240210130027
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur
C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Selain itu protein
juga mengandung fosfor, belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur
logam seperti besi dan tembaga. Protein memiliki beberapa sifat yang besar sekali
pengaruhnya terhadap makanan seperti perbedaan rasa dan tekstur beberapa jenis
daging disebabkan oleh terjadinya kombinasi asam-asam amino dalam
pembentukan molekul protein. Sifat selanjutnya yaitu konfigurasi protein dapat
diubah dengan perlakuan fisik maupun kimia, protein juga dapat mengalami
degradasi yaitu pemecahan molekul kompleks menjadi molekul yang lebih
sederhana yang hasilnya dapat berbentuk proteosa, pepton, polipeptida, peptida,
asam amino, NH3 dan unsur N.
Penetapan kadar protein dalam makanan biasanya ditekankan pada kadar
protein total dan bukan pada penetapan adanya protein spesifik. Tujuan analisis
protein dalam bahan makanan adalah:
1. Menera jumlah kandungan protein dalam bahan makanan
2. Menentukan tingkat kualitas protein dipandang dari sudut gizi
3. Menelaah protein sebagai salah sattu bahan kimia misalnya secara biokimia,
fisiologis, enzimatis dan telaah lain yang lebih mendasar. (Riandari, 2009)
4.1. Metode Kjeldahl
Metode Kjeldahl dikembangkan pada taun 1883 oleh pembuat bir bernama
Johann Kjeldahl. Makanan didigesti dengan asam kuat sehingga melepaskan
nitrogen yang dapat ditentukan kadarnya dengan teknik titrasi yang sesuai. Jumlah
protein yang ada kemudian dihitung dari kadar nitrogen dalam sampel.
Na2SO4 + 2 NH4OH
2NH3 + 2H2O
2(NH4)2BO3 +H2
Reaksi destilasi akan selesai jika larutan sampel berwarna keruh dan
terdapat endapan di dasar tabung (endapan HgO) dan larutan asam dalam
erlenmeyer berwarna biru karena dalam suasana basa akibat menangkap
ammonia. Ammonia yang terbentuk selama destilasi dapat ditangkap sebagai
destilat setelah diembunkan (kondensasi) oleh pendingin balik di bagian belakang
alat destilasi dan dialirkan ke dalam erlenmeyer. Proses destilasi selesai jika
destilat yang tertampung sudah mencapai 50 ml.
3. Fase Titrasi
Fase terakhir dalam penentuan protein metode kjeldahl adalah fase titrasi.
Destilat dari sampel dan blanko yang tertampung kemudian dititrasi dengan HCl
0,02 N. Dengan melakukan titrasi, dapat diketahui banyaknya asam borat yang
bereaksi dengan ammonia. Titrasi HCl dilakukan sampai titik ekuivalen yang
N 6,25
Sampel
Wsampel
V.Titrasi
%N
% Protein
1.
6.
2.
7.
3.
Kc.
Tp.
0,5127
0,5146
0,5103
0,5060
0,5118
7,8 ml
7,8 ml
4,9 ml
5,5 ml
9,1 ml
1,054%
1,05%
-0,802%
-0,421%
1,89%
5,76%
5,73%
-5,015%
-2,63%
11,80%
8.
Nasi
0,5135
4,8 ml
-0,861%
-5,38%
-0,99%
5,167%
0,799%
2,56%
-6,209%
32,29%
5,096%
16,33%
tanah
Tempe
4.
0,5111
4,6 ml
Terigu
9.
0,5104
14,2 ml
5.
Susu
0,5127
7,4 ml
10. Bubuk
0,5127
10,15 ml
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2015)
F.koreksi
Fp
%Protein
Literatur
5,46
27%
6,25
20,8%
6,25
20
7%
6,25
8-12%
6,38
24,6%
Metode Kjeldahl digunakan secara luas di seluruh dunia dan masih merupakan
metode standar dibanding metode lain.
katalis.
Teknik ini membutuhkan waktu lama.
DAFTAR PUSTAKA
Anna Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit UI-Press: Jakarta.
Sudarmadji, Slamet, dkk. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. 1989. Liberty:
Yogyakarta.
Winarno, F.G. 1997. Kima Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka: Jakarta.