Anda di halaman 1dari 7

Materi

1. Jerawat
Jerawat adalah gangguan kulit akibat dari kelebihan produksi kelenjar minyak yang
menyebabkan terjadinya infeksi dan radang pada kulit manusia.
Jenis-jenis jerawat :
a) Kelompok jenis jerawat ringan yaitu berupa komedo yang terdiri dari jerawat
whitehead dan blackhead.
b) Kelompok jenis jerawat sedang terdiri dari jerawat papula dan postula.
c) Kelompok jenis jerawat berat/parah terdiri dari jerawat nodul, kista,
Conglobate, dan fulminans (Hadianti, et al., 2015).
Penyebab :
- Sebum, bakteri, keturunan, hormon, psikis, diet, iklim, kosmetik

Pengobatan :
Pengobatan pada jerawat biasanya digunakan antibiotika seperti benzoil peroksida,
eritromisin, dan clindamycin.
Tetapi penggunaan pengobatan sistetik biasanya menimbulkan iritasi pada kulit dan
dapat menjadi resistensi pada pengobatan jangka panjang.

2. Daun Bangkal
Daun, untuk diare, bisul, sakit gigi dll.

3. Senyawa daun bangkal


- Polifenol
- Alkaloid
- Flavonoid
- Kuinon

4. Staphylococcus Aureus
Menurut jurnal Afifurrahman, et al 2014, mengatakan bahwa s.aureus adalah bakteri
yang paling sering menyebabkan infeksi.
Dan paling umum menyebabkan jerawat.

5. Etanol
- Bersifat polar, sehingga mudah menguap sehingga baik untuk dijadikan sebagai
pelarut ekstrak
- Tidak toksik dibanding aseton dan metanol.
- Memiliki tingkat ektraksi tinggi.
6. DMSO 1%
- Menurut Reynold 1996, DMSO tidak bersifat bakterisidal, sehingga tidak
menghambat pertumbuhan bakteri.
- Polar, sehingga akan mudah mengeluarkan senyawa aktif.
- Mampu melarutkan senyawa.
7. Klindamisin
- Paling banyak digunakan
- Menurut Kee dan Hayes, 1996, Klindamisin aktif melawan kebanyakan dari
organisme gram positif, termasuk S. Aureus, dan juga klinadmisin lebih efektif
dibanding linkomisin dan mempunyai sedikit efek toksis.
- Golongan Makrolida (Jenis obat antibiotik yang mengobati berbagai macam
infeksi bakteri yang umum terjadi)
8. UAE
- Pengerjaannya singkat, menggunakan sedikit pelarut dan hasil ekstrak tinggi
(banyak)
- Menggunakan gelombang ultrasonik, yang mana gelombang tersebut akan
membantu pelarut untuk memecahkan dinding sel sehingga senyawa aktif pada
tumbuhan keluar.
- 40 Khz lebih efektif dibanding frekuensi < 25 khz ataupun > 60 khz.
- S. Rouhani (2009), ekstraksi curcuminoid menggunakan metode UAE
memberikan hasil ekstraksi tiga kali lebih banyak daripada metode ekstraksi
konvensional. Waktu ekstraksi menggunakan UAE lebih cepat daripada
menggunakan waktu ekstraksi yang dibutuhkan pada metode konvensional.
Penelitian lain yang menggunakan metode UAE dilakukan oleh Roldan Gutierrez
(2008), menyatakan bahwa metode UAE mampu melakukan ekstraksi 18 kali
lebih cepat dibandingkan dengan metode steam distillation dan 2,5 kali lebih cepat
dibandingkan dengan metode superheated water extraction (SWE). Hal ini
menunjukkan bahwa ekstraksi menggunakan metode UAE dapat menghemat
energi dan biaya.
9. Simplisia
- Pengumpulan bahan
- Sortasi kering (Memisahkan kotoran-kotoran dan benda asing yang terdapat pada
tanaman)
- Pencucian dan penirisan (menghilangkan kotoran dan mengurangi kadar air bekas
pencucian)
- Perajangan (untuk mempercepat proses pengeringan)
- Pengeringan
- Sortasi kering (memisahkan sisa-sisa kotoran dan benda asing)
- Penghalusan
- Penyimpanan
10. Uji mutu standarisasi simplisia
Tujuan (Agar mengetahui kualitas mutu simplisia dan mejaga efek farmakologi dari
simplisia tersebut, sehingga diperoleh bahan baku farmasi yang bermutu, aman dan
bermanfaat.
SPESIFIK :
- Identitas, Organolaptis, Senyawa Terlarut Dalam Pelarut, Uji Kandungan Kimia

