Anda di halaman 1dari 15

TUGAS FITOFARMAKA

Standarisasi Parameter Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak Daun Sirih


Hijau (Piper betle L.) dari Tiga Tempat yang Berbeda

Disusun oleh :

Fitria Khairunnisa
201810410311207
Farmasi D

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021

BAB 1
PENDAHULUAN

Salah satu jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat adalah daun
Sirih (Piper betle). Daun sirih (Piper betle) banyak digunakan sebagai bahan obat alternatif
untuk mengobati berbagai jenis penyakit seperti obat pembersih mata, menghilangkan bau
badan, mimisan, sariawan, pendarahan gusi, batuk, bronchitis, keputihan dan obat kulit
sebagai perawatan untuk kecantikan atau kehalusan kulit (Manarisip et al., 2020).

Daun Sirih hijau merupakan salah satu tanaman tradisional Indonesia yang secara
empiris banyak digunakan sebagai antiseptik. Melihat potensi yang dimiliki oleh daun sirih
hijau sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan antibakteri maka peneliti melihat peluang untuk
mengembangkan ekstrak terpurifikasi daunsirih hijau sebagai produkyang terstandarisasi.
Standarisasi produk herbal menjadi protokol/guideline yang ditetapkan oleh WHO untuk
menjamin keamanan produk herbal sebelum dilepas dipasaran. Konsistensi profil fitokimia
akan menjamin konsistensi aktivitas biologinya dan memberikan jaminan kualitas pada
proses produksi dan manufaktur produk (Yadnya-Putra et al., 2015).

Secara umum daun sirih mengandung minyak atsiri sampai 4,2%, senyawa fenil
propanoid, dan tannin. Senyawa fenil propanoid bersifat antimikroba dan anti jamur yang
kuat dan dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri antara lain, Salmonella sp,
Klebsiella, Pasteurella, dan dapat mematikan Candida albicans (Rivai et al., 2013).
Peningkatan kualitas bahan baku obat dapat dilakukan dengan usaha budidaya dan
standarisasi terhadap bahan baku tersebut, baik yang berupa simplisia atau berbentuk
ekstrak. Standarisasi adalah serangkaian parameter, prosedur, dan cara pengukuran yang
hasilnya merupakan unsur-unsur terkait seperti paradigma mutu yang memenuhi standar dan
jaminan stabilitas obat (Manarisip et al., 2020).

BAB 2
METODE PENELITIAN

 JURNAL 1 (Manarisip et al., 2020)


- Bahan: Bahan yang akan digunakan adalah daun sirih hijau yang diambil dari
Kabupaten Minahasa.
- Determinasi Tanaman: Dilaksanakan di Laboratorium Farmasi, Universitas
Sam Ratulangi.
- Ekstraksi: Simplisia daun sirih sebanyak 300 gr ditimbang, kemudian
dimasukan ke dalam toples dan ditambahkan 1500 ml pelarut etanol 96 %.
Kemudian biarkan cairan penyari merendam serbuk simplisia selama 5 hari
sesekali dilakukan pengadukan. Setelah 5 hari disaring menggunakan kertas
saring, dihasilkan filtrat 1 dan residu 1. Residu 1 yang ada kemudian direndam
lagi (remaserasi) dengan pelarut yang sama selama 3 hari sambil sesekali diaduk.
Setelah 3 hari, sampel disaring sehingga menghasilkan filtrat 2 dan residu 2.
Filtrat 1 dan filtrat 2 dicampurkan menjadi satu lalu diuapkan didalam oven
sehingga diperoleh ekstrak kental lalu di timbang.
- Penetapan Parameter Spesifik:
a. Parameter Identitas Ekstrak: Parameter identitas ekstrak dilakukan dengan
tujuan memberikan identitas objektif dari nama tumbuhan. Deskripsi tata
nama mencakup nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang
digunakan serta nama Indonesia tumbuhan.
b. Uji Organoleptik: Uji organoleptik merupakan pengenalan awal yang
sederhana seobjektif mungkin. Uji organoleptik dilakukan dengan
pengamatan terhadap bentuk, warna, bau, dan rasa.
c. Uji Senyawa yang Larut Dalam Air: Ekstrak sebanyak 5 gram dimaserasi
selama 24 jam dengan 100 ml air-kloroform menggunakan labu bersumbat
sambil dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18
jam, kemudian disaring. Lapisan kloroform dan air dipisahkan. Uapkan 20 ml
filtrat lapisan air hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah
ditara. Residu dipanaskan pada suhu 105 ºC hingga bobot tetap. Hitung kadar
dalam persen senyawa yang larut dalam air terhadap berat ekstrak awal.
d. Kadar Senyawa yang Larut Dalam Etanol: Ekstrak sebanyak 5 gram
dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol (95%) menggunakan labu
bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian
dibiarkan selama 18 jam. Disaring cepat dengan menghindari penguapan
etanol, kemudian diuapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan penguap
yang telah ditera, residu dipanaskan pada suhu 105ºC hingga bobot tetap.
Dihitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam etanol terhadap berat
ekstrak awal.
- Penetapan Parameter Non Spesifik:
a. Penetapan susut pengeringan: Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak
1 g sampai 2 g dan dimasukan ke dalam botol timbang dangkal tertutup yang
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105ºC selama 30 menit dan telah
ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang, dengan
menggoyangkan botol hingga merupakan lapisan setebal kurang 5 mm
sampai 10 mm, kemudian dimasukan ke dalam ruang pengering. Dibuka
tutupnya, keringkan pada suhu 105ºC hingga botol tetap. Sebelum setiap
pengeringan, biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam
eksikator hingga suhu kamar. Kemudian keringkan kembali pada suhu
penetapan hingga bobot tetap.
b. Kadar Air: Lebih kurang 1 gram ekstrak dimasukkan dan ditimbang
seksama dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105ºC selama
3-5 jam. Setelah itu didinginkan dalam eksikator dan kemudian ditimbang.
c. Bobot jenis: Gunakan piknometer bersih, kering dan telah dikalibrasi dengan
menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru didihkan pada suhu
25ºC. Atur hingga suhu ekstrak cair lebih kurang 20ºC, masukkan ke dalam
piknometer. Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25ºC, buang
kelebihan ekstrak cair dan ditimbang. Kurangkan bobot piknometer kosong
dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak dengan bobot air,
dalam piknometer pada suhu 25ºC.
 JURNAL 2 (Rivai et al., 2013)
- Bahan: Sampel berupa daun sirih hijau (Piper betle L.) yang diambil dari Lubuk
Basung, Kabupaten Agam.
- Determinasi Tanaman: Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium
Universitas Andalas.
- Ekstraksi:
Ekstrak kering: Ekstrak kental yang telah didapat, keringkan dengan
menambahkan laktosa : sama banyak dengan berat ekstrak, satu setengah dari
berat ekstrak dan dua kali berat ekstrak. Kemudian digerus sampai homogen.
Pada serbuk kering ini tambahkan pelarut heksan ± 300 ml untuk setiap 100 g
ekstrak, kemudian diaduk sempurna beberapa kali selama 2 jam, biarkan
mengendap dan enap tuangkan cairan, lalu campurkan sisa dengan heksan 300 ml
aduk sempurna dan pisahkan kelebihan heksan, keringkan ekstrak yang telah
dicuci dengan heksan tersebutpada suhu ± 70º C, timbang serbuk.
- Penetapan Parameter Spesifik:
a. Karakteristik Spesifik Ekstrak: Ekstrak yang diperoleh memiliki identitas
yang mendeskripsikan tata nama dan senyawa identitas ekstrak. Deskripsi
tata nama tanaman meliputi nama ekstrak, nama latin tanaman (sistematika
botani), bagian tanaman yang digunakan dan nama tanaman Indonesia.
b. Organoleptik: Ekstrak yang diperoleh diuji secara organoleptik,
menggunakan pengamatan panca indera untuk mendiskripsikan bentuk,
