Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

Disusun oleh:
Luthfi Iqbal Romadlon
17/414822/PT/07511
Kelompok XXIII

Asisten : Rio Rizky Arisandy

LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PRINSIP KERJA

Penetapan Kadar Bahan Kering.


Prinsip kerja penetapan kadar bahan kering adalah air yang
terkandung di dalam suatu bahan pakan akan menguap seluruhnya
apabila bahan tersebut dipanaskan selama beberapa waktu pada suhu
105 sampai dengan 110°C dengan tekanan udara bebas. Silica disk yang
digunakan saat praktikum berfungsi menampung sampel dikeringkan
dalam oven pengering pada suhu 105 oC sampai 110 oC selama 1 jam.
Tujuan penengeringan silica disk berfungsi mengeringkan silica disk dari
air, kemudian didinginkan dalam desikator, bila sudah dingin ditimbang
sebagai X gram. Cuplikan bahan pakan ditimbang seberat 1 gram sebagai
Y gram, dimasukkan kedalam silica disk dan dikeringkan dalam oven
pengering selama 8 sampai 24 jam pada suhu 105 oC sampai 110oC
hingga memperoleh bobot tetap. Pengovenan alat dilakukan untuk
menghilangkan kadar air yang terkandung dalam pakan, air akan
menguap bila dipanaskan diatas 100oC. Silica disk dan cuplikan bahan
pakan dikeluarkan dari dalam oven dan didinginkan dalam desikator yang
berfungsi untuk menstabilkan berat dari uap air. Silica disk dan cuplikan
bahan pakan dibiarkan dingin sampai diperoleh bobot yang tetap.
Perhitungan:
Kadar air = (X+Y) – Z x 100%
Y
Kadar bahan kering = 100% - kadar air
Keterangan:
X = bobot silica disk (gram)
Y = bobot cuplikan pakan (gram)
Z = bobot cuplikan pakan + silica disk setelah alat dioven 105 sampai
dengan 110°C (gram)
Penetapan Kadar Bahan Organik.
Prinsip kerja bahan organik adalah suatu bahan pakan bila
dibakar pada suhu 550oC sampai 600°C selama beberapa waktu maka
semua zat organiknya akan terbakar sempurna menghasilkan oksida yang
menguap yaitu berupa CO2, H2O, dan gas-gas lain, sedang yang tertinggal
tidak menguap adalah oksida mineral atau yang disebut abu. Penetapan
kadar bahan organik dimana cuplikan bahan organik dan silica disk hasil
penetapan kadar air, dimasukkan untuk dibakar dengan tanur pada suhu
550oC sampai 600oC selama 2 jam yaitu 30 menit digunakan untuk
menaikkan suhu dan 1,5 jam untuk pembakaran dalam tanur pada suhu
550oC sampai 6000C. Pembakaran berfungsi untuk membakar dengan
sempurna zat organik dan menguap menjadi CO 2, H2O, dan gas lainnya
sedang yang tertinggal adalah abu. Cuplikan yang sudah berwarna putih
seluruhnya kemudian tanur dimatikan dan dibiarkan hingga suhunya
menurun hingga 1200C lalu dimasukkan dalam desikator selama 30 menit
dan bahan ditimbang.
Pehitungan:
Kadar abu = Z-X x 100%
Y
Kadar bahan organik = 100% - abu%
Keterangan
X = bobot silica disk kosong (gram)
Y = bobot sampel awal (gram)
Z = bobot sampel + silica disk setelah dibakar (gram)

Penetapan Kadar Protein Kasar


Prinsip kerja protein kasar adalah asam sulfat pekat dengan
katalisator tablet Kjehltab yang berisi CuSO4 dan K2SO4 dapat memcah
ikatan N organik menjadi (NH4)2SO4 kecuali ikatan N=N, NO, dan NO2.
(NH4)2SO4 dalam suasana basa akan melepaskan NH3, yang kemudian
dititrasi dengan HCl 0,1 N. Penetapan kadar protein kasar dimana analisis
yang digunakan pada saat praktikum penetapan kadar protein kasar
menggunakan metode Kjeldahl. Metode Kjeldahl terdiri dari destruksi,
destilasi dan titrasi. Prinsip penetapan kadar protein kasar adalah asam
sulfat pekat dengan katalisator CuSO4 dan Selenium (Se) dapat memecah
ikatan N organik menjadi (NH4)2 SO4 kecuali ikatan N=N, NO, dan NO 2.
