Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

Disusun oleh:
Dhomas Indiwara Prana Jhouhanggir
18/430653/PT/07808
Kelompok VIII

Asisten : Siska Mardiana

LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK


DEPARTEMEN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PRINSIP KERJA
Penetapan Kadar Bahan Kering
Prinsip kerja dari penetapan bahan kering adalah air yang
terkandung di dalam suatu bahan pakan akan menguap seluruhnya
apabila bahan tersebut dipanaskan selama beberapa waktu pada suhu
105ºC sampai 110ºC dengan tekanan udara bebas sampai bobot yang
stabil. Rumput dalam bentuk asfed dicacah kemudian dibungkus dengan
koran. Bahan pakan tersebut lalu di oven pada suhu 55°C diperoleh
cuplikan bahan pakan. Fungsi dari bahan pakan yang di oven pada suhu
55ºC terlebih dahulu adalah untuk mengeluarkan air bebas yang
terkandung dalam pakan supaya oven tidak cepat rusak dan tidak terjadi
kerusakan pada nutrien yang terkandung didalam bahan pakan. Bahan
yang digunakan adalah sampel berupa cuplikan bahan pakan seberat 1
gram. Cuplikan bahan pakan lalu di oven pada suhu 105 °C selama 8
sampai 16 jam. Fungsi oven 105°C untuk menghilangkan kadar air terikat
dan kadar air terkonjugasi yang masih terdapat dalam bahan pakan
setelah pemanasan pada suhu 55ºC . Fungsi pemanasan dengan oven
dua kali pada suhu 55ºC dan 105ºC adalah menjaga beberapa nutrien
atau fraksi agar tidak rusak jika langsung dipanaskan dengan suhu tinggi,
untuk prepaasi sampel dan untuk menjaga alat agar tidak cepat rusak..
Pengovenan dalam rentang 8 sampai 24 jam karena bahan pakan
memiliki kadar air yang berbeda-beda. Pengeringan silica disk sebelum
digunakan untuk wadah bertujuan untuk melakukan pengeringan terhadap
silica disk karena akan mempengaruhi kadar berat kering bahan yang
akan dicari. Desikator berfungsi sebagai alat penstabil suhu, didalamnya
terdapat silica gel. Silica gel yang terdapat dalam desikator tersebut
berguna untuk menyerap uap air dari udara yang ada didalam desikator..
Tang penjepit berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan dan
memasukkan silica disk dari oven, desikator, dan timbangan analitik.
Timbangan analitik berfungsi untuk menimbang sampel baik yang belum
atau sudah di oven dengan ketelitian tinggi. Hasil perhitungan kadar air
dapat diperoleh dengan rumus berikut:
%Kadar bahan kering = 100% - kadar air
Kadar air dapat dihitung dengan persamaan berikut:

(s+kr sebelum oven 55 ° )-( s+kr setelah oven 55 ° )


KA1 = X 100%
sampel awal
DW = 100%-KA1
(cs + kr sebelum oven 105 ° )-(cs+kr setelah oven 105 °)
KA2 = x 100 %
sampel awal
KAtotal = KA1 + (KA2 x DW)
BK = 100% - KAtotal
Keterangan : s = sampel (gram)
Kr = koran (gram)
Cs = cuplikan sampel (gram)
KA1= kadar air setelah oven 55° (%)
KA2 = kadar air setelah oven 105° (%)
Penetapan Kadar Bahan Organik
Prinsip kerja penetapan kadar bahan organik yaitu suatu bahan
pakan bila dibakar pada suhu 550 sampai 600°C selama beberapa waktu
maka semua zat organik akan terbakar sempurna menghasilkan oksida
yang menguap yaitu CO2, H2O, dan gas-gas lain, sedangkan yang tersisa
adalah oksida mineral atau yang disebut abu. Tujuan penetapan bahan
organik yaitu untuk mengetahui fraksi-fraksi bahan organik dan anorganik
serta dapat menggambarkan ketersediaan nutrien dari pakan tersebut.
Kadar abu yang tertinggal dapat diketahui dengan memasukkan sampel
ke dalam silica disk kemudian di bakar dalam tanur, fungsi penanuran
pada suhu 550ºC sampai 600ºC agar bahan organik terbakar sempurna
sampai berwarna putih seluruhnya. Tanur dibuka 24 jam setelah proses
pembakaran selesai agar suhu kembali normal sehingga tidak membakar
kulit. Sampel yang digunakan dalam penetapan bahan organik harus
dalam keadaan BK. Bahan pakan dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu air
dan bahan kering. Bahan kering (BK) dibagi menjadi bahan organik dan
anorganik. Bahan organik terdiri dari karbohidrat, lipida, protein, dan
vitamin. Bahan anorganik terdiri dari abu atau mineral. Sehingga ketika BK
ditanur zat yang tersisa adalah abu dan yang hilang adalah bahan organik
yang kemudian bisa dihitung jumlahnya. Perhitungan untuk mencari kadar
bahan organik, sebagai berikut :
%Kadar bahan organik = 100% - abu%

Kadar abu dapat dihitung dengan persamaan berikut:

( s+ sd setelah 550 ° )−sd kosong


% Abu= x 100 %
sampel awal
Keterangan : s = sampel (gram)
sd = silicadisk (gram)
Penetapan Kadar Protein Kasar
Prinsip kerja penetapan kadar protein kasar yaitu asam sulfat pekat
dengan katalisator kjeltab yang berisi selenium dan K2SO4 dapat
memecah ikatan N organik menjadi (NH4)2SO4 kecuali ikatan N=N, NO,
dan NO2. (NH4)2SO4 dalam suasana basa akan melepaskan NH 3 yang
kemudian ditangkap H3BO3 setelah itu dititrasi dengan HCl 0,1 N. Fungsi
penetapan kadar protein kasar agar dapat mengklasifikasikan kelas bahan
pakan, mengetahui kadar protein kasar dalam bahan pakan, dan dapat
mengevaluasi ransum dalam bahan pakan. Analisis yang digunakan pada
saat praktikum penetapan kadar protein kasar menggunakan metode
Kjeldahl. Metode Kjeldahl terdiri dari tahap destruksi, destilasi dan titrasi.
Proses destruksi merupakan proses pelepasan N organik dari
sampel. Sampel ditambah dengan katalisator berupa ¼ tablet kjeltab.
Tablet kjeltab berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat proses
destruksi. Tablet kjeltab berisi K2SO4 dan selenium kemudian ditambahkan
dengan H2SO4 pekat lalu dididihkan di kompor destruksi hingga suhu
420°C. Fungsi selenium yaitu mengefektifkan pemecahan N. Fungsi
K2SO4 yaitu mempercepat pendidihan H 2SO4. Fungsi H2SO4 untuk
memecah N organik dari hasil akhir destruksi Kompor destruksi berfungsi
untuk mendestruksi bahan. Fungsi H2SO4 pekat untuk memecah dinding
sel dan melepaskan N organik pada sampel pakan. Warna larutan setelah
penambahan bahan tersebut adalah berwarna hitam pekat, akibat karbon
yang terkandung dalam pakan terbakar akibat penambahan H 2SO4 pekat.
Destruksi diakhiri apabila larutan sudah berwarna jernih. Proses destruksi
berlangsung selama 1 jam. Reaksi yang terjadi pada tahap destruksi
adalah sebagai berikut:
N organik + H2SO4 (NH4)SO4 + H2O + NO3 + NO2
Destilasi dilakukan menggunakan hasil destruksi ditambah dengan
NaOH kemudian dipanaskan sehingga akan melepaskan NH 3 dan terjadi
kondensasi sehingga NH3 ditangkap oleh H3BO3. Labu Erlenmeyer
berfungsi sebagai tempat penampung destilat dan untuk titrasi.
Erlenmeyer berisi H3BO3, akuades, dan Indikator mix. Indikator mix berisi
bromcresol green, methyl red, dan methanol. Indikator mix terdapat tiga
larutan yaitu methyl red berfungsi sebagai pemberi suasana asam.
Bromcresol green sebagai indikator warna basa. Methanol berfungsi
sebagai pelarut methyl red dan bromcresol green. Fungsi aquades yaitu
sebagai pengencer dan pelarut. Hasil destilasi disebut destilat yang
berwarna hijau. Fungsi alat destilasi untuk melepaskan N organik sampel
dengan adanya penambahan H2SO4. Fungsi kondensor yaitu untuk
mengubah uap gas menjadi zat cair. Penambahan NaOH berfungsi untuk
memecah ikatan (NH4)2SO4 sehingga akan membentuk amonium
hidroksida dan natrium sulfat selanjutnya dipanaskan menghasilkan NH 3
dan H2O yang kemudian akan ditangkap oleh H3BO3. Ujung selang pada
alat destilasi harus tercelup sedalam mungkin pada dasar Erlenmeyer
agar NH3 berikatan sempurna dengan H3BO3 dan tidak ada yang menguap
kembali. Penyulingan dihentikan setelah volume mencapai 200 ml karena
semua NH3 sudah tertangkap oleh H3BO3 secara maksimal. Suasana
destilat ditandai dengan suasana asam basa yang seimbang atau pH
netral dan berwarna hijau. Hal tersebut menandakan bahwa semua NH 3
sudah tertangkap oleh H3BO3 secara maksimal. Reaksi yang terjadi
selama proses destilasi adalah sebagai berikut.
(NH4)2SO4 + 2 NaOH 2 NH4 OH + Na2SO4
2 NH4OH 2 NH3 + 2 H2O
3 NH3 + H3BO3 (NH4)3 BO3
Proses titrasi dilakukan untuk mengetahui jumlah N yang
terdestilasi. Buret digunakan untuk menampung HCl 0,1 N yang
digunakan untuk titrasi. Titrasi dilakukan dengan hasil destilasi
ditambahkan HCl sampai berwarna perak. Warna perak menandakan
bahwa (NH4)3BO3 sudah terikat semua dengan HCl. Fungsi HCl yaitu
mengikat NH3 dari 2 NH4OH agar tercapai titik ekuivalen. Bila warna
menjadi merah muda maka menandakan terjadi kelebihan asam. Fungsi
digojog supaya larutan homogen. Buret berfungsi sebagai tempat HCl.
Labu erlenmeyer berfungsi sebagai tempat penampung hasil titrasi. Titrasi
blanko hanya berisi kertas saring. Titrasi blanko berfungsi sebagai
pembanding dengan larutan sampel. Rumus titrasi yaitu
( X −Y ¿ x N x 0,014 x 6,25 )
% Protein kasar= 100 %
Z
Keterangan:
X = Jumlah titrasi sampel (ml) N = Normalitas HCl
Y = Bobot sampel (gram) Z = Jumlah titrasi blangko (ml)
%
Penetapan Kadar Serat Kasar
Prinsip kerja penetapan kadar serat kasar adalah semua senyawa
organik kecuali serat kasar akan larut bila direbus dalam H 2SO4 1,25%
(0,255 N) dan dalam NaOH 1,25% (0,313 N) yang berurutan masing-
masing selama 30 menit dihitung dari mulai mendidih. Bahan organik yang
tertinggal disaring dengan glass wool dan crucible. Hilangnya bobot
setelah dibakar pada suhu 550oC sampai 600oC adalah serat kasar.
Fungsi mengetahui kadar serat kasar agar dapat mengklasifikasikan kelas
bahan pakan, mengetahui kadar serat kasar dalam bahan pakan, dan
dapat mengevaluasi ransum dalam bahan pakan.
Serat kasar dengan berat sampel 1 gram direbus dengan
H2SO4 lalu ditutup dengan gelas arloji yang diatasnya terdapat air. Setelah
perebusan selama 30 menit lalu serat kasar disaring di saringan linen
dengan disiram air hangat. Gelas beaker lalu di bersihkan dengan larutan
NaOH. Serat kasar lalu di rebus dengan larutan basa selama 30 menit.
Serat kasar lalu disaring dengan glasswool dan crucible. Fungsi gelas
arloji yang diberi air yaitu sebagai kondesnsor bagi beaker glas. Fungsi
perebusan asam dahulu yaitu mengikuti proses pencernaan monogastrik
yang pertama kali dilambung suasananya asam. Fungsi saringan linen
yaitu agar sampel tidak terbuang karena sampel masih digunakan untuk
perebusan selanjutnya. Fungsi air hangat yaitu melarutkan sisa fraksi
bahan organik di dalam sampel yang masih tertinggal di beaker glass.
Fungsi NaOH yaitu efisiensi dalam bekerja. Fungsi perebusan basa yaitu
mengikuti proses pencernaan di monogastrik bagain kedua yaitu usus
yang suasananya basa. Semua senyawa organik kecuali serat kasar
(protein kasar, ekstrak eter, dan ekstrak tanpa nitrogen) akan larut bila
direbus dengan H2SO4 dan NaOH. Perebusan dengan menggunakan
asam dan basa akan hanya akan menyisakan serat kasar. Fungsi
pemanasan selama 30 menit yaitu diasumsikan bahwa senyawa asam
dan basa larut selama 30 menit. Fungsi etil alkohol yaitu melarutkan sisa-
sisa lemak. Fungsi glasswool dan crucible yaitu menyaring hasil analisis
serat kasar yang tidak meleleh saat pembakaran 550 °C sampai 600°C.
Perlakuan setelah perebusan dengan menggunakan asam dan basa
adalah hasil perebusan disaring kemudian ditambahkan NaOH 1,25%
sebanyak 200 ml yang berfungsi untuk penyabunan lemak. Selanjutnya
dilakukan penambahan air hangat berfungsi untuk melarutkan sisa sampel
di beaker glass. Hasil rebusan tersebut disaring kembali dengan glass
wool dan crucible, agar tidak ada lagi senyawa organik selain serat kasar
yang tertinggal. Penggunaan glass wool dan crucible di penyaringan
kedua karena titik lelehnya yang tinggi sehingga ketika pemanasan tanur
tidak meleleh menjadi abu bersama cuplikan pakan. Hasil saringan
dimasukkan pada oven dengan suhu 105°C sampai 110°C sampai berat
stabil, perlakuan tersebut berfungsi untuk membebaskan air yang berasal
dari air sisa perebusan. Hasil saringan dimasukkan kedalam desikator
kemudian ditimbang. Crucible bersama isinya kemudian dibakar di dalam
tanur selama 2 jam dan ditimbang. Pembakaran di dalam tanur berfungsi
untuk membakar serat kasar, sehingga bobot serat kasar yang hilang
dapat dihitung dari jumlah abu yang terbentuk. Perhitungan untuk mencari
kadar serat kasar adalah sebagai berikut.
sk sampel oven 105 ° -sisa tanur
% Serat kasar = 100 %
sampel awal
Keterangan :
X = bobot sampel setelah dikeringkan dalam oven 105 °C (gram)
Y = bobot sampel awal (gram)
Z = bobot sisa pembakaran 550°C sampai 600°C (gram)
Penetapan Kadar Ekstrak Ether
Prinsip kerja penetapan kadar ekstrak ether adalah lemak dapat
diekstraksi dengan menggunakan ether atau zat pelarut lemak lain
menurut Soxhlet kemudian ether diuapkan dan lemak dapat diketahui
bobotnya. Ekstraksi dilakukan selama 16 jam dengan menggunakan
seperangkat alat Soxhlet yang telah dimodifikasi. Metode Soxhlet yang
telah di modifikasi ini dapat melakukan ekstrasi lebih dari 1 sampel
sehingga bisa didapat hasil yang akurat. Sampel dimasukkan ke dalam
tabung ekstraktor dengan ditata sedemikian rupa. Pemilihan larutan
petroleum benzen karena titik didih dari petroleum benzene yaitu 6 0°C
sampai dengan 80°C lebih rendah dari pada ether yaitu 90,5°C dan lemak
yaitu 300°C. Labu penampung dan ekstraktor dipasang dengan
kondensor. Petroleum benzen dimasukkan pada ekstraktor sampai
petroleum benzen turun menuju labu penampung. Penambahan
petroleum benzen kedua hingga sampel terendam. Labu penampung
digunakan untuk menampung hasil ekstrasi. Petroleum benzen berfungsi
untuk melarutkan lemak, petroleum benzen ditambah berlebih hingga
turun menuju labu penampung agar labu penampung tidak kering dan
terbakar saat dipanaskan, setelah semuanya terpasang, sebelum
penangas dihidupkan kondensor harus dihidupkan terlebih dahulu.
Kondensor berfungsi agar terjadi pengembunan petroleum benzen
sehingga dapat menghasilkan tetesan. Kompor berfungsi untuk
memanaskan pelarut. Hasil akhir setelah proses ekstraksi yaitu larutan
petroleum benzena pada tabung ekstraktor akan berwarna jernih dan
warna pada labu penampung akan berwarna kekuningan. Ekstraksi
dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Sebelum diekstraksi bahan
pakan dibungkus menggunakan kertas saring bebas lemak agar tidak
terkontaminasi oleh lemak selain yang ada di dalam bahan pakan. Hasil
ekstraksi diangin-anginkan dan dipanaskan pada oven dengan suhu
105°C sampai 110°C untuk menguapkan air yang terkandung dalam
sampel. Rumus perhitungan lemak kasar yaitu
sebelum ekstraksi-setelah ekstraksi
% Lemak kasar = 100%
sampel awal

Penetapan Kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen


Prinsip kerja penetapan kadar ETN adalah dengan 100% dikurangi
SK(%), PK(%), EE(%), dan %abu hasil analisis proksimat. Ekstrak tanpa
nitrogen sebagian besar terdiri dari atas karbohidrat yang mudah larut
terutama pati yang kecernaannya tinggi. Energi yang dihasilkan rata-rata
3,75 samapi 4,75 kcal/g. Rata-rata karbohidrat memiliki energi 4 kcal/g..
Perhitungan ETN dipengaruhi oleh kandungan nutrien lainnya sehingga
dihitung dalam kondisi BK. Rumus penentuan kadar ETN adalah sebagai
berikut:
ETN (BK) = 100% - (SK%(BK) + EE%(BK) + PK%(BK) + Abu%)
Keterangan:
ETN = ekstrak tanpa nitrogen
SK = serat kasar
PK = protein kasar
EE = lemak kasar
BK = bahan kering
Penetapan Kadar Total Digestible Nutrien
Prinsip kerja penetapan kadar TDN adalah dengan menentukan
kelas dari bahan pakan hasil analisis proksimat dengan melihat
kandungan SK dan PK pada bahan pakan, lalu dihitung TDN nya dengan
metode tidak langsung. Total digestible nutrien yaitu nutrien yang tercerna
oleh ternak. Data yang dibutuhkan yaitu fraksi dalam pakan dan konsumsi
pakan. Data lainnya yang dibutuhkan yaitu komposisi kimia feses dan
feses yang dikeluarkan. Data yang dibutuhkan dalam bentuk BK. Ekstrak
eter tercerna di kalikan 2,25 karena energi pada lemak 2,25 lebih tinggi
daripada energi karbohidrat dan protein. Metode yang digunakan dalam
menentukan TDN ada dua, yaitu metode langsung dan tidak langsung.
Metode langsung dapat dilakukan dengan in sacco (memasukkan kantong
nylon ke rumen untuk mengukur TDN pakan), in vivo (ternak diberi bahan
pakan yang sudah diketahui kandungan nutriennya, lalu nutrien yang
tercerna dapat dilihat dari selisih kandungan feses dengan kandungan
awal), serta in vitro (penelitian dilakukan dilaboratorium dengan meniru
kondisi didalam rumen). Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan
persamaan regresi. Persamaan regresi yang digunakan disesuaikan
dengan kelas bahan pakan dan jenis ternak. Rumus untuk menetapkan
TDN bahan pakan kelas empat adalah sebagai berikut.
%TDN = -202.686 - 1.357(CF) +2.638(EE)+ 3.003(NFE) + 2.347(Pr) +
0.046(CF)2 + 0.647(EE)2 + 0.041(CF)(NFE) – 0.081(EE)(NFE) +
0.553(EE)(Pr) – 0.046(EE)2(Pr)
Keterangan :
%TDN= Presentase total digestible nutrien
CF = Presentase serat kasar
EE = Presentase lemak kasar
NFE = Presentase ekstrak tanpa nitrogen
Pr = Presentase protein kasar
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Proksimat Pakan Jadi