warna, rasa dan bau dari ekstrak.
c. Kadar Senyawa Yang Larut Dalam Air: Sebanyak 4 g ekstrak dimaserasi
selama 24 jam dengan 100 ml air kloroforom LP menggunakan labu
bersumbat sambil dikocok selama 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18
jam kemudian disaring. Sejumlah 20 ml filtrat dituang ke dalam cawan
penguap yang telah ditara, kemudian diuapkan pada penangas air hingga
kering. Residu dipanaskan pada suhu 105⁰ C, dioven selama 1 jam, kemudian
dimasukan kedalam desikator dan dibiarkan selama 10 menit, kemudian
ditimbang. Ulangi perlakuan sampai didapatkan bobot yang konstan. Kadar
dalam persen senyawa yang larut dalam air dihitung terhadap bobot ekstrak
awal.
d. Kadar Senyawa Yang Larut Dalam Etanol: Sebanyak 5 g ekstrak
dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol 95 % menggunakan labu
bersumbat sambil dikocok selama 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18
jam, kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah
20 ml filtrat dituang ke dalam cawan penguap yang telah ditara kemudian
diuapkan pada penangas air hingga kering. Residu dipanaskan pada suhu
105⁰ C di oven hingga bobot tetap. Kemudian dimasukkan kedalam desikator
dan didibiarkan selama 10 menit, lalu ditimbang. Ulangi perlakuan sampai
didapatkan bobot yang konstan. Kadar dalam persen senyawa yang larut
dalam etanol dihitung terhadap bobot ekstrak awal.
- Penetapan Parameter Non Spesifik:
a. Susut Pengeringan: Ekstrak kering ditimbang secara seksama sebanyak 1
gram dan dimasukkan kebotol timbang dangkal tutup yang sebelumnya telah
dipanaskan pada suhu 105° C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum
ditimbang ekstrak diratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan
botol, hingga terdapat lapisan setebal ± 5 mm sampai 10 mm. Kemudian
dimasukkan kedalam ruang pengeringan, buka tutupnya, keringkan pada suhu
105°C hingga bobot tetap. Sebelum pengeringan biarkan botol dalam
keadaan tertutup dingin dalam desikator hingga suhu kamar.
b. Bobot Jenis Nyata dan Bobot Jenis Mampat: Sebanyak 20 gram ekstrak
dimasukkan kedalam gelas ukur 25 ml, ratakan permukaannya dan catat
volume (Vo) kemudian lakukan hentakan dengan alat tab volumeter sampai
1250 kali, dan catat volumenya.
c. Kadar Air: Bersihkan tabung penerima dan pendingin dengan asam pencuci,
bilas dengan air, keringkan dalam lemari pengering. Ke dalam labu kering
dimasukkan sejumlah zat yang ditimbang seksama yang diperkirakan
mengandung 2 ml sampai 4 ml air. Jika zat berupa pasta, timbang dalam
sehelai lembaran logam dengan ukuran yang sesuiai dengan leher labu.
Untuk zat yang dapat menyebabkan gejolak mendadak, tambahkan pasir
kering yang telah dicuci secukupnya hingga menutupi dasar labu atau
sejumlah tabung kapiler, panjang lebih kurang 100 mm yang salah satu ujung
nya tertutup. Masukkan lebih kurang 200 ml toluen kedalam labu, hubungkan
alat. Tuang toluen kedalam tabung penerima melalui alat pendingin.
Panaskan labu hati – hati selama 15 menit. Setelah toluen mulai mendidih,
suling dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian
besar air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes
tiap detik. Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin dengan
toluen, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan pada
kawat tembaga dan telah dibasahi dengan toluen. Lanjutkan penyulingan
selama 5 menit. Biarkan tabung penerima mendingin hingga suhu kamar. Jika
ada tetesan air yang melekat pada dinding tabung penerima, gosok dengan
karet yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan basahi dengan toluen
hingga tetes air turun. Setelah air dan toluen memisah sempurna, baca
volume air. Hitung kadar air dalam %.
d. Kadar Abu: Sebanyak 2 gram ekstrak kering ditimbang, dimasukkan
kedalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, diratakan. Pijarkan
perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan dan ditimbang. Jika dengan
cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, saring melalui
kertas saring bebas abu. Pijarkan sisa dan kertas saring dalam krus yang
sama. Masukkan fitrat kedalam krus, uapkan setelah itu pijarkan hingga
bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah
dikeringkan diudara.
e. Penetapan Kadar Abu Yang Tidak Larut Asam: Abu yang diperoleh pada
penetapan kadar abu, dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5
menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam asam. Saring melalui krus
kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, pijarkan
hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam
terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara.
 JURNAL 3 (Yadnya-Putra et al., 2015)
- Bahan: Bahan yang akan digunakan adalah daun sirih hijau yang diambil dari
Bukit Jimbaran, Badung.
- Determinasi Tanaman: Dilaksanakan di Laboratorium Farmasi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.
- Metode:
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
 JURNAL 1 (Manarisip et al., 2020)
a. HASIL