(NH4)2SO4 dalam suasana basa akan melepas NH 3, yang kemudian
dititrasi dengan HCl 0,1 N.
Destruksi. Proses destruksi (oksidasi) berfungsi menghancurkan
bahan bahan menjadi komponen sederhana sehingga nitrogen dalam
bahan terurai dari organiknya. Langkah awal yakni disiapkan sampel
seberat 0,5019 (Y), 20 ml H2SO4 pekat untuk mempercepat terjadinya
oksidasi dan ¼ tablet kjeltab. Selenium dan K2SO4 sebagai katalisator
dimasukkan kedalam tabung destruksi yang telah bersih dan kering.
Tabung tabung destruksi ditempatkan pada lubang yang ada pada kompor
destruksi, pendingin dihidupkan dan kompor dinyalakan. Skala pada
kompor destruksi di set kecil kurang lebih 1 jam. Destruksi diakhiri bila
larutan berwarna jernih, kemudian didinginkan dan dilanjutkan
pengenceran selanjutnya didestilasi. Reaksi proses destruksi dapat ditulis
sebagai berikut :
N organik + H2SO4 → (NH4)2SO4 + H2O + NO3 + NO2
Destilasi. Proses destilasi (penyulingan) yaitu larutan hasil dari
destruksi yaitu memecah (NH4)2SO4 menjadi NH3. Langkah awal larutan
diencerkan dengan air sampai volumenya 300 ml, digojog agar homogen.
Disiapkan erlenmeyer yang berisi 50 ml H 3BO3 0,1 N yang berfungsi untuk
menangkap NH3 dan indikator mix (brom cresol green, metanol, dan
methyl red) berfungsi sebagai indikator. Penampung dan labu kjeldahl
dipasang pada alat destilasi. Air pendingin dihidupkan dan tekan tombol
hingga menyala hijau. Dispensing ditarik kebawah untuk memasukkan
NaOH 50% ke dalam tabung yang berfungsi untuk mengubah (NH 4)2SO4
menjadi NH4OH yang apabila dipanaskan berubah menjadi gas NH 3.
Handle steam diturunkan kebawah sehingga larutan yang ada dalam
tabung mendidih. Destilasi berakhir setelah destilat mencapai 200 ml.
Blanko dibuat dengan menggunakan cuplikan yang berupa H 2O dan di
destilasi dengan cara diatas. Reaksi proses destilasi dapat ditulis sebagai
berikut :
(NH4)2SO4 + 2NaOH → 2NH4OH + Na2SO4
3NH3 + H3BO3 → (NH4)3BO3
Titrasi. Proses titrasi bertujuan untuk mengetahui jumlah N yang
terdestilasi dengan prinsip yaitu mengukur sisa asam yang tidak bereaksi
dengan NH3, Hasil dari destilasi dititrasi dengan HCl 0,1 N. Titrasi
dihentikan jika larutan berubah dari hijau ke perak dikarenakan kondisi
netral yang di tambah dengan HCl. Reaksi proses titrasi dapat ditulis
sebagai berikut :
(NH4)3BO3 + 3HCl → 3NH4Cl + H3BO3
Perhitungan:
Kadar protein kasar = (X-Y) x N x 0,014 x 6,25 x 100%
Z
X = Jumlah titrasi sampel (ml)
Z = Bobot sampel (gram)
N = Normalitas HCl (0,1 N)
Y = Jumlah titrasi blanko (ml)
Penetapan Kadar Serat Kasar.
Prinsip kerja serat kasar adalah semua senyawa organik kecuali
serat kasar akan larut bila direbus dalam H 2SO4 1,25% (0,255 N) dan
dalam NaOH 1,25% (0,313 N) yang berurutan masing-masing selama 30
menit. Bahan organik yang tertinggal disaring dengan glass wool dan
crucible. Hilangnya bobot setelah dibakar 550 oC sampai dengan 600°C
adalah serat kasar. Penetapan kadar serat kasar dimana cuplikan
ditimbang seberat 1 gram sebagai Y gram, dimasukkan ke dalam beaker
glass 600 ml, lalu ditambahkan 200 ml H 2SO4 1,25% berfungsi untuk
melarutan senyawa organik seperti yang larut dengan asam kecuali serat
kasar dengan berbagai campurannya, kemudian dipanaskan hingga
mendidih selama 30 menit dihitung sejak gelembung pertama muncul.
