Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

(SUSUT PENGERINGAN)

OLEH :
NAMA : WAHYUNI SAHDI
KELAS : IIA
KELOMPOK : II
TGL PRAKTIKUM : 12, Oktober, 2022
ASISTEN : NURUL ICHSANI, S. FARM

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI


PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
PRODI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNKHAIR 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Susut pengeringan merupakan kadar bagian yang menguap dari suatu
zat. Kecuali dinyatakan lain, sebanyak 1 g sampai 2 g zat ditetapkan pada
temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai bobot tetap. Sebelum
setiap pengeringan, botol dibiarkan mendingin dalam keadaan tertutup di
dalam eksikator hingga suhu kamar. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari
suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5°C dan 10°C
dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu
penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap (Saifudin,
2011).
Tujuan dari susut pengeringan adalah untuk memberikan batas
maksimal (rentang)  besarnya senyawa yang hilang selama proses
pengeringan. Nilai atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan
kemurnian dan kontaminasi (Agoes, 2007).
Parameter kadar air merupakan banyaknya hidrat yang terkandung
dalam bahan. Tujuan penetapan kadar air adalah untuk memberikan
batasan maksimal atau rentang tentang  besarnya kandungan air di dalam
bahan. Nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan
kemurnian dan kontaminasi (Agoes, 2007).
Kadar air berhubungan dengan  potensi tumbuhnya mikroorganisme
yang dapat menurunkan daya tahan bahan. Parameter ini  juga dapat
menggambarkan besaran potensi degradasi senyawa akibat proses
hidrolisis atau degradasi karena mikroorganisme dengan air sebagai
pendukungnya. Air dalam suatu bahan makanan terdapat dalam tiga bentuk
yaitu air bebas, air terikat secara lemah, dan air terikat kuat (Pramono,
2014).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada praktikum ini adalah memberikan gambaran
besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus pada praktikum ini adalah agar praktikan dapat
mengetahui batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa
yang hilang pada proses pengeringan.
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja metode pada proses susut pengeringan?
2. Bagaiamana tahapan dilakukan proses susut pengeringan?
3. Kenapa dilakukan proses susut pengeringan?
D. MANFAAT PRAKTIKUM
1. Agar praktikan dapat mengetahui metode apa saja yang digunakan
pada proses susut pengeringan
2. Untuk dapat mengetahui tahapan pada saat dilakukan proses susut
pengeringan.
3. Dilakukan proses susut pengeringan ini agar dapat diketahui besar
senyawa yang hilang pada saat perlakuan dan dapat dinyatakan
sebagai nilai prosen atau sampai berat konstan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman binahong (Anredera Cordifolia. L) adalah tanaman obat potensial
yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Tanaman ini berasal dari dataran
Cina dengan nama asalnya Dheng san chi, di Inggris disebut madeira vine
(Manoi, 2009).
Tanaman binahong mempunyai khasiat sangat banyak terutama dalam
bidang farmasi. Ekstrak etanol daun binahong dapat menurunkan kreatinin dan
ureum dalam darah serta memperbaiki sel ginjal yang rusak. Ekstrak metanol
daun binahong menunjukkan efek anti inflamasi serta memiliki efek antioksidan
serta memiliki aktivitas hepatoprotektor. Kandungan utama daun binahong
adalah flavonoid (Sukandar, 2011).
Kadar susut pengeringan termasuk dalam parameter non spesifik yang
dipersyaratkan oleh kementrian kesehatan RI untuk menyiapkan ekstrak
sebagai sediaan bahan obat. Kadar susut pengeringan yang diperoleh untuk
masing-masing simplisia sampel tumbuhan obat terpilih rata-rata memiliki nilai
<10%. Sedangkan nilai acuan susut pengeringan menurut farmakopeherbal
Indonesia adalah <10%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar susut
pengeringan untuk bahan baku ekstrak atau simplisia telah memenuhi
persyaratan kemenkes RI dan farmakapo herbal Indonesia (Depkes RI, 2008).
Penetapan susut pengeringan merupakan suatu metode penetapan kadar
senyawa yang mudah menguap (seperti minyak atsiri) dan air yang terdapat di
dalam suatu simplisia. Adapun susut pengeringan adalah persentase senyawa
yang menghilang selama proses pemanasan (tidak hanya menggambarkan air
yang hilang, tetapi juga senyawa menguap lain yang hilang). Pengukuran sisa
zat dilakukan dengan pengeringan pada temperatur 105°C selama 15 menit
atau sampai berat konstan dan dinyatakan dalam persen metode gravimetri.
Oleh karena itu, presentase susut pengeringan akan selalu lebih besar
dibandingkan dengan kadar air karena pada susut pengeringan senyawa yang
mudah menguap juga terhitung. Pengukuran kadar air dalam bahan pangan
dapat ditentukan dengan beberapa metode, yaitu, metode pengeringan
(thermogravimeri), metode destilasi, metode fisis dan metode kimiawi (Karl
Fischer Method) (Dirjen, 1995).
.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat/Lokasi dan Waktu Praktikum
Lokasi Pelaksanaan Praktikum di Laboratorium Biologi Farmasi Fakultas
Kedokteran Tanggal 12, Oktober, 2022
B. Populasi dan Sampel
Sampel yang digunakan adalah daun tanaman binahong (Anredera
Cordifolia. L) diolah dalam bentuk serbuk, diambil dari Pulau Ternate,
Maluku Utara.
C. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan pada praktikum susut pengeringan ini adalah
erlenmeyer,gegep kayu,oven,cawan,setang,neraca analitik,alumunium
foil,lap kasar.
2. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan pada praktikum susut pengeringan ini adalah
serbuk daun binahong.
D. Prosedur Kerja
1. Ditimbang erlenmeyer kosong dan cacat bobotnya
2. Dimasukkan kedalam oven pada suhu 1050c selama 30 menit
3. Setelah 30 menit, dikeluarkan dan masukkan dalam desikator selama 15
menit
4. Setelah itu, ditimbang erlenmeyer yang telah dipanaskan tadi
5. Kemudian dimasukkan serbuk simplisia sebanyak 2 gram, masukkan
erlenmeyer tadi, dan ditimbang catat bobotnya
6. Dimasukkan kedalam oven selama 30 menit pada suhu 105 0c
7. Dikeluarkan dan masukkan kedalam desikator selama 15 menit
8. Ditimbang erlenmeyer+sampel yang telah dipanaskan tadi, catat
bobotnya
9. Lakukan kembali proses pemanasan untuk mendapatkan nilai bobot
pemanasan kedua sehingga dihasilkan bobot konstan
10. Kemudia dilakukan perhitungan susut pengeringan
% susut pengeringan = bobot sampel – bobot erlemeyer + sampel
setelah pemanasan
x100%