b. PEMBAHASAN

Hasil identifikasi tanaman menunjukkan bahwa benar tanaman yang


digunakan yaitu Sirih Hijau (Piper betle L.). Berdasarkan dari hasil identifikasi
tanaman, Identitas ekstrak yang digunakan diperoleh hasil nama ekstrak etanol daun
sirih (Piper betle L) dengan bagian tanaman yang digunakan adalah bagian daun.
Parameter identitas ekstrak dilakukan dengan tujuan untuk memberikan identitas
objektif dari nama tumbuhan. Pengujian organoleptik meliputi warna, bau, dan
bentuk menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun Sirih memiliki warna hijau pekat
dengan bau yang khas tanaman sirih, dan berkonsistensi kental. Parameter
organoleptik ekstrak bertujuan untuk memberikan pengenalan awal terhadap ekstrak
dengan menggunakan pancaindra.

Pengujian senyawa yang larut dalam air pada ekstrak daun sirih didapati
kadar sari larut air sebesar 68,27%, sedangkan untuk kadar sari larut etanol sebesar
82%. Hasil penetapan kadar senyawa larut air dan kadar senyawa larut etanol ini
bertujuan sebagai perkiraan banyaknya kandungan senyawa-senyawa aktif bersifat
polar (larut dalam air) dan bersifat polar-nonpolar (larut dalam etanol). Hasil yang
diperoleh menunjukkan besarnya kadar sari larut air sebesar 68,27% dan kadar sari
larut etanol sebesar 82%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar senyawa yang
terkandung dalam ekstrak terdiri dari senyawa polar dan non polar dengan
perbandingan senyawa polar lebih banyak dibandingkan dengan senyawa nonpolar
dilihat dari besarnya nilai persen senyawa yang larut dalam air dan larut dalam
etanol. Uji kandungan kimia bertujuan untuk memberikan gambaran awal komposisi
kandungan kimia pada sampel. Hasil uji kandungan kimia terhadap ekstrak etanol
daun sirih menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih mengandung senyawa Alkaloid,
Steroid, dan Tanin. Alkaloid sebagai antibakteri dapat mengganggu komponen
penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk
secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Steroid dalam mekanisme
antibakteri berhubungan dengan lipid dan sensitivitas terhadap komponen steroid
yang menyebabkan kebocoran pada liposom. Tanin memiliki aktivitas antibakteri
yang berhubungan dengan kemampuannya untuk menginaktifkan adhesin sel
mikroba sehingga bakteri tidak dapat berikatan dengan reseptor sel inang,
menginaktifkan enzim, dan mengganggu transport protein pada lapisan dalam sel.

Hasil pengujian standarisasi parameter non spesifik ekstrak etanol daun Sirih,
Susut pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk memberikan batasan maksimal
(rentang) besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Standar besarnya
nilai susut pengeringan suatu ekstrak adalah < 11,00%. Hasil penentuan parameter
susut pengeringan ekstrak etanol daun sirih diperoleh nilai sebesar 10,91%. Massa
yang dapat hilang selama proses pemanasan dapat meliputi minyak atsiri, pelarut
etanol, dan air. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak yang diperoleh memenuhi syarat
yaitu tidak lebih besar dari 11%. Kadar air merupakan parameter yang digunakan
untuk menentukan residu air setelah proses pengeringan. Metode yang digunakan
pada pengujian kadar air adalah metode gravimetri. Prinsipnya yaitu dilakukan
penguapan dengan cara dipanaskan. Metode ini dipilih karena Ekstrak kental
memiliki kadar air antara 5-30%. Hasil yang diperoleh untuk kadar air pada ekstrak
etanol daun sirih adalah sebesar 22,73%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak yang
diperoleh belum memenuhi standar yang diperbolehkan yaitu tidak melebihi 10%.
Kadar air yang terlalu tinggi (>10%) menyebabkan tumbuhnya mikroba yang akan
menurunkan stabilitas ekstrak. Ekstrak yang digunakan merupakan ekstrak kental
sehingga kemungkinan disebabkan oleh proses pengeringan yang kurang optimal.
Kadar air yang tinggi juga dapat disebabkan karena adanya pelarut yang ikut
terhitung pada perhitungan kadar air ekstrak.

Penentuan bobot jenis ini bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan


kimia yang terlarut pada suatu ekstrak. Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak yang
sudah diencerkan 5% dengan etanol. Hasil yang diperoleh besarnya nilai bobot jenis
pengenceran ekstrak daun sirih adalah 0,874 g/mL, dibandingkan dengan penelitian
yang dilakukan oleh, nilai bobot jenis yang diperoleh dari pengenceran ekstrak daun
leilem adalah sebesar 1,0479 g/mL. Bobot jenis alkohol adalah 0,81, artinya bobot
jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara. Nilai bobot jenis yang diperoleh
mendekati nilai bobot jenis alkohol dikarenakan digunakan pelarut etanol dalam
proses pengenceran. Perbedaan nilai bobot jenis dengan hasil dari penelitian
dikarenakan pelarut yang digunakan pada proses pengenceran berbeda. Pengenceran
yang dilakukan menggunakan pelarut air.

 JURNAL 2 (Rivai et al., 2013)


a. HASIL
b. PEMBAHASAN

Dari hasil uji organoleptis terhadap ekstrak kering daun sirih hijau dengan
penambahan laktosa 1 : 1 didapat ekstrak kering dalam bentuk serbuk berwarna
coklat tua, berbau khas seperti simplisia. Penambahan laktosa 1 : 1/2 didapat ekstrak
kering dalam bentuk serbuk berwarna coklat muda kekuningan, rasa khas seperti
simplisia dan pada penambahan laktosa 1 : 2 didapat ekstrak kering dalam bentuk
serbuk berwarna coklat kekuningan, bau khas seperti simplisia. Warna setiap serbuk
berbeda, perbedaan warna ini dipengaruhi oleh penambahan laktosa semakin banyak
laktosa yang ditambahkan maka warna ekstrak akan semakin pudar di banding warna
ekstrak kentalnya. Sedangkan bentuk, warna, bau dan rasa tidak berpengaruh besar
dengan penambahan laktosa.

Kadar senyawa larut air pada penambahan laktosa 1 : 1 (22,3646 %), 1 : 11 2


(22,5836 %) dan 1 : 2 (23,0699 %). Hasil perhitungan Anova terhadap kadar
senyawa larut dalam air untuk ketiga jenis ekstrak kering menunjukkan bahwa nilai F
hitung = 0.450 dengan Sig. = 0,658 (> 0,05), yang berarti variasi penambahan
laktosa pada ekstrak kering tidak terlalu mempengaruhi kadar senyawa larut air
ekstrak. Semakin besar jumlah penambahan laktosa maka semakin besar juga kadar
senyawa larut air pada ekstrak kering, hal ini disebabkan oleh sifat laktosa yang
mudah larut dalam air maka semakin banyak laktosa yang ditambahkan maka
semakin besar senyawa larut air ekstrak kering tersebut.

Kadar senyawa larut etanol pada penambahan laktosa 1 : 1 (4,8558 %), 1 : 11


2 (4,9154 %) dan 1 : 2 (3,8094 %). Hasil perhitungan Anova terhadap kadar senyawa
larut dalam etanol untuk ketiga jenis ekstrak kering menunjukkan bahwa nilai F
hitung = 30.087 dengan Sig. = 0,001 (< 0,05), yang berarti Fariasi penambahan
laktosa pada ekstrak kering mempengaruhi kadar senyawa larut etanol ekstrak.
Bahan aktif yang terdapat pada ekstrak kering terdapat dalam bentuk minyak atsiri
yang relatif larut dalam etanol dan telah tercampur dengan laktosa pada saat
pembuatan ekstrak kering dan laktosa sukar larut dalam etanol, oleh karena itu
semakin sedikit panambahan laktosa maka semakin besar kadar senyawa larut etanol
karena bahan aktif pada ekstrak mudah larut dalam etanol. Ketiga variasi
penambahan laktosa menunjukkan ratarata kadar senyawa larut etanol untuk ketiga
formula itu adalah berbeda nyata.