Hasil perebusan H2SO4 disaring melalui saringan linen. Fungsi kain linen
yaitu untuk menyaring residu hasil perebusan H2SO4.
Hasil saringan dimasukkan ke dalam beaker glass, dan
ditambahkan 200 ml NaOH 1,25% berfungsi untuk penyabunan lemak
yang ada dalam bahan pakan, lalu dididihkan selama 30 menit dihitung
sejak gelembung pertama muncul. Hasil perebusan NaOH disaring
kembali menggunakan crucible yang telah dilapisi glass wool untuk
meminimalisir bahan pakan yang ikut larut dalam penyaringan juga tidak
mudah lebur atau meleleh jika dipanaskan pada suhu tinggi. Langkah
selanjutnya dicuci dengan beberapa ml air panas untuk menghilangkan
mikrobia yang dapat mempengaruhi hasil dan kemudian dengan sekitar
20 ml etil alkohol 95% untuk menghilangkan sisa-sisa lemak yang masih
tertinggal. Hasil saringan termasuk glass wool dimasukkan kedalam oven
untuk dikeringkan dengan suhu 105 oC sampai 110oC selama 8 sampai 24
jam, kemudian didinginkan dalam desikator, setelah itu ditimbang sebagai
X gram. Crucible bersama isinya dibakar di dalam tanur pada suhu 550 oC
sampai dengan 600oC untuk menyisakan abu yang berwarna putih
seluruhnya. Crucible dikeluarkan dan didinginkan pada desikator, dan
ditimbang sebagai Z gram.
Perhitungan:
Kadar serat kasar (%) = X-Z x 100%
Y
X = bobot sampel setelah dikeringkan dalam oven 105°C (gram)
Y = bobot sampel awal (gram)
Z = bobot sisa pembakaran 550oC sampai dengan 600°C (gram)
Penetapan Kadar Lemak Kasar.
Prinsip kerja lemak kasar adalah lemak dapat diekstraksi dengan
menggunakan ether atau zat pelarut lemak lain menurut Soxhlet kemudian
ether diuapkan dan lemak dapat diketahui bobotnya. Penetapan kadar
lemak kasar dimana cuplikan pakan ditimbang sebanyak 3 sampel seberat
0,7 gram (Y gram) dibungkus dengan kertas saring bebas lemak. Masing-
masing bungkusan cuplikan dimasukkan ke dalam oven pengering
dengan suhu 105oC sampai 1100C selama 8 sampai 24 jam untuk
mengeringkan bahan dari air hingga beratnya stabil. Sampel dimasukkan
kedalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang (X gram). Bungkusan
cuplikan dimasukkan kedalam alat ekstraksi soxhlet untuk melarutkan
bahan sehingga yang tertinggal tinggal lemak kasar.
Labu penampung dan tabung soxhlet diisi dengan petroleum
benzen yang mempunyai titik didih lebih rendah daripada ether pada alat
ekstraksi hingga petroleum turun ke labu penampung kemudian isikan
kembali hingga batas bawah alat ekstraksi. Dipastikan bahwa bahan
pakan terendam dengan petroleum benzen. Labu penampung dan tabung
soxhlet dipasang, pendingin dan penangas dihidupkan. Ekstraksi
dilakukan selama akumulasi 16 jam sampai petroleum benzen dalam alat
ekstraksi berwarna jernih. Pemanas dimatikan, kemudian sampel diambil
dan dipanaskan dalam oven pengering 105 oC sampai 1100C selama 8
sampai 24 jam untuk larutan yang ada dalam bahan pakan akan
menguap yang tersisa hanyalah bahan organik selain lemak dan sehingga
kadar lemak dapat diketahui dari selisih bobot sebelum diekstraksi dan
bobot setelah diekstraksi, lalu dimasukkan dalam desikator selama 15
menit dan ditimbang (Z gram).
Perhitungan:
Kadar lemak kasar = X-Z x 100%
Y
X = bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105°C
(belum diekstraksi)
Y = bobot sampel awal
Z =bobot sampel + kertas saring bebas lemak setelah oven 105°C
(setelah diekstraksi)
Penetapan Kadar ETN.
Prinsip kerja ETN adalah ekstrak tanpa nitrogen dan karbohidrat yang
mudah larut terutama pati yang kecernaannya tinggi. Energi yang
dihasilkan sekitar 3,75 sampai dengan 4,75 kcal/g. Rata-rata karbohidrat
mengandung energi 4 kcal/g. Ekstrak tanpa nitrogen adalah karbohidrat
yang kecernaanya tinggi atau yang mudah larut. ETN diperoleh dari hasil
mengurangi sampel bahan kering dengan semua komponen-komponen
seperti air, serat kasar, protein, dan abu. Fungsi pengukuran ETN adalah
dapat mengetahui energi yang dihasilkan bahan pakan.
Perhitungan:
ETN (BK) = 100%- (SK% (BK)+ EE% (BK)+ PK% (BK)+ Abu%)
Penetapan Kadar TDN.
TDN merupakan jumlah nutrien yang dapat dicerna oleh ternak. Nilai
TDN dapat ditetapkan dengan cara menjumlahkan fraksi dalam analisis
Wendee yang tercerna. Perhitungan TDN membutuhkan data berupa
komposisi kimia pakan (%), Komposisi kimia feses (%), konsumsi pakan
(kg), feses yang keluar (kg). Prediksi nurien tercerna bahan pakan dapat
dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi berdasarkan hasil
analisis proksimat. Ternak yang digunakan yaitu sapi.
Perhitungan:
TDN (%) = Protein Kasar tercerna + Serat Kasar tercerna + Ekstrak Tanpa
Nitrogen tercerna + [Ekstrak Eter tercerna x 2,25]
BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Proksimat Pakan Jadi


Analisis proksimat merupakan suatu metode analisis kimia untuk
mengidentifikasi kandungan zat makanan dalam suatu bahan pakan.
Fraksi dalam analisis proksimat yaitu kadar air (KA), kadar abu (KAb),
protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK), dan ekstrak tanpa
nitrogen (ETN). Fachrudin (2012) menyatakan bahwa analisis proksimat
didilakukan dengan metode Wendee yang meliputi kadar air (KA), kadar
abu (KAb), protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK), dan
ekstrak tanpa nitrogen (ETN). Komponen fraksi yang dianalisis masih
mengandung komponen lain dalam jumlah yang sangat kecil.
Berdasarkan analisis proksimat yang dilakukan ketika praktikum dapat
diketahui hasil analisis proksimat sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil analisis proksimat
Parameter Hasil (%)
Bahan Kering 89,70
Bahan Organik 90,96
Protein Kasar 14,06
Serat Kasar 17,38
Lemak Kasar 6,37
Abu 11,17
BETN 51,02
Berdasarkan hasil analisis proksimat yang telah dilakukan didapatkan
hasil kandungan protein kasar sebesar 14,06% atau kurang dari 20% dan
serat kasar sebesar 17,38 atau kurang dari 18% maka dapat diketahui
bahwa bahan pakan yang digunakan termasuk klasifikasi bahan pakan
sumber energi pada kelas 4. Haresign et al (2016) menyatakan bahwa
pakan sumber energi yaitu pakan yang mengandung energi tinggi, namun
protein rendah. Protein kurang dari 20%, serat kasar kurang dari 18% dan
kandungan dinding sel kurang dari 35%, bahan pakan tersebut contohnya
dedak, padi, dan gandum.
Evaluasi dan Formulasi Ransum
Evaluasi ransum yang disusun pada saat praktikum menggunakan
sistem analisis proksimat untuk mengetahui fraksi dalam pakan. Fraksi
yang dapat diketahui berupa air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat
kasar, dan ekstrak tanpa nitrogen. Formulasi ransum yang dilakukan
adalah formulasi untuk pakan ternak sapi potong dengan berat badan 390
kg. Kebutuhan BK (Berat Kering) ternak sapi potong yaitu 2,8% dari berat
badan dan kebutuhan PK (Protein Kasar) ternak sapi potong tersebut 13%
dari BK. Perbandingan antara konsentrat dan hijauan diformulasi sebesar
60:40. Kebutuhan BK ternak sapi potong tersebut yaitu sebesar 10920
gram. Kebutuhan PK ternak sapi potong tersebut membutuhkan 1419,6
gram.