Bobot sampel
b. erlenmeyer+sampel pemanasan I + b. erlenmeyer + pemanasan II
Bobot sampel
Dikurangi dengan bobot erlemeyer tanpa sampel setelah pemanasan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kadar susut pengeringan termasuk dalam parameter non spesifik yang
bertujuan untuk memberikan batasan maksimal tentang besarnya senyawa
yang hilang pada proses pengeringan. Pada praktikum susut pengering
digunakan 2 metode yaituh metode thermogravimetri dan metode destilasi
dengan suhu yang telah ditetapkan pada proses susut pengeringan yaituh
1050c dalam 30 menit atau sampai berat konstan. Hasil bobot yang didapat
adalah :

N Gambar Keterangan
o

1. Di panaskan tanpa penutup

2. Setelah dipanaskan dengan penutup

3. Serbuk daun binahong 2 gram


4. Erlenmeyer + sampel yang belum
dipanaskan

5. Erlenmeyer dengan penutup sebelum


dipanaskan

6. Erlenmeyer tanpa penutup setelah


dipanaskan

7. Erlenmeyer + sampel tanpa penutup

a. Perhitungan penetuan bobot konstan :


Bobot Konstan = Bobot Erlenmeyer + sampel (pemanasan 1) – Bobot
Erlenmeyer + sampel (pemanasan 2)
Tanpa penutup = 66,5436 gr – 66,5331 gr

= 0,010 gr

Dengan penutup = 85,0971 gr – 85,0888 gr

= 0,010 gr

Bobot konstan
Presentasi Konstan = X 100 %
Bobot Erlenmeyer + sampel pemanasan
1
0,010 gr
Tanpa penutup = X 100 %
66,5436

= 0,015 %
0,008 gr
Dengan penutup = X 100 %
85, 0971

= 0,009 %

Dapat disimpulkan bahwa hasil yang didapat pada bobot konstan yaituh 0, 010
gram, dan prensentase konstan 0, 015 % dan 0,009% sudah memenuhi dengan
bobot standar konstan yang telah ditetapkan yaituh > 0, 25%.

b. Perhitungan bobot hasil susut pengeringan


Bobot Erlenmeyer + sampel Setelah pemanasan =

-
B. Erlenmeyer + sampel Pem 1 + B. Erlenmeyer + sampel Pem 2 Bobot
Erlenmeyer
Bobot Sampel
+ sampel

