Anda di halaman 1dari 6

REAKSI IDENTIFIKASI

KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

NAMA : PUTU ANGELIKA BERLYANTA PUTRI


KELAS : XII IPA 2
NO : 33

SMA NEGERI 2 DENPASAR


TAHUN AJARAN 2019/2020
I. KARBOHIDRAT

Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau poli hidroksil-


keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis.
Karbohidrat mengandung gugs fungsi karbonil (sebagai aldehida/keton) dan
banyak gugus hidriksil. Karbohidrat dapat digolongkan berdasarkan jumlah
monomer penyusunnya, ada 3 jenis karbohidrat berdasarkan penggolongan
ini,yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. keton dan meliputi
kondensat polimer - polimernya yang terbentuk. Rumus empiris karbohidrat dapat
dituliskan sebagai berikut : Cm(H2O)n atau (CH2O). Tetapi ada juga karbohidrat
yang mempunyai rumus empiris tidak seperti rumus diatas, yaitu deoksiribosa,
deoksiheksosa dan lain - lain.

Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon,


hidrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat
adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap 1 gram karbohidrat yang dikonsumsi
akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energi hasil proses oksidasi
(pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk
menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung dan otot
serta juga untuk menjalankan berbagaI aktivitasfisik seperti berolahraga atau
bekerja

Identifikasi Karbohidrat

1. Uji umum untuk karbohidrat adalah uji Molisch. Bila larutan karbohidrat diberi
beberapa tetes larutan alfa-naftol, kemudian H2SO4 pekat secukupnya sehingga
terbentuk 2 lapisan cairan, pada bidang batas kedua lapisan itu terbentuk cincin
ungu.

2. Tes Fermentasi, karbohidrat difermentasikan dengan ragi dalam waktu singkat,


tetapi biasanya memerlukan 2-3 jam untuk memperoleh hasil meksimal. Hasli dari
inkubasi yang lebih lama memungkinkan aktivitas bakteri.

3. Tes Benedict, yang biasa digunakan sebagai uji aldehid. Tes ini dapat juga
digunakan untuk membedakan karbohidrat yang mengandung gugus reduksi dari
yang tidak mengandung gugus reduksi. Reagen ini mengandung CuSO4, Natrium
sitrat dan natrium karbonat dan didalam alkalin, larutan tersebut tidak
mengkatalisis reagen benedict menunjukkan tes positif.

4. Tes Barfoed, reagen ini mengandung tembaga (II) asetat dalam larutan asam
laktat. Asam tidak cukup kuat untuk menghidrolisis karbohidrat. Tingkat reaksi
yang ditunjukkan dengan perubahan warna dan terjadinya oengendapan adalah
berbeda untuk gugus karbohidrat yang berbeda. Dengan demikian, tes ini juga
merupakan klasifikasi umum.

5. Reaksi Seliwanoff (khusus menunjukkan adanya fruktosa). Pereaksi seliwanoff


terdiri dari serbuk resorsinol + HCl encer. Bila fruktosa diberi pereaksi seliwanoff
dan dipanaskan dlm air mendidih selama 10 menit akan terjadi perubahan warna
menjadi lebih tua.

6. Tes Iodin, yang akan memberikan perubahan warna bila bereaksi dengan
beberapa polisakarida. Pati meberikan warna biru gelap, dextrin memberikan
warna merah, glikogen memebrikan warna coklat kemerahan. Selulosa, disakarida
dan monosakarida tidak memberikan warna dengan iodine.

7. Tes Asam Galaktarat (music), oksidasi karbohidrat dengan HNO3, menghsilkan


asam dikarboksilat. Asam dikarboksilat ini berbeda dalam hal kelarutan dan yang
dihasilkan oleh galaktosa adakah tidak larut. Sifat ini membedakan dari
karbohidrat lain.

II. PROTEIN

Protein termasuk dalam senyawa yang terpenting dalam organisme hewan.


Sesuai dengan peranannya protein berasal dari kata proteos yang artinya pertama.
“Protein” adalah poliamina dan jika dihidrolisis protein menghasilkan asam-asam
amino hanya 20 asam amino yang ;azim kita temui dalam protein tumbuhan dan
hewan. Namun kedua puluh asam amino ini dapat dihubungkan dengan berbagi
cara membentuk otot, enzim, dan lainya. Asam-aam amino yang terdapat pada
protein adalah asam α aminokarboksilat. Variasi dalam struktur monomer-
monomer ini terjadi dalam rantai samping.
Asam amino tidak selalu bersifat seperti senyawasenyawa organik. Titik
leleh diatas 200 oC, sedangkan kebanyakan senyawa organik dengan bobot
molekul sekitar itu berupa cairan pada temperature kamar, asam amino larut dalam
pelarut air dan organic, tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar. Asam amino
memiliki moment dipole yang besar, juga mereka bersifat kurang asam
dibandingkan sebagian besar asam katrboksilat dan kuarang basa dibandingkan
sebagian besar senyawa amina yang lain (Fessenden, 1989).

a. Tes Xantoprotein

Pereaksi xantoprotein adalah larutan asam nitrat pekat. Jika


larutan HNO3 pekat dimasukkan ke dalam larutan protein secara hati-hati, akan
terbentuk endapan putih, dan berubah menjadi kuning jika dipanaskan. Gejala ini
akibat nitrasi pada inti benzena yang terdapat dalam protein. Pereaksi xantoprotein
positif terhadap protein yang mengandung asam amino dengan gugus samping
fenil, seperti asam amino tirosin, fenilalanin, dan triptofan.

b. Tes Hopkins-Cole

Pereaksi Hopkins-cole dibuat dari asam oksalat dan serbuk magnesium


dalam air. Pereaksi ini positif terhadap protein yang mengandung asam amino
dengan gugus samping indol, seperti pada asam amino triptofan. Triptofan
memberikan hasil yang positif dengan tes Hopkins-cole karena mengandung gugus
indol. Dalam pereaksi ini, asam oksalat direduksi menjadi asam glioksilat dengan
bantuan katalis serbuk magnesium:
Mg

HOOC – COOH → HOOC – COH

Asam oksala Asam glioksilat

Asam glioksilat yang terbentuk mengkondensasi asam amino triftofan


membentuk senyawa berwarna. Setelah H2SO4 pekat dituangkan, akan terbentuk
dua lapisan dan beberapa saat kemudian terbentuk cincin ungu di antara batas
kedua lapisan itu.

c. Tes Millon

Pereaksi Millon adalah campuran larutan raksa (I) nitrat dan raksa (II) nitrat
dalam asam nitrat. Jika pereaksi Millon ditambahkan ke dalam larutan protein,
akan dihasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah akibat
pemanasan. Tirosin memberikan hasil yang positif dengan tes Millon karena
mengandung gugus fenol. Pereaksi ini positif untuk protein yang mengandung
asam amino dengan gugus samping senyawa fenol sebab terjadi reaksi antara
senyawa raksa (II) dengan gugus hidroksifenil membentuk senyawa berwarna.
Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif.
d. Tes Biuret

Larutan protein memberikan hasil yang positif terhadap pereaksi biuret. Tes
Biuret dilakukan dengan cara menuangkan larutan natrium hidroksida pekat ke
dalam larutan protein. Kemudian, larutan CuSO4 ditambahkan setetes demi setetes
yang akan terbentuk warna ungu.

Anda mungkin juga menyukai