Berdasarkan hasil praktikum diketahui analisis pakan menghasilkan
BK konsentrat sebesar 6552 dan BK hijauan sebesar 4368. BK pakan
total yang didapatkan sebesar 10920 gram sudah cukup memenuhi
kebutuhan, sedangkan analisis pakan hanya menghasilkan PK konsentrat
sebesar 921,21 gram dan PK hijauan menghasilkan 74,26 gram dengan
total PK pakan sebesar 995,47 gram. Kekurangan kebutuhan PK yaitu
sebesar 20,53% sehingga perlu tambahan konsentrat lain. Mamot (2014)
menyatakan bahwa konsentrat adalah suatu bahan pakan yang
dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian
gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan untuk disatukan dan
dicampur sebagai suplemen atau bahan pelengkap.
Hasil yang diperoleh dari formulasi ransum suatu bahan sudah
mecukupi kebutuhan nutrien ternak. Kebutuhan BK sebesar 10,92 kg dan
kebutuhan PK sebesar 995,47 gram. BK pakan jadi sebesar 89,7 dengan
harga 2500 per kg. PK pakan jadi sebesar 14,06%.
Tabel 2. Formulasi ransum
Proporsi PK (BK) Asfed Harga
Bahan Pakan
(%) (%) (Kg) (Rp/Kg)
Sorghum bicolor 40 6 15,61 1248,80
Pakan jadi 25,52 14,06 3,11 7775
Gaplek 17,01 04,60 5,31 18585
Bungkil Kacang tanah 17,47 56,30 2,22 17760
Total 100 80,96 26,25 45368,8
Hijauan yang digunakan dalam formulasi ransum yaitu sorghum
bicolor. Hijauan tersebut digunakan karena mudah didapatkan pada
lingkungan sekitarr. Konsentrat SE (sumber energi) yang dipilih adalah
gaplek karena mempunyai harga yang relative murah dan mudah
didapatkan terutama pada lingkungan pedesaan. Konsentrat SP (sumber
protein) yang dipilih adalah tepung kacang tanah karena mempunyai
kadar PK yang cukup tinggi serta mudah untuk didapatkan.
Sorghum bicolor dipilih sebagai bahan pakan ternak karena
mempunyai sifat tahan terhadap kekeringan, tahan terhadap garam tinggi,
daya adaptasi tumbuhan yang baik serta disukai ternak. Purnomohadi
(2006) menyatakan bahwa kegunaan tanaman sorghum bicolor dapat
sebagai penghasil nira dari batangnya, bijinya dapat sebagai bahan
pangan dan pakan, limbah berupa daun dapat dijadikan sebagai hijauan
bahan pakan, ambas batang setelah diperah niranya dapat digunakan
sebagai pakan atau bahan bakar. Sorghum bicolor sebagai bahan pakan
ternak yang mengandung protein kasar kurang dari 7% menyebabkan
aktifitas mikrobia rumen terhambat, karena kekurangan unsur nitrogen
sehingga pemanfaatan karbohidrat oleh mikrobia rumen tidak maksimal.
Sunarso dan Christiyanto (2004) menyatakan bahwa sorghum bicolor
mengandung zat antinutrisi berupa tannin yang merupakan senyawa fenol
mencapai 6% dimana merupakan kandungan fenolik tertinggi diantara
tanaman sereal lain. Kandungan tannin dapat dikurangi dengan
menambah zat kimia tertentu seperti NaOH, NaHCO3, dan KOH.
.Bungkil kacang tanah adalah merupakan limbah dari pengolahan
minyak kacang tanah. Bungkil kacang tanah disukai ternak dan
merupakan supplemen protein tumbuhan yang berkualitas baik. Bungkil
kacang tanah dipilih sebagai bahan pakan ternak sumber protein karena
nilai PK ≥ 20% dan SK > 18%. Bungkil kacang tanah memiliki nilai PK
(BK) yang tinggi, sebesar 56,3% dan BK sebesar 86%. Bungkil kacang
tanah mempunyai antinutrisi yang dapat mengakibatkan kelenjar thyroid
membesar dan juga mempunyai sifat pencahar. Puspasari et al. (2015)
menyatakan bahwa bungkil kacang tanah merupakan hasil sampingan
dari industri pembuatan minyak kacang tanah. Bungkil kacang tanah
mengandung protein kasar sebesar 34,96; lemak sebesar 32,02; kalsium
sebesar 0,52 dan fosfor sebesar 0,33.
