Anda di halaman 1dari 2

PERCOBAAN VII

PENETAPAN PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN DAN PENGUJIAN KADAR


ABU

1. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui cara penetapan kadar susut pengeringan
2. Mengetahui cara pengujian kadar abu

2. Dasar Teori
➢ Penetapan Kadar Abu
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organic.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada jenis bahan dan cara pengabuannya.
Bahan pangan yang terdapat di alam mengandung mineral yang berupa abu. Mineral juga
biasanya berbentuk sebagai senyawa kompleks yang bersifat organis. Prinsip pengabuan
cara langsung yaitu semua zat organik dioksidasi pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500-600
C, kemudian zat yang tertinggal setelah proses pembakaran ditimbang. Sedangkan prinsip
pengabuan cara tidak langsung yaitu bahan ditambahkan reagen kimia tertentu sebelum
dilakukan pengabuan. Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui metode yang dapat
mengukur dan menetapkan kadar abu suatu bahan pangan. Penentuan kadar abu total dapat
digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya
suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai
penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Adanya kandungan abu yang tidak larut
dalam asam yang cukup tinggi menunjukkan adanya pasir atau kotoran lain
➢ Penetapan Kadar Susut Kering
Susut pengeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat kecuali dinyatakan lain
, suhu penetapan adalah 105oC , keringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Jika
suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara
5oC dan 10oC dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu
penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap. Dalam hal khusus jika
bahan tidak mengandung minyak menguap/ atsiri dan sisa pelarut organik menguap identik
dengan kadar air, yaitu kandungan air karena berada di atmosfer/ lingkungan udara terbuka.
Tujuannya adalah untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya
senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Nilai atau rentang yang diperbolehkan
terkait dengan kemurnian dan kontaminasi.
3. Alat Dan Bahan

➢ Alat :
Oven , furnance, cawan penguap, kurs dan penutup kurs, timbangan digital,
pemegang kurs serta desikator
➢ Bahan :
1. simplisia dari Daun Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)
2. simplisia dari Kulit Kayu manis (Cinnanom burmanii)
3. simplisia dari Rimpang Kencur (Kaempferia galanga)
4. Simplisia dari Temulawak (Curcuma xanthorizza)
5. Simplisia dari Kunyit (Curcuma domestica)
6. Simplisia dari daun salam (Syzygium polyanthum)
7. Simplisia dari daun sirsak (Annona muricata L)

4. Prosedur Kerja
➢ Penetapan Kadaar Susut Kering

Ditimbang sebanyak 2 gram simplisia dalam cawan penguap yang sebelumnya telah
dipanaskan pada suhu 100-105°C selama 30 menit dan telah ditara. Kemudian dimasukkan
ke dalam ruang pengering, tutup dibuka, dikeringkan beserta tutupnya pada suhu 105 oC
hingga bobot tetap. Sebelum pengeringan, krus dibiarkan dalam keadaan tertutup menjadi
dingin dalam desikator hingga suhu kamar. Dihitung berat zat yang hilang dalam mg per
simplisia berdasarkan rumus :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑍𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠𝑘𝑎𝑛 (𝑔)
Susut Pengeringan = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔)

➢ Penetapan Kadar Abu


Sampel yang digunakan adalah hasil dari analisis kadar air. Kemudian sampel yang
berada di cawan diarangkan di sebuah kompor listrik hingga tidak mengeluarkan asap.
Cawan porselen berisi sampel yang sudah diarangkan dimasukkan ke dalam tanur bersuhu
600oC selama 6 jam hingga proses pengabuan sempurna. Cawan porselen berisi abu
dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105 C selama 1 jam, kemudian didinginkan dalam
desikator dan ditimbang (d). Tahapan ini dilakukan hingga mencapai bobot yang konstan.
Kadar abu dihitung dengan rumus:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐴𝑏𝑢 (𝑔)


Kadar Abu = x 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑔)

5. LEMBAR TUGAS
1. Jelaskan Perhitungan Penetapan Penetapan Susut Pengeringan Dan Pengujian
Kadar Abu Dari Simplisia.

Anda mungkin juga menyukai