Analisis proksimat merupakan nilai perhitungan kandungan nutrien
sebenarnya dalam suatu bahan pakan yang mendekati nilai komposisi
sebenarnya. Sistem analisis proksimat dapat mengetahui adanya enam
macam fraksi yakni air, abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, dan
ekstrak tanpa nitrogen. Berdasarkan hal tersebut maka pada praktikum
Bahan Pakan dan Formulasi Ransum digunakan analisis proksimat untuk
mengetahui kadar keenam fraksi tersebut pada pakan jadi. Endrawati et
al. (2010) menyatakan bahwa analisis proksimat meliputi kandungan:
bahan kering (BK), bahan organik (BO), protein kasar (PK), lemak kasar
(LK), serat kasar (SK) dan dihitung TDN-nya. Hasil analisis proksimat
pakan jadi disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil analisis proksimat
Parameter Hasil(%)
Bahan Kering 71,64
Bahan Organik 90,87
Protein Kasar 18,34
Serat Kasar 13,95
Ekstrak Ether 12,32
ETN 42,26
TDN 77,20
Berdasarkan kandungan protein kasar (PK) dan serat kasar (SK)
maka pakan jadi tersebut masuk ke dalam bahan pakan kelas empat,
yaitu sumber energi. Hal tersebut disebabkan karena kandungan PK pada
pakan jadi kurang dari 20%, yaitu 18,34% dan SK kurang dari 20%, yaitu
13,95%. Edriani (2011) menyatakan bahwa pakan yang termasuk kelas
sumber energi memiliki kadar PK dibawah 23 % dan SK kurang dari 20 %.
Komposisi pakan jadi tersusun dari beberapa bahan pakan yaitu onggok,
kopra, DDGS, bekatul, gaplek, CGF, urea, tebon, yesac, molases, jerami,
amonium, mineral, dan kulit kopi.
Evaluasi dan Formulasi Ransum
Sapi dengan berat 300 kg mempunyai kebutuhan bahan kering
sebesar 3% dari berat badan dan mempunyai kebutuhan protein kasar
sebesar 12% dari bahan kering. Imbangan hijauan dan konsentrat yang
digunakan sebesar 60:40. Pemberian di awal yaitu hijauan dengan 60%
dibagi menjadi 2 yaitu Brachiaria decumbens dan Brachiaria brizantha,
sedangkan konsentrat dalam bentuk pakan jadi dengan perbandingan
40%. Kebutuhan BK sapi tersebut dihitung senilai 9000 gram, PK senilai
1.080 gram, dan pemenuhan kebutuhan BK oleh hijauan sebesar 5400
gram. Hijauan menyumbangkan PK sebesar 392, 04 gram, sehingga
masih terdapat kekurangan PK senilai 687,96 gram. Perlu dilakukan
reformulasi agar kebutuhan PK ternak dapat tercukupi. Hendri et al.
(2010) menyatakan bahwa komposisi nutrien yang perlu menjadi
pertimbangan dalam memproduksi pakan tambahan untuk ternak sapi
potong adalah 12% protein kasar, 60% sampai 75% karbohidrat, 3%
sampai 5% lemak kasar, serta mineral dan vitamin.
Kekurangan kebutuhan PK dapat dicukupi dengan cara menam-
bahkan konsentrat yaitu dengan beberapa sumber protein lainnya misal
bungkil kedelai, bungkil kacang tanah, tepung bekicot, dan sebagainya.
Cara meransum yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan tersebut
menggunakan metode Pearson Square. NRC (2001) cit. Sutrisno et al.
(2015) menyatakan bahwa pearson square adalah metode sederhana dan
cepat dalam menghitung jumlah pakan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrien serta menentukan kuantitas setiap bahan pakan yang
diperlukan untuk mencapai tingkat gizi tertentu dalam campuran.
Newbold et al. (1987) cit. Laksana (2013) menyatakan bahwa
protein merupakan nutrien penting yang dibutuhkan ternak untuk
menunjang pertumbuhan. Protein pakan yang diberikan, akan
mempengaruhi pertumbuhan. Jumlah protein yang sesuai dalam pakan
ternak, akan mampu meningkatkan sintesa protein mikroba di dalam
rumen sehingga penyerapan pakan menjadi lebih baik dan efisien.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, beberapa macam bahan
pakan yang dapat digunakan sebagai pemenuhan ransum dapat dilihat
pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Formulasi Ransum
Bahan Pakan Proporsi (%) PK (%) Asfed Harga
(kg) (Rp)
Brachiaria decumbens 30 7 22.74 73,00
Brachiaria brizantha 30 8.3 4.4 75,00
Wheat brand 15 15 1.56 4.000,00
Sampel kode JJAB 22.5 18.34 2.81 2.400,00
Tepung kedelai 1.78 48 0.07 6.500,00
Tepung bekicot 0.72 51.2 0.17 6.000,00
Total 100 147.84 31.75 518,07/k
g
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pemberian
hijauan banding konsentrat adalah 60 banding 40. Proporsi masing-
masing bahan pakan yang digunakan agar protein kasar dapat memenuhi
kebutuhan ternak adalah Brachiaria decumbens 30%, Brachiaria
brizantha 30%, wheat brand 15%, sampel kode JJAB 22,5%, tepung
kedelai 1,78%, dan tepung bekicot 0.72%. Total biaya yang dikeluarkan
untuk membeli bahan pakan sebesar Rp 518,07 per kg.
Hijauan yang digunakan dalam ransum adalah rumput Brachiaria
decumbens dan rumput Brachiaria brizantha. Pemilihan rumput Brachiaria
decumbens karena ketersediaannya yang melimpah dan juga
pemeliharaan yang mudah. Harganya lebih murah dan kandungan BK
yang lebih tinggi dibanding hijauan lainnya. Morentz et al. (2018)
menyatakan bahwa rumput Brachiaria decumbens memiliki kadar BK (dry
matter) mencapai 87%.
Brachiaria brizantha atau rumput bebe adalah rumput tropis dengan
BK 25%, dan PK 8,3%. Brachiaria brizantha digunakan sebagai pakan
ternak di samping kandungan BK dan PK yang cukup tinggi juga karena
harga yang murah dan mudah untuk didapatkan. Rani et al. (2013)
menyatakan bahwa tanaman Brachiaria brizantha digunakan sebagai
pakan ternak dikarenakan harganya yang murah dengan kadar air yang
tidak terlalu tinggi. Rukmana (2005) cit. Sigalingging (2015) menyatakan
bahwa rumput Brachiaria brizantha merupakan jenis rumput unggul yang
mempunyai produktivitas dan nilai gizi yang cukup tinggi dengan
kandungan protein kasar 10,8%, serta disukai ternak ruminansia.
Kandungan anti-nutrien Brachiaria brizantha yaitu Hypericin.
Wheat brand dipilih sebagai salah satu bahan pakan dalam
membuat ransum karena disukai ternak dan memiliki kandungan protein
yang sangat besar. Wheat brand dalam penggunaannya perlu dibatasi
karena mengandung anti nutrien berupa tanin. Anggraeni (2011)
menyatakan bahwa kelemahan wheat brand yaitu mengandung anti
nutrien berupa tanin sekitar 0,2% sampai 2%. Tanin bersifat menekan
retensi nitrogen dan menurunkan daya cerna asam amino tetapi tidak
bersifat racun. Fitriyanto (2009) menyatakan bahwa dedak gandum
(wheat brand) merupakan bahan pakan alternatif yang tidak bersaing
dengan bahan pangan, wheat brand juga merupakan salah satu limbah
dari pengolahan gandum menjadi tepung terigu yang produksinya tinggi
serta kualitas zat makanannya baik, terutama kandungan proteinnya yang
sangat besar bagi pertumbuhan ternak yaitu 15%. Christiyanto dan
Surahmanto (2016) menyatakan bahwa wheat brand mengandung kadar
BK 89%, PK 17,1%, SK 13,3%, EE 4,4%, BETN 60,7%, dan TDN 74,3%.
Tepung kedelai merupakan bahan pakan sumber protein yang
memiliki kandungan PK tinggi yaitu 48% serta memiliki tingkat kecernaan
yang tinggi dengan harga terjangkau. Tepung kedelai oleh karena itu
sangat cocok untuk digunakan sebagai bahan pakan penambah PK. Hui
(2006) yang menjelaskan bahwa tepung kedelai merupakan salah satu
bahan pakan yang sangat baik bagi ternak. Kadar protein tepung kedelai
dapat mencapai 50%. Tingkat degradasi (protein) kedelai dalam rumen
relatif tinggi dibandingkan dengan sumber protein berkualitas lainnya,
dapat mencapai 75%. Kedelai mengandung anti-nutien yaitu protease
inhibitor.
Tepung bekicot dipilih sebagai sumber protein karena merupakan
bahan pakan sumber hewani yang memiliki kandungan PK tinggi yaitu
51,2%. Harga tepung bekicot juga relatif lebih murah dibandingkan
dengan harga sumber protein lainnya sehingga tepung bekicot sering
digunakan sebagai pakan. Sitompul (2004) menyatakan, kandungan BK
tepung bekicot sebesar 86% dan PK 56,3%. Murtidjo (1987) cit. Rahardja
et al. (2011) menyatakan bahwa penggunaan tepung bekicot optimum
dalam penyusunan pakan buatan hingga 25%. Bekicot mengandung anti-
nutrien yaitu enzim thiaminase yang terdapat pada lendir.
Berdasarkan evaluasi ransum yang dilakukan maka penambahan
wheat brand, tepung kedelai, tepung bekicot dan sampel pakan kode
JJAB telah memenuhi kebutuhan protein kasar pada ternak sapi yang
memiliki bobot badan 300 kg dengan harga pakan Rp 518,07 per kg
sehingga cukup efektif dan efisien.
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa pakan jadi kode JJAB yang dianalisis pada saat praktikum memiliki
kadar bahan kering sebesar 71,64%, bahan organik 90,87%, protein kasar
18,34%, serat kasar 13,95%, ekstrak ether 12,32%, ETN 42,26%, dan
TDN 77,20%. Pakan jadi tersebut masuk ke dalam bahan pakan kelas
empat yaitu sumber energi. Pakan jadi kode JJAB belum memenuhi
kebutuhan protein kasar sehingga dilakukan reformulasi dengan metode
Pearson Square. Penambahan bahan pakan yaitu wheat brand 15%,
tepung kedelai 0,72% dan tepung bekicot 1,78% dapat memenuhi
kebutuhan protein kasar pada ternak sapi dengan bobot 300 kg dengan
kebutuhan BK 3% dan kebutuhan PK 12%. Biaya per kg ransum pakan
adalah Rp 518,07 per kg.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, S. 2011. Penggunaan Wheat Brand sebagai Bahan Baku


Alternatif Pengganti Jagung pada Pakan Ikan Nila Oreochromis
niloticus. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Christiyanto, M. dan Surahmanto. 2016. Teknologi tepat guna untuk
mencukupi kontinuitas kebutuhan pakan di KTT Muria Sari. Jurnal
Info. 2(1) : 29-35
Edriani, Gebbie. 2011. Evaluasi Kualitas dan Kecernaan Biji Karet, Biji
Kapuk, Kulit Singkong, Palm Kernel Meal dan Kopra Yang
Difermentasi oleh Saccharomyces serevisiae Pada Pakan Juvenil
Ikan Mas Cyprinus carpio. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.
Endrawati, E., E. Baliarti, S. P. S. Budhi. 2010. Performans induk sapi
silangan simmental–peranakan ongole dan induk sapi peranakan
ongole dengan pakan hijauan dan konsentrat. buletin peternakan.
UGM. Yogyakarta. 34(2): 86-93.
Fitriyanto. 2009. Pengaruh Penggunaan Dedak Gandum (Wheat bran)
Fermentasi terhadap Performan Domba Lokal Jantan. Skripsi.
Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Hendri, Y., P. Yufdy, dan K. Azwir. 2010. Beternak Sapi dengan Pakan
Lokal. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat.
Sumatera Barat. pp: 46-58.
Hui, Y. H. 2006. Handbook of Food Science. Technology and Engineering
Volume 1. CRC Press. USA.
Laksana, A. A., E. Rianto, M. Arifin. 2013. Pengaruh kualitas ransum
terhadap kecernaan dan retensi protein ransum pada kambing
kacang jantan. Jurnal Animal Agricultur. Fakultas Peternakan Dan
Pertanian UNDIP. Semarang. 2(4): 63-72
Morentz, M. J. F., D. S. C. Paciullo, dan M. A Lima. 2018. Productivity and
nutritive value of Brachiaria decumbens and performance of dairy
heifers in a long-term silvopastoral system. Jurnal Grass Forage
Science. 14(3): 160-170
Rahardja, B. S., D. Sari, dan M. A. Alamsjah. 2011. Pengaruh
penggunaan tepung daging bekicot (Achatina fulica) pada pakan
buatan terhadap pertumbuhan, rasio, konversi pakan dan tingkat
kelulushidupan benih ikan patin. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. 3(1): 117-122.
Rani, H., Zulfahmi, R. W. Yatim. 2013. Optimasi proses pembuatan bubuk
tepung kedelai. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 13(3): 188-
196.
Sigalingging, Ian Roni Rezky Raja Rio M. 2015. Kandungan protein kasar
dan klorofil daun rumput brachiaria brizantha yang diberi pupuk
hijau cair yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin Makassar. Makassar.
Sitompul, S. 2004. Analisis asam amino dalam tepung ikan dan bungkil
kedelai. Buletin Teknik Pertanian. 9(1): 33-37.
Sutrisno, A., J. Wibowo, H. B. Setyawan. 2015. Rancang bangun aplikasi
pengoptimalan komposisi pakan kambing Peranakan Etawa
menggunakan metode Pearson Square pada peternakan Nyoto.
Jurnal Sistem Informasi dan Komputer Akuntansi. 4(2): 266-274.
LAMPIRAN
Perhitungan BK
Bobot sampel segar = 250 g
Berat koran =5g
Berat Koran + sampel (oven 55 ºC) = 190 g
Berat silica disk = 19,1764 g
Berat cuplikan sampel (Y) = 1,0056 g
Berat sampel+silica disk sebelum dioven 105ºC (X) = 20,1820 g
Berat sampel+silica disk setelah dioven 105ºC (Z) = 20,1498 g
( 250 g +5 g ) -190
KA 1 = x 100% = 26%
250
DW = 100% - KA1 = 74%
( 19,1764 g +1,0056 g ) -20,1498
KA 2 = x 100% = 3,2 %
1,0056
DMDW = 100% - KA 2 = 96,8%
KA Total = 26% + (3,2% x 74%) = 28,36%
BK = 100% - KA Total = 100% - 28,36% = 71,64%

Perhitungan BO
Bobot sampel + silica disk setelah tanur (Z) = 19,2683 g
Bobot silica disk kosong (X) = 19,1764 g
Sampel sebelum ditanur (Y) = 1,0056 g
Z− X 19,2683−19,1764
Kadar Abu = x100% = x100% = 9,13%
Y 1,0056
Kadar BO = 100% - K. Abu % = 100% - 9,13% = 90,87%

Perhitungan PK
Jumlah titrasi sampel (X) = 8 ml
Jumlah titrasi blanko (Y) = 0,03 ml
Bobot sampel (Z) = 0, 5125 gram
( X−Z ) xNx 0 ,014 x 6 , 25 x 100 %
Kadar protein kasar =
Y
Kadar protein kasar =

( 8 - 0,03 ) x0,1x0 , 014x6 , 25


x 100 %=13,14%
0,5125
100
Kadar protein kasar (BK) = x 13,14% = 18,34%
71,64

Perhitungan SK
Bobot sampel setelah dioven 105ºC (X) = 19,8101 g
Bobot sampel setelah ditanur (Z) = 19,7011 g
Bobot sampel awal (Y) = 1,0051g
X−Z
Kadar serat kasar = x100%
Y
19,8101 - 19,7011
Kadar serat kasar = x100% = 10%
1,0051
100
Kadar serat kasar (BK) = x 10% = 13,95%
71,64

Perhitungan EE
bobot sampel I 105ºC sebelum ekstraksi (X1) = 1,1177 g
bobot sampel II 105ºC sebelum ekstraksi (X2) = 1,1304 g
bobot sampel III 105ºC sebelum ekstraksi (X3) = 1,1357 g
bobot sampel I 105ºC setelah ekstraksi (Z1) = 1,0563 g
bobot sampel II 105ºC setelah ekstraksi (Z2) = 1,0666 g
bobot sampel III 105ºC setelah ekstraksi (Z3) = 1,0715 g
bobot sampel I awal (Y1) = 0,7011 g
bobot sampel II awal (Y2) = 0,7011 g
bobot sampel III awal (Y3) = 0,7011 g
Rata – rata sebelum ekstraksi (X) = 1,1279 g
Rata – rata setelah ekstraksi (Z) = 1,0648 9
X−Z 1,1279−1,0648
Kadar ektrak ether = x 100% = x 100% =
Y 0,7011
8,83%
100
Kadar ekstrak ether (BK) = x 8,83 % = 12,32%
71,64

Perhitungan ETN
%ETN (BK) = 100% - (SK(BK)%+EE(BK)%+PK(BK)%+Abu%)
%ETN (BK) = 100%- (18,34% + 13,95% + 12,32% + 9,13%) =
46,26%

Perhitungan TDN
TDN = -202.686 - 1.357(13,95) +2.638(12,32)+ 3.003(46,26) +
2.347(18,34) + 0.046(13,95)2 + 0.647(12,32)2 + 0.041(13,95)(46,26)
– 0.081(12,32)(46,26) + 0.553(12,32)(18,34) – 0.046(12,32)2(18,34)
= 77,20 %
Lampiran Perhitungan Ransum Sapi

Diketahui:

BB = 300 kg
Kebutuhan PK = 12 % BK
BK = 3% BB
Hijauan : Konsentrat = 60 : 40
Bahan BK (%) PK (%) Harga (Rp)
Brachiaria decumbens 19 7 73
Brachiaria brizantha 25 8,3 75
Pakan jadi kode JJAB 71,64 18,34 2400
Wheat brand 86 15 4000
Tepung kedelai 86 48 6500
Tepung bekicot 86 51,2 6000
Penyelesaian:

1. Kebutuhan
BK = 3% x BB = 3/100 x 300 kg = 9000 gram
PK = 12% x Kebutuhan BK = 12/100 x 9000g
= 1080 gram
Hijauan =60% x PK = 60/100 x 9.000 g
= 5400g

2. Evaluasi Pemberian
PK Hijauan 1 = 7 % x 80% x 5.400 g = 302,4 gram
BK Hijauan 2 = 8,3 % x 20% x 5.400 = 89,64 gram
Total = 392,04 gram
Maka kekurangan PK = 1080 gram - 392,04 gram
=687,96 gramHarus dipenuhi dari konsentrat
3. Reformulasi
Jumlah konsentrat = 9.000 – 5.400 = 3.600 gram
Maka, konsentrat harus mengandung PK 687,96 gram. Jika diubah

687,96
dalam persen x 100% = 19,11%
3600

4. Pearson Square
Sumber energi :
1. Pakan jadi kode JJAB = 15% x 40% = 6%
2. Wheat brand = 18,34% x 60% = 11%
Total = 17%
Sumber protein :
1. Tepung kedelai = 48% x 30% = 14,4%
2. Tepung bekicot = 51,2% x 40% = 35,84 %
Total = 50,24%

SE 17 31,13
19,11
SP 50,24 2,11
Total: 33,24
Cek Proporsi Cek PK
SE 31,13 x 100% = 93,65% 17 x 93,65 = 15,92 %
33,24 100
SP 2,11 x 100% = 6,32% 50,24 x 6,32 = 3,18%
33,24 100 19,11%

5. Susunan Konsentrat
Bahan pakan BK (%) PK(%)
Wheat brand 40% x 93,65 = 37,46 37,46 x 15 = 5,61
Sampel kode JJAB 60% x 93,65 = 56,20 56,20 x 18,4 = 10,34
Tepung kedelai 30% x 6,32 = 1,80 1,80 x 48 = 0,9
Tepung bekicot 70% x 6,32 = 4,42 4,42 x 51,2 = 2,26
Total 99,9 19,11
6. Sumber Ransum
1. Rumput Brachiaria decumbens = 80%x5,4 = 4,32
2. Rumbut Brachiaria brizantha = 20%x5,4 = 1,1
3. Wheat brand = 37,46%x3,6 = 1,35
4. JJAB = 56,2%x3,6 = 2,02
5. Tepung Bekicot = 4,42%x3,6 =0,15
6. Tepung kedelai = 1,8%x3,6 = 0,06
Total = 9 kg

7. Cek Pemenuhan Kebutuhan dan Ubah ke Asfed


1. Rumput Brachiaria decumbens
100
= x 4,32 = 22,74
19
2. Rumput Brachiaria brizantha
100
= x 1,1 = 4,4
25
3. Wheat brand
100
= x 1,35 = 1,56
86
4. JJAB
100
= x 2,02 = 2,81
71,64
5. Tepung Bekicot
100
= x 0,15 = 0,17
86
6. Tepung Kedelai
100
= x 0,06 = 0,007
86
Bahan pakan BK (%) PK (%) Asfed (kg)
Brachiaria decumbens 19 7 22,74
Brachiaria brizantha 25 8,3 4,4
Wheat brand 86 15 1,56
Sampel kode JJAB 71,64 18,34 2,81
Tepung bekicot 86 51,2 0,17
Tepung kedelai 86 48 0,007
Total 31,687
8. Cek Harga Ransum
1. Rumput Brachiaria decumbens = Rp73 x 22,74 = 1660,02
2. Rumput Brachiaria brizantha = Rp75 x 4,4 = 330
3. Wheat brand = Rp4000 x 1,56 = 6240
4. JJAB = Rp2400 x 2,81 = 6744
5. Tepung Bekicot = Rp6000 x 0,17 = 1020
6. Tepung Kedelai = Rp6500 x 0,07 = 455
Total = Rp 16.499,02 per ekor per hari
16.499,02
Maka, harga per kilogram ransum = = Rp 518,07/kg ransum
31,75
LEMBAR KERJA

Anda mungkin juga menyukai