Bungkil kacang tanah mengandung anti nutrisi saponin yang
menyebabkan adanya hambatan pertumbuhan pada ternak. Hambatan
pada ternak disebabkan karena adanya rasa pahit pada saponin sehingga
menurunkan palabilitas dan konsumsi pakan. Saponin dapat dihilangkan
dengan cara pemanasan atau perebusan. Yanuartono et al. (2017)
menyatakan bahwa sapronin merupakan senyawa glikosida steroid atau
triterpen ditemukan dalam berbagai tanaman dan memiliki peran penting
dalam pakan ternak. Sapronin biasanya ditemukan pada kacang kedelai,
kacang tanah dan alfalfa. Sapronin dapat menyebabkan palabilitas ternak
turun karena sapronin memiliki rasa pahit. Sapronin dapat dihilangkan
dengan proses perebusan atau pemanasan.
Gaplek merupakan produk olahan singkong yang dihasilkan melalui
proses pengeringan dan umumnya disimpan dalam jangka waktu yang
lama. Gaplek dipilih sebagai bahan pakan ternak sumber energi karena
nilai PK < 20% dan SK < 18%. Widayati dan Bahar (2018) menyatakan
bahwa Tepung gaplek merupakan bahan makanan sumber karbohidrat
yang cukup baik karena dalam tiap 100 g nya terkandung karbohidrat
sebesar 88,20 g dibandingkan dengan sumber karbohidrat lain, misalnya
beras, jagung, ataupun gandum. Tepung gaplek mempunyai kandungan
kalsium yang lebih unggul yaitu 84,00 mg tiap 100 g nya dan kandungan
fosfornya juga tinggi 125,00 mg tiap 100 g nya. Gaplek juga sangat
bermanfaat untuk dijadikan bahan pakan ternak
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa bahan pakan


yang digunakan saat praktikum termasuk pada kelas 4 yaitu sumber
energi. Pemberian pakan hijauan dan pakan jadi belum mencukupi
kebutuhan nutrien ternak sehingga dilakukan formulasi ransum dengan
memberikan Sorghum bicolor sebesar 40%; pakan jadi sebesar 25,52%;
gaplek sebesar 17,01; bungkil kacang tanah sebesar 17,47. Pemberian
pakan dalam bentuk asfeed total sebesar 26,25 kg. Hasil formulasi
ransum telah mencukupi kebutuhan ternak dan diperoleh harga ransum
sebesar Rp 1728,30 per kg.

DAFTAR PUSTAKA
Haresign, W., J. Cole, and Henrichsmeyer. 2016. Recent Advances in
Animal Nutrition [Print Replica] Kindle Edition. Butterworth.
England.
Mamot, J. A., Maaruf, Waani, dan Pontoh. 2014. Pengaruh Penggunaan
Konsentrat dalam Pakan Rumput Benggala (Panicum maximum)
Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada
Kambing Lokal. Jurnal Zootek. 34:108-114.
Purnomohadi, M. 2006. Potensi Penggunaan Beberapa Varietas Sorgum
Manis (Sorghum bicolor (L.) Moench) Sebagai Tanaman Pakan.
Universitas Airlangga.12:41-44.
Puspitasari, Tri., Y. Andriani dan H. Hamdani. 2015. Pemanfaatan bungkil
kacang tanah dalam pakan ikan terhadap laju pertumbuhan ikan
nila (orechromis niloticus). Jurnal Perikanan Kelautan. 6(2) : 91-
100
Sunarso dan M. Christiyanto. 2004. Manajemen Pakan. Gramedia.
Jakarta.
Widayati, Ariani Yulistya dan A. Bahar. 2018. Pengaruh subtitusi teoung
gaplek (manihot esculenta crantz) dan jumlah pure wortel
(daucus carota l.) terhadap sifat organoleptik rich biscuit.
Journal Boga 7(1). 22-30
Yanuartono., H. Purnamaningsih. A. Narurrozi., S. Indarjulianto. 2017.
Saponin : dampak terhadap ternak. Jurnal Peternakan Sriwijaya
6(2) : 1-10
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai