PERCOBAAN III
SUSUT PENGERINGAN DARI EKSTRAK BAHAN ALAM
Disusun oleh :
1. Tegar Siwi Bratawan (107119002)
2. Monica Nur Istiqomah (107119006)
3. Tika Alfianti (107119007)
4. Widya Tunjung E (107119008)
5. Fatmawati (107119011)
I. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan penentuan parameter susut pengeringan dari
ekstrak bahan alam.
VII. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, dilakukan pengukuran parameter non spesifik
berupa susut pengeringan terhadap daun jati belanda. Dengan menggunakan
metode gravimetri, metode gravimetri sangat cocok digunakan untuk
penetapan susut pengeringan dan tidak membutuhkan pelarut. Dengan
menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap, diamati pengaruh
cara dan lama pengeringan pada kualitas simplisia. Dilakukan pengeringan
dengan oven pada suhu 105 derajat celcius selama 30 menit. Dilakukan pada
suhu 105 derajat celcius agar mendapatkan hasil pengeringan yang maksimal.
Bobot pada cawan akan semakin berkurang karena adanya pemanasan.
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga simplisia
tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Air yang
masih tersisa dalam simplisia pada kadar lebih dari 10% dapat menjadi reaksi
enzimatis yang dapat menguraikan zat aktif sehingga mengakibatkan
penurunan mutu atau perusakan simplisia. Simplisia yang dikeringkan dengan
oven, lalu simplisia yang sudah dikeringkan kemudian dimasukan deksikator
yang fungsinya untuk mendinginkan, Simplisia yang digunakan yaitu
Orthosiphonis Folium atau daun kumis kucing.
Penentuan karakteristik dari suatu simplisia penting dilakukan baik
untuk simplisia yang baru di kenalpun perlu ditetapkan karakteristiknya.
Simplisia merupakan bahan alam yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, simplisia
merupakan bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia
nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia nabati
adalah simplisa yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau
zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya
(DepKes RI, 1989).
Suatu simplisia harus memenuhi persyaratan pemerian makroskopik
dan mikroskopik, penetapan kadar abu.
Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan berat
dari suatu unsur atau senyawa dengan cara memisahkan unsur tersebut dengan
persenyawaannya, kemudian di timbang atau proses isolasi dan pengukuran
berat syautu unsur atau senyawa tertentu. Tujuan percobaan gravimetri adalah
untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya, untuk mengetahui
kadar air pada sampel. Prinsip percobaan gravimetri yaitu berdasarkan
pengurangan berat sampel, sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan.
Metode gravimetri merupakan metode standar yang memiliki akurasi yang
sangat tinggi. Namun metode ini harus dilakukan di Laboratorium sehingga
penerapannya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak untuk
mendapatkan satu nilai kadar air tanah. Kebutuhan akan metode pengukuran
tidak langsung menjadi sangat mendesak sebab banyaknya waktu dan tenaga
yang dibutuhkan metode gravimetri (Underwood, 1980).
Penetapan susut pengeringan adalah senyawa yang menghilang selama
proses pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga
senyawa menguap yang lain hilang). Pengukuran sisa zat dilakukan pada
pengeringan temperature 105°C selama 30 menit atau sampai berat konstan
dan dinyatakan dalam metode persen (metode gravimetri).
Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang
berada di dalam bahan. Penetapan parameter dilakukan dengan cara yang
tepat yaitu titrasi, destilasi atau gravimetri. Tujuan dari penetapan kadar air
adalah mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya
kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya
kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikianmenghilang kadar air
hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan
selama penyimpanan. Range kadar air tergantung jenis ekstrak yang
diinginkan, ekstrak kering kadar air 30%. Kadar air yang cukup beresiko
adalah lebih dari 10%.
Penetapan susut pengeringan adalah senyawa yang menghilang selama
proses pemanasan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan
hasil bahwa Susut pengeringan sampel adalah 99,8952%. Hal ini dianggap
keliru karena tidak mungkin senyawa yang hilang dari sampel lebih
dari 90%.Hal ini disebabkan nilai terakhir bobot sampel belum mencapai nilai
konstan.Selain itu, juga dapat disebabkan kekeliruan saat menimbang karena
alat timbang yang digunakan kurang stabil dan pada saat melakukan
pengeringan di dalam oven penutup botol timbang tidak dibuka.
Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang
berada di dalam bahan. Pada praktikum ini, didapatkan sebanyak 0,3 mL air
yang tertampung pada destilator dari 1 gram ekstrak atau kadar air dalam
ekstrak daun jeruk manis adalah 30% dalam 1 gram ekstrak. Tidak ada
pustaka yang menjelaskan persen kadar air dalam ekstrak daun jeruk manis.
Namun, menurut BPOM, kadar air yang baik untuk simplisia atau ekstrak
adalah tidak lebih dari 10% (8).
Sehingga, ekstrak daun jeruk yang digunakan tidak memenuhi syarat
mutu ekstrak yang baik. Kelebihan kadar ini dapat disebabkan disebabkan
kekeliruan dalam menentukan jumlah toluene jenuh air yang digunakan
sehingga tidak hanya air dari ekstrak yang menguap tetapi dari pelarut yang
digunakan.
Menurut pustaka, Hasil terbaik untuk rendemen minyak atsiri kulit
jeruk manis dengan pelarut n-heksana didapatkan pada suhu 50 °C
dan 90 menit yaitu 1,34% dari 300 gram kulit jeruk manis halus (14).Namun
hasil yang didapatkan adalah 0,4166 %kadar minyak atsiri
dalam 120 gram kulit jeruk manis. Hal ini, tidak sesuai dengan pustaka karena
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu dan waktu penguapan
yang digunakan tidak sama dengan suhu pada pustaka serta alat yang
digunakan tidak dalam kualitas baik seperti pompa air dingin yang sering
terlepas sehingga, bisa saja saat ada uap, tidak terjadi kondensasi karena tidak
adanya air dingin yang mengalir pada kondensor.
VIII. KESIMPULAN
Anam, S., Yusran, M., Trisakti, A., Ibrahim, N., Khumaidi, A., Ramadanil,
dan Zubair, M.S, 2013. Standarisasi Ekstrak Etil Asetat Kayu Sanrego
(Lunasia amara Blanco), Jurnal Of Natural Science, Vol2. (3):1-8.
Dirjen POM RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dirjen POM RI. 2008 Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dirjen POM RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Fatimawali, Billy J. Kepel, Widdhi Bodhi. 2020. Standarisasi Parameter
Spesifik dan Non-Spesifik Ekstrak Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia
Purpurata K. Schum) sebagai Obat Antibakteri. eBiomedik.
2020;8(1):63-67 https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik.
(Diakses Maret 2021).