Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Rahmi Muh Saleh

NIM : 21001004

ANALISA JUMLAH PROTEIN TOTAL


MENGGUNAKAN 7 (TUJUH) METODE

1. Kjedahl
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan
nitrogen total pada protein dan senyawa yang mengandung nitrogen.
Metode ini telah banyak mangalami modifikasi dan cocok digunakan
secara semi mikro karena hanya membutuhkan jumlah sampel dan
pereaksi yang sedikit serta waktu analisis yang singkat.
Analisis protein menggunakan metode Kjeldahl pada dasarnya dapat
dibagi menjadi tiga tahap yaitu proses destruksi, proses distilasi dan tahap
titrasi, berikut penjelasannya:
a. Pada tahap destruksi, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat
sehingga terjadi penguraian sampel menjadi unsur-unsurnya yaitu
unsur-unsur C, H, O, N, S, dan P. Fungsi asam sulfat yaitu sebagai
pengikat nitrogen dan juga menguraikan unsur-unsurnya.
b. Pada Tahap distilasi dilakukan penambahan larutan NaOH (natrium
hidroksida). Fungsi penambahan NaOH adalah untuk memberikan
suasana basa karena reaksi tidak dapat berlangsung dalam keadaan
asam. Pada tahap distilasi ini, amonium sulfat dipecah menjadi amonia
(NH3) dengan penambahan NaOH dengan alkalis dan dipanaskan
dalam alat distilasi. Asam borat (H3BO3) berfungsi sebagai penangkap
NH3 sebagai distilat berupa gas yang bersifat basa. Supaya amonia
dapat ditangkap secara maksimal, ujung alat distilasi diusahakan
tercelup semua ke dalam larutan asam standar sehingga dapat
ditentukan jumlah protein sesuai dengan kadar protein bahan. Selama
proses distilasi, larutan asam borat akan berubah warna biru karena
larutan menangkap adanya amonia dalam bahan yang bersifat basa
sehingga mengubah warna merah muda menjadi hijau kebiruan, reaksi
dalam distilasi akan berakhir bila amonia yang telah terdistilasi tidak
bereaksi.
c. Tahapan yang terakhir adalah tahap titrasi, tahap titrasi ini
dimaksudkan untuk menentukan seberapa banyak volume HCl yang
diperlukan yaitu untuk merubah warna larutan yang tadinya berwarna
biru berubah menjadi warna merah muda. Untuk mempercepat
terjadinya perubahan warna merah, indikator metil merah digunakan
untuk melihat akhir titrasi yang terjadi. Tahap titrasi ini menggunakan
HCl agar perhitungan total tetap akurat. Akhir titrasi ditandai dengan
warna merah muda yang terbentuk dan tidak hilang selama 30 detik.

2. Metode Lowry
Dalam metode Lowry dikenal dua reagen yaitu reagen Lowry A dan
reagen Lowry B. Metode Lowry menggunakan dua reagen yaitu reagen A
yang terdiri dari campuran Folin-ciocalteu dengan Aquadest (1:1) dan
reagen B terdiri dari campuran 50 ml larutan (2% Na2CO3 + 0,1 N NaOH)
+ 1 ml larutan (1% CuSO4 + 1% Sodium Pottasium Tartrat) dalam air
(Goretti dan Purwanto, 2014).
Prinsip kerja dari metode Lowry adalah reaksi antara protein dengan
asam fosfotungstat-fosfomolibdat pada suasana alkalis akan memberikan
warna biru yang intensitasnya tergantung pada konsentrasi protein yang
ditera.
Metode Lowry, dengan cara membuat larutan standar protein, Bovine
Serum Albumine (BSA) dengan berbagai tingkat konsentrasi dari 30-300
µg/ml, kemudian masing-masimg diambil 1 ml. Masukan kedalam tabung
reaksi. Tambahkan ke dalam masing-masing tabung 8 ml reagen Lowry B
dan biarkan pada suhu kamar selama 10 menit. Kemudian tambahkan 1
ml reagen Lowry A, kocok dan biarkan selama 20 menit. Kemudian dibaca
Absorbansi pada panjang gelombang 600 nm dengan menggunakan
Spectronic 20D+ dan Spectrophotometer uv-vis T60U.

3. Metode Biuret
Uji ini menggunakan larutan biuret yang mengandung NaOH dan
CuSO4 encer. Larutan biuret akan bereaksi dengan ikatan peptida protein
pada sampel. Adanya protein sampel ditunjukkan perubahan sampel
menjadi warna ungu. Pembentukan warna disebabkan karena adanya
kompleks ion Cu+ dengan ikatan peptida protein.
Kelebihan dari metode biuret adalah tidak terpengaruh dengan suhu,
warna yang dihasilkan sama pada protein yang berbeda, pengulangan
baik, dan memiliki akurasi tinggi. Kekurangan metode biuret adalah
kurang sensitif dan banyak gangguan dari agen chelating maupun agen
reduksi.
4. Metode Spektrofotometer UV
Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian
dari cahaya tersebut akan di serap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai
absorbansi dari cahaya yang di serap sebanding dengan konsentrasi
larutan di dalam kuvet.
Spektrofotometer UV adalah pengukuran serapan cahaya didaerah
ultraviolet (200-350nm) dan sinar tampak (350-800nm) oleh suatu
senyawa. Serapan cahaya UV atau VIS (cahaya tampak) mengakibatkan
transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadan
dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih
rendah.

5. Metode Turbidimetri
Turbidimetri merupakan analisis kuantitatif yang didasarkan pada
pengukuran kekeruhan atau turbidan dari suatu larutan akibat adanya
partikel suspensi padat dalam larutan. Artinya turbidimetri adalah analisa
yang berdasarkan hamburan cahaya.
Kekeruhan akan terbentuk dalam larutan yang mengandung protein
apabila ditambahkan bahan pengendap protein misalnya Tri Chloro Acetic
TCA, Kalium Ferri Cianida [K 4 FeCN 6 ] atau asam sulfosalisilat. Tingkat
kekeruhan diukur dengan alat Turbudimeter. Cara ini hanya dipakai untuk
bahan protein yang berupa larutan atau hasilnya, tetapi biasanya hasilnya
kurang tepat.
Prinsip kerja dari turbidimetri sendiri adalah menghitung jumlah cahaya
yang diteruskan (dan mengkalkulasi jumlah cahaya yang diabsorbsi) oleh
partikel dalam suspense untuk menentukan konsentrasi substansi yang
hendak dicari, semakin besar dan banyak jumlah partikel, maka jumlah
cahaya yang diabsorbsi akan semakin besar.

6. Metode Pengecatan
Beberapa bahan pewarna misalnya Orange G, Orange 12 dan Amido
Black dapat membentuk senyawaan berwarna dengan protein dan
menjadi tidak larut. Dengan mengukur sisa bahan pewarna yang tidak
dianalisis dalam larutan (dengan colorimeter), maka jumlah protein dapat
ditentukan dengan cepat. Tentunya tabel atau kurva standar perlu dibuat
terlebih dahulu untuk keperluan ini.

7. Titrasi Formol
Metode titrasi formol adalah larutan protein dinetralkan dengan basa
(NaOH) lalu ditambahkan formalin (formaldehid) akan membentuk
dimethilol.
Dengan terbentuknya dimenthiol ini bearti gugus aminonya sudah
terikat dan tidak akan mempengaruhi reaksi antar asam (gugus karboksil)
dengan basa NaOH sehingga akhir titrasi dapat diakhiri dengan tepat.
Indikator yang digunakan adalah fenolftalein, akhir titrasi bila tepat terjadi
perubahan warna menjadi merah muda yang tidak hilang dalam 30 menit.
Titrasi formol ini hanya tepat untuk menentukan suatu proses terjadinya
pemecahan protein dan kurang tepat untuk penentuan protein.

Anda mungkin juga menyukai