Dari penelitian pembuatan ekstrak kering dan karakterisasi daun sirih hijau
(Piper betle L.) yang sudah dilakukan dengan variasi penambahan laktosa 1:1, 1:1/2 ,
1:2 dapat disimpulkan bahwa pembuatan ekstrak kering yang paling bagus adalah
pada penambahan laktosa 1:2. Pada ekstrak kering dengan variasi penambahan
laktosa 1:2 dilakukan uji nonspesifik dan diperoleh susut pengeringan sebesar 2,1533
%, kadar air 2,0196 %, bobot jenis nyata 0,5482 %, bobot jenis mampat 0,5558 %,
kadar abu total 0,5660 % dan kadar abu tidak larut asam 0,5179 % .
 JURNAL 3 (Yadnya-Putra et al., 2015)
a. HASIL

b. PEMBAHASAN
Ekstrak etanol daun sirih terpurifikasi berupa ekstrak kental berwarna
coklat kehitaman, dengan aroma khas daun sirih akibat dari adanya kandungan
minyak atsiri. Rasa ekstrak etanol daun sirih terpurifikasi yang pahit menunjukkan
adanya suatu senyawa metabolit sekunderyang bersifatbasa seperti senyawa
golongan alkaloid. Kadar ekstrak larut air dan larut etanol secara berturut turut
sebesar 11,39 ± 0,22 % (b/b) dan 16,58 ± 2,57 % (b/b). Ini menunjukkan bahwa
daun sirih hijau mengandung senyawa yang dapat larut dalam pelarut etanol yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang larut air. Etanol merupakan pelarut yang
dapat melarutkan senyawa yang bersifat polar, semi polar, hingga sedikit
bagiansenyawa nonpolar Susut pengeringan ekstrak etanol daun sirih terpurifikasi
sebesar 26,67 ± 5,77%(b/b). Ini menunjukkan bahwa ekstrak yang diperoleh telah
berada pada rentang susut pengeringan optimal untuk ekstrak kental yaitu antara 5
hingga 30%. Kandungan abu total dalam ekstrak daun sirih terpurifikasi sebesar
10,75 ± 2,90 % (b/b) menggambarkan kandungan mineral dalam ekstrak tersebut.
Kadar abu tidak larut asam dalam ekstrak daun sirih terpurifikasi ini sebesar 2,33
± 1,76 %(b/b), menunjukkan kadar yang cukup tinggi. Umumnya kadar abu tidak
larut asam dalam suatu ekstrak disyaratkan tidak lebih dari 1 %.
Penampak bercak sitroborat dan uap amonia merupakan pereaksi yang
cukup spesifik untuk identifikasi senyawa golongan flavonoid. Dengan pereaksi
sitroborat terlihat terdapat 4 pita yang memberikan reaksi positif yaitupita pada Rf
0,13; 0,21; 0,35; dan 0,76. Pereksi AlCl3 dan FeCl3 digunakan untuk menguji ada
tidaknya senyawa flavonoid yang memiliki gugus fungsi orto di –OH bebas atau –
OH bebas pada posisi C-3. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat dua
pita yangbereaksi positif dengan pereaksi ini, yaitu pita pada Rf 0,13 dan 0,21.
Hasil uji menunjukkan ekstrak terpurifikasi daun sirih hijau mengandung
senyawa larut air sebesar 11,39 ± 0,22 % (b/b), senyawa larut etanol sebesar 16,58
± 2,57 % (b/b), susut pengeringan sebanyak 26,67 ± 5,77 % (b/b), kadar abu total
sebesar 10,75 ± 2,90 % (b/b), dan kadar abutidak larutasamsebesar2,33 ± 1,76%
(b/b). Hasil karakterisasi secara kromatografi lapis tipis menunjukkan terdapat
empat buah pita yang diduga merupakan senyawa golongan flavonoid yaitupada
Rf 0,13; 0,21; 0,35; dan 0,76.
DAFTAR PUSTAKA

Manarisip, G. E., Rotinsulu, H., & Fatimawali. (2020). Standardization Of Green Betel Leaf
Extracts ( Piper betle L .) and Antibacterial Test Against Pseudomonas aeruginosa.
Pharmacon-Program Studi Farmasi, 9(November), 533–541.

Rivai, H., Heriadi, A., & Fadhilah, H. (2013). Pembuatan dan karakterisasi ekstrak kering
daun sirih. Jurnal Farmasi Higea, 5(1), 133–144.

Yadnya-Putra, A. A. G. R., Yustiantara, P. S., Paramita, N. L. P. V., & Wirasuta, I. M. A. G.


(2015). STANDARISASI EKSTRAK TERPURIFIKASI DAUN SIRIH HIJAU (Piper
betle L.) DAN KARAKTERISASI SENYAWA FLAVONOID SECARA
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Seminar Nasional Sains Dan Teknologi (Sanastek-
2015), 2(3), 29–30.

Anda mungkin juga menyukai