Anda di halaman 1dari 7

LAMPIRAN

METODE PENGUJIAN
1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)
Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam
labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer
ditambahkan larutan HCL 2M sebanyak 50 ml, sedangkan untuk
pengujian oksalat terlarut ditambahkan 50 ml aquades. Pada pengujian
total oksalat pH sampel diturunkan hingga 0.08, sedangkan untuk
pengujian oksalt terlarut pH dijadikan 7.00. Selanjutnya sampel
0
dipanaskan dalam suhu 80 C selama 20 menit. Sampel yang sudah
dipanaskan selanjutnya di masukkan dalam labu ukur 100 ml. tera sampel
denagn menggunakan HCL 2M untuk pengujian total oksalat bahan,
sedangkan untuk pengujian oksalat terlarut ditambahkan aquades hingga
mencapai tera. Sampel yang sudah ditera, selanjutnya di sentrifuse selama
15 menit dengan kecepatan 2900 RPM, sempel disaring kemudian di
analisis dengan menggunakan HPLC.
2. Derajat Putih
Derajat putih diukur dengan Kett whitenesmeter. Mula-mula
alat dihidupkan dan dikalibrasi dengan standar warna putih
(BaSO4=100%). Kemudian contoh yang akan diukur dimasukan dalam
wadah pengukuran hingga penuh agar dapat terbaca. Nilai derajat putih
sampel (%) terbaca pada angka yang ditunjuk oleh jarum pengukuran.
3. Sifat Gelatinisasi dan Rheology Adonan Tepung
Profil gelatinisasi tepung talas diamati dengan Brabender
Viscoamylograph. Suspensi tepung talas dalam konsentrasi 30%
disiapkan, lalu diamati temperatur gelatinisasi, viskositas puncak,
viskositas pada 95°C, 50°C dan holding time.
4. Kadar air
Botol timbang dikeringkan terlebih dahulu selama 1 jam dalam
oven pada suhu 105°C, lalu didinginkan dalam eksikator dan kemudian
beratnya ditimbang (x). Sampel ditimbang seberat 5 gram (y),
53
dimasukkan ke dalam botol timbang, kemudian dimasukkan ke dalam
oven selama 4 – 6 jam pada suhu 105°C, lalu didinginkan dalam
deksikator dan ditimbang kembali. Pekerjaan ini diulang sampai 3 kali,
hingga dicapai berat konstan (z). Adapun rumus penentuan kadar air
sebagai berikut:
(x + y – z)
Kadar Air = x 100%
Y
Kadar bahan kering sampel dapat diketahui dengan rumus :
Bahan kering (BK) = (100 – Kadar Air) %
5. Kadar abu
Cawan porselin dikeringkan dalam oven 105°C selama
beberapa jam, kemudian didinginkan dalam eksikator dan berat awal
ditimbang (x). Sampel bahan ditimbang dengan berat kira-kira 5 gram (y)
dan dimasukkan ke dalam cawan porselin. Sampel tersebut dipijarkan di
atas nyala api pembakar bunsen sampai titik berasap lagi, kemudian
dimasukkan ke dalam tanur listrik dengan suhu 400 - 600°C. Sesudah
sampel abu berwarna putih, seluruh sampel diangkat dan didinginkan
dalam eksikator. Setelah kira-kira 1 jam sampel ditimbang kembali (z).
Adapun rumus penentuan kadar abu menggunakan rumus sebagai
berikut:
(z–x)
Kadar Abu = ______ x 100%
Y
Kadar bahan organik dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut :
Bahan Organik (BO) = ( Bahan Kering (BK) – Abu ) %
6. Kadar protein kasar
Prinsip analisa adalah pengukuran kadar nitrogen (N) dari
sampel dengan menggunakan Metode makro Kjeldahl. Ada 3 tahap
analisa protein yaitu : 1. Tahap Destruksi
2. Tahap Destilasi
3. Tahap Titrasi
54
Cara Kerja :
1. Kira-kira sebanyak 0.3 g sampel (X) ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik, setelah itu sampel dimasukkan ke
dalam labu destruksi. Kedalam labu ditambahkan kira-kira 3 sendok
kecil katalis campuran ( selenium 4 gr + CuSO4.5H2O 3 gr + Na2SO4
190 g ) serta 20 ml H2SO4 pekat teknis secara homogen. Campuran
tersebut dipanaskan dengan alat destruksi mula-mula pada posisi low
selama 10 menit, kemudian pada posisi medium selama 5 menit dan
high sampai larutan menjadi jernih dan berwarna hijau kekuningan;
proses ini berlangsung di dalam ruang asam.
2. Setelah itu labu destruksi didinginkan dan larutan tersebut di
masukkan ke dalam labu penyuling dan diencerkan dengan 300 ml
aquadest yang tidak mengandung N. Tambahkan beberapa butir batu
didih dan larutan dijadikan basa dengan menambahkan kira-kira 100
ml NaOH 33%. Kemudian labu penyuling dipasang dengan cepat di
atas alat penyuling. Proses penyulingan ini diteruskan hingga semua
N telah tertangkap oleh H2SO4 yang ada di dalam erlenmeyer atau
bila 2/3 dari cairan dalam labu penyuling telah menguap (Tahap
Destilasi).
3. Labu erlenmeyer yang berisi hasil sulingan tersebut diambil dan
kelebihan H2SO4 dititer kembali dengan menggunakan larutan
NaOH 0.3 N. Proses titrasi berhenti setelah terjadi perubahan warna
dari biru kehijauan yang menandakan titik akhir titrasi. Volume
NaOH dicatat ( z ml ), kemudian dibandingkan dengan titar blanko
(y ml). (Tahap Titrasi). Adapun rumus penentuan kadar protein kasar
sebagai berikut:

( y – z ) x titar NaOH x 0,014 x 6,25


Protein Kasar = ______________________________ x 100%
Berat Sampel ( x ) g

55
7. Kadar lemak kasar (Metode Sochlet)
Prinsip analisanya ialah Ekstraksi lemak dengan menggunakan pelarut
organik.
Cara Kerja :
1. Sebuah labu lemak dengan menggunakan beberapa butir batu
didih di dalamnya, dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105 -
110°C selama 1 jam. Labu didinginkan dalam eksikator selama 1
jam dan ditimbang ( a gram).
2. Sampel ditimbang kira-kira 1 g ( x gram) dengan catatan jumlah
sampel juga tergantung dengan kadar lemak bahan. Sampel tersebut
dimasukkan ke dalam selongsong yang terbuat dari kertas saring dan
ditutup dengan kapas yang bebas lemak.
3. Selongsong dimasukkan ke dalam alat FATEX-S dan
ditambahkan larutan petroleum Ether sebagai larutan pengekstrak.
4. Alat FATEX-S diatur suhunya pada 60°C dan waktu selama 25
menit. Proses ekstraksi dilakukan sampai alat berbunyi, kemudian
larutan petroleum ether diturunkan bersama lemak yang telah larut.
Lakukan proses evaporasi dengan merubah suhu pada 105°C sampai
alat FATEX-S berbunyi. Proses ekstraksi dan evaporasi dilakukan
sebanyak 2 kali.
5. Selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam alat pengering oven
dengan suhu 105°C selama kira-kira 1 jam. Setelah itu didinginkan
di dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang kembali ( b gram ).
Adapun rumus penentuan kadar lemak kasar sebagai berikut:
(b–a)
Kadar Lemak Kasar = _______ x 100%
X
8. Kadar serat kasar
Prinsip : Serat kasar adalah semua zat-zat organik yang tidak dapat
larut dalam H2SO4 0.3 N dan dalam NaOH 1.5 N yang berturut-turut

56
dipanaskan selama 30 menit. Serat kasar terdiri dari sellulosa,
hemisellulosa, lignin dan silika serta sebagian pentosan-pentosan.
Cara Kerja :
1. Sampel ditimbang seberat 1 gram (x) dan dimasukkan ke dalam
gelas piala 500 ml. Sampel ditambahkan 50 ml H2SO4 0.3 N dan
dipanaskan hingga mendidih selama 30 menit.
2. Setelah itu ke dalam gelas piala ditambahkan pula 25 ml NaOH
1.5 N dan terus dididihkan kembali selama 30 menit kedua. Waktu
pendidihan diperhatikan agar api tidak terlalu besar dan cairan tidak
meluap dan tumpah.
3. Sebuah kertas saring ditimbang seberat ( a ) gram.
4. Cairan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring yang
sudah ditimbang sebelumnya dan dilakukan penyaringan dengan
menggunakan corong Buchner. Proses penyaringan berturut-turut
dicuci dengan :
- 50 ml air panas
- 50 ml H2SO4 0.3 N
- 50 ml air panas
- 25 ml Aceton
5. Kertas saring dan isinya dimasukkan ke dalam cawan porselin
dan dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105°C.
6. Kertas saring dan isisnya yang telah dikerngkan didinginkan
dalam eksikator selama 1 jam dan timbang ( y ) gram.
7. Setelah itu kertas saring dan isinya dipijarkan di dalam tanur
sampai menjadi putih dan dinginkan kembali serta timbang ( z )
gram.
Adapun rumus penentuan kadar serat kasar sebagai berikut:
(y–z–a)
Kadar Serat Kasar = _________ x 100%

57
9. Uji Warna
Uji warna dilakukan menggunakan sebuah chromameter
dengan basis nilai L* a* dan b*. Chromameter terlebih dulu dikalibrasi
menggunakan standard warna putih yang tersedia. Sampel tepung
ditempatkan di dalam wadah sampel lalu dilakukan pengukuran nilai L*,
a* dan b*.

59

Anda mungkin juga menyukai