol dan turunannya.
• Penghambat neuron adrenergis
Zat-zat ini tidak memblokir reseptor
melainkan bekerja terhadap bagian post
ganglion dari saraf simpatis dengan jalan
mencegah pelepasan katecholamin, contoh
derivat guanidin (guanetidin khusus digunakan
pada jenis glaukoma tertentu).
Zat-zat tersendiri
• Yohimbin
Alkaloida dari Corynanthe Yohimbe yang
berkhasiat adrenolitik lemah dan singkat.
Digunakan sebagai anestetika lokal dan
antidiuretika.
• Derivat alkaloida secale
ergotamin dan ergosin, ergotoksin
(ergokristin, ergokriptin dan ergokornin),
ergometrin atau ergonovin.
Saraf Parasimpatis (SP)
A. Kolinergika (Parasimpatomimetik)
Kolinergika atau parasimpatomimetika adalah
sekelompok zat yang dapat menimbulkan
efek yang sama dengan stimulasi susunan
parasimpatis karena melepaskan
neurohormon asetilkolin di ujung-ujung
neuronnya.
Efek yang ditimbulkan oleh kolinergik adalah :
a. Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat
peristaltik dan sekresi kelenjar ludah dan getah
lambung, air mata, dll.
b. Memperlambat sirkulasi darah dan mengurangi
kegiatan jantung, vasodilatasi dan penurunan
tekanan darah.
c. Memperlambat pernapasan dengan menciutkan
bronchi, sedangkan sekresi dahak diperbesar.
d. Kontraksi otot mata dengan penyempitan pupil
(miosis) dan menurunkan tekanan intra okuler
dan mempelancar keluarnya air mata.
e. Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan
efek memperlancar pengeluaran urin.
f. Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
g. Menekan SSP setelah pada permulaan
menstimulasinya.

Efek samping dari obat-obat kolinergika adalah


mual, muntah, diare, sekresi ludah dahak,
keringat dan air mata yang berlebihan,
penghambatan kerja jantung (bradikardia),
bronkokonstriksi dan kelumpuhan pernapasan.
Penggunaan
• Glaukoma, yaitu penyakit mata yang bercirikan
peningkatan tekanan cairan mata intra okuler yang
bisa menjepit saraf mata dan dapat menyebabkan
kebutaan. Obat ini bekerja dengan jalan midriasis
seperti pilokarpin, karbakol dan fluostigmin.
• Myastenia grafis, yaitu penyakit autoimun yang
bercirikan keletihan dan kelemahan dari terutama
otot-otot muka, mata dan mulut yang dapat
menyebabkan kelumpuhan. Contoh fisostigmin
dan derivatnya.
• Demensia alzheimer, disebabkan karena kadar
asetilkolin diotak berkurang. Digunakan
penghambat kolinesterase untuk mencegah
perombakan dan meningkatkan kadar asetilkolin
diotak. Contoh takrin, rivastigmin, netrifonat, dll.
• Atonia, yaitu kelemahan otot polos akibat
setelah pembedahan besar yang menyebabkan
stress bagi tubuh. Akibatnya dapat timbul
aktifitas saraf adrenergik dengan efek obstipasi,
sukar buang air kecil, bahkan lumpunya gerakan
peristaltik usus. Contoh prostigmin dan karbakol.
Zat-zat tersendiri
• Asetilkolin, sudah tidak digunakan dalam
pengobatan. Persenyawaan uretan dari
asetilkolin yang digunakan adalah karbakol.
• Pilokarpin, digunakan sebagai miotikum pada
glaukoma.
• Neostigmin, digunakan pada kelemahan otot
seperti atonia kandung kemih dan usus,
melawan sifat toksis dari atropin, miotikum,
myastenia grafis.
B. Antikolinergika (Parasimpatolitika)
Antikolinergika atau parasimpatolitik
melawan khasiat asetilkolin dengan jalan
menghambat terutama reseptor-reseptor
muskarin yang terdapat di SSP dan organ
perifer.
Penggunaan
• Spasmolitika, dengan meredakan ketegangan
otot polos, merelaksasi kejang dan kolik
disaluran lambung usus, empedu dan kemih.
• Midriatikum, dengan melebarkan pupil mata
dan mengurangi akomodasinya.
• Mengurangi tonus dan motilitas saluran
lambung usus, juga sekresi getah lambung.
• Hiperhidrosis, dengan menekan sekresi
keringat yang berlebihan.
Zat-zat tersendiri
• Alkaloida belladona
alkaloida yang didapat dari tanaman atropa
belladona seperti hiosiamin, atropin dan
skopolamin.
a. Atropin, khasiat antikolinergiknya kuat,
sedativa, bronkodilatasi ringan. Penggunaan
sebagai midriatikum, spasmolitikum asma,
batuk rejan, dll.
b. skopolamin, alkaloida ini lebih kuat dari
atropin yang digunakan sebagai obat
perjalanan, midriatikum dan premedikasi
operasi.

• Senyawa amonium kwartener


senyawa ini mengandung nitrogen bervalensi
5, bersifat basa kuat dan terionisasi baik, maka
sulit melewati sawar darah otak sehingga tidak
memiliki efek sentral. Yang termasuk golongan
ini adalah: propantelin, oksifenium,
mepenzolat.
• Zat-zat amin tersier
a. Adifenin, sebagai anestetika lokal
b. Kamilofen (turunan adifenin), bekerja
khusus pada saluran empedu dan kemih
c. Oksifensiklamin, digunakan pada borok
lambung dan kejang-kejang disaluran
empedu, lambung-usus serta organ
urogenital.

Anda mungkin juga menyukai