NON SPESIFIK
- Susut pengeringan
- Bobot jenis (pada Ekstrak)
- Kadar air
- Kadar abu
- Sisa pelarut (pada ekstrak)
- Residu pestisida
- Cemaran logam berat
- Cemaran mikroba
- Cemaran kapang, khamir dan aflatoksin (Depkes RI, 2000)

Pada penelitian nanti akan ada 4 pengujian :


- Penetapan kadar air.
Kadar air ditetapkan dengan cara destilasi toluen. Toluen yang digunakan
dijenuhkan dengan air terlebih dahulu, kemudian simplisia dan ekstrak masing-
masing sebanyak 5 g ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan
ditambahkan toluen yang telah dije-nuhkan. Labu dipanaskan selama 15 menit,
setelah toluen mulai mendidih,penyulingan diatur 2 tetes/ detik,lalu 4 tetes/detik.
Setelah semua air tersuling, pemanasan dilanjutkan selama 5 menit. Biarkan
tabung penerima dalam keadaan dingin mencapai hingga suhu kamar. Volume air
dibaca sesudah toluen dan air memisah sempurna. Kadar air tidak boleh melebihi
10% (Utami, et al., 2017).
Rumus perhitungan pemeriksaan kadar air (Suryadini, 2019) :
Kadar air = volume air (ml) x BJ air (g/ml) x 100%
Berat simplisia awal (g)

(tidak boleh melebihi 10%)

- Penetapan susut pengeringan


Simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam krus
porselin bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105°C selama 30
menit dan telah ditara. Krus dimasukkan ke dalam oven dalam keadaan tutup krus
terbuka, keringkan pada suhu 105°C hingga bobot tetap, dinginkan dalam
eksikator. Replikasi dilakukan sebanyak tiga kali kemudian dihitung
presentasenya (Utami, et al., 2017).
Rumus perhitungan susut pengeringan (Suryadini, 2019):
Susut pengeringan (g/g) = berat awal – berat akhir x 100%
berat sampel

(Bobot konstan)
- Penetapan kadar sari larut air
Simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 5 g dtimbang, masukkan ke dalam
labu bersumbat, tambahkan 100 mL air jenuh kloroform. Kocok berkalikali
selama 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam. Ekstrak disaring dan 20 mL filtrat
disaring dan diuapkan hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang
telah ditara. Residu dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap, hitung kadar
dalam % sari larut air, dihitung terhadap bahan yang telah di keringkan di udara
(Utami, et al., 2017).
Rumus penetapan kadar sari larut air (Suryadini, 2019):
% Kadar sari larut air (g/g) = berat sari larut air x 100 x 100%
Berat bahan awal 20

(Tidak kurang dari 24%)


- Penetapan kadar sari larut etanol
Simplisia dan ekstrak masing-masing sebanyak 5 g dtimbang, masukkan ke dalam
labu bersumbat, tambahkan 100 mL etanol (95%). Kocok berkali-kali selama 6
jam pertama, biarkan selama 18 jam. Ekstrak disaring cepat untuk menghindari
penguapan etanol (90%). Sebanyak 20 mL filtrat disaring dan diuapkan hingga
kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah ditara. Residu dipanas-kan
pada suhu 105°C hingga bobot tetap, hitung kadar dalam % sari larut air, dihitung
terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Utami, et al., 2017).
Rumus perhitungan penetapan kadar sari larut etanol (Suryadini, 2019):
% Kadar Sari Larut Etanol = Bobot Residu x FP x 100%
mg Sampel

