Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

PERCOBAAN III
SUSUT PENGERINGAN DARI EKSTRAK BAHAN ALAM

Disusun oleh :
1. Tegar Siwi Bratawan (107119002)
2. Monica Nur Istiqomah (107119006)
3. Tika Alfianti (107119007)
4. Widya Tunjung E (107119008)
5. Fatmawati (107119011)

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2021/2022
PERCOBAAN III
SUSUT PENGERINGAN DARI EKSTRAK BAHAN ALAM

I. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan penentuan parameter susut pengeringan dari
ekstrak bahan alam.

II. DASAR TEORI


Obat tradisional dibuat dalam bentuk ekstrak karena tanaman obat
tidak lagi praktis jika digunakan dalam bentuk bahan utuh (simplisia). Ekstrak
tersebut bisa dalam bentuk ekstrak kering, ekstrak kental dan ekstrak cair
yang proses pembuatannya disesuaikan dengan bahan aktif yang dikandung
serta maksud penggunaannya (Anam et al., 2013).
Simplisia adalah bahan alam yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan dengan
lain, simplisia adalah bahan yang telah dikeringkan simplisia dapat berupa
simplisia nabati, hewani dan mineral. Suatu simplisia harus memenuhi
persyaratan pemerian ( makroskopik dan mikroskopik) kadar abu, penetapan
kadar abu yang tidak larut asam, penetapan kadar abu yang tidak larut air,
penetapan kadar air, penetapan susut pengeringan,  penetapan kadar
penetapan kadar sari yang larut yang larut dalam etanol, dan etanol, dan
penetapan bahan penetapan bahan organik asing organik asing (Depkes RI,
1989).
Parameter mutu simplisia meliputi susut  pengeringan, kadar air,
pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu, kadar abu kadar abu tidak larut
tidak larut asam, kadar asam, kadar sari larut sari larut air, kadar sari. Dalam
percobaan ini dilakukan proses penetapan susut pengeringan dari suatu
simplisia. Susut pengeringan merupakan metode penetapan kadar senyawa
yang mudah menguap (seperti minyak atsiri) dan air yang terdapat dalm suatu
simplisia. Adapun susut pengeringan adalah presentase senyawa yang
menghilang proses pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang
tetapi  juga senyawa senyawa yang menguap menguap lain yang hilang).
hilang). Pengukuran Pengukuran sisa zat dilakukan dilakukan dengan
pengeringan pada temperature 105oC selama 30 menit atau sampai berat
konstan dan dinyatakan dalam persen (metode gravimetri) (Dirjen POM,
1995). Oleh karena itu presentase susut pengeringan akan selalu lebih besar
dibandingkan dengan kadar air karena pada susut pengeringan senyawa yang
mudah menguap  juga menghilang.
Standardisasi adalah proses penentuan spesifikasi bahan berdasarkan
parameter tertentu untuk mencapai tingkat kualitas. Penentuan parameter
spesifik meliputi identitas, organoleptik, senyawa kimia yang larut dalam air
dan etanol, serta kandungan kimia. Pada standardisasi dilakukan proses
penetapan sifat berdasarkan parameter-parameter tertentu untuk mencapai
derajat kualitas yang sama. Ekstrak distandardisasi dengan dua parameter
yaitu parameter spesifik dan parameter non spesifik (Dirjen POM, 2008).
Parameter non spesifik yang ditetapkan dalam penelitian ini meliputi
susut pengeringan, cemaran mikrobiologi, cemaran logam berat, kadar abu,
penetapan sisa tidak larut asam. Parameter susut pengeringan adalah
pengukuran sisa ekstrak setelah dilakukan pengeringan pada suhu 105 oC
selama 30 menit atau sampai berat konstan yang dinyatakan sebagai nilai
persen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak
menguap/atsiri dan sisa pelarut organik menguap) identik dengan kadar air.
Nilai susut pengeringan sama dengan nilai rentang kadar air yang
diperbolehkan terkait dengan kemurnian dan kontaminasi (Fatimawali, Billy
dkk 2020)
Salah satu metode pengukuran parameter non-spesifik berupa susut
pengeringan adalah menggunakkan metode gravimetri, metode gravimetri
sangat cocok digunakan untuk penetapan susut pengeringan dan tidak
membutuhkan pelarut, dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai
bobot tetap, diamati pengaruh cara dan lama pengeringan pada kualitas
simplisia. Dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 105oC agar
mendapatkan hasil pengeringan yang maksimal. Bobot pada cawan akan
semakin berkurang karena ada pemanasan. Pengeringan bertujuan untuk
mengurangi kadar air sehingga simplisia tidak mudah rusak dan dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama. Simplisia yang memiliki kadar air
>10% dapat menjadi media pertumbuhan mikroba selain itu dengan adanya
air akan terjadi reaksi enzimatis yang dapat menguraikan zat aktif sehingga
mengakibatkan penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Penetapan parameter non spesifik yang dilakukan salah satunya adalah
penetapan susut pengeringan. Prosedur melakukan penetapan kadar susut
pengeringan dimulai dengan menimbang kadar ekstrak secara saksama 1 g
sampai 2 g dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah
dipanaskan pada suhu penetapan dan ditara. Bahan dalam botol diratakan
dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang
5 sampai 10 mm, dimasukkan dalam ruang pengering, tutupnya dibuka dan
dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum setiap
pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaaan tertutup mendingin dalam
eksikator hingga suhu ruang. Susut pengeringan dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut (Depkes RI, 2000).
Susut pengeringan (%) = Berat susut pengeringan x 100%
Berat ekstrak

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat :
1. Cawan penguap bertutup
2. Kaca arloji
3. Spatel
4. Timbangan analitik
b. Bahan :
Ekstrak simplisia
IV. CARA KERJA
Ditimbang ekstrak 2 gram (B) dan dimasukan ke dalam botol, timbang
dangkal tertutup (cawan penguap tertutup) yang sebelumnya telah dipanaskan
pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara (Ao)

Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol ditimbang dengan


menggoyangkan botol, hingga menjadi lapisan setebal  5 mm – 10 mm. Jika
ekstrak yang diuji merupakan ekstrak kental, ratakan dengan bantuan
pengaduk. Kemudian dimasukan ke dalam ruang pengering, buka tutupnya
dan keringkan pada suhu 105oC hingga botol tetap (A1).

Sebelum setiap pengeringan, dibiarkan botol dalam keadaan tertutup


mendingin dalam eksilator hingga suhu kamar

Dicatat bobot tetap yang diperoleh untuk menghitung persentase susut


pengeringannya

Dihitung persentase susut pengeringan dengan rumus berikut :


% susut pengeringan = A1−A0 x 100
B
Keterangan :
A1 : Bobot cawan + ekstrak setelah pemanasan (gr)
A0 : Bobot cawan kosong (gr)
B : Bobot sampel awal (gr)
V.
VI. HASIL
Diketahui :
1. Ao : Bobot cawan kosong = 29,55 gram
2. A1 : Bobot cawan + ekstrak setelah pemanasan = 30,73 gram
3. B : Bobot sampel cawan = 1 gram
Ditanya :
% Susut pengeringan
Dijawab :
% Susut pengeringan
= A1 – Ao x 100 %
B
= 30,73 – 29,55 x 100 %
1
= 1,18 x 100 %
= 118 %

VII. PEMBAHASAN
Dalam praktikum ini, dilakukan pengukuran parameter non spesifik
berupa susut pengeringan terhadap daun jati belanda. Dengan menggunakan
metode gravimetri, metode gravimetri sangat cocok digunakan untuk
penetapan susut pengeringan dan tidak membutuhkan pelarut. Dengan
menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap, diamati pengaruh
cara dan lama pengeringan pada kualitas simplisia. Dilakukan pengeringan
dengan oven pada suhu 105 derajat celcius selama 30 menit. Dilakukan pada
suhu 105 derajat celcius agar mendapatkan hasil pengeringan yang maksimal.
Bobot pada cawan akan semakin berkurang karena adanya pemanasan.
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga simplisia
tidak mudah rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Air yang
masih tersisa dalam simplisia pada kadar lebih dari 10% dapat menjadi reaksi
enzimatis yang dapat menguraikan zat aktif sehingga mengakibatkan
penurunan mutu atau perusakan simplisia. Simplisia yang dikeringkan dengan
oven, lalu simplisia yang sudah dikeringkan kemudian dimasukan deksikator
yang fungsinya untuk mendinginkan, Simplisia yang digunakan yaitu
Orthosiphonis Folium atau daun kumis kucing.
Penentuan karakteristik dari suatu simplisia penting dilakukan baik
untuk simplisia yang baru di kenalpun perlu ditetapkan karakteristiknya.
Simplisia merupakan bahan alam yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, simplisia
merupakan bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia
nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia nabati
adalah simplisa yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau
zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya
(DepKes RI, 1989).
Suatu simplisia harus memenuhi persyaratan pemerian makroskopik
dan mikroskopik, penetapan kadar abu.
Gravimetri adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan berat
dari suatu unsur atau senyawa dengan cara memisahkan unsur tersebut dengan
persenyawaannya, kemudian di timbang atau proses isolasi dan pengukuran
berat syautu unsur atau senyawa tertentu. Tujuan percobaan gravimetri adalah
untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya, untuk mengetahui
kadar air pada sampel. Prinsip percobaan gravimetri yaitu berdasarkan
pengurangan berat sampel, sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan.
Metode gravimetri merupakan metode standar yang memiliki akurasi yang
sangat tinggi. Namun metode ini harus dilakukan di Laboratorium sehingga
penerapannya membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak untuk
mendapatkan satu nilai kadar air tanah. Kebutuhan akan metode pengukuran
tidak langsung menjadi sangat mendesak sebab banyaknya waktu dan tenaga
yang dibutuhkan metode gravimetri (Underwood, 1980).
Penetapan susut pengeringan adalah senyawa yang menghilang selama
proses pemanasan (tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga
senyawa menguap yang lain hilang). Pengukuran sisa zat dilakukan pada
pengeringan temperature 105°C selama 30 menit atau sampai berat konstan
dan dinyatakan dalam metode persen (metode gravimetri).
Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang
berada di dalam bahan. Penetapan parameter dilakukan dengan cara yang
tepat yaitu titrasi, destilasi atau gravimetri. Tujuan dari penetapan kadar air
adalah mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya
kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya
kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikianmenghilang kadar air
hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan
selama penyimpanan. Range kadar air tergantung jenis ekstrak yang
diinginkan, ekstrak kering kadar air 30%. Kadar air yang cukup beresiko
adalah lebih dari 10%. 
Penetapan susut pengeringan adalah senyawa yang menghilang selama
proses pemanasan. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan
hasil bahwa Susut pengeringan sampel adalah 99,8952%. Hal ini dianggap
keliru karena tidak mungkin senyawa yang hilang dari sampel lebih
dari 90%.Hal ini disebabkan nilai terakhir bobot sampel belum mencapai nilai
konstan.Selain itu, juga dapat disebabkan kekeliruan saat menimbang karena
alat timbang yang digunakan kurang stabil dan pada saat melakukan
pengeringan di dalam oven penutup botol timbang tidak dibuka.
Parameter kadar air merupakan pengukuran kandungan air yang
berada di dalam bahan. Pada praktikum ini, didapatkan sebanyak 0,3 mL air
yang tertampung pada destilator dari 1 gram ekstrak atau kadar air dalam
ekstrak daun jeruk manis adalah 30% dalam 1 gram ekstrak. Tidak ada
pustaka yang menjelaskan persen kadar air dalam ekstrak daun jeruk manis.
Namun, menurut BPOM, kadar air yang baik untuk simplisia atau ekstrak
adalah tidak lebih dari 10% (8).
             Sehingga, ekstrak daun jeruk yang digunakan tidak memenuhi syarat
mutu ekstrak yang baik. Kelebihan kadar ini dapat disebabkan disebabkan
kekeliruan dalam menentukan jumlah toluene jenuh air yang digunakan
sehingga tidak hanya air dari ekstrak yang menguap tetapi dari pelarut yang
digunakan.
   Menurut pustaka, Hasil terbaik untuk rendemen minyak atsiri kulit
jeruk manis dengan pelarut n-heksana didapatkan pada suhu 50 °C
dan 90 menit yaitu 1,34% dari 300 gram kulit jeruk manis halus (14).Namun
hasil yang didapatkan adalah 0,4166 %kadar minyak atsiri
dalam 120 gram kulit jeruk manis. Hal ini, tidak sesuai dengan pustaka karena
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu dan waktu penguapan
yang digunakan tidak sama dengan suhu pada pustaka serta alat yang
digunakan tidak dalam kualitas baik seperti pompa air dingin yang sering
terlepas sehingga, bisa saja saat ada uap, tidak terjadi kondensasi karena tidak
adanya air dingin yang mengalir pada kondensor.

VIII. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Tujuan percobaan gravimetri adalah untuk memisahkan analit dari
pengganggu-pengganggunya, untuk mengetahui kadar air pada sampel.
2. Prinsip percobaan gravimetri yaitu berdasarkan pengurangan berat
sampel, sebelum dipanaskan dan sesudah dipanaskan.
3. Pengujian susut simplisia didapatkan hasil 118%
4. Pengujian kadar air didapatkan yang memenuhi syarat kadar air yang
dimiliki oleh simplisia yang tidak lebih dari 10%
DAFTAR PUSTAKA

Anam, S., Yusran, M., Trisakti, A., Ibrahim, N., Khumaidi, A., Ramadanil,
dan Zubair, M.S, 2013. Standarisasi Ekstrak Etil Asetat Kayu Sanrego
(Lunasia amara Blanco), Jurnal Of Natural Science, Vol2. (3):1-8.
Dirjen POM RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Dirjen POM RI. 2008 Farmakope Herbal Indonesia Edisi I. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dirjen POM RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Fatimawali, Billy J. Kepel, Widdhi Bodhi. 2020. Standarisasi Parameter
Spesifik dan Non-Spesifik Ekstrak Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia
Purpurata K. Schum) sebagai Obat Antibakteri. eBiomedik.
2020;8(1):63-67 https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik.
(Diakses Maret 2021).

Anda mungkin juga menyukai