II. Prinsip
Protein berasal dari bahasa Yunani protos, yang berarti “yang paling utama”.
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung komposisi rata-
rata unsur kimia yaitu karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 26%,
dan kadang kala sulfur 0-3% serta fosfor 0-3%. Protein merupakan komponen
utama sel hewan dan manusia. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung
dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai
tubuh, adalah salah satu jenis protein. Terdapat ikatan kimia lain dalam protein
yaitu ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan ion/ikatan elektrostatik, dan ikatan
Van Der Waals. Protein dapat tidak stabil terhadap beberapa faktor yaitu pH,
merupakan 50% atau lebih berat kering sel. Protein ditemukan dalam semua sel
dan semua bagian sel. Protein juga amat bervariasi, ratusan jenis yang berbeda
dapat ditemukan dalam satu sel. Semua protein, baik yang berasal dari bakteri
yang paling tua atau yang berasal dari bentuk kehidupan tertinggi, dibangun dari
rangkaian dasar yang sama dari 20 jenis asam amino yang berikatan kovalen
dalam urutan yang khas. Karena masing-masing asam amino mempunyai rantai
kelompok 20 molekul unit pembangun ini dapat dianggap sebagai abjad struktur
protein. Yang paling istimewa adalah bahwa sel dapat merangkai ke-20 asam
amino dalam berbagai kombinasi dan urutan, menghasilkan peptida dan protein
yang mempunyai sifat-sifat dan aktivitas berbeda. Dari unit pembangun ini
bervariasi, seperti enzim, hormon, lensa protein pada mata, bulu ayam, jaring
Secara kimiawi, protein merupakan senyawa polimer yang tersusun atas asam-
memiliki lebih dari 100 residu asam amino. Protein alamiah memiliki 20 jenis
asam amino. Untuk setiap protein tertentu, urutan dan jenis-jenis asam amino
yang menyusun sangat spesifik. Suatu protein yang hanya tersusun atas asam
amino dan tidak mengandung gugus kimia lain disebut protein sederhana.
yang mengandung bahan lain selain asam amino seperti derivat vitamin, lipid,
atau karbohidrat, protein ini disebut protein konjugasi. Bagian yang bukan asam
terdiri dari 20 macam asam amino. Protein merupakan polimer yang terdiri dari
Asam amino berikatan secara kovalen satu dengan yang lain dalam variasi
Ikatan peptide adalah ikatan antara gugus α-karboksil dari asam amino 1 dengan
ikatan hidrofob, ikatan ion/ikatan elektrostatik, ikatan van der Waals dan Ikatan
sulfhidril. Struktur tidak stabil terhadap beberapa faktor seperti pH, radiasi,
suhu, medium pelarut organic dan detergen. Protein umumnya reaktif dan sangat
spesifik karena terdapat gugus samping yang reaktif (dapat berupa kation, anion,
dalam suatu bahan salah satunya metode Kjeldahl. Metode Kjeldahl dugunakan
Dengan metode ini dapat dihitung kadar protein kasar (crude protein) karena
yang dihitung adalah total N, sehingga akan ikut terhitung senyawa lain yang
total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel
kuat, ammonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan
penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak mengalami
modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya
memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang
pendek.
Analisis protein dengan metode Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi
1. Proses destruksi Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalam H 2SO4 pekat
didih H2SO4 akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain
Selenium (Se) yang dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut
selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi
2. Proses destilasi Pada tahap ini sampel dipanaskan dalam H2SO4 dipecah
pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang besar maka dapat
Agar kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung
(campuran brom cresol green dan methyl red) atau PP (phenol pthalein).
SO 4 +2 H 2 O ¿
( NH 4 )2 SO 4 +2 NaOH → 2 NH +¿+Na
3
2
3. Proses Titrasi Titrasi merupakan tahap akhir dari seluruh metode Kjeldahl
pada penentuan kadar protein dalam bahan pangan yang dianalisis. Apabila
penampung destilat digunakan HCl maka sisa HCl yang bereaksi dengan
NH +¿¿
4 dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Titik akhir titrasi ditandai
dengan tempat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak
HCl 0,1 N dengan indicator (BCG-MR). Titik akhir titrasi ditandai dengan
100
%protein= x %N=6,25 x %N
16
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Kjeldahl Flask, alat destilasi,
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sampel makanan yang
dan Air es
Prosedur kerja
Ditimbang 250 mg Kacang hijau, bahan yang telah dihaluskan dan dimasukkan
dalam labu Kjeldahl (kalau kandungan protein tinggi, misal kedelai gunakan
bahan kurang dari 1 g) kemudian ditambahkan 7,5 g Kalium Sulfat (K 2SO4) dan
0,35 g Raksa Oksida (HgO) dan 15 ml H2SO4. Dipanaskan semua bahan dalam
labu Kjeldahl dalam lemari asam sampai berhenti berasap dan diteruskan
ditampung dalam Erlenmeyer yang telah diisi dengan larutan baku Asam Klorida
etanol 95%) sebanyak 5 tetes, ujung pipa kaca destilator dipastikan masuk ke
dalam larutan asam klorida 0,1N. Proses destilasi selesai jika destilat yang
ditampung lebih kurang 75 ml. Sisa larutan asam klorida 0,1N yang tidak
bereaksi dengan destilat dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida 0,1N.
Titik akhir titrasi tercapai jika terjadi perubahan warna larutan dari merah