(Tidak kurang dari 6%)

11. Ekstrak
- Tujuan : Untuk menarik senyawa aktif pada tumbuhan keluar.
- Macam-macam ekstrak : Encer, kental, kering, cair
- Faktor yang mempengaruhi ekstrak : jenis, waktu pemanenan, umur, dan
penyimpanan.
- Faktorfaktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel,
waktu ekstraksi, jumlah sampel, suhu, dan jenis pelarut (Utami, 2009).
12. Uji Fitokimia
- Alkaloid.
Uji alkaloid dilakukan dengan menambahkan 1 ml ekstrak ditambah dengan 2
ml HCl 2N dan beberapa tetes reagen Mayer. Langkah yang sama dilakukan untuk
uji dragendorf. Hasil ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih pada
reagen Mayer dan endapan jingga pada reagen Dragendorff.

- Flavanoid.
Ekstrak sebanyak 2 ml ditambahkan serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml
amil alkohol (campuran asam klorida 37 % dan etanol 96% dengan volume
yang sama) dan 4 ml etanol 96% kemudian campuran dikocok. Reaksi positif
ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan
amil alkohol.

- Kuinon.
1 ml ekstrak ditambahkan NaOH 1 N (1:1) kemudian diamati perubahan
warnanya Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning.

- Polifenol.
Uji fenolik dilakukan dengan mereaksikan 1 ml ekstrak dengan larutan FeCl3
1%. Hasilditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau, merah, ungu, biru tua,
biru, biru kehitaman, atau hijau kehitaman.

- Saponin.
Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Busa yang stabil
akan terus terlihat selama 5 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes
HCl 2 N menunjukkan adanya saponin.

- Terpenoid.
Uji terpenoid dilakukan dengan mereaksikan 1 ml ekstrak dengan 0,5
ml etanol, 0,5 ml asam asetat anhidrat dan 2 ml asam sulfat pekat melalui
dinding tabung. Hasil ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau dan biru
(triterpenoid), dan merah atau ungu (steroid).

13. Nutrient Agar


Media ini mengandung nutrisi yang dapat mendukung pertumbuhan bakteri. Menurut
pelczar dan chan (2008), semua organisme termasuk bakteri membutuhkan nutrisi
untuk memenuhi kehidupan yang diperlukan dalam pertumbuhan organisme tersebut.

14. Media Miring


Tujuan : Untuk inokulasi bakteri
Inokulasi : Mengembangbiakkan bakteri

15. Larutan Mc. Farland


Larutan H2SO4 0,36 N sebanyak 99,5 ml dicampurkan dengan larutan BaCl 2.2H2O
1,175% sebanyak 0,5 ml dalam erlenmeyer. Kemudian dikocok sampai terbentuk
larutan yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai standar kekeruhan suspensi
bakteri uji (Dima, et al., 2016).

16. Suspensi bakteri


Dilarukan dengan 2 ml Nacl 0,9%.

17. 4 kali replikasi


Tujuan : Dalam replikasi minimal 3 kali pengulangan, ini dilakukan 4 kali
pengulangan/replikasi agar menghindari human error dan untuk lebih teliti.

18. Perhitungan NA
Standart : 28 g / 1000 ml
V1 : W2 = V2 : W2

19. Perhitungan Randemen


Randemen = Ekstrak kental x 100 %
Berat simplisia

20. Lab
- Lab analisis Farmasi
- Lab Fitokimia
- Lab Mikrobiologi
21. Ukuran serbuk simplisia seragam
Tujuan : Agar dalam proses ektraksi pengeluaran senyawa aktif seragam,
berbarengan.

22. Jerawat terjadi ketika folikel rambut atau tempat tumbuhnya rambut tersumbat
oleh minyak dan sel kulit mati. Hal tersebut menyebabkan peradangan serta
penyumbatan pada pori-pori kulit. Peradangan ini ditandai dengan munculnya
benjolan kecil yang terkadang berisi nanah di atas kulit.

Anda mungkin juga menyukai