66,543 gr – 66,5331 gr
Tanpa penutup - 64,8068 =
2 gr

= 66, 538 – 64,8068

= 1,7315 gr

85,0971 gr – 85,0888 gr
Dengan penutup = - 84,3628 =
2 gr

= 85,0929 – 83,3628

= 1, 7301 gr
B. sampel + sampel setelah Pemanasan

% susut pengeringan = X 100 %


Bobot Sampel

2 gr + 1, 7315 gr
Tanpa penutup x 100% =
2 gr

= 0, 13425 x 100

= 13,425 %

2 gr + 1, 7301 gr
Dengan penutup = X 100% =
2 gr

= 0, 13495 x 100

= 13,495 %

Hasil yang didapat pada perhitungan erlenmeyer dengan penutup dan


tanpa penutup pada susut pengeringan yaituh tanpa penutup didapat hasil
1,7315 gr, tanpa penutup didapat hasil 1,7301 gr, dan pada susut
pengeringan didapat hasil 13, 425%, dan 13, 495%.
Penentuan parameter non spesifik yaitu penentuan aspek kimia,
mikrobiologi, dan fisik yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan
stabilitas. Parameter non spesifik menurut buku Parameter Standar Umum
Ekstrak Tanaman Obat, meliputi banyak parameter salah satu yang
digunakan pada praktikum ini yaituh parameter non spesifik (Saifudin, dkk,
2011).
Parameter susut pengeringan adalah suatu pengukuran sisa zat setelah
pengeringan pada temperatur 105°C selama 30 menit atau sampai berat
konstan, yang dinyatakan sebagai prosen. Dalam hal khusus (jika bahan
tidak mengandung minyak menguap atau atsiri dan sisa pelarut organik
menguap) identik dengan kadar air yaitu kandungan air karena berada di
atmosfer atau lingkungan udara terbuka. Parameter ini bertujuan untuk
memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang
hilang pada proses pengeringan. Nilai maksimal atau rentang yang
diperbolehkan, terkait dengan kemurnian dan kontaminasi Susut
pengeringan untuk simplisia daun binahong adalah kurang dari 9%
(Paskartini, 2017).
BAB V
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Nilai maksimal atau rentang yang
diperbolehkan, terkait dengan kemurnian dan kontaminasi Susut
pengeringan untuk simplisia daun Binahong adalah kurang dari 9% dan
bobot konstan >0, 25% maka jika dibandingkan dengan hasil yang didapat
sudah memenuhi untuk bobot bobot konstan. Hanya saja pada bobot susut
pengeringan yang didapat sudah melebihi penetapan kadar bobot konstan,
oleh karena itu diperlu untuk melakukan pengulangan pemanasan yang
kedua kali agar mendapatkan hasil bobot tetap.
b. Saran
1. Saran untuk laboratorium
Sebaiknya lebih memperhatikan keyamanan praktikan agar dapat
mengontrol praktikan
2. Saran untu asisten
Alangka baiknya lebih memperhatikan dan mendampingi praktikan
agar hal-hal yang tidak diinginkan tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta

Paskartini, 2017, Parameter standarisasi tanaman segar, simplisia dan ekstrak


etanol daun binahong (Anredera cordifolia) dari tiga daerah
berbeda, Universitas Katholik Widya Mandala, Surabaya.

Saifudin, Dkk, 2011, Standardisasi Bahan Obat Alam, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Emelda M, 2021. Buku Farmakognosi, Hal 49, Yogyakarta.

Manoi, Dkk, 2009, Binahong (Anredera Cordifolia) Sebagai Obat, Pusat


Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor

Sukandar, Dkk, 2011, Effect Of Methanol Extract Hearhleaf Madeiravine


(Anredera Gordifolia (Ten.) Steenis) Leaves On Blood Sugar In
Diabetes Mellitus Model Mice, School Of Pharmacy, Institut
Teknologi, Jurnal Medika, Bandung.

Agoes. 2007, Teknologi Bahan Alam, ITB Press Bandung

Pramono, 2014, Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Bertoni (Stevia
Rebaudiana) dari Tiga Tempat Tumbuh. Dalam, Jurnal Ilmu
Farmasi, (145-151), Universitas Wahid Hasyim, Semarang.

Depkes RI, 2008, Farmakope Herbal Indonesia, Departemen Kesehatan


Repoblik Indonesia, Jakarta

Ditjen POM, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Jilid I,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai